Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Asma merupakan penyebab utama penyakit kronis pada
masa kanak-kanak. Asma merupakan diagnosis masuk yang
paling sering dirumah sakit anak dan berakibat kehilangan 57 hari sekolah. Sebanyak 10-15% pada anak laki-laki dan 710% pada anak perempuan. Sebelum pubertas anak laki-laki
2 kali lebih banyak menderita asma daripada anak wanita.
Setelah masa pubertas insiden menurut jenis kelamin sama.
Asma dapat menyebabkan gangguan psikososial pada
keluarga,
namun
dengan
pengobatan
yang
tepat,
B.
Penyebab
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi
Batasan
asma
yang
lengkap
mengambarkan
konsep
B.Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang
peranan utama adalah reaksi yang berlebihan dari trakea dan
bronkus (hipereaktivitas bronkus). Hipereaktivitas bronkus ini
belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Namun diduga karena
adanya hambatan sebagian sistm adrenergic-beta, kurangnya
enzim adenil siklase dan meningginya tonus system parasimpatis.
Keadaan demikian cenderung meningkatkan tonus parasimpatis
bila ada rangsangan sehingga terjadi spasme bronkus. Asma
merupakan gangguan kompleks yang melibatkan banyak faktor
yang
turut
menentukan
derajat
reaktivitas
atau
iritabilitas
Bulu binatang
3. Bahan Iritan
-
Polusi udara
Udara dingin
Air dingin
4. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca sering dihubungkan sebagai pencetus asma,
tetapi mekanisme dari efek ini belum dapat diketahui.
5. Infeksi
-
Infeksi virus
Infeksi jamur
Infeksi bakteri
Infeksi parasit
6. Latihan Jasmani
-
7. Faktor Emosi
Faktor
emosi
dapat
mengakibatkan
peninggian
aktifitas
aktifitas
kolinergik
yang
mengakibatkan
C. KLASIFIKASI
Secara arbiteri KNAA membagi asma anak menjadi 3 derajat
penyakit :
Parameter
klinis,
Asma
kebutuhan
obat,
jarang
episodik
Asma
episodik
(Asma
sering
(Asma
Asma persisten
(Asma berat)
ringan)
< 1x/bulan
sedang)
> 1x/bulan
sering
serangan
2. lama serangan
< 1 minggu
1minggu
Hampir
tahun,
sepanjang
tidak
ada
3.Intensitas
Biasanya ringan
Biasanya sedang
remisi
Biasanya berat
serangan
4.
Diantara
Tanpa gejala
Gejala
serangan
5.
Tidur
Tidak terganggu
Sering terganggu
malam
Sangat terganggu
aktivitas
6.
Pemeriksaan
Normal
Mungkin terganggu
tidak
fisis
diluar
ditemukan
(ditemukan
normal
serangan
7. Obat pengendali
kelainan)
Tidak perlu
kelainan)
Perlu, non steroid
Perlu, steroid
(anti inflamasi)
8. Uji faal paru
PEF/FEV1>80%
PEF/FEV1 60-80%
PEF/FEV1<60%
9. Variabilitas faal
Variabilitas >15%
Variabilitas >30%
Variabilitas 20-30%
Variabilitas >50%
paru
(bila
dan
ada
(tidak
siang
dan
pernah
serangan)
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi asma ditandai dengan 3 kelainan utama pada
bronkus yaitu : bronkokonstriksi otot bronkus, inflamasi mukosa
dan bertambahnya secret yang berada pada jalan napas. Pada
stadium permulaan terlihat mukosa jalan napas pucat, terdapat
edema, dan sekresi lendir bertambah. Lumen bronkus dan
bronkiolus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh
darah, infiltrasi sel eosinofil bahkan juga dalam sekret di saluran
napas. Pada stadium lanjut akan terlihat deskuamasi epitel,
penebalan
membrane
hialin
basal,
hiperplasi
serat
elastin,
inflamasi
allergic,
dimana
bila
penderita
alergi
seperti
histamine,
leukotrin,
prostaglandin,
jalan
napas,
terperangkapnya
udara,
distensi
paru
yang
yang
menyebabkan
meningkatan
menyempit,
dapat
penutupan
resiko
dini
terjadinya
makin
saluran
mempersempit
napas,
pneumothorak.
atau
sehingga
Peningkatan
perfusi
yang
tidak
padu
padan,
hipoventilasi
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya
derajat hiperreaktifitas bronkus, dibagi dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk paroksismal
karena infiltrasi dan batuk kering. Sputum bersifat kental dan
mengumpul merupakan benda asing yang merangsang
batuk.
2. Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak disertai dengan batuk,
dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada stadium ini
anak mulai merasa sesak nafas dan akan berusaha bernafas
lebih dalam, ekspirium memanjang dan terdengar bunyi
mengi, tampak nafas tambahan turut bekerja. Terdapat
retraksi suprasternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga.
Anak
lebih
senang
duduk
dan
membungkuk,
tangan
terjadi
pernafasan
abdominal,
retraksi
F. DIAGNOSIS
Diagnosis asma dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Serangan batuk dan mengi yang berulang sering lebih
nyata pada malam hari yang dapat dipicu bila ada beban
fisik yang berat, infeksi virus, allergen hirupan sangat
karakteristik untuk asma.
Namun asma dapat juga menyebabkan batuk menetap
pada anak tanpa riwayat mengi karena kecepatan aliran
udara
tidak
mencukupi
untuk
menimbulkan
mengi,
wheezing,
ekspirium
memanjang,
retraksi
bongkok
kedepan,
sela
iga
melebar,
diameter
anteroposterior bartambah.
Pada perkusi hipersonor pada seluruh thorak, daerah
pekak jantung dan hati mengecil. Pada auskultasi, mulamula bunyi nafas kasar atau mengeras, tapi pada stadium
lanjut suara nafas melemah atau hampir tidak terdengar
karena aliran udara sangat lemah, dalam keadaan normal
fase ekspirasi 1/3-1/2 dari fase inspirasi, waktu serangan
fase ekspirasi memanjang terdengar ronkhi kering dan
ronkhi basah.
3. Pemeriksaan laboratorium
Darah (eosinofil IgE total, IgE spesifik), secret (eosinofil),
sputum
(eosinofil,
Curshman).
kristal
Bila
ada
Charcot-Leyden
infeksi
mungkin
dan
Spiral
ditemukan
lekositosis polimorfonukleus.
corakan
serangan
akut
paru
dan
meningkat,
asma
hiperinflasi
kronik,
dan
pada
gambaran
atelektasis.
5. Tes fungsi paru
Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter
untuk
menentukan
provokasi
bronkus,
derajat
obstruksi,
menilai
hasil
menilai
pengobatan
hasil
dan
G. DIAGNOSIS BANDING
Mengi
tidak
hanya
terjadiberbagai macam
pada saluran nafas :
terjadi
pada
asma,
tapi
dapat
paru
kronik
yang
berhubungan
dengan
trakea
dan
bronkus
misalnya
H. KOMPLIKASI
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan aktivitas harian paru senormal mungkin
serta mempertahakannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal
termasuk melakukan exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Pengobatan pada Asma ada 2 cara yaitu:
1. Pengobatan Non Medikamentosa
1. Waktu serangan :
1.1
Pemberian O2 (oksigen)
1.2
Pemberian cairan
1.3
Drainase postural
1.4
2. Diluar serangan :
2.1
Pendidikan
2.2
Imunoterapi/desensitisasi
2.3
Pelayanan/kontrol emosi
2. Pengobatan Medikamentosa
1. Bronkodilator
A. Agonis 2
Obat
ini
mempunyai
efek
bronkodilatasi.
kecil
pemberianya oral.
yaitu 1/10
dosis
oral
dan
B. Metilxantin
Efek
bronkodilatornya
berkaitan
dengan
kadar
teofilin
serum
dalam
C. Anti Kolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsic dari
saluran nafas memeberikan hasil yang lebih baik bila
digunakan bersama dengan agonis 2.
2. Kortikosteroid :
- Prednison, dosis oral: 1-2 mg/kgbb/hari (3-4 kali
sehari)
- Beclometason, dosis aerosol 2-4 semprotan (100-200
mikrogram) 3-4
hari sehari
c. Anti histamine
obat ini digunakan untuk menghambat timbulnya
hiperreaktivitas
bronchial
akibat
PAF
(Platelet
Activating Factor)
- Ketotifen, dosis oral: <3 tahun 2 x 0,5 mg/hari
>3 tahun 2 x 1 mg/hari
PENGOBATAN
ASMA
JANGKA
PANJANG
BERDASARKAN
BERAT PENYAKIT
Derajat Asma
Obat
Pengontrol
Asma Persisten
( harian)
Tidak Perlu
Obat Pelega
-
Bronkodilatornak
si
singkat,
yaitu
berat
eksaserbasi
- Inhalasi agonis beta
2
atau
dipakai
aktivitas
Asma Persisten Ringan
kromolin
sebelum
atau
pajanan alergen
- Inhalasi agonis beta 2
Inhalasi
kortikosteroid 200
500
/kromolin/nedokromil
/ atau teofilin lepas
lambat
-
Bila
perlu
ditingkatkan
800
samapi
atau
ditambahkan
bronkodilator
aksi
asma
kali sehari
malam.
Dapat
diberikan
agonis
beta
aksi
lama
inhalasi
atau
oral
atau
teofilin
lepas
lambat
Asma Persisten Sedang
-Inhalasi
kortikosteroid
lebih
Bronkodilator
lama
terutama
mengontrol
aksi
sehari
untuk
asma
aksi
lama
-Inhalasi
kortikosteroid
Bronkodilator
lama,
berupa
aksi
agonis
teofilin
lepas
lambat
-
Kortikosteroid
oral
jangka panjang
inhaler terukur dengan dosis 2 semprot setiap 20 menit sampai 1 jam, jika
diperlikan
Respon : baik
Frekuensi pernafasan : baik
Kehabisan nafas: tidak ada
Otot otot tambahan : tidak
ada retraksi interkostal
Waspada,tidak ada perubahan
warna
PEFR 70%-90% garis
dasar
Hubung pemberi
perwatan kesehatan dan
Lanjutkan Albuterol 0,15
mg/kgBB/dosis setiap 2
jam sebanyak 3x dan
Mulai prednison oral 12mg/kg/dosis
Lanjutkan Penilaian
Respon jelek
Frekunsi penafasan :
meningkat
Kehabisan nafas : berat
Otot otot tambahan : retrasi
berat dengan pengembangan
hidung
Kewaspadaan(ketajaman
perhatian) menurun
Perubahan warna
PEFR ,50% garis dasar
Pergi ke UGD
Lanjutkan Penilaian
Tidak stabil
PEFR,<70%
garis dasar dan
parameter lain
tidak membaik
Stabil
PEFR >70% garis
dasar
Saturasi O2 >95%
dan parameter
lain membaik
Dipulangkan dengan
edukasi penderita, obat
obatan (pikirkan
kortikosteroid), dan
rencana pemantauan
(follow up)
Respons baik
PEFR>70% garis
dasar
Saturasi O2 >95%
dan parameter lain
membaik
Respons jelek
PEFR <40% garis
dasar
Saturasi O2 <91%
dan parameter
lain tidak
membaik
Respons tidak
sempurna
PEFR 40%-70% garis
dasar
Saturasi O2 91%-95%
dan parameter lain
membaik
Pikirkan
perawatan
Rumah
Sakit
Nilai keparahan
FJ, FP, PEFR,Auskultasi, penggunaan otot-otot
tambahan,pulsus paradoksus,dispnea, ketajamanperhatian,
warna, saturasi O2
Unit Pemantauan
Membaik
PEFR>70% garis dasar
FJ dan FP: normal
Auskultasi: minimal sampai tidak ada
mengi
Otot-otot tambahan: penggunaan
sedang atau tidak ada
Dispnea: tidak ada
Pulsus Paradoksus: tidak ada
Tidak membaik
PEFR <30% garis dasar
PCO2 >40%mmhg dan
parameter lain
memburuk
Oksigen untuk mempertahankan
saturasi O2>95%
Teruskan nebulisasi albuterol
0,5mg/kg/dosis, maksimum
15mg/jam
Metilprednison IV 1-2
mg/kg/dosis setiap 6 jam
Aminofilin
Nilai keparahan
PCO2>55mmhg atau meningkat
>5-10mmhg/jam, dispnea dan
kelelahan bertambah serta
penggunaan otot tambahan,
Lanjutkan
penurunan obat-obatan
ketajaman perhatian,
Pikirkan
penambahan
ventilasi
Pulsus Paradoksus
>30mmhg,
mekanis
asidosis dan desaturasi
Presentasi kasus
Sindroma nefrotik
PEMBIMBING :
Dr. KRISTON SILITONGA , SpA
Disusun oleh :
Dicky syamsuddin 90-112
Nun parisi pase 91Sherliyanah 97-132
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : An Sahid Zidan
Agama
Pendidikan : -
Pekerjaan
: Islam
:-
Penghasilan : -
Jak-Tim
ORANGTUA / WALI
Ayah
Nama Lengkap : Yusuf
Agama
: Islam
Pendidikan : STM
pekerjaan :
wiraswsasta
Alamat Lengkap : Kp makasar Rt 09/06
Penghasilan : -
Jat-Tim
Ibu
Nama Lengkap : Maimunah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
IbuRumahtangga
Alamat Lengkap : Kp makasar Rt 09/06
Penghasilan : -
Jat-Tim
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama :
Tidak buang air kecil
Keluhan tambahan :
Sakit perut, bengkak pada mata, kaki dan alat kelamin,
muntah, mencret.
: Bidan
: Spontan, pervaginam.
Masa gestasi
: Cukup bulan
Keadaan bayi
: 3500 gr
: tidak tahu
Langsung menangis
Nilai apgar
: tidak tahu
Kelainan bawaan
: tidak ada
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 3 bulan
Berjalan : 13 bulan
Duduk : 6 bulan
Berbicara : 17 bulan
Berdiri : 9 bulan
- bulan
Perkembangan Pubertas
Laki - Laki
Rambut pubis : - tahun
RIWAYAT IMUNISASI
vaksin
Dasar
Ulanga
(umur)
n
(umur)
B.C.G
D.P.T/D.
T
Polio
Campak
Hepatiti
sB
RIWAYAT MAKANAN
UMUR
A.S.I/P.A.S.I
(BULAN)
0 -2
2-4
4-6
6-8
8-10
10-12
BUAH/BISKUI
BUBUR
SUSU
NASI TIM
Penyakit
Umur
2 tahun 5 bulan
-
Diare
Otitis
Radang paru
Tuberkulosis
Kejang
Ginjal
Jantung
Darah
Difteri
Morbili
Parotitis
Demam berdarah
Demam tifoid
Cacingan
Alergi
Kecelakaan
Operasi
RIWAYAT KELUARGA
Corak
reproduk
si
Nomor
Tgl
Jenis
Hidu
Lahi
abortu
Mati
Keterang
lahir
kelami
( sebab
an
( umur
kesehata
mat
1.
8 thn
Laki-
Sehat
2.
Pasien
laki
Laki-
Sakit
laki
DATA KELUARGA
Perkawinan
: Ke 1
Ayah/Wali
Ibu/Wali
27 thn
20 thn
Keadaan kesehatan
sehat
sehat
DATA PERUMAHAN
Kepemilikan rumah
Keadaan rumah
: Rumah sendiri
: Bersih
Kesadaran
: kompos mentis
Frekuensi nadi
: 116x/menit
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Frekuensi napas
: 36x/menit
Suhu tubuh
: 38,5C
DATA ANTROPOMETRI
Berat badan
: 17 kg
Tinggi badan
: 96 cm
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala
: Bulat,
Palpasi
Perkusi
: Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Bunyi napas dasar vesikuler, Ronki -/-, wheezing -/Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Tenang
Genitalia
-
Skrotum bengkak
Anggota Gerak
-
Tulang belakang
-
Lurus
Kulit
-
Rambut
-
pemeriksaan neurologis
-
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah tepi
31 Mei 2004
Laju endap darah : 101 mm/jam
Hb : 11,0gr/dl
Leukosit : 46400/ul
Trombosit : 507000/ul
Ht : 35%
Retikulosit : 7%
Mp3 : 2/14/13/15
Pemeriksaan kimia
31 mei 2004
Ureum : 45 mg/dl
Kreatinin : 1,0 mg/dl
Elektrolit :
31 mei 2004
Na
: 132 mmol/L
: 3,7 mmol/L
Cl
: 117 mmol/L
Pemeriksaan kimia
1 juni 2004
Protein total
: 3,4 mg/dl
Albumin
: 0,2 g/dl
Globulin
: 3,2 g/dl
Air seni
1 juni 2004
kultur urine : Tidak ada pertumbuhan
Berat jenis : >1.030
Sedimen :
Lekol/LPB : 5-7
Reaksi : 5,5
Eri/LPB : 8-12
Protein : +2
Sel epitel : +
Reduksi : -
Bakteri : +
Urobilin : +
Silinder/LPK : -
Bilirubin : -
Kristal : -
Urobilinogen : normal
Aseton : 8 juni 2004
Berat jenis : 1.020
Sedimen :
Lekol/LPB : 0-2
Reaksi : 6.0
Eri/LPB : 1-2
Protein : +2
Sel epitel : +
Reduksi : -
Bakteri : -
Urobilin : +
Silinder/LPK : -
Bilirubin : -
Kristal : -
Sedimen
Warna
: kuning muda
Lekol/LPB
: 1-2
Ph
: 7,5
Eri/LPB
: 0-1
Protein
:-
Sel epitel
:+
Reduksi
:-
Bakteri
Urobilin
:+
Silinder/LPK
Bilirubin
:-
Kristal
Urobilinoge : Aseton
:::-
kristal
:-
:-
RESUME
Seorang anak laki-laki berumur 3,5 tahun datang dengan keluhan
utama tidak bisa buang air kecil.
Dari riwayat perjalanan penyakit didapat :
3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sakit
diseluruh bagian perut hilang timbul, tidak berkurang pada
perubahan posisi. Pasien juga mengeluh muntah berisi susu dan
sisa makanan.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh perutnya
sakit dan terasa keras disertai demam tinggi yang naik tiba-tiba
disertai mual dan muntah (1 kali), pasien tidak bisa buang air kecil,
setelah dipaksa pasien hanya mengeluarkan BAK gelas aqua
kecil dan berwarna seperti air cucian daging, pasien juga mengeluh
saat berkemih. Pasien juga merasa sandal/sepatu yang biasa
dipakai terasa sempit.
2 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mencret sebanyak 3
kali, perut terasa sakit dan kembung. Pasien merasa kakinya
bengkak, mata bengkak dan alat kelamin terasa lebih besar. Pasien
sulit buang air kecil.
Pada usia 2 tahun 5 bulan pasien pernah di rawat di RSU FK UKI
karena sakit ginjal.
Pemeriksaan fisik :
Mata : bengkak pada ke-2 kelopak mata
Abdomen :
Inspeksi
Perkusi
Genitalia
: skrotum bengkak
:+2
eritrosit
: 8-12/LPB
leukosit
: 5-7/LPB
kultur urin
sel epitel
:+
bakteri
:+
3. elektrolit :
Na
: 132 mmol/L
: 3,7 mmol/L
Cl
: 117 mmol/L
Protein total
Albumin
: 0,2 mg/dl
Globulin
: 3,2 mg/dl
Ureum
: 45 mg/dl
Kreatinin
:1,0 mg/dl
DIAGNOSIS KERJA
Sindrom Nefrotik
DIAGNOSIS BANDING
GNA
: 3,4 mg/dl
ANJURAN PEMERIKSAAN
-
USG ginjal
Biopsi
PROGNOSIS
-
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionum : malam
Ad sanationum
: malam
PENATALAKSANAAN
-
Rawat inap
LANDASAN TEORI
SINDROM NEFROTIK
Sindrom nefrotik (SN) merupakan suatu kumpulan manifestasi
klinik yang ditandai dengan protein nuria massif > dari 3,5 gram
per 1,73 m2 luas permukaan tubuh/24 jam, hipoalbuminemia < 3
g/dl, oedema anasarka, hiperkolesterolemia dan lipiduria
PATOFISIOLOGI
1. Proteinuria
Proteinuria adalah kelainan utama pada SN, sedangkan
gejala yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Proteinuria dinyatakan massif jika ekskresi protein 40
mg/m2/jam. Jenis protein yang keluar pada SN bervariasi
tergantung pada kelainan dasar glomerulus. Pada kelainan
minimal hamper seluruhnya terdiri atas albumin, dan disebut
sebagai proteinuria selektif. Karakteristik perubahan
permeabelitas membran basal juga tergantung pada tipe
kelainan glomerulus. Pada kelainan minimal terdapat
hilangnya sawar muatan negatifselektif, sedangkan pada SN
lainnya terdapat perubahan pada sawar ukuran poros, atau
keduanya.
2. Hipoalbuminemia
jumlah albumin di dalam tubuh ditentukan oleh masukan
dari sintesis
hepar dan pengeluaran akibat degradasi metabolik, ekskresi
renal
dan gastrointestinal. Pada anak SN terdapat hubungan
terbalik antara
laju ekskresi protein dan derajat hipoalbunemia. Namun hal
ini tidak berlaku pada anak dengan SN proteinuria menetap
yang lama, kadar albumin darah dapat menjadi normal atau
hamper normal dengan atau tanpa perubahan laju ekskresi
protein.
3 . Edema
Dikenal 2 hipotesis pembentukan edema pada SN yaitu teori
underfilled yaitu menurunnya tekanan onkotik intravascular
yang menyebabkan cairan merembes keruang interstisial
dan teori overfilled yaitu terjadinya kenaikan kadar rennin
Soap 31-05-2004
Soap 1-06-2004
Soap 2-06-2004
BB : 17 kg
S : -pasien sudah
BB : 17 kg
S : -pasien sudah
BB : 18 kg
S : -pasien susah tidur
Bisa BAK
Bisa BAK
Tampak
O: - keadaan umum:
Sakit sedang
konsistensi cair
Tampak
kesadaran:
O: - keadaan umum:
Komposmentis
Tampak
Suhu: 37,50C
Mata: konjungtiva
tekn darah:
100/60mmHg
kesadaran:
Komposmentis
kesadaran:
Komposmentis
tidak ikterik
Suhu: 38,30C
Suhu: 370C
Mata: konjungtiva
Mata: konjungtiva
-/-
Mulut: bibir
tidak ikterik
bengkak
-/-
hiperemis,faring tidak
hiperemis
Sakit sedang
kering,gingiva tidak
Sakit sedang
Mulut: bibir
Mulut: bibir
kering,gingiva tidak
normal
hiperemis,faring tidak
kering,gingiva tidak
Abdomen:
hiperemis
hiperemis,faring tidak
hiperemis
normal
Palpasi: lemas,hepar/lien
berkurang
Perkusi: tympani
Palpasi: lemas,hepar/lien
- ekstremitas: pitting
Palpasi: lemas,hepar/lien
oedem +
berkurang
Perkusi: tympani
berkurang
- ekstremitas: pitting
oedem +
normal
Abdomen:
Abdomen:
ekstremitas: pitting
oedem +
balance cairan:
cairan masuk, oral : 350 cc
infuse :450 cc
850 cc
cairan keluar, urine : 500
cc
IWL : 200 cc
700 cc
diuresis : 500 ; 20,83
cc/jam
Soap 3-06-2004
Soap 4-06-2004
24jam
Soap 5-06-2004
BB : 19 kg
S : -pasien sudah
BB : 19 kg
S : -pasien sudah
BB : 20 kg
S : -pasien sudah bisa tidur
Bisa tidur
BAB
pagi
lagi
O: - keadaan umum:
O: - keadaan umum:
Tampak
Tampak
Sakit sedang
Tampak
Sakit sedang
110/60mmHg
110/70mmHg
Suhu: 36,70C
kesadaran:
tekn darah:
kesadaran:
Komposmentis
Komposmentis
Mata: konjungtiva
Suhu: 36,30C
Suhu: 36,30C
Mata: konjungtiva
dan kiri
tidak ikterik
dari kemarin
-/-
Mulut: bibir
kering,faring tidak
hiperemis
O: - keadaan umum:
tekn darah :
Komposmentis
darah -
lembek,warna kuning,
Sakit sedang
kesadaran:
Mulut: bibir
Mulut: bibir
kering,gingiva tidak
kering,gingiva tidak
hiperemis,faring tidak
normal
hiperemis,faring tidak
hiperemis
Abdomen:
hiperemis
Abdomen:
Abdomen:
Palpasi: lemas,hepar/lien
Perkusi: tympani
melebar kesamping
abdomen)
- ekstremitas: pitting
oedem +
Palpasi: tegang,hepar/lien
+,metalik sound +
balance cairan:
Palpasi: tegang,hepar/lien
pekak alih +
ekstremitas: pitting
oedem +
genitalia : skrotum
bengkak sudah
infuse :550 cc
850 cc
cairan keluar, urine : 400
cc
IWL : 200 cc
ekstremitas: pitting
600 cc
berkurang
oedem +
balance +250
balance cairan:
cc/jam
infuse :300 cc
24jam
900 cc
genitalia: skrotum
bengkak berkurang
balance cairan:
cairan masuk, oral : 350 cc
infuse :50 cc
cc
400 cc
IWL : 200 cc
550 cc
balance : +350
BAB : 20
IWL : 200 cc
cc/jam
660 cc
24jam
balance : -260
diuresis : 440 : 18,33
cc/jam
24jam
Soap 06-06-2004
Soap 7-06-2004
Soap 8-06-2004
BB : 19 kg
S : -pasien sudah
BB : 18,5 kg
S : -pasien sudah dapat
BB : 18,5 kg
S : - BAK biasa
Bisa tidur,tapi
tidur
menangis
BAK biasa
Bila tejaga
O: - keadaan umum:
O: - keadaan umum:
Tampak
Sakit sedang
kesadaran:
100/60mmHg
Komposmentis
tekn darah:
kesadaran:
kesadaran:
Suhu: 350C
Suhu: 35,90C
Mata: konjungtiva
Mata: konjungtiva
tekn darah:
tidak ikterik
bengkak berkurang
Suhu: 36,2 C
berkurang
Mata: konjungtiva
Komposmentis
-/-
Mulut: bibir
Mulut: bibir
kering,gingiva tidak
kering,gingiva tidak
hiperemis,faring tidak
hiperemis,faring tidak
hiperemis
hiperemis
-/-
Sakit sedang
110/70mmHg
Tampak
Sakit sedang
Komposmentis
O: - keadaan umum:
Tampak
- bengkak berkurang
Mulut: bibir
kering,gingiva tidak
normal
Abdomen:
Abdomen:
hiperemis,faring tidak
hiperemis
kesamping berkurang
normal
Palpasi: tegang,hepar/lien
Abdomen:
Palpasi: tegang,hepar/lien
pekak alih +
pekak sisi +
Meningkat,metalik
Sound +
- ekstremitas: pitting
oedem +
Palpasi: tegang,hepar/lien
tidak teraba,nyeri tekan
bengkak berkurang
genitalia : skrotum
bengkak berkurang
balance cairan:
pekak alih +
balance cairan:
- ekstremitas: pitting
450 cc
550 cc
oedem +
- genitalia : skrotum
cc
balance cairan:
BAB : 200
IWL : 200 cc
1100 cc
total balance : -650 cc
1100 cc
250 cc
cairan keluar, urine : 50 cc
oedem +
- genitalia : skrotum
ekstremitas: pitting
IWL : 200 cc
250 cc
total balance : 0
Soap 09-06-2004
Soap 10-06-2004
Soap 11-06-2004
BB : 17 kg
S : - bengkak sudah
BB : 17 kg
S : - bengkak berkurang
BB : 15 kg
S : - BAK biasa
BAK biasa
- bengkak berkurang
O: - keadaan umum:
O: - keadaan umum:
O: - keadaan umum:
Tampak
Tampak
Tampak
Sakit sedang
kesadaran:
Sakit sedang
Komposmentis
Sakit sedang
kesadaran:
Komposmentis
100/60mmHg
tekn darah:
kesadaran:
tekn darah:
110/70mmHg
Suhu: 360C
Komposmentis
Suhu: 360C
Mata: konjungtiva
Suhu: 360C
Mata: konjungtiva
Mata: konjungtiva
tidak ikterik
tidak ikterik
berkurang
bengkak
-/-
berkurang
Mulut: bibir
-/-
kering,gingiva tidak
Mulut: bibir
hiperemis,faring tidak
kering,gingiva tidak
kering,gingiva tidak
hiperemis
hiperemis,faring tidak
hiperemis
hiperemis,faring tidak
normal
hiperemis
Mulut: bibir
normal
Abdomen:
kesamping berkurang
kesamping berkurang
kesamping berkurang
Palpasi: tegang,hepar/lien
Palpasi: tegang,hepar/lien
undulasi +
pekak sisi +
- ekstremitas: pitting
pekak alih +
oedem +
pekak alih +
- genitalia : skrotum
- ekstremitas: pitting
bengkak berkurang
oedem +
balance cairan:
- genitalia : skrotum
3x/menit
Abdomen:
normal
berkurang
oedem berkurang
IWL : 200 cc
1260 cc
cc
genitalia : skrotum
balance cairan:
cc
balance cairan:
ekstremitas: pitting
bengkak
Abdomen:
: 2,59 cc/kgBB/jam
Tatalaksana awal
awal
Tatalaksana
Nebulasi
-agonis
1-3x,selang
selang20
20menit
menit
Nebulasi -agonis 1-3x,
Nebulisasi ketiga + antikolinergik
Nebulisasi
ketiga + antikolinergik
Jika serangan berat, nebulisasi. 1x
Jika
serangan berat, nebulisasi. 1x
(+antikolinergik)
(+antikolinergik)
Serangan Ringan
(nebulasi 1x,respons baik, gejala
hilang)
Observasi 1-2 jam
Jika efek bertahan, tetap baik
boleh pulang
Jika gejala timbul lagi,perlakukan
sebagai serangan sedang
Serangan Berat
(nebulisasi 3x, respons buruk)
Sejak awal berikan O2 saat atau
diluar nebulisasi
Pasang jalur parenteral
Nilai ulang klinisnya, jika sesuai
dengan serangan berat, rawat di
Ruang Rawat Inap
Foto Rontgen thoraks
Serangan Sedang
(nebulisasi 2-3x, respons parsial)
Berikan oksigen
Nilai kembali derajat
serangan, jika sesuai dengan
serangan sedang, observasi
di Ruang rawat sehari
Pasang jalur parenteral
Boleh Pulang
Bekali obat bronkodilator
( hirupan / oral)
Jika sudah ada obat pengendali,
teruskan
Jika perlu, dapat diberi steroid
oral
Dalam 24-48 jam kontrol
keklinik Rawat jalan, untuk
Tatalaksana awal
Nebulasi -agonis 1-3x, selang 20 menit
Nebulisasi ketiga + antikolinergik