Vous êtes sur la page 1sur 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing
terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Organisme
penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk
dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka
kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons
inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen
umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun
sebenarnya

definisinya

lebih

luas,

mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.


Sebagai petugas kesehatan sudah selayaknya kita memproteksi diri
kita agar tidak tertular infeksi. Pencegahan infeksi merupakan bagian
esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada klien. Tujuannya
untuk melindungi petugas kesehatan itu sendiri.
Untuk melindungi petugas pelayanan kesehatan dari infeksi baik lewat
darah dan lainnya, dibuatlah pedoman yang disebut universal precautions atau
kewaspadaan universal. Sejak diberlakukan dan mulai diterapkan pada rumah
sakit, serta mencegah penularan dari pasien ke pasien dan penularan petugas ke
pasien. Begitu pula, karena banyaknya penularan lewat darah, seperti

HIV/AIDS yang tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit atau tidak


terlihat sebagai orang yang terinfeksi, kewaspadaan umum dimodifikasi
agar menjangkau seluruh orang ke pasien dan klien yang datang ke
fasilitas layanan kesehatan, baik yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi.
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke
orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan
penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas

kesehatan). Dengan bekerja berdasarkan tujuan ini, maka berarti pemberi


asuhan kesehatan melindungi pasien, lingkungan dan dirinya sendiri.
B. Rumusan Masalah
1
1. Menjelaskan Proses Transmisi
Kuman
2. Menjelaskan Transmisi kuman dan cara penularan mikroorganisme
3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi proses infeksi
4. Menjelaskan infeksi Nosokomial
5. Menjelaskan pencegahan infeksi
6. Menjelaskan dan melakukan cara cuci tangan
7. Menjelaskan dan menggunakan alat pelindung diri
8. Menjelaskan dan melakukan prinsip sterilisasi dan desinfektasi
9. Menjelaskan dan melakukan penanganan sampah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Proses Tansmisi Kuman
2. Mengetahui Transmisi kuman dan cara penularan mikroorganisme
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi proses infeksi
4. Mengetahui infeksi Nosokomial
5. Mengetahui pencegahan infeksi
6. Mengetahui cara melakukan cuci tangan
7. Mengetahui cara menggunakan alat pelindung diri
8. Mengetahui cara dan melakukan prinsip sterilisasi dan desinfektasi
9. Mengetahui cara dan melakukan penanganan sampah
D. Metode Penulisan
1. Studi literatur
2. Browsing internet

BAB II
PEMBAHASAN

A. Menjelaskan Proses Transmisi Kuman


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kuman merupakan binatang
yang amat kecil yang menyebabkan penyakit kudis. Kuman adalah istilah
umum Indonesia dari pada hewan mikro biologis yang juga disebut dengan
nama bakteri. Biasanya kuman membawa bibit penyakit. Kuman adalah
organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, protozoa mikroskopik jahat

yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Kuman


bisa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan ringan maupun berat
pada tubuh organisme inangnya seperti manusia, hewan dan sebagainya.
Kuman pada umumnya tidak dapat terlihat dengan mata telanjang
namun ada di mana-mana. Mungkin kita tidak sadar bahwa pada tubuh kita
terdapat banyak sekali kuman yang dapat menyebabkan penyakit atau
gangguang kesehatan kita. Di dalam mulut, di daerah lipatan tubuh, di
rongga hidung, di kulit dan lain-lain terdapat kuman yang siap menyerang
kita jika kekebalan tubuh kita sedang lemah. Walaupun kecil, kuman dapat
menduplikasikan / menggandakan diri menjadi dalam waktu kurang lebih 20
detik.
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman kedalam tubuh
manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut
melibatkan beberapa unsur diantaranya:
1. Resevoir merupakan habitat bagi pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan,
maupun tana.
2. Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat
penampungan dari berbagai kuman, seperti saluran pernapasan,
pencernaan, kulit, dan lain-lain.
3. Inang (host) merupakan tempat

berkembangnya

suatu

mikroorganisme yang dapat didukung oleh ketahanan tubuh.


4. Jalan keluar merupakan tempat keluar mikroorganisme dari
reservoir, seperti sistem pernapasan, sistem pencernaan, alat
3

kelamin, dan lain-lain.


5. Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan
berbagai kuman mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air,
makanan, udara, dan lain-lain.
B. Menjelaskan Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi. Termasuk bakteri,
virus, fungi, dan parasit.
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada
manusia maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, diantaranya:
1. Kontak tubuh

Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara


langsung, maupun tidak langsung. Penyebaran secara langsung
melalui sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung
dapat melalui benda yang terkontaminasi.
2. Makanan dan minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi, seperti penyakit tifus abdominalis.
3. Serangga
Beberapa contoh penyakit yang ditularkan melalui lalat dapat
mengakibatkan penyakit saluran pencernaan.
4. Udara
Proses penyebaran kumai melalui udara dapat dijumpai pada
penyebaran penyakit sistem pernapasan.
Mikroorganisme biasanya hidup di mana-mana di lingkungan kita.
Biasanya menempel pada kulit dan saluran pernapasan atas. Semua manusia
rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar virus. Faktor-faktor pada
penularan penyakit yang menghasilkan mikroorganisme (patogen) dari
orang ke orang di gambarkan dalam Gambar B.1. Siklus Penularan
Penyakit
A
G
E
N
P E JA M U
YAN G
R E N TAN

W
A
D
U
K

T E M PA
T
M ASU
K

T E M PA
T
KELUA
R
CARA
PE N U L
ARAN

C. Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi


Infeksi berarti organisme yang berkoloni pada manusia yang
menimbulkan penyakit. Adanya kontak dengan dan memperoleh organisme
baru, walaupun meningkatkan risiko infeksi. Biasanya orang yang memiliki
mekanisme pertahanan alami yaitu sistem imun yang mampu bertahan atau
membasminya tidak akan menjadi infeksi.
Berikut merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi proses infeksi
1. Sumber penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan cepat
atau lambat.
2. Kuman penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme,
kemampuan

mikroorganisme

masuk

kedalam

tubuh

dan

virulensinya.
3. Cara membebaskan sumber dari kuman
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi
cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu,
penyinaran (cahaya), dan lain-lain.
4. Cara penularan
Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau
udara, dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
5. Cara masukya kuman
Proses penyebaran kuman berbeda, bergantung dari sifatnya. Kuman
dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit,
dan lain-lain.
6. Daya tahan tubuh
Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian sebaliknya, daya
tahan yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
7. Status gizi atau nutrisi
Status gizi dapat mempengaruhi proses infeksi. Apabila seseorang
dengan gizi yang buruk maka akan mempercepat proses infeksi, dan
seseorang dengan gizi yang sehat maka tubuh sesorang tersebut akan
memiliki daya tahan tubuh yang bagus sehingga memperlambat
proses infeksi bahkan imun akan melawan infeksi tersebut.
8. Tingkat stress tubuh

Stress pada seseorang juga dapat mempengaruhi proses infeksi,


karena tingkat stress yang tinggi dapat menghambat bahkan imun
yang kacau.
9. Faktor usia
Faktor usia dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
infeksi. Biasanya bayi, anak-anak dan lanjut usia rentan terkena
infeksi.
10. Kebiasaan yang tidak sehat
Kebiasaan hidup yang tidak sehat, seringnya makan fast food,
tidaknya steril pada sayuran dan buah-buahan dapat menjadi pemicu
penyebaran infeksi dengan cepat karena tubuh yang kurang asupan
gizi yang sehat.
D. Menjelaskan Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau
dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di
sumber pelayanan kesehatan, baik melaui pasien, petugas kesehatan,
pengunjung, maupun sumber lain. Berikut beberapa sumber penyebab
terjadinya infeksi nosokomial adalah:
1. Pasien
Paien merupakan undur pertama yang dapat menyebarkan infeksi ke
pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat
kesehatan lainnya.
2. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak
langsung yang dapat menularkan berbgai kuman ke tempat lain.
3. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang di dapat dari luar ke
dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang di dapat dari
dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
4. Sumber Lain
Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit
yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit
atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau
petugas kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya.

Pencegahan infeksi nosokomial dapat dicegah dengan strategi yang relatif


murah, yaitu:
1. Menaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama
kebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan.
2. Memperhatikan proses dan pencucian peralatan dan benda lain yang
kotor, lalu sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT).
3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi
pada agen penyabab infeksi sering terjadi.
E. Menjelaskan Pencegahan Infeksi
Fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan
adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pascabedah masih merupakan
masalah di beberapa negara, ditambah lagi dengan penyakit Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dan Hepatitis B yang belum
ditemukan obatnya.
1. Tindakan Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan
adalah:
a. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan.

Tujuannya

menghilangkan

jumlah

adalah

mengurangi

mikroorganisme,

baik

atau
pada

permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat


kesehatan dapat dengan aman digunakan.
b. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
c. Dekontaminasi, yaitu tindakan yang dilakukan agar benda
mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,
terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian
dilakukan. Contohnya meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan,
dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan
tubuh di saat prosedur bedah atau tindakan dilakukan.

d. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah,


cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan
kotoran.
e. Desinfeksi, yaitu tindakan pada benda mati dengan
menghilangkan

tindakan

pada

benda

mati

dengan

menghilangkan sebagian besar mikroorganisme penyebab


penyakit.
f. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), yaitu suatu proses yang
dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia.
Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa bakteri endosprora.
g. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, virus) termasuk
bakteri endospora.
2. Pedoman Pencegahan Infeksi
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke
orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan
meletakan penghalang di antara mikroorganisme dan individu.
Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik, ataupun kimia
yang meliputi:
a. Pencucian tangan.
b. Penggunaan sarung tangan, baik pada saat melakukan
tindakan,

maupun

saat

memegang

benda

yang

terkontaminasi.
c. Memakai perlengkapan pelindung.
d. Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada
kulit.
e. Alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, serta
desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi).
f. Menangani peralatan tajam dengan aman.
g. Pembuangan sampah.
F. Menjelaskan dan Melakukan Cara Cuci Tangan
Mencuci tangan merupakan membersihkan tangan dari segala kotoran
mulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu. Mencuci
kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan petugas kesehatan

dalam memberikan tindakan. Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan


tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan,
dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan. Kedua tangan harus dicuci
dengan sabun dan air bersih sesudah melepas sarung tangan karena
kemungkinan sarung tangn berlubang atau robek, sehingga bakteri dapat
dengan mudah berkembang biak di lingkungan yang hangat dan basah di
dalam sarung tangan.
1. Teknik Mencuci Biasa
Alat dan bahan:
a. Air bersih
b. Handuk
c. Sabun
d. Sikat lunak
e. Handuk atau lap kering
Prosedur kerja:
a. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin,
gelang atau jam tangan.
b. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dengan air.
c. Kemudian sabuni dan sikat bila perlu.
d. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
e. Keringkan dengan handuk atau lap kering.
2. Teknik Mencuci Dengan Desinfeksi
Alat dan bahan:
a. Air bersih
b. Larutan desinfektan lisol/ savlon
c. Handuk/lap kering
Prosedur kerja:
a. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin,
gelang atau jam tangan.
b. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dengan air.
c. Basahi dengan larutan desinfektan (lisol atau savlon) dan sikat bila
perlu.
d. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
e. Keringkan dengan handuk atau lap kering.
3. Teknik Mencuci Steril
Alat dan bahan:
a. Air bersih
b. Sikat steril

10

c. Alkohol 70%
d. Sabun
Prosedur kerja:
a. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin,
gelang atau jam tangan.
b. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dengan air.
c. Alirkan sabun (2-5 ml) ke tangan dan gosokkan tangan, lengan,
dan kuku sebanyak 15 kali gosokan, sedangkan telapak tangan
hingga siku sebanyak 10 kali gosokan.
d. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
e. Setelah selesai, tangan dibilas dan tetap di arahkan ke atas.
f. Gunakan sarung tangan steril.

G. Menjelaskan dan Menggunakan Alat Pelindung Diri


Petugas kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas-tugas yang
berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan.
Terutama seorang bidan, dalam pelaksanaanya bidan melakukan kontak
langsung dengan pasien dan dengan darah. Hal ini dapat meningkatkan
risiko terjadinya infeksi yang serius bahkan kematian. Untuk itu karena
risiko yang tinggi, panduan dan praktik perlindungan diri dari infeksi sangat
diperlukan untuk melindungi dari kemungkinan terkena infeksi.
1. Menggunakan Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan, dengan
tujuan mencegah dan melindungi tangan dari terjadinya penularan kuman
dan mengurangi risiko tertularnya penyakit. Penggunaan sarung tangan
ini harus diganti setiap kontak fisik dari satu pasien ke pasien lain.
Alat dan bahan:
a. Sarung tangan
b. Bedak atau talk
Prosedur kerja:
a. Cuci tangan secara menyeluruh
b. Bila sarung tangan belum dibedaki, ambil sebungkus bedak dan
tuangkan sedikit.

11

c. Pegang tepi sarung tangan dan masukkan jari-jari tangan. Pastikan


ibu jari dan jari-jari lain tepat pada posisinya.
d. Ulangi pada tangan kiri.
e. Setelah terpasang di kedua tangan, cakupkan kedua tangan.
2. Menggunakan Masker
Tindakan pengamanan yang menutup hidung, mulut, rahang, muka
bagian bawah, dan rambut muka (pada laki-laki) dengan menggunakan
masker, bertujuan untuk mencegah atau mengurangi transmisi droplet
mikroorganisme saat merawat pasien. Masker digunakan untuk menahan
cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau bidan bicara, batuk,
atau bersin dan mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang
terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.
Masker terbuat dari katun ringan, kasa, kertas sampai bahan sintetis yang
diantaranya tahan cairan. Masker yanng terbuah dari katun atau kertas
sangat nyaman di pakai namun sebagai filter tidak tahan cairan.
Sedangkan masker yang terbuat dari bahan sintesis mampu menahan
cairan namun kurang nyaman dipakai karena sukar untuk bernapas.
Alat dan bahan:
a. Masker
Prosedur kerja:
a. Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker.
b. Pegang kedua tali masker.
c. Ikatan pertama ada di bagian atas pada kepala, sedangkan ikatan
kedua berada pada bagian belakang leher.
3. Respirator
Semacam masker jenis khusus, disebut respirator partikel. Masker jenis
ini sulit untuk bernapas dan lebih mahal dari masker bedah
4. Pelindung Mata
Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata kalau terjadi cipratan
darah atau cairan tubuh lainnya. Berikut contoh perlengkapan untuk
mata:
a. Googles
1) Perlindungan terbaik
2) Mudah berkabut
3) Panas
4) Karet dan plastik
b. Kaca mata

12

1) Berkabut
2) Plastik keras
c. Masker dengan pelindung
1) Berkilau
2) Berkabut atau lembab
d. Pelindung muka
1) Berkilau
2) Pengikat sangat elastik, busa atau plastik
5. Kap
Kap dipakai untuk menutup rambut dan kepala. Kap harus cukup besar
untuk menutup semua rambut.
6. Gaun Penutup
Pemakaian utama dari gaun penutup adalah untuk melindungi pakaian
petugas pelayanan kesehatan. Gaun penutup biasanya teridiri dari celana
piyama dan baju. Baju dengan leher V. Gaun penutup diperlukan sewaktu
melakukan tindakan atau prosedur rutin bila baju tidak ingin kotor.
7. Gaun Bedah
Gaun bedah terubuat dari bahan tahan cairan, berperan dalam menahan
darah dan cairan lainnya, seperti ketuban.
8. Apron
Apron dibuat dari karet atau plastk sebagai pembatas tahan air di bagian
depan dari tubuh petugas kesehatan. Apron digunakan ketika sedang
membersihkan atau melakukan tindakan dimana darah dan tubuh
diantisipasi akan tumpah (persalinan perpaginam). Apron membuat
cairan yang tekontaminasi tidak mengenai baju dan kulit petugas
kesehatan.
9. Alas Kaki
Alas kaki dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam
atau berat atau cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.
Misalnya sepatu bot dari karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus
dijaga kebersihannya.
H. Menjelaskan dan Melakukan Prinsip Sterilisasi dan Desinfektasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua
bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses
fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman patogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada

13

alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi,
atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi
panas kering, sterilisasi gas (Formalin, H2O2), dan radiasi ionisasi. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada sterilisasi, di antaranya:
1. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan
masih berfungsi.
2. Peralatan yang akan disterilisasi harus dibungkus dan diberi label
yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan
tanggal pelaksanaan steril.
3. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril.
4. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu
mensteril selesai.
5. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang
steril.
6. Saat mendinginkan

alat

steril

tidak

boleh

membuka

pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.


Cara Sterilisasi
Beberapa alat yang perlu disterilisasi:
1. Peralatan logam (pinset, gunting, spekulum, dan lain-lain).
2. Peralatan kaca (semprit, tabung kimia, dan lain-lain).
3. Peraltan karet (kateter, sarung tangan, pipa lambung, drain, dan lain4.
5.
6.
7.
8.

lain).
Peralatan ebonit (kenule rektum, kenule trakea, dan lain-lain).
Peralatan email (bengkok, baskom, dan lain-lain).
Peraltan porselin (mangkuk, cangkir, piring, dan lain-lain).
Peraltan plastik (selang infus dan lain-lain).
Peralatan tenunan (kain kasa, tampon, doek baju, seprai, dan lain-lain).

Prosedur kerja:
1. Bersihkan peralatan yang akan disterilisasi.
2. Peralatan yang dibungkus harus diberi label (nama, jenis obat, dan
tanggal jam disterilisasi).
3. Masukkan ke dalam sterilisator dan hidupkan sesuai waktu yang
ditentukan.
4. Cara sterilisasi:

14

a. Sterilisasi dengan merebus dalam air mendidih sampai 100 C


selama 15-20 menit untuk logam, kaca, dan karet.
b. Sterilisasi dengan stoom. Menggunakan uap panas di dalam
autoclave dengan waktu, suhu, dan tekanan tertentu.
c. Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi
untuk logam yang tajam dan lain-lain.
d. Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti
alkohol untuk sarung tangan dan kateter.
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme
patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian terhadap
endospora bakteri atau tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman
patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat
pada alat medis. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan
desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam, dan menjemur
untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengondisikan alat dalam keadaan
siap pakai. Kemampuan desinfektasi ditentukan oleh waktu sebelum
pembersihan objek, kandungan zat organik, tipe dan tingkat kontaminasi
mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, kealamian objek, suhu, dan pH.

Cara Desinfeksi
1. Cara Desinfeksi dengan Mencuci
Prosedur kerja:
a. Cucilah alat seperti pinset, gunting, dan lainnya dengan larutan
desinfektan sebelum dilakukan sterilisasi.
2. Cara Desinfeksi dengan Meredam
Prosedur kerja:
a. Rendam alat-alat dengan larutan desinfektan seperti lisol 0,5%
b. Rendam peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam
3. Cara Desinfeksi dengan Menjemur
Prosedur kerja:
a. Jemur kasur, tempat tidur, urineal, pispot, dan lain-lain. Masingmasing selama 2 jam.

15

4. Cara Membuat Larutan Desinfeksi (sabun)


Alat dan bahan:
a. Sabun padat/krim/cair
b. Gelas ukur
c. Timbangan
d. Sendok makan
e. Alat pengocok
f. Air panas/ hangat dalam tempatnya
g. Baskom
Prosedur kerja:
a. Masukkan 4gr sabun atau krim ke dalam 1 liter air panas/hangat,
kemudian diaduk sampai larut.
b. Masukkan 3 cc sabun cair ke dalam 1 liter air panas/ hangat,
kemudian diaduk sampai larut.
Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan atau peralatan medis.
5. Cara Membuat Larutan Desinfeksi (lisol atau kreolin)
Alat dan bahan:
a. Larutan lisol atau kreolin
b. Gelas ukur
c. Baskom berisi air
Prosedur kerja:
a. Masukkan larutan lisol atau kreolin 0,5% sebanyak 5 cc ke dalam 1
liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan.
b. Masukkan larutan lisol atau kreolin 2% atau 3% sebanyak 20 cc atau
larutan lisol/kreolin 3% sebanyak 30cc ke dalam 1 liter air. Larutan
ini dapat digunakan untuk merendam peralatan medis.
6. Cara Membuat Larutan Desinfeksi (savlon)
Alat dan bahan:
a. Savlon
b. Gelas ukur
c. Baskom berisi air
Prosedur kerja:
a. Masukkan larutan savlon 0,5% sebanyak 5 cc ke dalam 1 liter air.
b. Masukkan larutan savlon sebanyak 10 cc ke dalam 1 liter air.
I. Menjelaskan dan Melakukan Penanganan Sampah

16

Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia


dan sudah tidak dipakai atau sudah dibuang manusia. Sampah dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Padat. Sampah padat dibagi lagi menjadi 2 bagian menjadi sampah
organik dan non organik. Sampah organik adalah sampah yang berasal
dari alam, bisa membusuk dan dapat di daur ulang misalnya sampah
sisa makanan, sayuran, tumbuhan, dan lain-lain. Sedangkan sampah
non-organik adalah sampah yang bukan berasal dari alam, tidak dapat
membusuk dan merupakan hasil produk manusia dan sulit untuk di
uraikan oleh alam sendiri. Sampah jenis ini dapat di daur ulang
menjadi sebuah kerajinan atau di olah kembali, seperti karet, plastik,
logam, besi, kaca.
2. Cair. Sampah cair dapat berupa limbah perumahan, dan pabrik.
Sampah jenis ini biasanya mengandung bahan kimia, misalnya pada
limbah perumahan biasanya mengandung detergen.
3. Gas. Sampah dalam bentuk gas merupakan jenis sampah yang sangat
sulit untuk diatasi. Jenis sampah ini sukar untuk dikumpulkan karena
orang dengan seenaknya membuang sampah jenis ini langsung ke
alam. Misalnya asap cerobong pabrik dan asap knalpot kendaraan.
Pengelolaan sampah
1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Sampah dikumpulkan berdasarkan kelompokya, seperti sampah basah,
sampah kering, dan sampah benda tajam. Berdasarkan kelompoknya
sampah

tersebut

dikumpulkan

tersendiri

kemudian

dilakukan

pengangkutan.
2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Sampah dimusnahkan atau dikelola dengan cara sebagai berikut:
ditanam dan di bakar. Biasanya jenis sampah yang digunakan adalah
jenis sampah organik.

BAB III

17

PENUTUP
A. SIMPULAN
Pada pelayanan medis dan kesehatan selalu dihadapkan pada risiko
infeksi, bukan hanya pada pelayanan medis dan kesehatan, dalam ruang
lingkup terkecil pun misalnya rumah pasti ada risiko terjadinya infeksi.
Kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya infeksi.
Untuk itu kewaspadaan sangat diperlukan untuk mencegah bahkan
menghentikan infeksi.
B. SARAN
Cara pencegahan infeksi pun dapat mulai dari dri kita sendiri. Mulai
dari membersihkan diri, lingkungan sekitar, makanan, dan lain-lain.
Sebagian besar infeksi dapat dicegah dengan strategi-strategi berikut:
1. Menaati
praktik-praktik
pencegahan
infeksi

yang

direkomendasikan, khususnya cuci tangan dan pemakaian sarung


tangan.
2. Memperhatikan proses-proses dekontaminasi dan pembersihan
alat- alat kotor yang diikuti dengan sterilisasi atau disinfeksi
tingkat tinggi
3. Meningkatkan keamanan di ruang operasi dan area-area lain yang
beresiko tinggi dan paparan terhadap infeksi sering terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. (2011). KDPK KEBIDANAN Teori
dan Aplikasi (cetakan ketiga). Yogjakarta: Nuha Medika.
Dinata, Arda. (2010). Apa beda kuman, virus, dan bakteri?. [online].
Tersedia: http://arda.students-blog.undip.ac.id/2010/04/18/apa-bedakumanvirus-dan-bakteri/. [ 30 September 14].
Tietjen, Linda, dkk. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas (edisi
Indonesia. cetakan kedua). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Uliyah, Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat. (2008). Keterampilan
Dasar Praktik Klinik untuk
20 Kebidanan (edisi kedua). Jakarta:
Salemba Medika.

18

Vous aimerez peut-être aussi