Vous êtes sur la page 1sur 44

ASMA BRONKIAL

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Asma merupakan penyebab utama penyakit kronis pada
masa kanak-kanak. Asma merupakan diagnosis masuk yang
paling sering dirumah sakit anak dan berakibat kehilangan 57 hari sekolah. Sebanyak 10-15% pada anak laki-laki dan 710% pada anak perempuan. Sebelum pubertas anak laki-laki
2 kali lebih banyak menderita asma daripada anak wanita.
Setelah masa pubertas insiden menurut jenis kelamin sama.
Asma dapat menyebabkan gangguan psikososial pada
keluarga,

namun

dengan

pengobatan

yang

tepat,

pengendalian gejala menjadi lebih baik.(1)

B.

Epidemiologi dan Prevalensi


Asma dapat timbul pada segala umur, 30% gejala timbul
pada usia 1tahun, 80-90% gejala pertama timbul sebelum 45 tahun. Belum ada peyelidikan meyeluruh mengenai angka
kejadian asma pada anak diindonesia, namun diperkirakan
berkisar antara 5-10% baik prevalensi maupun mortalitas
asma meningkat selama 2 dekade terakhir.

Penyebab

kenaikan prevalensi ini tidak diketahui, tetapi beberapa


faktor yang dihubungkan dengan timbulnya asma ataupun
kenaikan mortalitas telah diketahui. Faktor-faktor resiko
timbulnya asma adalah kemiskinan, ras kulit hitam, umur ibu
kurang dari 20 tahun dari saat melahirka, ibu merokok (lebih
dari setengah bungkus 1 hari), ukuran rumah kecil (kurang
dari 8 kamar), ukuran keluarga besar ( lebih dari 6 anggota

keluarga dan paparan allergen masa bayi kuat (10 ug


allergen tungau debu rumah)(1,2)

BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi
Batasan

asma

yang

lengkap

mengambarkan

konsep

inflamasi sebagai dasar mekanisme terjadinya asma dikeluarkan


oleh GINA. Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik
saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel
mast, eosinofil, dan limfosit T. pada orang yang rentan inflamasi ini
menyebabkan episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada
tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini
biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas
namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversible baik
secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga
berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai
rangsangan.(1,2,3,4)

B.Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang
peranan utama adalah reaksi yang berlebihan dari trakea dan
bronkus (hipereaktivitas bronkus). Hipereaktivitas bronkus ini
belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Namun diduga karena
adanya hambatan sebagian sistm adrenergic-beta, kurangnya
enzim adenil siklase dan meningginya tonus system parasimpatis.
Keadaan demikian cenderung meningkatkan tonus parasimpatis
bila ada rangsangan sehingga terjadi spasme bronkus. Asma
merupakan gangguan kompleks yang melibatkan banyak faktor
yang

turut

menentukan

derajat

reaktivitas

atau

iritabilitas

tersebut, karena itu asma disebut penyakit multi factorial.(1,2)

Faktor-faktor yang erat hubunganya dalam proses terjadinya


manifestasi asma adalah:
1. Faktor GenetiK
2. Allergen

Allergen Hirup ( inhalan )


-

Debu rumah, tungau debu rumah

Bulu binatang

Kapuk dan wol

Allergen Makanan ( ingestan )


-

Pada anak usia < 3 tahun ( susu, telur )

Pada anak usia > 3 tahun ( buah, coklat, kacang,


ikan laut )

3. Bahan Iritan
-

Bau cat, hair spray, parfum, bahan bahan kimia,


asap rokok.

Polusi udara

Udara dingin

Air dingin

4. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca sering dihubungkan sebagai pencetus asma,
tetapi mekanisme dari efek ini belum dapat diketahui.
5. Infeksi
-

Infeksi virus

Infeksi jamur

Infeksi bakteri

Infeksi parasit

6. Latihan Jasmani
-

Lari dan naik sepeda

7. Faktor Emosi
Faktor

emosi

dapat

mengakibatkan

peninggian

aktifitas

parasimpatis, baik perifer maupun sentral, sehingga terjadi


peningkatan

aktifitas

kolinergik

yang

mengakibatkan

eksaserbasi asma. Faktor emosi dapat bersumber dari masalah


antara kedua orangtua dengan anak atau masalah dengan
teman atau guru disekolah.
8. Refluks Gastroesofagus
Iritasi trakeobronkial karena isi lambung dapat memberatkan
asma pada anak dan orang dewasa.
9. Rinitis allergi, Sinusitis, dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas

C. KLASIFIKASI
Secara arbiteri KNAA membagi asma anak menjadi 3 derajat
penyakit :
Parameter

klinis,

Asma

kebutuhan

obat,

jarang

episodik

Asma

episodik

(Asma

sering

(Asma

Asma persisten
(Asma berat)

dan faal paru


1.
frekuensi

ringan)
< 1x/bulan

sedang)
> 1x/bulan

sering

serangan
2. lama serangan

< 1 minggu

1minggu

Hampir
tahun,

sepanjang
tidak

ada

3.Intensitas

Biasanya ringan

Biasanya sedang

remisi
Biasanya berat

serangan
4.
Diantara

Tanpa gejala

Sering ada gejala

Gejala

serangan
5.
Tidur

Tidak terganggu

Sering terganggu

malam
Sangat terganggu

aktivitas
6.
Pemeriksaan

Normal

Mungkin terganggu

tidak

fisis

diluar

ditemukan

(ditemukan

normal

serangan
7. Obat pengendali

kelainan)
Tidak perlu

kelainan)
Perlu, non steroid

Perlu, steroid

(anti inflamasi)
8. Uji faal paru

PEF/FEV1>80%

PEF/FEV1 60-80%

PEF/FEV1<60%

9. Variabilitas faal

Variabilitas >15%

Variabilitas >30%

Variabilitas 20-30%
Variabilitas >50%

paru

(bila

dan

ada

(tidak

siang

dan

pernah

serangan)

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi asma ditandai dengan 3 kelainan utama pada
bronkus yaitu : bronkokonstriksi otot bronkus, inflamasi mukosa
dan bertambahnya secret yang berada pada jalan napas. Pada
stadium permulaan terlihat mukosa jalan napas pucat, terdapat
edema, dan sekresi lendir bertambah. Lumen bronkus dan
bronkiolus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh
darah, infiltrasi sel eosinofil bahkan juga dalam sekret di saluran
napas. Pada stadium lanjut akan terlihat deskuamasi epitel,
penebalan

membrane

hialin

basal,

hiperplasi

serat

elastin,

hiperplasi dan hipertrofi otot bronkus dan jumlah sel goblet


bertambah. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya asma
sehingga belum ada patogenesis yang dapat menerangkan semua
penemuan pada penyelidikan asma. Akhir akhir ini patogenesis
asma sering dikaitkan dengan proses inflamasi dan prosesnya
dinamakan

inflamasi

allergic,

dimana

bila

penderita

alergi

diberikan sejumlah allergen maka respon yang terjadi beberapa


menit setelah penderita kontak dengan allergen dan berakhir 1 2
jam kemudian, dinamakan respon asma fase cepat atau RAFC.
Pada sebagian penderita gejala asma akan muncul kembali pada
jam 4 8 dan berlangsung 12 48 jam tanpa penderita harus
kontak kembali dengan allergen tadi, respon kedua ini dinamakan
sebagai respon asma fase lambat atau RAFL.

Respon Asma Fase Cepat / RAFC


Allergen yang masuk ke tubuh penderita alergi, akan
berikatan dengan 2 molekul Ig E yang telah menempel pada
mastosit atau basofil, interaksi mengakibatkan sel sel
tersebut mengalami degranulasi dan mengeluarkan berbagai
mediator

seperti

histamine,

leukotrin,

prostaglandin,

bradikinin, PAF (Platelet Activating Factor ), enzim tripase,


sitokin. Mediator mediator tadi merupakan fase awal proses
in flamasi yang kemudian terjadi akumulasi sel sel radang.
Pada fase ini terjadi peningkatan permeabelitas kapiler,
edema jaringan, serta kontraksi otot polos bronkus yang
akan menimbulkan gejala asma.

Respon Asma Fase Lambat / RAFL


Setelah terjadi RAFC 30 70 % penderita akan mengalami
RAFL, suatu gejala asma yang akan terjadi lebih berat dan
lebih lama dibandingakan dengan RAFC. Pada pemeriksaan
biopsy maupun analisa sitologi cairan bilasan bronkus
menunjukkan infiltrasi sel sel radang yang selanjutnya
mengeluarkan mediator antara lain MBP ( Mayor Basic
Protein ), ECP ( Eosinofil Cationic Protein ) yang merusak
epitel bronkus sehingga terjadi deskeasi seluruh nafas.
Sumbatan jalan napas dapat juga terjadi karena peningkatan

jalan

napas,

terperangkapnya

udara,

distensi

paru

yang

berlebihan. Perubahan tahanan jalan napas yang tidak merata


diseluruh jaringan bronkus, menyebabkan tidak padu padanya
ventilasi dengan perkusi.
Hiperinflasi paru menyebabkan penurunan compliance paru,
sehingga terjadi peningkatan kerja napas. Peningkatan tekanan
intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran
napas

yang

menyebabkan
meningkatan

menyempit,

dapat

penutupan
resiko

dini

terjadinya

makin
saluran

mempersempit
napas,

pneumothorak.

atau

sehingga
Peningkatan

tekanan intra torakal mungkin mempengaruhi arus balik vena dan


mengurangi curah jantung yang bermanifestasi sebagai pulsus
paradoksus.
Ventilasi

perfusi

yang

tidak

padu

padan,

hipoventilasi

alveolar, dan peningkatan kerja napas menyebabkan perubahan

dalam gas darah. Pada awal serangan, untuk mengkompensasi


hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga kadar PaCO2 akan turun
dan dijumpai alkalosis respiratorik. Selanjutnya pada obstruksi
jalan napas yang berat, akan terjadi kelelahan otot napas dan
hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya hiperkapnia dan
asidosis respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2 yang
cenderung naik walau nilainya masih dalam rentang normal, harus
diwaspadai sebagai tanda kelelahan dan ancaman gagal napas.
Selain itu dapat terjadi pula asidosis metabolic akibat hipoksia
jaringan dan produksi laktat oleh otot napas.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya
derajat hiperreaktifitas bronkus, dibagi dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk paroksismal
karena infiltrasi dan batuk kering. Sputum bersifat kental dan
mengumpul merupakan benda asing yang merangsang
batuk.
2. Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak disertai dengan batuk,
dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada stadium ini
anak mulai merasa sesak nafas dan akan berusaha bernafas
lebih dalam, ekspirium memanjang dan terdengar bunyi
mengi, tampak nafas tambahan turut bekerja. Terdapat
retraksi suprasternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga.
Anak

lebih

senang

duduk

dan

membungkuk,

tangan

menekan pada tepi tempat tidur atau kursi , tampak gelisah,


pucat dan sianosis sekitar mulut. Toraks membungkuk
kedepan dan lebih bulat serta pergerakan dinding dada

lambat pada pernafasan. Pada anak yang lebih kecil,


cenderung

terjadi

pernafasan

abdominal,

retraksi

suprasternal dan interkostal.


3. Stadium III
Obstruksi dan spasme bronkus lebih berat, aliran udara
sangat sedikit sehingga suara nafas hampir tidak terdengar.
Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada
perbaikan, juga batuk seperti ditekan, pernafasan dangkal,
tidak teratur, dan frekuensi nafas yang mendadak meninggi.

F. DIAGNOSIS
Diagnosis asma dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Serangan batuk dan mengi yang berulang sering lebih
nyata pada malam hari yang dapat dipicu bila ada beban
fisik yang berat, infeksi virus, allergen hirupan sangat
karakteristik untuk asma.
Namun asma dapat juga menyebabkan batuk menetap
pada anak tanpa riwayat mengi karena kecepatan aliran
udara

tidak

mencukupi

untuk

menimbulkan

mengi,

penyumbatan jalan nafas yang relative ringan, atau


pengasuh tidak mampu mengenali mengi.
2. Pemeriksaan fisik
Tergantung stadium serangan, lamanya serangan dan
jenis asma, pada asma yang ringan dan sedang tidak
ditemukan kelainan fisik diluar serangan. Pada Infeksi
terlihat pernafasan cepat dan sukar, batuk paroksismal,
suara

wheezing,

ekspirium

memanjang,

retraksi

supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan sela iga.


Pada asma kronik terlihat bentuk thorak emfisematous,

bongkok

kedepan,

sela

iga

melebar,

diameter

anteroposterior bartambah.
Pada perkusi hipersonor pada seluruh thorak, daerah
pekak jantung dan hati mengecil. Pada auskultasi, mulamula bunyi nafas kasar atau mengeras, tapi pada stadium
lanjut suara nafas melemah atau hampir tidak terdengar
karena aliran udara sangat lemah, dalam keadaan normal
fase ekspirasi 1/3-1/2 dari fase inspirasi, waktu serangan
fase ekspirasi memanjang terdengar ronkhi kering dan
ronkhi basah.
3. Pemeriksaan laboratorium
Darah (eosinofil IgE total, IgE spesifik), secret (eosinofil),
sputum

(eosinofil,

Curshman).

kristal

Bila

ada

Charcot-Leyden

infeksi

mungkin

dan

Spiral

ditemukan

lekositosis polimorfonukleus.

4. Foto rontgen thorak


Tampak

corakan

serangan

akut

paru
dan

meningkat,
asma

hiperinflasi

kronik,

dan

pada

gambaran

atelektasis.
5. Tes fungsi paru
Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter
untuk

menentukan

provokasi

bronkus,

derajat

obstruksi,

menilai

hasil

menilai

pengobatan

hasil
dan

mengikuti perjalanan penyakit.

G. DIAGNOSIS BANDING
Mengi

tidak

hanya

terjadiberbagai macam
pada saluran nafas :

terjadi

pada

asma,

tapi

dapat

keadaan yang menyebabkan obstruksi

1. Pada bayi adanya korpus alienum disaluran nafas dan


esophagus atau kelenjar timus yang menekan trakea.
2. Penyakit

paru

kronik

yang

berhubungan

dengan

bronkiektasis atau fibrosis kistik.


3. Brokhiolitis akut, bronchitis, asma kardial.
4. Tuberculosis kelenjar limfe didaerah trakea bronchial
5. Kelainan

trakea

dan

bronkus

misalnya

trakeobronkomalasia dan stenosis bronkus.

H. KOMPLIKASI

Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung


lama, terjadi emfisema dan perubahan bentuk thorak yaitu
thorak membungkuk kedepan dan memanjang. Pada asma
kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada burungb dara dan
tampak sulcus Harrison.

Bila secret banyak dan kental dapat terjadi atelektasis, bila


berlangsung lama terjadi bronkoektasis, bila ada infeksi akan
terjadi bronkopneumonia.

Kegagalan pernafasan, kegagalan jantung dan kematian.

I. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN


Penangulangan asma pada anak sekarang yang lebih penting
bukan mengatasi serangan tetapi terutama ditujukan untuk
mencagah serangan asma. Pencegahan serangan asma terdiri atas
:
1. Menghindari fakotr-faktor pencetus
2. Obat-obat dan terapi imunologi
penggunaan obat-obatan atau tindakan untuk mencegah
dan meredakan atau mengurangi reaksi-reaksi yang akan
dan atau sudah timbul oleh pencetus tadi.
Tujuan pengobatan asma :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan segala asma

2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan aktivitas harian paru senormal mungkin
serta mempertahakannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal
termasuk melakukan exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Pengobatan pada Asma ada 2 cara yaitu:
1. Pengobatan Non Medikamentosa
1. Waktu serangan :
1.1

Pemberian O2 (oksigen)

1.2

Pemberian cairan

1.3

Drainase postural

1.4

Menghindari paparan allergen

2. Diluar serangan :
2.1

Pendidikan

2.2

Imunoterapi/desensitisasi

2.3

Pelayanan/kontrol emosi

2. Pengobatan Medikamentosa
1. Bronkodilator
A. Agonis 2
Obat

ini

mempunyai

efek

bronkodilatasi.

Terbulin, salbutamol dan feneterol memiliki lama


kerja 4-6 jam, sedangkan agonis 2 long-acting
berkerja >12 jam seperti salmeterol, folmeterol,
dll. Bentuk aerosol
bronkodilatasi
jauh lebih

dan inhalasi memberi efek

yang sama dengan dosis yang

kecil

pemberianya oral.

yaitu 1/10

dosis

oral

dan

Terbutalin, dosis oral : 0,075 mg/kgBB/kali


tiap 6 jam
Sub kutan : 0,005 mg/kgBB/kali
Aerosol : 2 semprotan ( 200
mikrogram tiap 4-6 jam

Orsiprenalin, dosis oral : 0,3 mg/kgBB tiap


6 jam

Feneterol, dosis inhalasi : 1-2 semprotan


( 3-4 kali/hari)

B. Metilxantin
Efek

bronkodilatornya

berkaitan

dengan

konsentrasinya didalam serum.


Efek samping obat ini dapat ditekan dengan
pemantauan

kadar

teofilin

serum

dalam

pengobatan jangka panjang.

Teofilin, dosis oral : 3 mg/kgBB/kali


(4 kali/hari)

C. Anti Kolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsic dari
saluran nafas memeberikan hasil yang lebih baik bila
digunakan bersama dengan agonis 2.

2. Kortikosteroid :
- Prednison, dosis oral: 1-2 mg/kgbb/hari (3-4 kali
sehari)
- Beclometason, dosis aerosol 2-4 semprotan (100-200
mikrogram) 3-4

hari sehari

- Puyer kering 100-200 mg 3-4 kali/hari


b. Anti inflamasi non steroid
- Natrium Cromolyn (Sodium Cromolyn), dosis: 5mg/kali
(4x/hari)

c. Anti histamine
obat ini digunakan untuk menghambat timbulnya
hiperreaktivitas

bronchial

akibat

PAF

(Platelet

Activating Factor)
- Ketotifen, dosis oral: <3 tahun 2 x 0,5 mg/hari
>3 tahun 2 x 1 mg/hari

PENGOBATAN

ASMA

JANGKA

PANJANG

BERDASARKAN

BERAT PENYAKIT
Derajat Asma

Obat

Pengontrol

Asma Persisten

( harian)
Tidak Perlu

Obat Pelega
-

Bronkodilatornak

si

singkat,

yaitu

inhalasi agonis beta


2 bila perlu
- Intesitas
pengobatan
tergantung

berat

eksaserbasi
- Inhalasi agonis beta
2

atau

dipakai
aktivitas
Asma Persisten Ringan

kromolin
sebelum
atau

pajanan alergen
- Inhalasi agonis beta 2

Inhalasi

kortikosteroid 200

aksi singkat bila perlu

500

dan tidak melebihi 3-4

/kromolin/nedokromil
/ atau teofilin lepas
lambat
-

Bila

perlu

ditingkatkan
800

samapi
atau

ditambahkan
bronkodilator

aksi

lama terutama untuk


mengontrol

asma

kali sehari

malam.

Dapat

diberikan

agonis

beta

aksi

lama

inhalasi

atau

oral

atau

teofilin

lepas

lambat
Asma Persisten Sedang

-Inhalasi

kortikosteroid

- Inhalasi agonis beta 2

800 2000 g atau

singkat bila perlu dan

lebih

tidak melebihi 3-4 kali

Bronkodilator

lama

terutama

mengontrol

aksi

sehari

untuk
asma

malam, berupa agonis


atau

aksi

lama

inhalasi atau oral atau


teofilin lepas lambat
Asma Persisten Berat

-Inhalasi

kortikosteroid

800 - 2000g atau lebih


-

Bronkodilator

lama,

berupa

aksi
agonis

beta 2 inhalasi atau oral


atau

teofilin

lepas

lambat
-

Kortikosteroid

oral

jangka panjang

PENATALAKSANAAN ASMA AKUT DIRUMAH


Menilai keparahan
Mengukur PEFR , Frekuensi pernafasan, kehabisan nafas, penggunaan obat-obatobat tambahan ( asesoris), ketajaman perhatian,warna

Albuterol melalui nebulizer

0,,15 mg/kg BB/dosis ( maksimun 5mg) atau

inhaler terukur dengan dosis 2 semprot setiap 20 menit sampai 1 jam, jika
diperlikan

Respon : baik
Frekuensi pernafasan : baik
Kehabisan nafas: tidak ada
Otot otot tambahan : tidak
ada retraksi interkostal
Waspada,tidak ada perubahan
warna
PEFR 70%-90% garis

dasar

Respons tidak sempurna


Frekuensi pernafasan : normal
atau meningkat
Kehabisan nafas: sedang
Penggunaan oto-otot tambahan
minimal, retraksi interkostal
Waspada, tidak ada perubahan
warna
PEFR >50% dan < 70 % garis
dasar

Lanjutkan Albuterol 0,15


mg/kgBB/dosis setiap 34 jam
Lanjutkan Penilaian
Lanjutan obat-obat rutin
dan
Hubungi dokter jika
Respon
baik
gejala berulang
PEFR >70-90% garis
dasar dan bertahan
selama 4 jam

Hubung pemberi
perwatan kesehatan dan
Lanjutkan Albuterol 0,15
mg/kgBB/dosis setiap 2
jam sebanyak 3x dan
Mulai prednison oral 12mg/kg/dosis
Lanjutkan Penilaian

Respon jelek
Frekunsi penafasan :
meningkat
Kehabisan nafas : berat
Otot otot tambahan : retrasi
berat dengan pengembangan
hidung
Kewaspadaan(ketajaman
perhatian) menurun
Perubahan warna
PEFR ,50% garis dasar

Pergi ke UGD

Frekuensi Albuterol dikurangi setiap 4 jam

Lanjutkan Penilaian

Hubungi dokter untuk


pemantauan

PENANGANAN ASMA DITEMPAT PRAKTEK


Penilaian Awal
FJ, FP, PEFR, Auskultasi, Penggunaan otot tambahan, pulsus paradoksus, dispnea,
ketajaman perhatian, warna, saturasi O2

Catatan: Jika pasien tidak mampu


Respons baik :
Respons tidak sempurna
Respons Jelek
menghasilkan PEFR atau kesadaran
PEFR > 70 % garis dasar
PEFR (>40%,<70%) garis
PEFR <40% garis dasar
menurun beri epinefrin
mg/kg
FJ menurun, FP menurun
dasar
FJ:naik,0,01
FP:naik
(max
0,3
mg)
dengan
suntikan
Auskultasi: tidak ada
FJ: naik,
FP: naik
Oksigen untuk mempertahankan
Saturasi
O2
> 95% segera Auskultasi gerakan udara
subkutan
mengi
mengi
ringankg/dosis)
berkurang
Nebulisasi albuterol dengan O2Auskultasi:
6 liter/menit,
0,15
setiap
20 menit
Otot-otot tambahan tidak
tambahan:
Otot-otot tambahan:
sampai 1 jam. Jika PEFR >90%Otot-otot
sesudah
dosis inisial, dosis tambahan
tidak perlu
ada penggunaan
penggunaan
sedang
penggunaan berat
Mulai
steroid
jika
tidak
berespons
sesudah
satu
pengobatan
nebulisasi
atau jika
Dispnea: menilai sampai
Dispnea: sedang
Dispnea: berat
penderita
tergantung
steroid
tidak
5 ada
90% GARIS
Pulsus Paradoksus: >10-15
Pulsus Paradoksus:
Pulsus
paradoksus <10
mmhg
>15mmhg
DASAR
mmhg
Saturasi O2 prednison
<95%, >91%
Saturasi O2 <91%
Tambahkan
oral 1Saturasi O2 >95%
2mg/kg/dosis atau
Ulangi
Kurangi
Kurangi
Penilaian
hirupan
hirupan
metilprednisolon (iv) dan teruskan
Rawat inapdispnea,
di rumah
Nilai
Keparahannya
pada 1
albuterol
menjadi
menjadi
setiap
FJ,albuterol
FP, PEFR,
Auskultasi,
penggunaan
otot tambahan,
pulsus
paradoksus,
hirupan albuterol
0,15mg/kg/dosis
sakit
2ketajaman
jam
setiap 2 jamperhatian, warna, saturasi
O2
jam
setiap 20 menit

Observasi sekurangkurangnya 1 jam

Tidak stabil
PEFR,<70%
garis dasar dan
parameter lain
tidak membaik

Stabil
PEFR >70% garis
dasar
Saturasi O2 >95%
dan parameter
lain membaik

Dipulangkan dengan
edukasi penderita, obat
obatan (pikirkan
kortikosteroid), dan
rencana pemantauan
(follow up)

Respons baik
PEFR>70% garis
dasar
Saturasi O2 >95%
dan parameter lain
membaik

Respons jelek
PEFR <40% garis
dasar
Saturasi O2 <91%
dan parameter
lain tidak
membaik

Respons tidak
sempurna
PEFR 40%-70% garis
dasar
Saturasi O2 91%-95%
dan parameter lain
membaik

Pikirkan
perawatan
Rumah
Sakit

Lanjutkan pengobatan, pikirkan


pengiriman kerumah sakit jika tidak
ada perbaikan

PENANGANAN ASMA AKUT DI RUMAH SAKIT


Penerimaan dirumah sakit
PEFR < 40% garis dasar
FJ: naik FP: naik
Pulsus Paradoksus: 15 mmhg
Auskultasi: mengi inspirasi dan ekspirasi
Otot tambahan: penggunaan sedang sampai berat
Dispnea : sedang sampai berat
Saturasi O2 91% sesudah penanganan yang agresif

Nilai keparahan
FJ, FP, PEFR,Auskultasi, penggunaan otot-otot
tambahan,pulsus paradoksus,dispnea, ketajamanperhatian,
warna, saturasi O2

PEFR>30% garis dasar dan/atau


Pco2<40mmhg
Saturasi O2 90%
Auskultasi : mengi sedang
Otot-otot tambahan: penggunaan
sedang
Dispnea: sedang
Pulsus Paradoksus: 15mmhg

PEFR<30% garis dasar dan/atau


Pco2 >40mmhg
Saturasi O2 <90%
Auskultasi : mengi berat, gerakan
udara berkurang
Otot-otot tambahan: penggunaan
berat
Dispnea: berat
Pulsus Paradoksus:>15mmhg

Unit Pemantauan

Oksigen untuk mempertahankan saturasi


O2>90%
Nebulisasi albuterol 0,15mg/kg/dosis
setiap 1-2jam
Metilprednison oral & IV 1-2mg/kg/dosis
setiap 6 jam
Teofilin oral setiap 12 jam atau aminofilin
IV

Membaik
PEFR>70% garis dasar
FJ dan FP: normal
Auskultasi: minimal sampai tidak ada
mengi
Otot-otot tambahan: penggunaan
sedang atau tidak ada
Dispnea: tidak ada
Pulsus Paradoksus: tidak ada

Dipulangkan dengan edukasi


penderita, obat-obatan dan
rencana follow-up

PEFR<30% garis dasar dan/atau


Pco2 >40% mmhg
Saturasi O2 <90%
Auskultasi: mengi berat, gerakan
udara berkurang
Otot-otot tambahan: penggunaan
berat
Dispnea: berat
Pulsus Paradoksus: >15mmhg

Unit perawatan intensif

Tidak membaik
PEFR <30% garis dasar
PCO2 >40%mmhg dan
parameter lain
memburuk
Oksigen untuk mempertahankan
saturasi O2>95%
Teruskan nebulisasi albuterol
0,5mg/kg/dosis, maksimum
15mg/jam
Metilprednison IV 1-2
mg/kg/dosis setiap 6 jam
Aminofilin

Nilai keparahan
PCO2>55mmhg atau meningkat
>5-10mmhg/jam, dispnea dan
kelelahan bertambah serta
penggunaan otot tambahan,
Lanjutkan
penurunan obat-obatan
ketajaman perhatian,
Pikirkan
penambahan
ventilasi
Pulsus Paradoksus
>30mmhg,
mekanis
asidosis dan desaturasi

Presentasi kasus

Sindroma nefrotik

PEMBIMBING :
Dr. KRISTON SILITONGA , SpA

Disusun oleh :
Dicky syamsuddin 90-112
Nun parisi pase 91Sherliyanah 97-132

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 31 MEI 7 AGUSTUS 2004
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA

PRESENTASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : An Sahid Zidan

Agama

Tanggal Lahir : 8-12-2000 (3,5 tahun)

Pendidikan : -

Jenis Kelamin : laki-laki


Alamat Lengkap : kp makasar Rt 09/06

Pekerjaan

: Islam

:-

Penghasilan : -

Jak-Tim
ORANGTUA / WALI
Ayah
Nama Lengkap : Yusuf

Agama

: Islam

Tanggal Lahir (umur) : 38 tahun

Pendidikan : STM

Suku Bangsa : Arab

pekerjaan :

wiraswsasta
Alamat Lengkap : Kp makasar Rt 09/06

Penghasilan : -

Jat-Tim
Ibu
Nama Lengkap : Maimunah

Agama : Islam

Tanggal Lahir (umur) : 30 thn

Pendidikan : SMA

Suku Bangsa : Lampung

Pekerjaan :

IbuRumahtangga
Alamat Lengkap : Kp makasar Rt 09/06

Penghasilan : -

Jat-Tim
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama :
Tidak buang air kecil
Keluhan tambahan :
Sakit perut, bengkak pada mata, kaki dan alat kelamin,
muntah, mencret.

Riwayat Perjalanan Penyakit (diisi secara


lengkap,rinci,kronologis dan jelas) :
3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sakit
diseluruh bagian perut, yang hilang timbul, tidak berkurang pada
perubahan posisi, oleh ibunya diolesi minyak sumbawa dan rasa
sakit berkurang. Perut juga terasa keras maka malam harinya
diurut kemudian setelah diurut pasien muntah berisi susu dan
makanan sebanyak 1 gelas belimbing, darah tidak ada.
Sebelumnya pasien habis minum susu, buang air besar dan air
kecil tidak ada keluhan. Setelah bangun tidur mata pasien terlihat
bengkak.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh
perutnya sakit lagi dan terasa keras disertai demam tinggi yang
naik secara tiba-tiba, menggigil tidak ada, kejang tidak ada, pasien
diberi obat paracetamol dan panas turun. Mual (+), muntah 1x
setelah minum susu, sebanyak 1 gelas belimbing, darah tidak ada.
Karena pasien tidak buang air kecil maka oleh ibu pasien dipaksa
untuk buang air kecil yang keluar sebanyak gelas aqua kecil,
warna seperti the, pada saat kencing pasien terlihat kesakitan.
Pasien terasa sempit saat memakai sandal/sepatu serta baju yang
biasa dipakai sehari-hari.
+ 12 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mencret
sebanyak 3x, konsistensi cair, lender -, ampas +, darah -, warna
hitam, sebanyak 1 aqua kecil. Pasien tetap mengeluh sakit perut
serta terasa kembung.
Pada saat bangun tidur, mata pasien bengkak, kakijuga bengkak,
maka kaki tidak terlihat, alat kelamin lebih besar dari biasanya
(buah zakar)
Karena sejak pagi pasien tidak buang air kecil maka pasien diberi
lasix tapi pasien tidak buang air kecil juga serta perut pasien
semakin keras.
Pada usia 2 tahun 5 bulan pasien pernah dirawat di RS FK UKI
karena sakit ginjal. Pasien teratur kontrol kedokter dan diberi obat

lasix dan kadang-kadang tablet warna putih atau racikan (ibu


pasien tidak tahu nama obatnya) serta minum dibatasi seanyak
1000 ml/hari. Setelah itu minum pasien tidak dibatasi lagi tapi
makan garam dibatasi.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Perawatan antenatal : Teratur, dibidan
Penyakit kehamilan : Tidak ada
KELAHIRAN :
Tempat kelahiran : Rumah bersalin
Penolong persalinan
Cara persalinan

: Bidan

: Spontan, pervaginam.

Masa gestasi

: Cukup bulan

Keadaan bayi

: Berat badan lahir

Penyulit : Tidak ada

: 3500 gr

Panjang badan lahir : 50 cm


Lingkar kepala

: tidak tahu

Langsung menangis
Nilai apgar

: tidak tahu

Kelainan bawaan

: tidak ada

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 3 bulan

Berjalan : 13 bulan

Duduk : 6 bulan

Berbicara : 17 bulan

Berdiri : 9 bulan
- bulan
Perkembangan Pubertas
Laki - Laki
Rambut pubis : - tahun

membaca dan menulis :

Perubahan suara : - tahun


Gangguan perkembangan : Tidak ada

RIWAYAT IMUNISASI
vaksin

Dasar

Ulanga

(umur)

n
(umur)

B.C.G
D.P.T/D.
T
Polio
Campak
Hepatiti
sB
RIWAYAT MAKANAN
UMUR

A.S.I/P.A.S.I

(BULAN)
0 -2
2-4
4-6
6-8
8-10
10-12

BUAH/BISKUI

BUBUR

SUSU

NASI TIM

Umur lebih dari 1 tahun


Jenis makanan
Nasi / pengganti
Sayur
Daging
Telur
Ikan
Tahu
Tempe
Susu (merk/takaran)

Frekuensi dan jumlahnya


2x (1 piring kecil)
4x / minggu
2x / minggu
1x / minggu
3x / minggu
2x / minggu
2x / minggu
Bendera / 3 botol / hari

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit

Umur
2 tahun 5 bulan
-

Diare
Otitis
Radang paru
Tuberkulosis
Kejang
Ginjal
Jantung
Darah
Difteri
Morbili
Parotitis
Demam berdarah
Demam tifoid
Cacingan
Alergi
Kecelakaan
Operasi
RIWAYAT KELUARGA
Corak
reproduk
si
Nomor

Tgl

Jenis

Hidu

Lahi

abortu

Mati

Keterang

lahir

kelami

( sebab

an

( umur

kesehata

mat

1.

8 thn

Laki-

Sehat

2.

Pasien

laki
Laki-

Sakit

laki

DATA KELUARGA
Perkawinan

: Ke 1

Umur saat menikah

Ayah/Wali

Ibu/Wali

27 thn

20 thn
Keadaan kesehatan

sehat

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA


Disangkal

sehat

DATA PERUMAHAN
Kepemilikan rumah
Keadaan rumah

: Rumah sendiri

: Bersih

Keadaan lingkungan : Bersih, baik


PEMERIKSAAN FISIS
Tanggal : 31 Mei 2004, jam : 10.00 wib
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: kompos mentis

Frekuensi nadi

: 116x/menit

Tekanan darah

: 100/70 mmHg

Frekuensi napas

: 36x/menit

Suhu tubuh

: 38,5C

DATA ANTROPOMETRI
Berat badan

: 17 kg

Tinggi badan

: 96 cm

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala

Bentuk dan ukuran

: Bulat,

mesocephali, ubun-ubun besar sudah


Menutup, Lingkar kepala : 56 cm.
Rambut dan kulit kepala : Jarang, tipis dan kering
Mata : Bengkak pada ke-2 kelopak mata
Telinga : Lapang, serumen -/ Hidung : Lapang, sekret -/-, septum deviasi (-)
Bibir : Kering
Gigi-geligi : Karies (+)
Mulut : sianosis sirkum oral (-)

Lidah : Tidak kotor


Tonsil : T1 T1 tenang, tidak hiperemis, kripta (-)
Faring : Tidak hiperemis
Leher : Kelenjar Getah Bening tidak teraba
Thoraks
Inspeksi

: Bentuk biasa, pergerakkan dinding dada simetris

Palpasi

: Stem fremitus simetris kanan=kiri

Perkusi

: Sonor kanan=kiri

Auskultasi : Bunyi napas dasar vesikuler, Ronki -/-, wheezing -/Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi

: Agak buncit ( frog abdomen (+) )

Auskultasi : Bising usus (+), metalic sound (+)


Palpasi

: Tegang, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba,


undulasi (+),
Fluid wave (+)

Perkusi

: Pekak alih (+), pekak sisi (+)

Anus dan Rektum


-

Tenang

Genitalia
-

Skrotum bengkak

Anggota Gerak
-

Bentuk dan ukuran biasa, pergerakan aktif, depormitas (-)

Tulang belakang
-

Lurus

Kulit
-

Putih, turgor baik

Rambut
-

Jarang tipis dan kering

Kelenjar Getah Bening


-

tidak teraba membesar

pemeriksaan neurologis
-

Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah tepi
31 Mei 2004
Laju endap darah : 101 mm/jam

Hb : 11,0gr/dl

Eritrosit : 3,58 juta/ul,

Leukosit : 46400/ul

Hitung jenis : -/3/2/65/29/1

Trombosit : 507000/ul

Ht : 35%

Retikulosit : 7%

Mp3 : 2/14/13/15
Pemeriksaan kimia
31 mei 2004
Ureum : 45 mg/dl
Kreatinin : 1,0 mg/dl

Elektrolit :
31 mei 2004
Na

: 132 mmol/L

: 3,7 mmol/L

Cl

: 117 mmol/L

Pemeriksaan kimia
1 juni 2004

Protein total

: 3,4 mg/dl

Albumin

: 0,2 g/dl

Globulin

: 3,2 g/dl

Air seni
1 juni 2004
kultur urine : Tidak ada pertumbuhan
Berat jenis : >1.030

Sedimen :

Warna : kuning muda

Lekol/LPB : 5-7

Reaksi : 5,5

Eri/LPB : 8-12

Protein : +2

Sel epitel : +

Reduksi : -

Bakteri : +

Urobilin : +

Silinder/LPK : -

Bilirubin : -

Kristal : -

Urobilinogen : normal
Aseton : 8 juni 2004
Berat jenis : 1.020

Sedimen :

Warna : kuning muda

Lekol/LPB : 0-2

Reaksi : 6.0

Eri/LPB : 1-2

Protein : +2

Sel epitel : +

Reduksi : -

Bakteri : -

Urobilin : +

Silinder/LPK : -

Bilirubin : -

Kristal : -

Urobilinogen pengenceran 1/20 : Aseton : 11 juni 2004


Berat jenis : 1.015

Sedimen

Warna

: kuning muda

Lekol/LPB

: 1-2

Ph

: 7,5

Eri/LPB

: 0-1

Protein

:-

Sel epitel

:+

Reduksi

:-

Bakteri

Urobilin

:+

Silinder/LPK

Bilirubin

:-

Kristal

Urobilinoge : Aseton

:::-

kristal

:-

:-

RESUME
Seorang anak laki-laki berumur 3,5 tahun datang dengan keluhan
utama tidak bisa buang air kecil.
Dari riwayat perjalanan penyakit didapat :
3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sakit
diseluruh bagian perut hilang timbul, tidak berkurang pada
perubahan posisi. Pasien juga mengeluh muntah berisi susu dan
sisa makanan.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh perutnya
sakit dan terasa keras disertai demam tinggi yang naik tiba-tiba
disertai mual dan muntah (1 kali), pasien tidak bisa buang air kecil,
setelah dipaksa pasien hanya mengeluarkan BAK gelas aqua
kecil dan berwarna seperti air cucian daging, pasien juga mengeluh
saat berkemih. Pasien juga merasa sandal/sepatu yang biasa
dipakai terasa sempit.
2 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mencret sebanyak 3
kali, perut terasa sakit dan kembung. Pasien merasa kakinya
bengkak, mata bengkak dan alat kelamin terasa lebih besar. Pasien
sulit buang air kecil.
Pada usia 2 tahun 5 bulan pasien pernah di rawat di RSU FK UKI
karena sakit ginjal.

Pemeriksaan fisik :
Mata : bengkak pada ke-2 kelopak mata
Abdomen :
Inspeksi

: agak buncit ( frog abdomen (+) )

Auskultasi : bising usus (+) meningkat, metalik sound (+)


Palpasi

: tegang, nyeri tekan (-), hepar/ lien tidak teraba,


undulasi (+), Fluid wafe (+)

Perkusi
Genitalia

: pekak alih (+), pekak sisi (+)

: skrotum bengkak

Ekstremitas : piting oedem (+)


Laboratorium :
1. darah tepi : LED 101 mm/jam, leukosit : 46.400/ul
trombosit : 507/ul
2. urin : protein

:+2

eritrosit

: 8-12/LPB

leukosit

: 5-7/LPB

kultur urin

: tidak ada pertumbuhan

sel epitel

:+

bakteri

:+

3. elektrolit :
Na

: 132 mmol/L

: 3,7 mmol/L

Cl

: 117 mmol/L

Protein total
Albumin

: 0,2 mg/dl

Globulin

: 3,2 mg/dl

Ureum

: 45 mg/dl

Kreatinin

:1,0 mg/dl

DIAGNOSIS KERJA
Sindrom Nefrotik
DIAGNOSIS BANDING
GNA

: 3,4 mg/dl

ANJURAN PEMERIKSAAN
-

USG ginjal

Biopsi

PROGNOSIS
-

Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad functionum : malam

Ad sanationum

: malam

PENATALAKSANAAN
-

Rawat inap

Diet, puasa sementara, NGT

IVFD : kaen IB 30 tetes/menit (mikro)

Mm/ Taxegram 3x500mg (iv)


Ulsikur 2x20mg (iv)
Dumin supp 3x200 (supp)

LANDASAN TEORI
SINDROM NEFROTIK
Sindrom nefrotik (SN) merupakan suatu kumpulan manifestasi
klinik yang ditandai dengan protein nuria massif > dari 3,5 gram
per 1,73 m2 luas permukaan tubuh/24 jam, hipoalbuminemia < 3
g/dl, oedema anasarka, hiperkolesterolemia dan lipiduria
PATOFISIOLOGI

1. Proteinuria
Proteinuria adalah kelainan utama pada SN, sedangkan
gejala yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Proteinuria dinyatakan massif jika ekskresi protein 40
mg/m2/jam. Jenis protein yang keluar pada SN bervariasi
tergantung pada kelainan dasar glomerulus. Pada kelainan
minimal hamper seluruhnya terdiri atas albumin, dan disebut
sebagai proteinuria selektif. Karakteristik perubahan
permeabelitas membran basal juga tergantung pada tipe
kelainan glomerulus. Pada kelainan minimal terdapat
hilangnya sawar muatan negatifselektif, sedangkan pada SN
lainnya terdapat perubahan pada sawar ukuran poros, atau
keduanya.
2. Hipoalbuminemia
jumlah albumin di dalam tubuh ditentukan oleh masukan
dari sintesis
hepar dan pengeluaran akibat degradasi metabolik, ekskresi
renal
dan gastrointestinal. Pada anak SN terdapat hubungan
terbalik antara
laju ekskresi protein dan derajat hipoalbunemia. Namun hal
ini tidak berlaku pada anak dengan SN proteinuria menetap
yang lama, kadar albumin darah dapat menjadi normal atau
hamper normal dengan atau tanpa perubahan laju ekskresi
protein.

3 . Edema
Dikenal 2 hipotesis pembentukan edema pada SN yaitu teori
underfilled yaitu menurunnya tekanan onkotik intravascular
yang menyebabkan cairan merembes keruang interstisial
dan teori overfilled yaitu terjadinya kenaikan kadar rennin

plasma dan aldosteron sekunder terhadap adanya


hipovolemia. Hal ini tidak didapatkan pada semua pasien
dengan SN. Pembentukan edema pada SN merupakan suatu
proses yang dinamis dan mungkin saja kedua prose situ
berlangsung bersamaan atau pada waktu yang berlainan
pada individu yang sama
4. Hiperkolesterolemia
Pada SN primer timbul hiperkolesterolemia dan
hiperlipidemia. Terdapat korelasi terbalik antara kosentrasi
albumin serum dan kolesterol. Hiperlipidemia disebabkan
oleh karena sintesis yang meningkat dan berkurangnya
degradasi lemak. Berkurangnya degradasi lemak ini
diakibatkan berkurangnya aktivitas lipoprotein lipase yang
sekunderoleh hilangnya glikoprotein asam sebagai
perangsang lipase dan urin. Pada anak SN, kosentrasi VLDL
dan LDL meningkat, sedangkan HDL normal atau meningkat
walaupun rasio terhadap kolesterol total tetap rendah.

Soap 31-05-2004

Soap 1-06-2004

Soap 2-06-2004

BB : 17 kg
S : -pasien sudah

BB : 17 kg
S : -pasien sudah

BB : 18 kg
S : -pasien susah tidur

Bisa BAK

Bisa BAK

-nyeri perut sudah


berkurang
O: - keadaan umum:

-nyeri perut sudah


berkurang
-sejak pagi pasien buang

-pasien mencret 2x,


konsistensi cair,ada
lender,ampas +, warna
hijau, darah -

Tampak

air besar sebanyak 3x,

O: - keadaan umum:

Sakit sedang

konsistensi cair

Tampak

kesadaran:

O: - keadaan umum:

Komposmentis

Tampak

Frek nadi: 106 x/menit

Frek napas: 40x/menit

Suhu: 37,50C

Mata: konjungtiva

tekn darah:

100/60mmHg

kesadaran:

Komposmentis

kesadaran:
Komposmentis

Frek nadi: 102 x/menit

Frek nadi: 102 x/menit

tidak anemis, sclera

Frek napas: 24x/menit

Frek napas: 24x/menit

tidak ikterik

Suhu: 38,30C

Suhu: 370C

Hidung: lapang, skeret

Mata: konjungtiva

Mata: konjungtiva

-/-

tidak anemis, sclera

anemis, sclera tidak

Mulut: bibir

tidak ikterik

ikterik, kelopak kiri

Hidung: lapang, skeret

bengkak

-/-

hiperemis,faring tidak
hiperemis

Sakit sedang

kering,gingiva tidak

Sakit sedang

Hidung: lapang, skeret


-/-

Mulut: bibir

Mulut: bibir

Thorak: dalam batas

kering,gingiva tidak

normal

hiperemis,faring tidak

kering,gingiva tidak

Abdomen:

hiperemis

hiperemis,faring tidak

Thorak: dalam batas

hiperemis

Inspeksi: perut datar

normal

Auskultasi: Bising usus +

Thorak: dalam batas

Palpasi: lemas,hepar/lien

tidak teraba,nyeri tekan

Inspeksi: perut datar

berkurang

Auskultasi: Bising usus +

Inspeksi: agak buncit

Perkusi: tympani

Palpasi: lemas,hepar/lien

Auskultasi: Bising usus +

- ekstremitas: pitting

tidak teraba,nyeri tekan

Palpasi: lemas,hepar/lien

oedem +

berkurang

tidak teraba,nyeri tekan

Perkusi: tympani

berkurang

- ekstremitas: pitting

Perkusi: pekak sisi +,

oedem +

pekak alih +, perkusi radier

normal

Abdomen:

Abdomen:

ekstremitas: pitting
oedem +

balance cairan:
cairan masuk, oral : 350 cc
infuse :450 cc
850 cc
cairan keluar, urine : 500
cc
IWL : 200 cc
700 cc
diuresis : 500 ; 20,83

cc/jam
Soap 3-06-2004

Soap 4-06-2004

24jam
Soap 5-06-2004

BB : 19 kg
S : -pasien sudah

BB : 19 kg
S : -pasien sudah

BB : 20 kg
S : -pasien sudah bisa tidur

Bisa tidur, BAK dan

Bisa tidur

BAB

-belum BAB dari tadi

Biasa, tidak mencret

pagi

lagi

-sudah bias BAK

O: - keadaan umum:

O: - keadaan umum:

Tampak

Tampak

Sakit sedang

Tampak
Sakit sedang
110/60mmHg

110/70mmHg

Frek nadi: 100 x/menit

Frek napas: 40x/menit

Suhu: 36,70C

kesadaran:

tekn darah:
kesadaran:
Komposmentis

Komposmentis

Frek nadi: 116 x/menit

Frek nadi: 116 x/menit

Frek napas: 28x/menit

Mata: konjungtiva

Frek napas: 36x/menit

Suhu: 36,30C

tidak anemis, sclera

Suhu: 36,30C

Mata: konjungtiva tidak

tidak ikterik Kelopak

Mata: konjungtiva

anemis, sclera tidak

mata bengkak kanan

tidak anemis, sclera

ikterik, kelopak kanan

dan kiri

tidak ikterik

dan kiri lebih bengkak

Kelopak mata bengkak

dari kemarin

Hidung: lapang, skeret

-/-

kanan dan kiri

Mulut: bibir
kering,faring tidak

Hidung: lapang, skeret


-/-

Hidung: lapang, skeret


-/-

hiperemis

O: - keadaan umum:

tekn darah :

Komposmentis

darah -

lembek,warna kuning,

Sakit sedang

kesadaran:

-BAB 1x, konsistensi

Mulut: bibir

Mulut: bibir

kering,gingiva tidak

Thorak: dalam batas

kering,gingiva tidak

hiperemis,faring tidak

normal

hiperemis,faring tidak

hiperemis

Abdomen:

hiperemis

Inspeksi: perut datar

Auskultasi: Bising usus +

Thorak: dalam batas


normal

Thorak: dalam batas


normal

Abdomen:

Inspeksi: perut melebar

Abdomen:

Palpasi: lemas,hepar/lien

tidak teraba,nyeri tekan -

Inspeksi: perut agak

agak kesamping (frog

Perkusi: tympani

melebar kesamping

abdomen)

- ekstremitas: pitting

Auskultasi: Bising usus +

Auskultasi: Bising usus

oedem +

Palpasi: tegang,hepar/lien

+,metalik sound +

balance cairan:

tidak teraba,nyeri tekan -

Palpasi: tegang,hepar/lien

cairan masuk, oral : 300 cc

Perkusi: pekak sisi +,

tidak teraba,nyeri tekan

pekak alih +

-,undulasi +,fluid wave +

ekstremitas: pitting

Perkusi: pekak sisi +,

oedem +

pekak alih +, perkusi radier

genitalia : skrotum

bengkak sudah

infuse :550 cc
850 cc
cairan keluar, urine : 400
cc

IWL : 200 cc

ekstremitas: pitting

600 cc

berkurang

oedem +

balance +250

balance cairan:

diuresis : 400 ; 16,6

cairan masuk, oral : 600 cc

cc/jam

infuse :300 cc
24jam

900 cc

genitalia: skrotum
bengkak berkurang

balance cairan:
cairan masuk, oral : 350 cc

cairan keluar, urine : 350

infuse :50 cc

cc

400 cc
IWL : 200 cc
550 cc

cairan keluar, urine : 440


cc

balance : +350

BAB : 20

diuresis : 350 : 14,58

IWL : 200 cc

cc/jam

660 cc
24jam

balance : -260
diuresis : 440 : 18,33
cc/jam
24jam

Soap 06-06-2004

Soap 7-06-2004

Soap 8-06-2004

BB : 19 kg
S : -pasien sudah

BB : 18,5 kg
S : -pasien sudah dapat

BB : 18,5 kg
S : - BAK biasa

Bisa tidur,tapi

tidur

menangis

BAK biasa

Bila tejaga

O: - keadaan umum:

-BAB 1x,warna kuning,

O: - keadaan umum:
Tampak

Sakit sedang

kesadaran:

100/60mmHg

Komposmentis

tekn darah:
kesadaran:

tekn darah: 110/70

Frek nadi: 102 x/menit

Frek nadi: 100 x/menit

kesadaran:

Frek napas: 28x/menit

Frek napas: 28x/menit

Suhu: 350C

Suhu: 35,90C

Mata: konjungtiva

Mata: konjungtiva

tekn darah:

anemis, sclera tidak

tidak ikterik

ikterik, kelopak mata

Kelopak mata bengkak

bengkak berkurang

Frek nadi: 112 x/menit

Frek napas: 26x/menit

Suhu: 36,2 C

berkurang

Mata: konjungtiva

tidak anemis, sclera


tidak ikterik

Komposmentis

tidak anemis, sclera

-/-

Hidung: lapang, skeret


-/-

Hidung: lapang, skeret

Mulut: bibir

Mulut: bibir

kering,gingiva tidak

Kelopak mata kanan

kering,gingiva tidak

hiperemis,faring tidak

dan kiri bengkak

hiperemis,faring tidak

hiperemis

Hidung: lapang, skeret

hiperemis

-/-

Sakit sedang

110/70mmHg

Tampak

Sakit sedang
Komposmentis

O: - keadaan umum:

Tampak

konsistensi lembek, bisa


BAK

- bengkak berkurang

Mulut: bibir

Thorak: dalam batas

Thorak: dalam batas


normal

kering,gingiva tidak

normal

Abdomen:

Inspeksi: perut melebar

Abdomen:

hiperemis,faring tidak

hiperemis

Inspeksi: perut melebar

kesamping berkurang

Thorak: dalam batas

kesamping agak berkurang

Auskultasi: Bising usus +

normal

Auskultasi: Bising usus +

Palpasi: tegang,hepar/lien

Abdomen:

Palpasi: tegang,hepar/lien

tidak teraba,nyeri tekan

Inspeksi: melebar agak

tidak teraba,nyeri tekan -,

undulasi +,fluid wave +

kesamping (frog abdomen)

undulasi +,fluid wave +

Perkusi: pekak sisi +,

Auskultasi: Bising usus +

Perkusi: pekak alih +,

pekak alih +

pekak sisi +

Meningkat,metalik
Sound +

- ekstremitas: pitting
oedem +

Palpasi: tegang,hepar/lien
tidak teraba,nyeri tekan

bengkak berkurang

-,undulasi +,fluid wave +

genitalia : skrotum
bengkak berkurang

balance cairan:

Perkusi: pekak sisi +,

cairan masuk, oral : 450 cc

pekak alih +

balance cairan:

- ekstremitas: pitting

cairan masuk, oral : 550 cc

450 cc
550 cc

oedem +
- genitalia : skrotum

cairan keluar, urine : 700

bengkak agak berkurang

cc

cairan keluar, urine : 900


cc
IWL : 200 cc

balance cairan:

BAB : 200

cairan masuk, oral : 250 cc

IWL : 200 cc

1100 cc
total balance : -650 cc

1100 cc

250 cc
cairan keluar, urine : 50 cc

oedem +

- genitalia : skrotum

ekstremitas: pitting

total balance :-550 cc

IWL : 200 cc
250 cc
total balance : 0

Soap 09-06-2004

Soap 10-06-2004

Soap 11-06-2004

BB : 17 kg
S : - bengkak sudah

BB : 17 kg
S : - bengkak berkurang

BB : 15 kg
S : - BAK biasa

berkurang, BAK biasa

BAK biasa

- bengkak berkurang

O: - keadaan umum:

O: - keadaan umum:

O: - keadaan umum:

Tampak

Tampak

Tampak

Sakit sedang

kesadaran:

Sakit sedang

Komposmentis

Sakit sedang

kesadaran:

Komposmentis

100/60mmHg

tekn darah:

kesadaran:

tekn darah:

tekn darah: 100/70

110/70mmHg

Frek nadi: 100 x/menit

Frek nadi: 90 x/menit

Frek napas: 28x/menit

Frek nadi: 100 x/menit

Frek napas: 28x/menit

Suhu: 360C

Frek napas: 26x/menit

Komposmentis

Suhu: 360C

Mata: konjungtiva

Suhu: 360C

Mata: konjungtiva

tidak anemis, sclera

Mata: konjungtiva

tidak anemis, sclera

tidak ikterik

anemis, sclera tidak

tidak ikterik

Kelopak mata bengkak

ikterik, kelopak mata

Kelopak mata kanan

berkurang

bengkak sudah tidak

Hidung: lapang, skeret

bengkak

dan kiri bengkak

-/-

berkurang

Hidung: lapang, skeret

Mulut: bibir

Hidung: lapang, skeret


-/-

-/-

kering,gingiva tidak

Mulut: bibir

hiperemis,faring tidak

kering,gingiva tidak

kering,gingiva tidak

hiperemis

hiperemis,faring tidak

Thorak: dalam batas

hiperemis

hiperemis,faring tidak

normal

hiperemis

Mulut: bibir

Thorak: dalam batas

Thorak: dalam batas

normal

Inspeksi: perut melebar

Abdomen:

kesamping berkurang

Inspeksi: perut melebar

Inspeksi: perut melebar

Auskultasi: Bising usus +

kesamping berkurang

kesamping berkurang

Palpasi: tegang,hepar/lien

Auskultasi: Bising usus +

Auskultasi: Bising usus +

tidak teraba,nyeri tekan -,

Palpasi: tegang -,hepar/lien

undulasi +,fluid wave +

tidak teraba,nyeri tekan

Palpasi: tegang,hepar/lien

Perkusi: pekak alih +,

undulasi +

tidak teraba,nyeri tekan

pekak sisi +

Perkusi: pekak sisi +,

-undulasi +,fluid wave +

- ekstremitas: pitting

pekak alih +

Perkusi: pekak sisi +,

oedem +

pekak alih +

- genitalia : skrotum

- ekstremitas: pitting

bengkak berkurang

oedem +

balance cairan:

- genitalia : skrotum

cairan masuk, oral : 600 cc

3x/menit

Abdomen:

normal

berkurang

oedem berkurang

cairan masuk, oral : 600 cc


600 cc

cairan keluar, urine : 1060

cairan masuk, oral : 1250


cc
1250 cc

IWL : 200 cc
1260 cc

cairan keluar, urine : 950

total balance :-660 cc

cc

diuresis : 44,16 cc/jam


IWL : 200 cc
1150 cc

total balance : -550 cc


diuresis : 39,5 cc/jam
: 2,3 cc/kgBB/jam

genitalia : skrotum

balance cairan:

cc

balance cairan:

ekstremitas: pitting

sudah tidak bengkak


600 cc

bengkak

Abdomen:

: 2,59 cc/kgBB/jam

cairan keluar, urine : 1150


cc
IWL : 200 cc
1350 cc
total balance : -100 cc
diuresis : 47,91 cc/jam
: 3,19 cc/kgBB/jam

ALUR PENANGANAN SERANGAN ASMA PADA ANAK

Nilai derajat serangan

Tatalaksana awal
awal
Tatalaksana
Nebulasi
-agonis
1-3x,selang
selang20
20menit
menit
Nebulasi -agonis 1-3x,
Nebulisasi ketiga + antikolinergik
Nebulisasi
ketiga + antikolinergik
Jika serangan berat, nebulisasi. 1x
Jika
serangan berat, nebulisasi. 1x
(+antikolinergik)

(+antikolinergik)

Serangan Ringan
(nebulasi 1x,respons baik, gejala
hilang)
Observasi 1-2 jam
Jika efek bertahan, tetap baik
boleh pulang
Jika gejala timbul lagi,perlakukan
sebagai serangan sedang

Serangan Berat
(nebulisasi 3x, respons buruk)
Sejak awal berikan O2 saat atau
diluar nebulisasi
Pasang jalur parenteral
Nilai ulang klinisnya, jika sesuai
dengan serangan berat, rawat di
Ruang Rawat Inap
Foto Rontgen thoraks

Serangan Sedang
(nebulisasi 2-3x, respons parsial)
Berikan oksigen
Nilai kembali derajat
serangan, jika sesuai dengan
serangan sedang, observasi
di Ruang rawat sehari
Pasang jalur parenteral

Boleh Pulang
Bekali obat bronkodilator
( hirupan / oral)
Jika sudah ada obat pengendali,
teruskan
Jika perlu, dapat diberi steroid
oral
Dalam 24-48 jam kontrol
keklinik Rawat jalan, untuk

Ruang Rawat Sehari


Oksigen teruskan
Berikan steroid oral
Nebulisasi tiap 2 jam
Bila dalam 8-12 jam perbaikan klinis
stabil; Boleh Pulang
Jika dalam 12 jam klinis tetap belum
membaik, alih rawat ke Ruang
Rawat Inap

Ruang Rawat Inap


Oksigen teruskan atasi dehidrasi
dan asidosis jika ada
Steroid IV tiap 6-8 jam
Nebulisasi tiap 1-2 jam
Aminofilin IV awal, lanjutkan
rumatan
Jika membaik dalam 4-6x
nebulisasi, interval jadi 4-6 jam
Jika dalam 24 jam perbaikan klinis
stabil, Boleh pulang
Jika dengan steroid dan aminofilin
parenteral tidak membaik, bahkan
tidak membaik,bahkan timbul
ancaman henti nafas, alih rawat ke
Ruang Rawat Intensif

Tatalaksana awal
Nebulasi -agonis 1-3x, selang 20 menit
Nebulisasi ketiga + antikolinergik

Vous aimerez peut-être aussi