Vous êtes sur la page 1sur 9

Pertemuan 1

definisi
Herpes zoster yang juga dikenal sebagai zona, adalah penyakit virus yang
ditandai dengan ruam kulit yang nyeri dengan gelembung berisi cairan di daerah
yang terbatas pada satu sisi tubuh, sering berada dalam sebuah garis. Infeksi awal
dengan virus varicella zoster (VZV) menyebabkan penyakit akut (jangka pendek)
yaitu cacar air yang umumnya terjadi pada anak-anak dan orang muda. Setelah
episode cacar air sembuh, virus ini tidak hilang seluruhnya dari tubuh tetapi dapat
menyebabkan penyakit herpes zoster yaitu penyakit dengan gejala yang sangat
berbeda beberapa tahun setelah infeksi awal. Meskipun memiliki kesamaan nama,
herpes zoster bukan penyakit yang sama seperti herpes simpleks, walaupun
demikian, keduanya yaitu virus varicella zoster dan herpes simpleks virus
meemilik subfamili virus yang sama (Alphaherpesvirinae).
Patofisiologi/Patogenesis

Virus varisela zoster merupakan salah satu dari 8 jenis herpes virus dari
family herpes viridae yang dapat menyerang manusia dan primate, merupakan
virus DNA alfa herpesvirus, mempunyai 125.000 pasangan basa yang
mengandung 70 gen. Virus ini mempunyai 3 tipe liar (wild type) Dumas di Eropa
dan Oka di Jepang mengumumkan rangkaian genetic virus varisela yang
ditelitinya.
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata - rata
14 - 17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu
kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi
dari sekresi pernafasan (droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi
kulit. Droplet infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul
lesi dikulit.
VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan
bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi

pada hari ke 2 - 4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti
penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang
mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6
setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi
virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum
matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi
di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase
ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada
hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas. Seorang
anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada yang lain yaitu 2
hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di kulit.
Pada herpes zoster, patogenesisnya belum seluruhnya diketahui. Selama
terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa
ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara centripetal melalui serabut
syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten
(dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi,
tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila
terjadi reaktivasi virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan
yang menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita
yang mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada
orang penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan
kembali bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion
sensoris. Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan
melalui syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala
klinis.
Faktor Resiko Herpes zoster :
1.

Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula
resiko terserang nyeri.

2.

Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV


dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari

immunocompromised.
3.

Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.


4.

Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum


tulang.

Pemeriksaan Penunjang
1.Tzancksmear
- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsas,
Wrights, toluidine blue ataupun Papanicolaous. Dengan menggunakan
mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant cells.
- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus.
2.Direct fluorescent assay (DFA)
- Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.
- Hasil pemeriksaan cepat.
- Membutuhkan mikroskop fluorescence.
- Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
- Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simpleks
virus
3.Polymerase chain reaction (PCR)
- Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
- Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
digunakan sebagai preparat, dan CSF.
- Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.

- Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.
4.Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas
dijumpai adanya lymphocytic infiltrat.

LO
Herpes simplek
Cara penularan

Horisontal
Transmisi secara horisontal terjadi ketika seorang individu yang

seronegatif berkontak dengan individu yang seropositif melalui vesikel yang


berisi virus aktif (81%-88%), ulkus atau lesi HSV yang telah mengering
(36%) dan dari sekresi cairan tubuh yang lain seperti salivi, semen, cairan
genital (3,6%-25%).

Vertikal
Transmisi HSV secara vertikal terjadi pada neonatus baik itu pada periode

antenatal, intrapartum dan postnatal.Transmisi ini terjadi pada saat ibu


mengalami infeksi primer dan virus berada dalam fase viremia sehingga
secara hematogen virus tersebut masuk ke dalam plasenta mengikuti sirkulasi
uteroplasenta akhirnya menginfeksi fetus.

Manifestasi Klinis

Pada infeksi HSV tipe 1


Di daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan hidung dan biasa

nya di mulai masa anak-anak. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih
berat kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik seperti demam,
malaise, anoreksia dan pembengkakan kelenjar getah bening regional
Kelainan klinis berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen dan dapat
menjadi krusta

Pada infeksi HSV tipe 2


herpes genital primer terjadi dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah

terpapar virus dan memiliki manifestasi klinis yang paling parah. Gejala dari
episode primer biasanya berlangsung 2-3 minggu.

Penegakkan diagnosis
Pemeriksaan fisik

Meskipun infeksi HSV dapat terjadi di manapun pada


tubuh, 70-90% dari infeksiHSV-1 terjadi di atas pinggang.

Dan 70-90% dari infeksiHSV-2 terjadi di bawah pinggang.


Manifestasi
klinis
infeksi
HSV
pada
pasien
immunocompromised biasanya sama dengan pada pasien
sehat. Namun, lesi yang lebih besar atau ulkus nekrotik
mungkin terjadi, dan daerah yang besar mungkin terlibat.

Pemeriksaan lab

Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan Giemsa atau Wright


terlihat sel raksasa berinti banyak.

Kultur virus.

Deteksi DNA HSV Virus dengan Polymerase Chain


Reaction (PCR)

Tes serologik IgM dan IgG tipe spesifik. IgM baru dapat
dideteksi setelah 4-7hari infeksi, mencapai puncak 2-4
minggu dan menetap 2-3 bulan bahkan sampai 9 bulan.

Sedangkan IgG baru dapat dideteksi setelah 2-3 minggu


infeksi, mencapai puncak setelah 4-6 minggu infeksi dan
menetap lama bahkan seumur hidup.

Penatalaksanaan

Sebagian besar herpes simplex virus (HSV) infeksi adalah self-limited.


Namun, terapi antiviral memperpendek gejala dan dapat mencegah
penyebaran dan transmisi.

Pengobatan herpes labialis dan herpes genitalis umumnya terdiri dari


acyclovir, prodrug valacyclovir, dan famciclovir.

Dapat diberikan paracetamol untuk mengurangi nyeri dan demam

Edukasi

Hindari pemicu yang diketahui berhubungan dengan kekambuhan HSV,


seperti sinar UV dan merokok

Menjaga agar gelembung tidak pecah, karena dapat mejadi infeksi


sekunder

Menghindari bersentuhan dengan orang sekitar

Jika tidak kuat dengan hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi karena
dapat menyebabkan shock

Komplikasi

Superinfeksi bakteri

Meningitis aseptic

Penyebaran CNS dan visceral

Strain HSV thymidine kinase-negatif yang resisten acyclovir pada pasien


AIDS

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV kongenital harus
dimonitor terhadap tanda infeksi.

Dapus
H,Ronny. 2010. Herpes Simpleks ; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta :
FKUI
Mansjoer,A. 2000. Kapita selekta kedokteran jilid 2. Jakarta : FK UI

Vous aimerez peut-être aussi