Vous êtes sur la page 1sur 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah agama Islam telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan) di
lingkungan umat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya secara
tajam yang sulit untuk diperdamaikan, apalagi untuk dipersatukan.Hal ini sudah
menjadi fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah menjadi ilmu
pengetahuan yang termaktub dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab-kitab
ushuluddin.Barang siapa yang membaca kitab-kitab ushuluddin akan menjumpai
didalamnya perkataan-perkataan: Syiah, Khawarij, Qodariah, Jabariah, Sunny
(Ahlussunnah Wal Jamaaah), Asy-Ariah, Maturidiah, dan lain- lain.
Umat Islam, khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat membaca
hal ini karena Nabi Muhammad SAW sudah juga mengabarkan pada masa hidup
beliau.Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orangorang Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan. HR. At-Tirmidzi.
Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:"Yahudi telah
berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka.
Dan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan
satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku
ini pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72
golongan di neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?"
Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan Ibnu Majah.
Munculnya fenomena aliran sesat tidak terlepas dari problem psikologis baik para
tokoh pelopornya, pengikutnya serta masyarakat secara keseluruhan. Problem aliran
sesat mengindikasikan adanya anomali nilai-nilai di masyarakat.

Aliran sesat bukan fenomena baru, selain dia mengambarkan anomali, juga
kemungkinan adanya deviasi sosial yaitu selalu ada komunitas yang abnormal. Baik
ia berada dalam abnormalitas demografis, abnormalitas sosial, maupun abnormalitas
psikologis. Sedangkan bentuk deviasi dapat bersifat individual, situasional dan
sistemik (Kartono, 2004:16). Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur
hanya dengan satu kriteria, karena bisa jadi seseorang berkategori normal dalam
pengertian kepribadian tetapi abnormal dalam pengertian sosial dan moral. Demikian
halnya dengan para penganut aliran sesat, akan diperoleh kriterium kategori yang
tidak tegas. Salah satu yang paling mungkin untuk menyatakan kesesatan adalah
defenisi atau batasan ketidaksesatan yang bersifat formalistik atau diakui sebagai
batasan institusional. Aliran sesat didefinisikan sebagai aliran yang menyimpang dari
mainstream masyarakat, namun batasan ini menjadi rancu karena kriteria kesesatan
bersifat multikriteria. Oleh karena itu silang pendapat apakah suatu aliran sesat atau
tidak merupakan masalah tersenidri yang tidak mudah. Aliran hanya dapat dinyatakan
sebagai sesat apabila mengacu pada satu kumpulan kriteria yang dinyatakan secara
apriori sebagai tidak sesat. Oleh karena itu ukuran sosiologis, politis dan psikologis
hanya merupakan penjelas saja tentang kemungkinan- kemungkinan mengapa
seseorang/kelompok menjadi bagian dari aliran sesat. Majelis Ulama Indonesia
(MUI) menetapkan sepuluh kriteria suatu aliran dapat digolongkan tersesat. Namun,
tidak semua orang dapat memberikan penilaian suatu aliran dinyatakan keluar dari
nilai-nilai dasar Islam.Suatu paham atau aliran keagamaan dapat dinyatakan sesat
bila memenuhi salah satu dari sepuluh kriteria,' kata Ketua Panitia Pengarah
Rakernas MUI Tahun 2007, Yunahar Ilyas, di Jakarta, Selasa (6/11).Sekretaris MUI,
Ichwan Sam, menambahkan, kriteria tersebut tidak dapat digunakan sembarang orang
dalam menentukan suatu aliran itu sesat dan menyesatkan atau tidak. Ada
mekanisme dan prosedur yang harus dilalui dan dikaji terlebih dahulu. Harus diingat
tidak semudah itu mengeluarkan fatwa,' tegasnya. Pedoman MUI itu menyebutkan,
sebelum suatu aliran atau kelompok dinyatakan sesat, terlebih dulu dilakukan
penelitian. Data, informasi, bukti, dan saksi tentang paham, pemikiran, dan aktivitas
2

kelompok atau aliran tersebut diteliti oleh Komisi Pengkajian. Selanjutnya, Komisi
Pengkajian memanggil pimpinan aliran atau kelompok dan saksi ahli atas berbagai
data, informasi, dan bukti yang didapat. Hasilnya kemudian disampaikan kepada
Dewan Pimpinan. Bila dipandang perlu, Dewan Pimpinan dapat menugaskan Komisi
Fatwa untuk membahas dan mengeluarkan fatwa. Di batang tubuh fatwa mengenai
aliran sesat juga ada poin yang menyatakan akan menyerahkan segala sesuatunya
kepada aparat hukum dan menyeru masyarakat jangan bertindak sendiri-sendiri,'
jelas Ichwan.Wapres Jusuf Kalla, meminta seluruh komponen masyarakat, terutama
para ulama dan tokoh agama, tidak lari menyikapi maraknya aliran sesat. Untuk
menyikapi aliran sesat ini, kita tidak bisa menggunakan langkah-langkah kekerasan,
seperti lempar- lemparan, bakar-bakaran, dan sebagainya. Polisi dan jaksa boleh
mengambil tindakan formal, tetapi jika secara hati nurani tidak selesai. Kita harus
introspeksi,' kata Kalla di hadapan peserta Rakernas MUI. Pemerintah, sambung
Menag, Maftuh Basyuni, terus berupaya meyakinkan para penganut aliran sesat agar
dapat kembali ke jalan yang benar. Upaya kekerasan atau anarkis dalam menyikapi
aliran sesat, menurut Maftuh, tak akan menyelesaikan masalah. Malah akan
menambah genting suasana. Toh sekarang sudah banyak tokoh aliran sesat yang
ditangkap dan menyerahkan diri, tergantung aparat untuk menindaklanjutinya.Ketua
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Adian Husaini, menyebut keluarnya
putusan MUI sebagai sesuatu yang ditunggu-tunggu umat Islam. Dengan demikian,
jelas apa saja kriteria aliran sesat itu,' kata Adian. Sepuluh kriteria yang ditetapkan
MUI itu merupakan ajaran Islam yang mendasar. Ini penekanannya lebih untuk
umat sendiri.'
Sepuluh Kriteria Aliran Sesat:
1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran
dan as- sunah)
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
3

5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir


6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syari
Sesungguhnya ikhtilaf (perbedaan pendapat) adalah sunatullah namun Ikhtilaf yang
membawa iftiraq (perpecahan) itulah yang dicela oleh Allah SWT. Sebab timbulnya
iftiraq pada mulanya terjadi karena sebab yang sepele. Namun karena pelakunya
mengedepankan hawa nafsu maka hal sepele menjadi besar dan berakibat pada
perselisihan dan perpecahan. Secara garis besar di antara sebab munculnya Al Firaq
Al Islamiyah (seperti : Khawarij, Syi'ah, Mu'tazilah, Murji'ah, dll.) adalah:
1. Ghuluw (berlebih-lebihan dalam bersikap), contoh : Khawarij berangkat dari
pemahaman yang berlebihan terhadap ayat-ayat wa'id (ancaman) sehingga
mereka mengkafirkan kaum Muslimin yang melakukan dosa besar. Sedang
Syi'ah muncul karena sikap yang berlebihan dalam mencintai sebagian
sahabat Rasul yaitu Ali ra dan para Ahlul Bait.
2. Membantah bid'ah dengan bid'ah yang semisal, contoh : Murji'ah ingin
mencounter Khawarij yang berlebih-lebihan dalam menghukumi pelaku dosa
besar namun akhirnya mereka terjerumus pada bid'ah baru yaitu menganggap
pelaku dosa besar sebagai mukmin dengan keimanan yang sempurna.
3. Pengaruh dari luar Islam, contoh : Syi'ah, karena muassis (gembong)nya
adalah Yahudi yaitu Abdulah bin Saba'. Begitu juga Qodariyah, pencetusnya
adalah seorang Nashrani, Jahmiyyah pencetusnya Yahudi.
4. Mengedepankan akal.
5. Filsafat Yunani, contoh : Mu'tazilah banyak dipengaruhi oleh filsafat Yunani.
Selain itu ada yang disebabkan oleh :
1. Ulama yang beraqidah menyimpang
2. Kebodohan kaum Muslimin
3. Tidak memiliki standar pemahaman yang benar

4.
5.
6.
7.
8.

Ikhtilaf yang didasari hawa nafsu


Rasa Ashabiyah (fanatisme golongan)
Hasad (dengki)
Kecenderungan menyuburkan bid'ah dan hawa nafsu
Menuhankan akal dan menomorduakan naql (dalil). 9. Pengaruh eksternal

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan dan
praktis?
2. Bagaimanakah proses terjadinya perbedaan pendapat dalam Islam?
3. Apakah yang dimaksud dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah?
4. Bagaimanakah konflik internal yang terjadi pada umat Islam (Studi Kasus)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan dan
praktis
2. Untuk mengetahui proses terjadinya perbedaan pendapat dalam Islam.
3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Sunnah Wal Jamaah
4. Untuk mengetahui kasus nyata konflik internal dalam pada umat islam karena
perbedaan pendapat (perbedaan aliran)
D. Manfaat
Apa yang dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran ilmu
pengetahuan dan praktis. Bagi mahasiswa yang kelak terjun ke masyarakat
diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan
(pencerahan) tentang prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan dan praktis.
Kedepan mahasiswa diharapkan lebih kritis setelah membaca makalah ini terutama
dalam menyikapi berbagai aliran yang muncul dalam Islam sehingga tidak terjebak
pada perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip Dasar Islam dalam Tataran Keilmuan dan Praktis
Prinsip Dasar Islam (dari tataran keilmuan) Islam sebagai agama islam yang
diturunkan untuk manusia, yang didalamnya terdapat pedoman serta aturan yang
menuntun manusia membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Serta dalam
agama islam terdapat tiga sendi utama dalam agama islam dilihat dari tataran sisi
keilmuan, yaitu iman, islam dan ihsan.
1. HAKIKAT IMAN
Iman yaitu: berasal dari kata bahasa Arab yang berarti kepercayaan atau
pengakuan, maka yang dinamakan iman adalah kepercayaan yang meresap dalam
hati, dengan penuh keyakinan kuat, serta tidak tercampur keraguan apapun dan
memberikan pengaruh kepada pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan hidup
sehari-hari. Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh
keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam
itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat- malaikatNya, kitab-kitabNya,
Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman
mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal
anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih
umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba
tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka
keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku
keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman
menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap
muslim adalah mukmin. Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan
buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh

menyebut Iman dan amal soleh secara beriringan dalam Quran surat Al Anfal ayat 24 yang sebagaimana dijelaskan:
Allah Subhannahu wa Taala berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya. (Al-Anfal: 2-4).Keimanan.
memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama
memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap
keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada
sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan
aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki
dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara
keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria
bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1. Diyakini dalam hati
2. Diucapkan dengan lisan
3. Diamalkan dengan anggota tubuh.
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas
dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Iman kepada Alloh


Iman kepada malaikatNya
Iman kepada kitabNya
Iman kepada rosulNya
Iman kepada Qodho dan Qodar
Iman kepada hari akhir

Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam
dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin
dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam
poin di atas. Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali
didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala
lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan
bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah
karena taat dan berkurang karena maksiat.Ketika Iman telah mencapai taraf yang
diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana
hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:
Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan
manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari
selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena
Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia
kembali dilemparkan ke dalam api neraka. (HR.Bukhori Muslim).
2. HAKIKAT ISLAM
Islam bersal dari kata, as-salamu, as-salmu, danas-silmu yang berarti:
menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Berasal dari kata as-silmu atau as-salmu
yang berarti damai dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan as-salamatu
yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin. Pengertian
Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan,
kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan
perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan
hidup, di dunia maupun di akhirat.
Islam itu memiliki delapan saham; Islam itu sendiri merupakan saham, shalat juga
termasuk saham, zakat adalah saham, shaum adalah saham, Haji termasuk saham,

amar ma'ruf termasuk saham, nahi munkar termasuk saham, berjihad termasuk
saham, maka celakalah orang yangn tidak memiliki saham itu. (HR. Al Bazzar)
Siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Alloh, maka ia seorang
muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Alloh dan selain Alloh maka
ia seorang musyrik, sedangkan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Alloh
maka ia seorang kafir yang sombong.Dalam pengertian kebahasan ini, kata Islam
dekat dengan arti kata agama. Senada dengan hal itu Nurkholis Madjid berpendapat
bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian Islam.
Dari pengertian itu, seolah Nurkholis Madjid ingin mengajak kita memahami Islam
dari sisi manusia sebagai yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan kepatuhan
dan ketundukan kepada Tuhan, sebagaImana yang telah diisyaratkan dalam surat alArof ayat 172 yang artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadapjiwa mereka (seraya berfirman):
Bukankah Aku Ini Tuhanmu? mereka menjawab Betul (Engkau Tuban kami),
kami menjadi saksi. (Kami lakukanyang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yanglengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)
Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsurunsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:
1. Membaca dua kalimat Syahadat
2. Mendirikan sholat lima waktu
3. Menunaikan zakat
4. Puasa Romadhon
5. Haji ke Baitulloh jika mampu.
3. HAKIKAT IHSAN
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang
yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan

prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebit Ihsan.
Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem
yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.
Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat
terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi
ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:
Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihatNya. Tapi
jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Alloh melihatmu..
Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan Ihsan, sebagai rumusnya adalah
memposisikan diri saat beribadah kepada Alloh seakan-akan kita bisa melihatNya,
atau jika belum bisa memposisikan seperti itu maka posisikanlah bahwa kita selalu
dilihat olehNya sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan
tindakan selain berbuat Ihsan atau berbuat baik
Hadis Rosulullah tentang Iman, islam dan ihsan, Artinya:
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata: Suatu ketika, kami (para sahabat)
duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada
kami seorang lelaki mengenakan pakaian nan sangat putih & rambutnya amat hitam.
Tak terlihat padanya tanda- tanda bekas perjalanan, & tak ada seorang pun di
antara kami nan mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya
disandarkan kepada lutut Nabi & meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha
Nabi, kemudian ia berkata: Hai, Muhammad Beritahukan kepadaku tentang Islam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,Islam adalah, engkau
bersaksi tak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, &
sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan
zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, & engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika
engkau telah mampu melakukannya, lelaki itu berkata,Engkau benar, maka kami
heran, dan ia bertanya dan ia pula membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi:
10

Beritahukan kepadaku tentang Iman. Nabi menjawab,Iman adalah, engkau


beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab- kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, &
beriman kepada takdir Allah nan baik & nan buruk, ia berkata, Engkau benar.
Dia bertanya lagi: Beritahukan kepadaku tentang ihsan. Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab, Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan- akan
engkau melihatNya. Kalaupun engkau tak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.
Lelaki itu berkata lagi: Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat? Nabi
menjawab,Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada nan bertanya. Dia pun
bertanya

lagi:

Beritahukan

kepadaku

tentang

tanda-tandanya

Nabi

menjawab,Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau


melihat orang nan bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta
pengembala kambing telah saling berlomba dlm mendirikan bangunan megah nan
menjulang tinggi. Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam,
sehingga Nabi bertanya kepadaku: Wahai, Umar Tahukah engkau, siapa nan
bertanya tadi? Aku menjawab,Allah & RasulNya lebih mengetahui, Beliau
bersabda,Dia adalah Jibril nan mengajarkan kalian tentang agama kalian. [HR
Muslim, no. 8]
Menurut pemikiran KH Ahmad Siddiq dari sisi keilmuan ketiganya (iman, islam dan
ihsan) merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sehingga menjadi bagian
ilmu tersendiri. Bagian-bagian itu mereka elaborasi sehingga menjadi bagian ilmu
tersendiri, seperti halnya perhatian terhadap iman memunculkan ilmu tauhid atau
ilmu kalam, perhatian pada ilmu islam menghadirkan ilmu fiqih atau ilmu hukum
islam danperhatian pada dimensi ihsan melahirkan ilmu taawuf dan ilmu akhlak.

B. Sistematika Agama Islam (dari tataran praktis)


Dalam tataran pengalaman kehidupan beragama, meskipun iman, islam, da ihsan
telah menjadi ilmu tersendiri, keytiganya tetap dilakukan bersamaan tanpa melakukan

11

perbedaan. Oleh karena itu, jika dilihat dari segi tataran praktis, sistematika agama
islam adalah sebagai berikut:
1. SISTEMATIKA AGAMA ISLAM
AQIDAH Keimanan Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab,
Iman kepada Rosul, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qodar SYARIAH Ibadah
Khusus (mahdhah) Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, Haji

Ibadah umum (ghoir

mahdhoh) Sistem Keluarga, Sistem Ekonomi, Sistem Politik, Sistem Pembagian


Waris, Hukum Perdata dan Pidana, Pengembangan IPTEK dan seni, Sistem
Kebudayaan, Kerja sama antar Umat Beragama. AKHLAK Terhadap Allah Cinta atau
Mahabbah, Takut atau Al-Khouf Terhadap Makhluk Ssesama manusia dan selain
manusia Tiga dasar dalam ajaran islam tersebut (akidah, syariat, akhlak) merupakan
suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Sebagaimana Allah memberikan perumpamaan dalam QS Ibrohim ayat 24-25:
Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan
cabangnya (menjulang) ke langit, (24)
Artinya: (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin
Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu
ingat. (25)
Kedua ayat tersebut memberikan sebuah analogi bahwa ajaran agama islam
bagaiakan sebuah pohon yang baik, tumbuh subur menjulang tinggi dan buahnya
sangat lebat. Akar merupakan inti dari sebatang pohon yang menopang tegak dan
berdirinya pohon tersebut, bahkan akar akan menentukan baik dan tidaknya pohon
itu. Jadi, akar itu baik dan kukuh maka pohon itu akan tumbuh subur, cabangnya akan
kuat dan rindang serta mengeluarkan buah yang lebat. Demikian juga dalam ajaan
agama islam, akidah bagaikan akar yang merupakan hal yang pokok yang menopang
segenap perilaku seorang muslim dan menentukan kemuslimannya. Jika aqidah dan
12

syariat yang terwujud dengan baik, akan lahir pula tindakan-tindakan nyata yang
berupa amal sholeh sebagai perwujudan dari akhlak bagaiakan buah yang keluar dari
cabang-cabang pohon yang rindang. Perumpamaan ersebut bagaikan menunjjukkan
makna bahwa kualitas amal sholeh yang dilakukan oleh seeorang merupakan cermin
kualitas iman dan islam seseorang. Sebaliknya iman dan islam seseorang bisa diukur
dari kualitas sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
2. PERBEDAAN PENDAPAT ANTAR KELOMPOK BEDA ALIRAN
DALAM AGAMA ISLAM
Dalam memahami sebuah agama kerap kali ditemukan pemahaman yang
berbeda beda antar individu satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan dalam perolehan khasanah ilmu pengetahuan tentang agama. Begitu juga
ketika jaman Rassulullah Saw. Tiap kali terdapat perbedaan pendapat terhadap
pelaksanaan ibadah keagamaan di antara sahabat atau pengikut nabi maka langsung
diselesaikan dengan keputusan akhir dari Nabi Muhammad Saw.
Perpecahan dalam tubuh umat Islam sudah mulai terjadi beberapa waktu setelah
Rasulullah wafat, dimulai dengan terjadinya perang jamal antara pengikut Ali dan Siti
Aisah istri Rasulullah, pembunuhan terhadap kalifah Umar bin Khatab, Ustman dan
Ali. Perang Siifin antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Umayyah Gubernur
Damaskus yang memberontak terhadap Ali dan terus sampai sekarang. Didalam
lingkungan pemeluk Islam terus terjadi saling hujat, serang, bunuh demi
mempertahankan atau memaksakan pendapat dan keyakinnya pada kelompok atau
orang lain.

Kelompok-kelompok keagamaan yang berpengaruh kuat ketika massa itu ,antara


lain :

13

1. Syiah dan Khawarij : Kelompok yang menutup diri dari golongan mayoritas
kaum muslimin
2. Mutazilah : Kelompok yang memaksakan ajarannya kepada orang lain secara
keras dan apabila orang lain tidak sepaham akan dituduh musyrik. Kelompok
ini menganggap bahwa semua musuhnya yang tidak sependapat dengan
panutan kelompoknya dianggap sesat dan menyimpang dari ajaran Islam.
Sikap Mutazilah ini menunjukkan adanya arogansi dengan menggunakan
kekuatan politik negara yang bersifat represif. Bahkan jika saat ini ada
sekelompok orang muslim yang menyampaikan pendapat berbeda dengan
kelompok Mutazilaj maka dianggap sesat dan harus dipaksakan untuk ikut
sependapat dengan cara melalui paksaan kekuatan kekuasaan negara.
3. Ahlu Sunnah Wal Jamaah : Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad Saw. Dan sesuai dengan apa yang telah digariskan
serta diamalkan oleh sahabat Nabi.
Perpecahan akibat perbedaan pendapat tersebut membuat kekacauan di berbagai
golongan yang menganut agama islam . Untuk memperkuatkan usaha persatuan
tersebut, maka seluruh umat Islam diseru agar menjadikan Rasul s.a.w sebagai satu
rujukan yang unggul. Kerana Rasul s.a.w sudah wafat, maka sunnah beliaulah yang
mesti dijadikan sebagai rujukan. Abdul Malik mendapat sokongan dari masyarakat
Islam. Di antara tokoh kelompok Moderat yang masih hidup dan menyokong Abdul
Malik adalah Ibnu Umar (wafat th. 74 H). Umat Islam yang menyokong persatuan ini
disebut Ahlu Al-Jama'ah Wa al- Sunnah, kemudian ada proses pembalikan sering
dibaca oleh sebahagian kaum muslimin sehingga menjadi Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah.
Jadi, baik konsep tarbi' yang sampai hari ini sering dibaca oleh sebahagian kaum
muslimin --demikian juga dengan mendo'akan pemimpin yang berkuasa-- pada
khutbah- khutbah Jumaat, mahupun istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, sebenarnya
lahir dari proses sejarah yang bertujuan untuk mempersatukan umat yang sudah
berpecah belah.

Oleh kerana itu, sering kita terjumpa bahawa kelompok Ahlus

Sunnah Wal Jamaah sentiasa berusaha untuk

mempertemukan aliran pemikiran


14

berbagai kelompok yang saling bertentangan. Tetapi usaha untuk mempersatukan


umat itu tidaklah berhasil sebagaimana yang diharapkan, persaingan antara kelompok
tetap juga berjalan. Kelompok Syiah, misalnya, tetap tidak dapat bergabung dalam
persatuan itu; sebab menurut keyakinan mereka hak untuk memegang jawatan
khalifah hanyalah untuk Ali dan keturunannya. Kerana jamaah tadi merupakan
inisiatif dari kelompok Umawi yang sememangnya adalah musuh politik mereka,
itulah sebabnya kelompok Syiah sampai hari ini tetap tidak bersimpati kepada kaum
Muslimin

dari

golongan

Ahlussunnah

Wal-Jamaah.

Mereka

menganggap

Ahlussunnah Wal- Jamaah hanyalah penyokong dan merupakan tali barut dari
kelompok Umawi. Tanpaknya dendam kelompok syi'ah terhadap kelompok umawi
tidak kesampaian, kerana mereka sudah punah ditelan zaman; jadi golongan AhlusSunnah

Wal-jama'ahlah

yang

menerima

padahnya.

Masalah

politik

telah

menyebabkan umat Islam berpecah-belah dalam berbagai kelompok dan puak-puak.


Perpecahan politik juga terpengaruh kepada perselisihan di dalam bidang Akidah,
Syariah, dan tidak ketinggalan juga kepada perkembangan Hadith, Tafsir, Tasawuf,
dan sebagainya. Sejauh mana pengaruhnya terhadap bidang-bidang tersebut akan kita
bahas pada kesempatan lain. Tetapi sebelum menutup tulisan ini, saya ingin
menegaskan bahwa perpecahan politik umat Islam di Malaysia ini, sehingga
sebahagian menghina yang lain di mimbar-mimbar bahkan ada yang mengkafirkan
sesama Muslim, sebenarnya hanyalah proses pengulangan sejarah yang tidak perlu
dilakukan. Umat Islam di negara ini perlu menyedari bahwa pertengkaran itu hina.
Perbedaan organisasi politik dan keagamaan hendaklah tidak dijadikan untuk saling
menghina dan memusuhi, tetapi dimanfaatkan sebagai sarana untuk berlumba-lumba
bagi membuat kebajikan demi kemajuan umat dan negara (Q.S.2:148). Apa yang
akan dilihat oleh Allah swt bukanlah organisasi yang kita miliki, tetapi adalah aktiviti
(amal) yang kita lakukan (Q.S.9:105). Rasul bersabda: Sebaik-baik manusia adalah
orang yang memberi manfaat bagi orang lain. Tentangan yang akan dihadapi di masa
hadapan sangatlah berat. Kerana itu persatuan dan kerjasama (amal jamai) perlu
diwujudkan. Persatuan yang dimaksudkan tidak bererti membubarkan organisasi15

organisasi yang sudah ada, tetapi mesti ada perancangan bersama yang akan
dilakukan oleh semua pihak dan setiap kelompok berusaha mewujudkannya untuk
kemajuan umat. Oleh kerana itu perlu ada dialog (musyawarah) antara golongan
untuk membicarakan agenda bersama demi terciptanya persatuan dan kesatuan yang
kokoh sesama umat beragama Islam , tanpa harus memperuncing perdebatan dan
perpecahan yang terjadi akibat dari keegoisan dan keangkuhan dari masing masing
kelompok keagamaan . Ahlu Sunnah Wal Jamaah Sebagai reaksi dari firqah yang
sesat, maka pada akhir abad ke 3 H timbullah golongan yang dikenali sebagai Ahlu
sunnah wal Jamaah yang dipimpin oleh 2 orang ulama besar dalam Usuluddin yaitu
Syeikh Abu Hassan Ali Al Asyari dan Syeikh Abu Mansur Al Maturidi. Perkataan
Ahlussunnah wal Jamaah kadang-kadang disebut sebagai Ahlussunnah saja atau
Sunni saja dan kadang-kadang disebut Asyari atau Asyairah dikaitkan dengan
ulama besarnya yang pertama yaitu Abu Hassan Ali Asyari. Aliran Al-Maturidiyah
adalah sebuh

aliran yang

tidak

jauh

berbeda dengan aliran al-Asy'ariyah.

Keduanya lahir sebagai bentuk pembelaan terhadap sunnah. Bila aliran


Asy'ariyah

berkembang di Basrah

maka aliran

al-

al-Maturidiyah berkembang di

Samargand. Kota tempat aliran ini lahir merupakan salah satu kawasan
peradaban yang maju. menjadi

pusat

perkembangan

Mu'tazilah disamping

ditemukannya aliran Mujassimah. Qaramithah dan Jahmiyah, Menurut Adam Metz.


juga terdapat pengikut Majusi, Yahudi dan Nasrani dalam jumlah yang besar. AlMaturidi saat itu terlihat dalam banyak pertentangan dan dialog setelah melihat
kenyataan berkurangnya pembelaan terhadap sunnah. Hal ini dapat dipahami
karena

teologi mayoritas

menyerang

golongan

saat

itu

adalah aliran Mu'tazilah yang

banyak

ahli fiqih dan ahli hadits. Diperkuat lagi dengan unsur

terokratis penguasa. Asy'ari maupun Maturidi bukan tidak paham terhadap mazhab
Mu'tazilah. Bahkan al-Asy'ary pada awalnya adalah seorang Mu'taziliy namun
terdorong oleh keinginan mempertahankan sunnah maka lahirlah
hingga kemudian keduanya diberi gelar imam ahlussunnah

wal

ajaran mereka
jama'ah.Sepintas

kita mungkin menyimpulkan bahwa keduanya pernah bertemu, namun hal ini
16

membutuhkan analisa. Pada masa itu, banyak sekali ulama Muktazilah mengajar di
Basrah, Kufah dan Baghdad. Ada 3 orang Khalifah Abbasiyah yaitu Malmun bin
Harun Ar Rasyid, Al Muktasim dan Al Watsiq adalah khalifah-khalifah penganut
fahaman Muktazilah atau sekurang-kurangnya penyokong utama daripada golongan
Muktazilah. Dalam sejarah dinyatakan bahwa pada zaman itu terjadilah apa yang
dinamakan fitnah Al-Quran Makhluk yang mengorbankan beribu-ribu ulama yang
tidak sefahaman dengan kaum Muktazilah. Pada masa Abu Hassan Al Asyari muda
remaja, ulama-ulama Muktazilah sangat banyak di Basrah, Kufah dan Baghdad. Masa
itu zaman gilang gemilang bagi mereka, karena fahamannya disokong oleh
pemerintah.
Pengertian Ahlu Sunnah Wal Jamaah Ditinjau dari ilmu bahasa (lughot/etimologi),
Ahlussunah Wal Jamaah berasal dari kata-kata:
a) Ahl (Ahlun), berarti golongan atau pengikut
b) Assunnah berarti tabiat, perilaku, jalan

hidup,

perbuatan

yang

mencakupucapan, tindakan, dan ketetapan Rasulullah SAW.


c) Wa, huruf athf yang berarti dan atau serta
d) Al jamaah berarti jamaah, yakni jamaah para sahabat Rasul Saw.
Maksudnya ialah perilaku atau jalan hidup para sahabat.
Secara etimologis, istilah Ahlu Sunnah Wal Jamaah berarti golongan yang
senantiasa mengikuti jejak hidup Rasulallah Saw. dan jalan hidup para sahabatnya.
Atau, golongan yang berpegang teguh pada sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat,
lebih khusus lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Ahlu Sunnah adalah mereka yang
mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah shahabatnya
radhiyallahu 'anhum. Al-Imam Ibnul Jauzi menyatakan tidak diragukan bahwa Ahli
Naqli dan Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsar para
shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah.

17

Kata "Ahlu Sunnah" mempunyai dua makna. Pertama, mengikuti sunah-sunah dan
atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu 'alaihi wa sallam dan para
shahabat radhiyallahu 'anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang
cacat dan melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam
masalah aqidah dan ahkam. Kedua, lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang
dijelaskan oleh sebagian ulama di mana mereka menamakan kitab mereka dengan
nama As-Sunnah, seperti Abu Ashim, Al- Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain- lain. Mereka maksudkan (AsSunnah) itu i'tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan ijma'. Kedua makna itu
menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlu Sunnah itu kelanjutan dari apa yang
pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaih wa sallam dan para shahabat
radhiyallahu 'anhum. Adapun penamaan Ahlus Sunnah adalah sesudah terjadinya
fitnah ketika awal munculnya firqah-firqah. Terdapat dua konflik ekstrim yang telah
membawa perpecahan keras dan berdarah- darah dalam sejarah umat islam. Ketika
muncul pertentangan antara Syiah dan Mutazilah,dua kelompok moderat Ahlu
Sunnah Waljamaah yaitu Asyariyah dan Maturidiyah berusaha menkompromikan
keduanya.
1. Asyariyah Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Ismail bin Abi
Basyar Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi
Burdah Amir bin Abi Musa Al-Asyari, seorang sahabat Rasulullah saw.
Kelompok Asyariyah menisbahkan pada namanya sehingga dengan demikian
ia menjadi pendiri madzhab Asyariyah. Al-Asyari yang semula berpaham
Mutazilah akhirnya berpindah menjadi Ahli Sunnah. Sebab yang ditunjukkan
oleh sebagian sumber lama bahwa Abul Hasan telah mengalami kemelut jiwa
dan akal yang berakhir dengan keputusan untuk keluar dari Muktazilah.
Sumber lain menyebutkan bahwa sebabnya ialah perdebatan antara dirinya
dengan Al-Jubbai seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan). AlAsyari menganut faham Mutazilah hanya sampai ia berusaha 40 tahun.

18

Setelah itu, secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jamaah masjid


bashrah bahwa dirinya telah meninggalkan faham Mutazilah dan
menunjukkan

keburukan-keburukannya.

Menurut

Ibn

Asakir,

yang

melatarbelakangi Al-Asyari meninggalkan faham Mutazilah adalah


mengakuan Al-Asyari telah bermimpi bertemu Rasulullah Saw. sebanyak
tiga kali, yaitu pada malam ke-10, ke-20, dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam
tiga mimpinya itu, Rasulullah memperingatkannya agar meninggalkan faham
Mutazilah dan membela faham yang telah diriwayatkan dari beliau. Setelah
itu, Abul Hasan memposisikan dirinya sebagai pembela keyakinan- keyakinan
salaf dan menjelaskan sikap-sikap mereka. Pada fase ini, karya-karyanya
menunjukkan pada pendirian barunya. Dalam kitab Al-Ibanah, ia menjelaskan
bahwa ia berpegang pada madzhab Ahmad bin Hambal. Abul Hasan
menjelaskan bahwa ia menolak pemikirian Muktazilah, Qadariyah, Jahmiyah,
Hururiyah, Rafidhah, dan Murjiah. Dalam beragama ia berpegang pada AlQuran, Sunnah Nabi, dan apa yang diriwayatkan dari para shahabat, tabi in,
serta imam ahli hadits. Asyariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia
diciptakan

oleh

Alllah,namun

manusia

memiliki

peranan

dalam

perbuatannya.Dengan konsep kasb,menjadikan manusia selalu berusaha


secara kreatif dalam kehidupannya. Akan tetapi tidak melupakan bahwa
Tuhanlah yang menentukan semuanya. Asyariyah berhadapan langsung
dengan Mutazilah.
2. Maturidiyah Berdasarkan buku Pengantar Teologi Islam, aliran Maturidiyah
diambil dari nama pendirinya, yaitu Abu Mansur Muhammad bin
Muhammad. Di samping itu, dalam buku terjemahan oleh Abd. Rahman
Dahlan dan Ahmad Qarib menjelaskan bahwa pendiri aliran maturidiyah
yakni Abu Manshur al-Maturidi, kemudian namanya dijadikan sebagai nama
aliran ini. Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu
Mansur al- Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil
aqli kalami dalam membantah penyelisihnya seperti Mutazilah, Jahmiyah

19

dan lain-lain untuk menetapkan hakikat agama dan akidah Islamiyyah. Sejalan
dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi dalam Islam
yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidiyah dalam kelompok
Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan ajaran teknologi yang bercorak
rasional. Maturidiyah berpendapat bahwa perbuatan itu tetap diciptakan oleh
Allah sehingga perbuatan manusia sebagai perbuatan bersama antara manusia
dan Tuhan. Manusia yang dikehendaki adalah manusia yang kreatif,tetapi
kreativitas itu tidak menjadikan makhluk sombong karena merasa mampu
menciptakan dan mewujudkan. Tetapi manusia yang kreatif dan pandai
bersyukur,karena kemampuannya menciptakan sesuatu tetap dalam ciptaan
Allah. Asyariyah dan Maturidiyah mengupayakan perdamaian antara
kelompok jabariyah dan qadiriyah (dilanjutkan Mutazilah) yang mengagungagungkan

manusia

sebagai

penentu

seluruh

kehidupannya.

Sikapa

moderatisme keduanya merupakan ciri utama Ahlu Sunnah Waljamaah


dalam berakidah.
C. Kasus Konflik Internal Umat Islam Kian hari kian mengkhawatirkan
Ketegangan di internal umat Islam terus berlangsung. Di Irak, beberapa hari
yang lalu, kita menyaksikan adanya pemboman terhadap sejumlah mesjid yang
dilakukan oleh umat Islam sendiri. Orang Islam sunni merusak mesjid orang Syi'ah.
Dan begitu juga sebaliknya. Hal yang sama juga bisa kita saksikan di Pakistan. Antara
orang Sunni dan Syi'ah berupaya saling menghancurkan mesjid masing-masing.
Mesjid yang sering disebut sebagai rumah Allah SWT (baytullah) itu telah dijadikan
sebagai reservant untuk melakukan balas dendam dan pelampiasan angkara murka. Di
tangan umat Islam sendiri, mesjid seperti telah kehilangan daya magis dan aura
karismatiknya sehingga dengan mudah bisa dibenamkan. Mesjid tidak lagi menjadi
semacam hibernasi yang menampung segala friksi dalam syahdu. Dalam konteks
Indonesia, kita pun disodori tayangan pengrusakan mesjid-mesjid dan rumah-rumah
kelompok Islam Ahmadiyah. Kerap diberitakan, sebagian warga Ahmadiyah
20

mendapatkan ancaman, baik fisik maupun non fisik. Beberapa tokoh Islam
mainstream pun ikut menekan agar kelompok Ahmadiyah hengkang dari Islam jika
mereka masih ngotot dengan akidah yang dipegangnya. Negara atau persisnya
pemerintah tak tahu-menahu akan adanya tindakan kriminal yang cukup dahsyat itu.
Di negerinya sendiri kelompok Ahmadiyah diperlakukan bak seorang anak haram
jadah yang terkutuk. Aparat kepolisian tak memberikan perlindungan keamanan yang
cukup terhadap mereka sehingga penghancuran tetap berlangsung. Atas kondisi itu,
belakangan tersiar kabar bahwa kelompok Islam Ahmadiyah hendak meminta suaka
ke luar. Ironi ketika melihat fakta-fakta tersebut. Itukah hakekat ajaran Islam yang
dibawa oleh Rasul Muhammad SAW? Mengapakah umat Islam cenderung bersikap
apokaliptik di dalam menghadapi perbedaan-perbedaan tafsir yang muncul?
Perbedaan tafsir nyaris selalu menelan ongkos yang tak murah, yaitu pemberangusan.
Mengapa pula mesjid selalu menjadi sasaran penyerangan? Mesjid yang dimiliki oleh
satu kelompok tertentu, di mata kelompok Islam yang lain tak ubahnya mesjid dhirar
yang bisa dirobohkan. Maka, ke mana gerangan sikap- sikap toleran yang telah lama
ditauladankan oleh Nabi Muhammad? Sikap yang arif nan bijaksana kini semakin
mewah kita temukan di kalangan umat Islam. Peradaban kekerasan telah
menjungkirbalikkan nurani dan akal sehat menjadi batu. Alih-alih agama akan
menjadi solusi, yang terjadi justeru menjadi beban dan problem. Kekerasan yang
dilakukan oleh sebagian umat Islam ini, suka atau tidak, telah menenggelamkan
integritas moral Islam ke dalam kubangan kejahatan atas kemanusiaan. Citra Islam
sebagai agama damai dan anti kekerasan segera pupus, digantikan oleh citra Islam
sebagai agama kaum teroris. Teror bukan hanya dialami umat agama lain, melainkan
juga menimpa sebagian umat Islam. Kini kelompok Islam Ahamadiyah mengalami
ketakutan menghadapi ancaman kelompok Islam lain. Ahmadiyah dipandang telah
melakukan makar terhadap akidah Islam sehingga boleh dibasmi. Begitu juga antara
kaum Sunni dan Syi'ah di Irak, Pakistan, dan tidak tertutup kemungkinan akan
melebar ke Negara-negara dengan kaum Islam yang lain. Tentu ada banyak faktor
yang memicu dan melatar belakangi terjadinya konflik internal umat Islam tersebut.
21

Salah satunya adalah soal teologis. Umum diketahui bahwa pertengkaran semacam
itu dipicu oleh adanya perbedaan di dalam menafsirkan Islam. Sayangnya, perbedaan
tafsir itu tidak dimaknai sebagai rahmat yang harus dinikmati, melainkan sebagai
laknat yang harus dijauhi. Setiap kelompok dalam Islam selalu berpendirian perihal
adanya kebenaran tafsir tunggal, seperti yang dirumuskannya sendiri. Sementara
tafsir orang lain diposisikan sebagai berada dalam kesesatan yang terang- benderang.
Dengan ini, timbullah sejumlah ketegangan di internal umat Islam. Antara Sunni dan
Syi'ah. Antara Sunni dan Mu'tazilah. Antara Sunni dan Ahmadiyah. Bahkan, di
internal Sunni pun sering terjadi perang dingin. Di Indonesia pernah terjadi hubungan
tak harmonis antara Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah karena hal-hal yang
sebenarnya sangat remeh. Itu pertarungan atau konflik yang terjadi antarkelompok
dalam Islam. Nah, yang tak kalah mengerikannya juga adalah ancaman terhadap para
intelektual yang oleh Islam mainstream dipandang memiliki tafsir keagamaan sesat.
Sejarah telah merekam sejumlah nama intelektual yang pernah mengalami ancaman
ekskomunikasi bahkan ancaman dibunuh. Di antaranya adalah Ibnu Rusyd yang
perpustakaan pribadinya dan sejumlah buku hasil buah tangannya dibakar. Nashr
Hamid Abu Zaid yang oleh pengadilan Mesir divonis murtad sehingga layak dibunuh
dan harus diceraikan dari isterinya. Dengan alasan keamanan diri, kini Abu Zaid lebih
memilih tinggal Belanda ketimbang di Mesir. Dalam konteks Indonesia, salah satunya
yakni Ulil Abshar Abdalla. Sejumlah ulama di Jawa Barat memvonis Ulil telah keluar
dari Islam (murtad) sehingga pantas diganjar dengan hukuman mati. Pada faktor
pertama ini, kita sedang berhadapan dengan fallacy pemutlakan. Faktor lain adalah
soal politik-kekuasaan. Sering dikisahkan bahwa pertarungan internal di kalangan
umat Islam itu justru pemicu utamanya adalah soal politik belaka, sementara faktor
teologis hanya sekadar bumbunya. Semua kaum terpelajar Islam mesti mengetahui
bahwa perang unta (waq'ah al-jamal) antara Aisyah (isteri Nabi Muhammad)
melawan Ali bin Abi Thalib (sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad), perang
shiffin antara Ali bin Abi Thalid dan Mu'awiyah bin Abi Sofyan, sepenuhnya dipicu
oleh faktor politik kekuasaan. Fakta-fakta seperti ini penting diungkap ke publik
22

Islam untuk menjadi bahan permenungan bagi semuanya. Bahwa Islam yang
direklamekan Nabi sebagai agama damai, agama cinta, telah ternoda hanya beberapa
waktu setelah Nabi Muhammad wafat. Umat Islam sibuk berperang di antara mereka
sendiri. Harga yang harus dibayar pun sangat mahal. Jika dihitung sejak perang unta
hingga sekarang, maka jelas ada sekian juta umat Islam telah mati terbunuh di tangan
umat Islam yang lain. Belum lagi kalau kita mau menghitung kerugian material akibat
konflik tersebut. Sungguh, ini sebuah nestapa dari konflik internal umat Islam.
Sekiranya Nabi Muhammad SAW bangkit dari kuburnya, pastilah ia akan kecewa.
Nabi Muhammad jauh lebih bersedih menyaksikan umatnya yang saling berperang,
ketimbang sebuah karikatur yang melecehkan dirinya di Jyllands-Posten, Denmark.
Mungkin ada baiknya menghayati dan mengamalkan QS Alhujurat 10-13, sembari
memikirkan surah yang sama pada ayat 14-15. Lalu coba lihat QS.Yunus:99 yang
diterjemahkan: "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak MEMAKSA mereka menjadi
BERIMAN SELURUHNYA ?" Anggaplah orang lain belum "se-benar" kita, apakah
kita akan memaksa mereka semua mengikuti kebenaran yang kita yakini? Nabi
Muhammad SAW selalu berdakwah ataupun menasihati umat dengan cara sebaiksebaiknya, bukan dengan cara (men-)cela, paksa, hantam dan bubarkan. Kasus
kekerasan yang bernuansa sentimen keagamaan di Indonesia menunjukkan
terhambatnya proses alir informasi tentang Islam dari segala aspeknya, dari sejak ia
mulai dilahirkan sampai sekarang; juga komunikasi antar elemen penganutnya.
Mengapa kita khawatir dengan perbedaan dan memusuhi perbedaan di antara kita,
cobalah jika ada perbedaan kita tunjukan akhlak kita yang bisa menarik mereka untuk
ikut ke kita. Bukan dengan cara kekerasan yang pada akhirnya mereka tambah
antipati kepada kita bagaimana bisa menarik kalau kita sendiri bertindak brutal malah
bisa menjauhi atau keterpaksaan. Bukankah agama tidak ada paksaan. Yang
terpenting kita sudah mempublikasikan atau mensyiarkan dan itu sudah tanggung
jawab mereka mau ikut atau tidak dan biarkan berfikir sendiri mana yang baik
Pembincangan mengenai perpecahan umat itu juga bermula dari hadis Nabi
23

Muhammad saw tentang terjadinya perpecahan di tengah umat ini, di antaranya


adalah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yakni : Dari Abdullah bin Umar, ia
berkata, Rasulullah SAW. bersabda, Sesungguhnya umatku (Islam) akan terpecah
menjadi 73 golongan, 72 golongan masuk kedalam neraka, sedangkan hanya satu
yang masuk kedalam surge. Lalu Shohabatpun bertanya, Ya Rasulullah, siapakah
satu golongan yang masuk kedalam surge itu nabi?. Maka Nabi pun menjawab,
satu golongan yang masuk kedalam surge yakni orang yang menetapi jamaah (orang
yang menetapi ajaran Rasulullah dan ajaran Shohabat Nabi ). Di dalam hadis tersebut
juga terdapat masalah, yaitu masalah penilaian perpecahan umat menjadi lebih
banyak bahwa firqah-firqah ini seluruhnya binasa dan masuk neraka kecuali hanya
satu saja. Ini akan membuka pintu bagi klaim-klaim setiap firqh bahwa dialah firqah
yang benar, sementara yang lain binasa. Hal ini tentunya akan memecah belah umat,
mendorong mereka untuk saling cela satu sama lain, sehingga akan melemahkan
umat secara keseluruhan dan memperkuat musuhnya. Hal itu akan membuat kepada
penyesatan umat satu sama lain, bahkan membuat mereka saling mengkafirkan. Ahli
hikmah mengatakan: Sesungguhnya kebenaran tidak akan dicapai oleh manusia
dalam semua aspeknya dan mereka juga tidak akan salam dalam segala bentuknya,
tetapi sebagian mereka mencapai sebagian kebenaran dan yang lain mencapai aspek
kebenaran yang lain.Mereka mengumpamakan hal itu dengan sekelompok orang
buta yang memegang seekor gajah besar. Setiap orang akan mensifatinya (gajah)
seperti bagian yang dipegang dan terlintas dalam fikiran masing-masing. Bagi orang
yang memegang kaki gajah ia akan mengatakan bahwa gajah adalah hewan yang
bentuknya seperti pohon kurma yang tinggi dan bulat. Dan orang yang memegang
punggung gajah mengatakan bahwa gajah itu bentuknya seperti bukit yang tinggi atau
tanah yang menggunung. Begitulah masing-masing memberikan ciri-ciri gajah
dengan apa yang mereka sentuh. Dalam satu segi ia benar, tapi jika ia mengklaim
yang lain berbohong dan tidak benar, maka ia telah melakukan kesalahan.
Sesungguhnya berbeda dengan orang lain bukanlah suatu kesalahan, apalagi
kejahatan, namun sebaliknya sangat diperlukan. Tentunya, berbeda dengan pengertian
24

ini bukan asal berbeda atau (waton sulaya). Perbedaan harus dipandang sebagai suatu
realitas sosial yang fundamental, yang harus dihargai dan dijamin pertumbuhannya
oleh masyarakat itu sendiri. Kaitannya dengan penjelasan ini, al-Quran surah alHujurat ayat 13 menegaskan: . Artinya: Hai sekalian manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami jadikan
kau

berbangsa-bangsa

dan

bersuku-suku

supaya

kamu

saling

mengenal.

Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara
kamu. Ayat al-Quran ini sesungguhnya mengajarkan kepada manusia untuk saling
mengerti dan memahami. Itu artinya, karena Allah swt sengaja menciptakan
perbedaan di antara umat manusia, maka manusia diperintahkan untuk saling menjaga
situasi fisik dan batin sesamanya agar tak terlukai dan melukai satu sama lain oleh
sebab perbedaan yang ada. Pada akhirnya, tinggi rendahnya manusia dihadapan
Tuhan tidak ditentukan oleh fakta perbedaan yang melekat pada dirinya, tetapi oleh
kadar ketaqwaannya. Itulah sesungguhnya prestasi gemilang manusia di hadapan
sesama dan Tuhannya. Kata iman dan taqwa merupakan suatu prestasi tersendiri bagi
manusia. Seakan Tuhan berkata, Hai manusia, kalian semua sama di hadapanku,
kecuali prestasimu. Prestasi di sini adalah prestasi sosial dan prestasi spiritual di
hadapannya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sumber ajaran Islam adalah alQuran dan hadis. Keduanya memiliki peranan yang penting dalam kehidupan umat
Islam. Walaupun terdapat perbedaan pendapat dari segi penafsiran dan aplikasi,
namun setidaknya ulama sepakat bahwa keduanya dijadikan rujukan. Ajaran Islam
mengambil dan menjadikan pedoman utamanya dari keduanya. Oleh karena itu,
kajian- kajian terhadapnya tak akan pernah keruh bahkan terus berjalan dan
berkembang seiring dengan kebutuhan umat islam. Melalui terobosan-terobosan baru,
kajian ini akan terus mewarnai khasanah perkembangan studi keislaman dalam pentas
sejarah umat Islam. Dalam sejarah dan bahkan saat ini, ada sekelompok kecil orangorang yang mengaku diri mereka sebagai orang Islam, tetapi mereka menolak hadis
atau sunnah Nabi saw. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang berfaham inkarussunnah. Cukup banyak alasan mereka menolak hadis Nabi saw sebagai sumber ajaran
25

Islam. Dengan meyakini bahwa hadis Nabi merupakan bagian dari sumber ajaran
Islam, maka penelitian hadis khususnya hadis ahad sangat penting. Agak sulit kita
bayangkan, jika tanpa campur tangan: Hadis, al-Quran, khususnya yang berkaitan
dengan masalah-masalah hukum dapat dipahami dan diaktualisasikan dalam amaliah
praktis kaum muslimin. Karena itulah Hadis mejadi sumber utama bagi kaum
Muslimin setelah al-Quran, sebagai juklak hukum dan ajaran-ajaran yang terdapat
dalam al- Quran. Oleh Karena itu pula kiranya perhatian yang diberikan umat Islam
begitu besar terhadap hadist sejalan dengan perhatian mereka terhadap al-Quran.
Perbedaan dan perpecahan tentu tidak bisa kita hindari karena berbagai sebab, akan
tetapi jangan sampai perbedaan tersebut memicu untuk saling merendahkan satu sama
lain dan hanya menganggap kelompoknya yang paling benar dan menyalahkan
kelompok lain atau bahkan mengkafirkannya. Oleh sebab it, dibutuhkan toleransi
antar umat beragama, apalagi antar pemeluk agama Islam yang dalam hal ini berbeda
aliran meski sama-sama dalam paying Islam.Dalam memahami sebuah agama
kerap kali ditemukan pemahaman yang berbeda beda antar individu satu dengan
lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam perolehan khasanah ilmu
pengetahuan tentang agama.

26

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam sejarah agama Islam , telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan) di
lingkungan umat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya dan
sampai saat ini perbedaan tersebut masih tumbuh dengan suburnya. Kenyataan ini
sudah dijelaskan oleh Rosulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Auf
bin Malik "Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan
70 golongan di neraka. Dan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71
golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada
dalam tangan-Nya umatku ini pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu
golongan di surga dan 72 golongan di neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai
Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan Ibnu
Majah.
Islam sebagai agama islam yang diturunkan untuk manusia, yang didalamnya terdapat
pedoman serta aturan yang menuntun manusia membawa kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Serta dalam agama islam terdapat tiga sendi utama dalam agama islam dilihat
dari tataran sisi keilmuan, yaitu iman, islam dan ihsan.
Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah golongan yang senantiasa mengikuti jejak hidup
Rasulallah Saw. dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan yang berpegang
teguh pada sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang

27

empat, yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib.

2. Saran
Apa yang dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran ilmu
pengetahuan dan praktis. Bagi mahasiswa yang kelak terjun ke masyarakat
diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan
(pencerahan) tentang prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan dan praktis.
Kedepan mahasiswa diharapkan lebih kritis setelah membaca makalah ini terutama
dalam menyikapi berbagai aliran yang muncul dalam Islam sehingga tidak terjebak
pada perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam.
Disarankan bagi mahasiswa untuk terus memperdalam ajaran akidah
keislamannya dengan benar, agar bisa memahami aliran-aliran agama yang benar
yang sesuai dengan Ahlus Sunah Wal Jamaah agar bisa selamat di dunia sampai
akhiran dan tidak mudah terjerumus ke dalam aliran agama yang salah (sesat)

28

DAFTAR PUSTAKA
Asiyah, Udji.,2012., Agama Islam II (isu-isu aktual dan capital selecta
keberagaman)., Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
http://www.belajarislam.web.id/2014/02/pengertian-agama-islam-secarabahasa.html.
Diakses pada 18 Mei 2014 Pukul 14.26
http://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-ihsan/.
Diakses pada 18 Mei 2014 Pukul 20.00
http://www.fadhilza.com/2009/09/tadabbur/perpecahan-dikalangan-umat-islam.html
Diakses pada 18 Mei 2014 Pukul 0:37

29

Vous aimerez peut-être aussi