Vous êtes sur la page 1sur 17

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

DI BENGKEL MOTOR

OLEH
KELOMPOK 3
Muhammad Reza Syarif

135070209111009

Dayinta Bayu Restiputri

135070209111030

Naomi Lessnussa

135070209111031

Marnia Sulfiana

135070209111032

Nirmala Ramli

135070209111033

Eka Permata

135070209111036

Rose Rona Aisyah

135070209111039

Sandi Canggih

135070209111045

Rahman

135070209111077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

DI BENGKEL MOTOR

Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya


kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun
yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, bengkel tempat bekerja, dan
lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung. Sejalan dengan kemajuan
teknologi, maka permasalahan keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang
sangat penting, mengingat resiko bahaya dalam penerapan teknologi juga semakin
kompleks. Keselamatan kerja merupakan tanggungjawab semua orang baik yang
terlibat langsung dalam pekerjaan dan juga masyarakat produsen dan konsumen
pemakai teknologi pada umumnya.
Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat kita, termasuk pekerja sepeda motor,
kurang memperhatikan keselamatan kerja. Kemungkinan penyebabnya pertama,
mereka mungkin tidak memiliki pengetahuan tentang keselamatan kerja. Kedua,
mereka sudah tahu, tetapi mengabaikan karena punya kebiasaan buruk. Kebiasaan
tidak mematuhi aturan keselamatan kerja untuk pekerja mekanik sepeda motor tidak
dapat ditolerir. Untuk menjadi pekerja profesional, setiap orang wajib terlebih dahulu
mempelajari keselamatan kerja. Semuanya ada aturan, dan aturan keselamatan kerja
harus dilaksanakan dengan kesadaran yang tinggi. Sikap dan kebiasaan kerja yang
professional dibentuk melalui disiplin yang kuat. Bahkan, sikap dan kebiasaan kerja
merupakan kunci sukses seorang teknisi yang sukses.
Bengkel Aji Motor milik Ajianto berada di Jalan belakang Stasiun kota baru
kota Malang. Bangunannya hanya 4 meter di pinggir jalan utama Malang-Blitar

dengan konstruksi sederhana, yang memiliki peralatan suku cadang yang cukup
lengkap, dengan ukuran 5 x 10 meter. Usaha Aji adalah usaha mandiri sejak
tahun1997, beliau membuka usahanya bersama-sama dengan teman-temannya
sesama pecinta motor Vespa. Tahun-tahun awal dibukanya usaha bengkel ini hanya
khusus melayani reparasi motor dan body Vespa, hingga saat ini juga melayani segala
jenis motor. Bengkel ini dibuka setiap harinya mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5
Sore. Bengkel ini setiap harinya menjual suku cadang dan melakukan service motor.
Namun Tempat usaha milik Aji ini tidak memiliki Surat Izin Mendirikan Usaha.
Pekerja yang bekerja di bengkel ini terdiri dari 4 orang. Tiga orang diantaranya
melakukan service mesin motor dan Aji khusus repair body vespa. Dalam
perbengkelan ini pekerja hanya melakukan service motor seperti menganti oli, tambal
ban, mengisi angin, dan penjualan suku cadang dan repair body motor.
A. Identifikasi Bahaya
Mengenali, menemukan, dan menentukan ada tidaknya bahaya resiko kesehatan
dan keselamatan pada pekerja bengkel, baik resiko yang timbul akibat proses kerja,
cara kerja, alat dan bahan yang dipakai di bengkel motor.
Potensi bahaya di bengkel motor :
1.
2.
3.
4.
5.

Fisik: tuli, memar, terjatuh, terpotong, terbentur, terpukul.


Kimia: kanker, kontak dengan bahan kimia terus menerus seperti oli, cat, dll.
Biologi: pilek, alergi, infeksi, panu
Psikologi: stres, pusing, jengah, bosan
Ergonomic: pegal, bungkuk, kesemutan, ketidaknyamanan.

B. Tiga Komponen Kesehatan Kerja

Ada tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka dapat tercapailah suatu
derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila
terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit
ataupun kecelakaan akibat kerja.
1.

Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal.

2.

Beban Kerja
Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat,
akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut
memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja
yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.

3.

Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dan dapat menimbulkan kecelakaan kerja (occupational

accident), penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja


(occupational disease & work related diseases).
C. Identifikasi Bahan Berbahaya
1.

Bahan-bahan kimia di bengkel


Di dalam bengkel motor biasanya terdapat bahan bakar dan minyak pelumas
seperti bensin atau premium, solar dan ada kalanya minyak tanah, oli dan gemuk.
Bahan ini dipergunakan untuk percobaan menghidupkan mesin maupun sebagai
bahan pencuci. Bahan bakar mempunyai sifat yang mudah sekali menguap. Uap
bensin mempunyai berat jenis yang lebih ringan dari udara. Bila dibiarkan, uap
bensin dengan udara sangat mudah menyambar percikan api dan menimbulkan
kebakaran dan ledakan. Gemuk dipergunakan untuk melindungi komponen yang
selesai dibersihkan atau untuk membantu pemasangan komponen. Pemakaian
yang berlebihan akan menyebabkan benda kerja malah jadi kotor atau hinggap
pada bagian-bagian lain atau di lantai.

2.

Asap berbahaya di bengkel motor


Gas sisa pembakaran yang keluar dari knalpot (silencer) mengandung karbon
monoksida (CO). Pembakaran yang sempurna menyisakan gas karbon
monoksida yang tidak berwarna, namun tetap berbahaya. Bila pembakaran tidak
sempurna, maka asap hitam akan mengepul. Gas ini adalah racun, masuk ke
dalam paru-paru melalui pernafasan yang dapat mematikan manusia.

3. Kebisingan di bengkel motor

Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak
teratur dan periodik, kebisingan merupakan suara yang tidak dikehandaki.
Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan frekwensi antara 16-20.000 Hz,
dan intensitas dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara terus menerus.
Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini disebut
critical level of intensity. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang
timbul di bengkel motor. Sumber kebisingan berasal dari suara mesin gerinda dan
suara kompresor pada proses perbaikan dan perawatan sepeda motor. Pengaruh
utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif. Gangguan kebisingan di
tempat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.

Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising.
Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.
Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembicara terpaksa berteriakteriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan.
Kebisingan juga dapat mengganggu cardiac out put dan tekanan darah.

b. Gangguan psikologis

Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis. Suara


yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit
konsentrasi dan berfikir dan lain-lain.
c. Gangguan patologis organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat
pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen.
4.

Suhu udara di bengkel motor


Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari
metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas
lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya
semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula panas tubuh akan hilang.
Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat
dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas
lingkungan. Selama pertukaran ini serasi dan seimbang, tidak akan menimbulkan
gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja. Tekanan panas yang
berlebihan akan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan
diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan dapat menyebabkan
beban fisiologis misalnya kerja jantung menjadi bertambah.

D. Faktor Resiko
1.

Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Pengetahuan mengenai K3 tentunya berbeda tiap individu yang bekerja
khususnya pada sektor informal. Di bengkel ini pekerja kurang mengetahui
mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja. pekerja tersebut mengetahui dan
menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja ketika
melakukan pekerjaannya namun lebih berpedoman melakukan sesuatu dengan
hati-hati. Pekerja sadar akan resiko dan bahaya yang dapat timbul ketika bekerja.
Mereka sering mengalami kecelakaan dalam bekerja tetapi mereka menganggap
hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dan tak perlu dikhawatirkan lagi. Mereka
juga berfikir bahwa kecelakaan terjadi begitu saja atau tanpa terduga serta
menganggap hal tersebut adalah takdir.

2.

Kondisi lingkungan kerja


Menurut Stewart, Kondisi Kerja adalah serangkaian kondisi atau keadaan
lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para
karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini
adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat
menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di
lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan
keamanan kerja. Pada dasarnya, terdapat ruang lingkup dalam penentuan bahaya
atau hazard di tempat kerja. Yakni mencakup pengenalan, evaluasi dan

pengendalian. Pada kondisi lingkungan kerja bengkel tersebut dapat dikenali


potensi hazard yang ada, yaitu:
a. Potensi hazard lingkungan fisik
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas
penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. Potensi hazard lingkungan fisik
ini meliputi kebisingan. Nilai ambang batas untuk kebisingan adalah 85 dB
untuk 8 jam pemajanan, 90 dB untuk 4 jam pemajanan, 95 dB untuk 2 jam
pemajanan, dan seterusnya. Sumber kebisingan yang ada terletak pada saaat
pekerja menyalakan mesin motor yang mengakibatkan ruangan tersebut
menjadi bising. Jenis kebisingan ini termasuk intermittent noise atau
kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah. Potensi
bahaya juga timbul pada asap knalpot yang bertebaran sehingga berisiko
mengenai mata atau terhirup melalui saluran pernafasan.
b. Potensi hazard lingkungan fisiologis
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan
norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta
peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan
kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan
pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.

Potensi hazard lingkungan fisiologis meliputi ergonomis. Pada saat melakukan


service pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut pada posisi berdiri tanpa
kursi terlebih di tambah dengan suara bising dari kendaraan. Posisi duduk
dapat mengakibatkan sakit punggung karena terlihat pada posisi duduk
pekerja tersebut membungkuk tanpa kursi.
c. Potensi hazard lingkungan kimia
Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan),ingestion (melalui

mulut

ke

saluran

pencernaan), skin

contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh


tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya racun bahan (toksisitas); cara masuk
ke dalam tubuh. Potensi bahaya yang timbul pada saat melakukan penggantian
oli dan tidak menggunakan sarung tangan kemudian terjadi ingestion (melalui
mulut ke saluran pencernaan) dan terjadi kontaminasi pada jenis kimia
tersebut (oli).
3.

Penggunaan APD
Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak menggunakan
APD (alat pelindung diri) dalam bentuk apapun. Alat pelindung diri
diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko
dari bahaya. Pada bidang bengkel ini, APD yang seharusnya digunakan yaitu :

a. Sarung tangan
Dengan menggunakan sarung tangan, pekerja bengkel dapat melindungi bagian
tangan dari temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat,, bahan kimia,
infeksi kulit.
b. Masker
Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung daridebu,
uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
c. Pakaian lengan panjang
Menggunakan pakaian lengan panjang saat bekerja di bengkel sangat penting
pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari temperatur ekstrim, cuaca
buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, penetrasi benda tajam (alat-alat
bengkel).
d. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu yang
nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh,
cipratan bahan kimia (misalnya oli).
APD di atas dapat melindungi bagia-bagian tubuh pekerja untuk menimalisir
kecelakaan kerja selama bekerja. Dan sebaiknya harus diterapkan pada pekerja
yang bekerja di bengkel.
4.

Pencegahan/ pengendalian kecelakaan kerja

Dalam

mencegah/mengendalikan

kecelakaan

kerja,

para

pekerja

tidak

mempunyai program atau prosedur apapun, pekerja hanya mencegah terjadinya


kecelakaan kerja dengan bersikap hati-hati pada tiap aktivitasnya.
5.

Fasilitas kesehatan
Di bengkel ini tidak mempunyai fasilitas kesehatan. Jika terjadi kecelakaan,
maka pekerja tersebut mengobati dirinya sendiri dengan membeli obat di apotik
dan biaya pengobatan di tanggung oleh pemilik bengkel. Para pekerja biasanya
mengalami kecelakaan kerja seperti, tidak segaja memukul tangannya pada saat
melakukan service motor. Sebaiknya perlu ada fasilitas kesehatan meski usaha ini
hanya bergerak di bidang sector informal. Penyediaan kotak P3K (pertolongan
pertama pada kecelakaan) saat terjadi kecelakaan kerja saat bekerja harusnya
lebih diperhatikan oleh suatu pengusaha.

E. Cara Mencegah dan Menangani


Keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari 5 (lima) aspek yang perlu
diperhatikan selama bekerja, yakni sebagai berikut:
1.

Kondisi lingkungan bengkel otomotif (tempat kerja)


Dalam penerapan konsep keselamatan kerja, satu hal yang harus kita
perhatikan adalah bagaimana lingkungan kerjanya. Kita harus memahami
lingkungan kerja kita sebelum kita menerapkan keselamatan kerja, bengkel
otomotif merupakan lingkungan kerja dengan spesifikasi kondisi yang khusus.

Di bengkel ini, kita mendapati banyak kondisi yang dapat menyebabkan


kecelakaan kerja. Setiap kondisi dan alat serta bahan yang kita pergunakan pada
saat bekerja harus kita sesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya bahan yang
mudah terbakar, bahan yang licin, tajam, dan sebagainya. Hal ini harus kita
perhitungkan sebagai aspek keselamatan kerja yang akan kita terapkan.
Jika kita mampu menganalisa kondisi lingkungan kerja, maka kita dapat
memberikan antisipasi penanganan yang tepat. Antisipasi penanganan yang tepat
ini dimaksudkan untuk menyediakan sarana keselamatan kerja yang sesuai
dengan kebutuhannya. Hal ini hanya dapat kita lakukan jika kita benar-benar
mengenali segala aspek yang ada di lingkungan kerja. Setiap aspek yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja harus kita sediakan sarana keselamatan yang
tepat.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja perlu diperhatikan, sebab hal tersebut
merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar tenaga
kerja dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja misalnya temperatur, kelembaban udara,
sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, yang berpengaruh
terhadap hasil kerja.
2.

Alat keselamatan kerja di bengkel otomotif


a.
b.
c.
d.
e.

Alat pemadam kebakaran


Pakaian kerja
Sepatu kerja
Sarung tangan kerja
Kacamata

f. Topi
g. Himbauan
3.

Bekerja dengan aman dan rapi


Bekerja dengan aman dan rapi antara lain dengan menjaga agar tempat kerja
selalu bersih, dan saat pekerjaan selesai kembalikan segala sesuatunya dengan
teratur, suku cadang bekas harus dikumpulkan dalam kantong plastik untuk
selanjutnya dibuang atau dikembalikan ke pelanggan (customer), memarkir
kendaraan yang akan diperbaiki di dalam garis stall, jangan sampai keluar karena
akan mengganggu kendaraan lain, tidak menempatkan sesuatu di tengah jalan
atau pintu masuk walaupun untuk sementara, karena akan mengganggu mobil
keluar atau masuk, tidak meninggalkan kunci atau suku cadang di lantai, dimana
dapat menyebabkan anda atau orang lain tersandung atau terpeleset, biasakan
menempatkan mereka pada pada caddy atau meja kerja, membersihkan dengan
segera setiap bahan bakar, oli atau gemuk yang tertumpah, membersihkan alatalat atau SST yang telah dipakai.
Bengkel

kerja

juga

diberlakukan

sistem

pengkodean

warna

untuk

keselamatan. Lebih lanjut Storm (1993) menjelaskan: (a) warna merah


mengindikasikan bahaya atau berhenti beroperasi; (b) warna orange, untuk
bagian komponen dari mesin yang berbahaya, misal bagian pemotong,
pengangkat, berputar dan sebagainya; (c) warna kuning sebagai tanda peringatan
karena bagian atau komponen yang berbahaya; (d) warna hitam didalam kuning,
berarti terdapat bahaya radiasi; (e) warna hijau, berarti daerah aman misal tempat

kotak P3K dan peralatan keselamatan kerja; dan (f) warna biru sebagai ramburambu informasi.
4.

Menangani Kendaraan pelanggan

Selama bekerja, pakailah selalu fender cover, seat cover, dan floor cover agar
tidak merusak atau mengotori kendaraan.

Jagalah selalu kebersihan fender cover dan seat cover.

Oli atau gemuk yang ada pada tangan atau alat-alat anda dapat mengotori
kendaraan. Karena itu tangan dan alat-alat harus dijaga agar tetap bersih.

Jangan sekali-kali memasukkan benda yang tajam seperti obeng ke dalam


kantong baju karena dapat merusak kendaraan dan melukai anda sendiri
misalnya anda terjatuh.

Bersihkan selalu minyak dan oli yang tertumpah sehingga kendaraan tidak
dalam keadaan kotor. Jika oli yang tertumpah dibiarkan begitu saja, langganan
akan mengira terdapat kebocoran pada kendaraannya, lalu membawanya
kembali ke bengkel.

Apabila kendaraan tertumpah minyak rem, jangan mengelap tumpahan karena


dapat merusak cat. Cara menanganinya adalah dengan memberi air pada
tempat yang tertumpah minyak rem.

5.

Perilaku didalam bengkel


a. Jangan meninggalkan peralatan dan komponen dilantai karena orang lain
dapat tersandung karenanya.

b. Bersihkan tumpahan bahan bakar, oli atau stemplet dengan segera untuk
mencegah agar tidak ada yang tergelincir dilantai.
c. Jangan bekerja dengan posisi tubuh yang tidak nyaman. Hal ini tidak hanya
mempengaruhi efisiensi kerja, juga dapat menyebabkan terjatuh atau cidera.
d. Berhati-hatilah saat menangani benda-benda yang berat, karena anda dapat
terluka bila benda-benda tersebut menjatuhi kaki anda, atau punggung anda
bisa cidera.
e. Jangan merokok saat bekerja terutama jika sedang bekerja dekat switch, papan
switch, motor listrik, perawatan sistem bahan bakar, motor listrik, baterai yang
sedang diisi, dll.
f. Peralatan kelistrikan, hidrolik dan pneumatik dapat menyebabkan cidera
serius

bila

tidak

digunakan

dengan

benar.

Baca

buku

petunjuk

penggunaannya.
g. Kenakan kacamata pelindung sebelum menggunakan peralatan yang
menebarkan serpihan-serpihan kecil.
h. Jangan menggunakan sarung tangan saat bekerja dengan peralatan yang
berputar atau saat bekerja diarea menggerakkan rotasi.
i. Untuk menaikkan kendaraan pada lift, pertama-tama angkatlah ban sampai
berada sedikit diatas permukaan tanah lalu pastikan bahwa kendaraan telah
ditopang dengan aman pada lift sebelum menaikkan kendaraan seluruhnya.
Jangan pernah menggoyang kendaraan bila telah dinaikkan karena kendaraan
dapat jatuh dan melukai anda atau orang disekitar anda.
Pada umumnya kecelakaan kerja terjadi karena dua faktor, yakni kecelakaan
dikarenakan faktor manusia dan kecelakaan dikarenakan faktor fisik seperti mesin,
peralatan, rendahnya standar pengamanan peralatan, dan lingkungan kerja yang

buruk. Jadi bijaklah dalam bekerja dengan memperhatikan aspek-aspek keselamatan


kerja tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sumamur. 1985. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung
Agung
Sumamur. 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sector Informal di Indonesia. Direktorat
Bina Peran Masyarakat Depkes RI
Buchari. 2007. Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Bennet N.B dan Silalahi, Rumondang. 1995. Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan kerja. Pustaka Bianaman Pressindo

Vous aimerez peut-être aussi