Vous êtes sur la page 1sur 18

ASKEP INTRAOPERASI

OLEH KELOMPOK 2
Eky Sulistyaningsih
Eliana
Elinda Safitri
Eni Windarti
Eva Muzdalifah
Ferdy Anggiawan
M. Pandu Wiguna

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2010/2011

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas izin dan ridho
Nya maka Asuhan Keperawatan pada intraoperasi ini bisa terselesaikan dengan baik.
Makalah ini di buat untuk kalangan internal mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Study
Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati Bandar Lampung, guna membantu untuk
mempermudah materi yang di ajarkan. Oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan
pembuatan makalah ini sangat kami harapkan.
Semoga bantuan dan dorongan yang telah di berikan kepada kami mendapatkan balasan dari
Allah SWT, dan makalah ini bias bermanfaat bagi kita semua, Amiin.

Bandar Lampung, Desember 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

ISI

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Definisi
Peran Perawat Pada Fase Intra Operatif
Prinsip-Prinsip Operatif
Protokol
Peraturan Dasar Asepsis Bedah
Posisi Pasien Di Meja Operasi
Tim Operasi
Diagnosa Keperawatan
Proses Keperawatan Dalam Fase Intra Operatif
Komplikasi

BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif. Aktivitas
yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di
ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang
mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik
fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus
berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga kesehatan yang
kompeten dan kerja sama yang sinergis antara masing-masing anggota tim. Secara umum
anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga kelompok besar, meliputi pertama, ahli
anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan
pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi, kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan
scrub dan pembedahan dan yang ketiga adalah perawat intra operatif.
Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well being)
pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan koordinasi petugas ruang operasi dan
pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas selama pembedahan. Peran lain perawat di
ruang operasi adalah sebagai RNFA (Registered Nurse First Assitant). Peran sebagai RNFA ini
sudah berlangsung dengan baik di negara-negara amerika utara dan eropa. Namun demikian
praktiknya di indonesia masih belum sepenuhnya tepat. Peran perawat sebagai RNFA
diantaranya meliputi penanganan jaringan, memberikan pemajanan pada daerah operasi,
penggunaan instrumen, jahitan bedah dan pemberian hemostatis.

Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama pembedahan, informasi mengenai
pasien harus dijelaskan pada ahli anastesi dan perawat anastesi, serta perawat bedah dan dokter
bedahnya. Selain itu segala macam perkembangan yang berkaitan dengan perawatan pasien di
unit perawatan pasca anastesi (PACU) seperti perdarahan, temuan yang tidak diperkirakan,

permasalahan cairan dan elektrolit, syok, kesulitan pernafasan harus dicatat, didokumentasikan
dan dikomunikasikan dengan staff PACU.

BAB II
ISI

A. DEFINISI
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi
fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai perawat
scrub, atau membantu mengatur posisi pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsipprinsip dasar kesimetrisan tubuh.
B. PERAN PERAWAT PADA FASE INTRA OPERATIF
1.

Pemeliharaan Keselamatan
a.
1)
2)
3)
b.
c.
d.

2.

Atur posisi pasien


1). Kesejajaran fungsional
2). Pemajanan area pembedahan
3). Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
Memasang alat grounding ke pasien
Memberikan dukungan fisik
Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.

Pematauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan secara berlebihan pada
pasien
b. Membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal
c. Melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan tekanan
darah pasien.

3.

Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan jika pasien sadar)


a. Memberikan dukungan emosional pada pasien
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi
c. Terus mengkaji status emosional pasien

d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim perawatan kesehatan


lain yang sesuai.
4.

Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingkungan aseptik dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola sumber daya manusia.
C. PRINSIP-PRINSIP OPERATIF
1. Prinsip kesehatan dan baju operasi
a. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi.
Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit, merupakan sumber organisme
patogenik yang harus dilaporkan;
b. Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang
diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi;
c. Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan kontaminasi
melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak mengganggu
pernafasan, bicara atau penglihatan, menyatu dan nyaman;
d. Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan garis leher termasuk
cambang) sehingga helai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak
jatuh ke dalam daerah steril;
e. Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan bot tidak
diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan. Sepatu dibungkus dengan
penutup sepatu sekali pakai atau kanvas;
f. Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang operasi meliputi
analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik. Selain itu, kebijakan
dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di ruang operasi telah ditegakkan.
2. Prinsip Asepsis Perioperatif
a. Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi;
b. Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahay seperti partikel,
debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan kebisingan;
c. Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas hambatan, dan
gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara periodik.
D. PROTOKOL
1. Pra operatif
a. Semua material bedah harus disterilkan

b. Ahli bedah, asisten bedah, dan perawat mempersiapkan diri dengan scrub tangan dan
lengan dengan sabun dan air, lengan panjang dan sarung tangan steril
c. Penggunaan topi dan masker
d. Pembersihan kulit pasien dengan agens antiseptik
e. Tubuh pasien ditutup dengan kain steril.
2. Intra operatif
Hanya personel yang telah melakukan scrub dan memakai pakaian operasi yang boleh
menyentuh benda-benda steril.
3. Pasca operatif
a. Luka dibersihkan dengan normal saline dan antiseptik
b. Luka dilindungi dengan balutan steril
c. Bila terjadi infeksi, kolaboratif untuk pemberian antimikroba spesifik
d. Teknik aseptik yang ketat harus dipatuhi selama pembedahan.
4.

Kontrol lingkungan
a. Lantai dan permukaan horisontal dibersihkan secara teratur dengan sabun dan air atau
deterjen germisida
b. Peralatan disteril diinspeksi secara teratur untuk memastikan pengoperasian dan
performa yang optimal
c. Sebelum dipaket, linen, kain dan larutan yang dgunakan disteril, instrumen yang
digunakan dibersihkan dan disterilkan di unit dekat ruang operasi
d. Material-material steril yang dibungkus sendiri-sendiri digunakan bila diperlukan
material individual tambahan
e. Sistem aliran udara laminar yang menyaring bakteri dan debu dengan presentasi
tinggi.
E. PERATURAN DASAR ASEPSIS BEDAH
1. Umum
a. Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan permukaan atau benda lain
yang steril dan tetap steril; kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik
membuat area steril terkontaminasi
b. Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap
tidak steril atau terkontaminasi
c. Apapun yang steril untuk satu pasien hanya dapat digunakan untuk pasien ini.
Perlengkapan steril yang tidak digunakan harus dibuang atau disterilkan kembali jika
akan digunakan kembali.

2. Personal
a. Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub
meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada
pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub, pemakaian gown dan
sarung tangan
b. Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril; dari bagian depan
pinggang sampai daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan (tangan harus berada
di depan antara bahu dan garis pinggang
c. Suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang memperluas area steril
d. Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak
aman untuk menghindari kontaminasi di area steril
3. Penutup/Draping
a. Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas
permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang
b. Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang
menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril
c. Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan menggunakan penjepit atau
perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah
d. Robekan atau bolongan akan memberikan akses ke permukaan yang tidak steril di
bawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti.
4. Pelayanan Peralatan Steril
a. Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka
tanpa resiko mengkontaminasi lainnya
b. Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke
orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap
terjaga
c. Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol terluar
yang mengandung larutan tidak dianggap steril
d. Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area steril.
Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang wajar dari
pinggir area steril.
5. Larutan
Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan yang tidak
disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga
menyebabkan cipratan (bila permukaan steril menjadi basah, maka dianggap terkontaminasi).

F. POSISI PASIEN DI MEJA OPERASI


Posisi pasien di meja operasi bergantung pada prosedur operasi yang akan dilakukan, juga pada
kondisi fisik pasien. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adlah :
a. Pasien harus dalam posisi senyaman mungkin, apakah ia tertidur atau sadar
b. Area operatif harus terpajan secara adekuat
c. Pasokan vaskuler tidak boleh terbendung akibat posisi yang salah atau tekanan
yang tidak tepat pada bagian
d. Pernapasan pasien harus bebas dari gangguan tekanan lengan pada dada atau
kontriksi pada leher dan dada yang disebabkan oleh gaun
e. Saraf harus dilindungi dari tekanan yang tidak perlu
f. Tindak kewaspadaan untuk keselamatan pasien harus diobservasi, terutama pada
pasien yang kurus, lansia atau obesitas
g. Pasien membutuhkan restrain tidak keras sebelum induksi, untuk berjaga-jaga bila
pasien melawan.
G. TIM OPERASI
Setelah kita tahu tentang aktivitas keperawatan yang dilakukan di kamar operasi, maka sekarang
kita akan membahas anggota tim yang terlibat dalam operasi. Anggota tim operasi secara umum
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu anggota tim steril dan anggota tim non steril. Berikut
adalah bagan anggota tim operasi.
Steril :
a. Ahli bedah
b. Asisten bedah
c. Perawat Instrumentator (Scub nurse)

Non Steril :
a. Ahli anastesi
b. Perawat anastesi

c. Circulating nurse
d. Teknisi (operator alat, ahli patologi dll.)
Surgical Team
Perawat steril bertugas :
a.

Mempersiapkan pengadaan alat dan bahan yang diperlukan untuk operasi

b.

Membatu ahli bedah dan asisten saat prosedur bedah berlangsung

c.

Membantu persiapan pelaksanaan alat yang dibutuhkan seperti jatrum, pisau


bedah, kassa dan instrumen yang dibutuhkan untuk operasi.

Perawat sirkuler bertugas :


a.

Mengkaji,

merencanakan,

mengimplementasikan

dan

mengevaluasi

aktivitas

keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien.


b.

Mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman

c.

Menyiapkan bantuan kepada tiap anggota tim menurut kebutuhan.

d.

Memelihara komunikasi antar anggota tim di ruang operasi.

e.

Membantu mengatasi masalah yang terjadi.


H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada tahap intra operatif yang biasanya muncul adalah:
1. Resiko infeksi b.d prosedur invasif (luka incisi)
2. Resiko injury b,d kondisi lingkungan eksternal misal struktrur lingkungan, pemajanan
peralatan, instrumentasi dan penggunaan obat-obatan anastesi.

I. PROSES KEPERAWATAN DALAM FASE INTRA OPERATIF

a. PENGKAJIAN
Gunakan data dari pasien dan catatan pasien untuk mengidentifikasi variabel yang dapat
mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai pedoman untuk mengembangkan rencana
perawatan pasien individual;
a. Identifikasi pasien
b. Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien
c. Telaah catatan pasien terhadap adanya :

Informed yang benar dengan tanda tangan pasien


Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan diagnostik
Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan
Checklist pra-operatif

d. Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera


Status fisiologi (mis : tingkat sehat-sakit, tingkat kesadaran)
Status psikososial (mis : ekspresi kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah

komunikasi verbal, mekanisme koping)


Status fisik (mis : tempat operasi, kondisi kulit dan efektifitas persiapan,
pencukuran, atau obat penghilang rambut, sendi tidak bergerak).

b. PERENCANAAN
1. Menginterpretasi variabel-variabel umum dan menggabungkan variabel tersebut ke dalam
rencana asuhan;
a. Usia, ukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anesthesia, yang direncanakan, ahli
bedah, ahli anesthesia, dan anggota tim
b. Ketersediaan peralatan spesifik yang dibutuhkan untuk prosedur dan ahli bedah
c. Kebutuhan medikasi non rutin, komponen darah, instrumen, dll
d. Kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkapan pengaturan fisik, kelengkapan
instrumen, peralatan jahit, dan pengadaan balutan.
2. Mengidentifikasi aspek-aspek leingkungan ruang operasi yang dapat secara negatif
memperngaruhi pasien;
a. Fisik

Suhu dan kelembaban ruangan


Bahaya peralatan listrik
Kontaminan potensial (debu, darah, dan tumpahan di lantai atau permukaan lain,
rambut tidak

tertutup, kesalahan pemakaian baju operasi oleh personel, perhiasan

yang dikenakan personel, alas kaki yang kotor)


Hilir mudik yang tidak perlu.
b. Psikososial
Kebisingan
Kurang mengenal sebagai individu
Rasa diabaikan tanpa pengantar di ruang tunggu
percakapan yang tidak perlu.
c. INTERVENSI
1. Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan pasien;
a. Atur dan jaga agar peralatan suction berfungsi dengan baik
b. Atur peralatan pemantauan invasif
c. Bantu saat pemasangan jalur (arteri, CVP, IV)
d. Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien
e. Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anesthesia dan pembedahan,
pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi
f. Ikuti tahapan dalam prosedur bedah
o Lakukan scrub/bersihan dengan terampil
o Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan mengantisipasi peralatan dan bahan
apa yang dibutuhkan sebelum dimintaIkuti prosedur yang telah ditetapkan
sebagai contoh :
1. Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah
2. Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan kultur
3. Persiapan kulit antiseptik
4. Pemakaian gown operasi sendiri, membantu ahli bedah menggunakan
5.
6.
7.
8.
9.

gown
Membuka dan menutup sarung tangan
Menghitung : kasa, instrumen, jarum, khusus
Teknik aseptik
Penatalaksanaan kateter urine
Penatalaksanaan drainage/balutan
a. Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anesthesia,
atau perawat yang bertanggung jawab, atau bertindak yang tepat untuk
mengontrol atau menangani situasi
b. Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya
c. Bantu ahli bedah dan ahli anesthesi untuk menerapkan rencana perawatan
mereka.

2. Bertindak sebagai advokat pasien


a. Berikan privasi fisik
b. Jaga kerahasiaan
c. Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik
3. Informasikan pasien mengenai pengalaman intraoperatif
a. Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami pasien
b. Gunakan ketrampilan komunikasi yang umum, mendasar untuk menurunkan ansietas
pasien sebagai contoh :
- sentuhan
- kontak mata
- tenangkan pasien bahwa anda akan hadir di ruang operasi
- penenangan verbal yang realistic
4. Koordinasikan aktivitas bagi personel lain yang terlibat dalam perawatan pasien;
a. X-ray, laboratorium, unit perawatan intensif, unit keperawatan bedah
b. Teknisi : gips, petugas laboratorium, dll
c. Farnakolog
d. Personel ruang operasi tambahan dan staf nonprofesional.
5. Operasionalkan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya digunakan di ruang
operasi dan tugaskan layanan khusus (termasuk autoklaf)
6. Ikut serta dalam konferensi perawatan pasien
7. Dokumentasikan semua observasi dan tindakan yang sesuai dalam format yang
dibutuhkan, termasuk catatan pasien
8. Komunikasikan baik verbal dan tertulis, dengan staf ruang pemulihan dan staf
keperawatan bedah rawat jalan (yang terkait) mengenai status kesehatan pasien saat
pemindahan dari ruang operasi.
d. EVALUASI
1. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang
operasi, sebagai contoh :
a. Kondisi respiratori : bernafas dengan mudah (mandiri atau dibantu)
b. Kondisi kulit : warna baik, tidak ada abrasi, luka bakar, memar
c. Fungsi selang invasif : IV, drain, kateter, NGT tidak ada kekakuan atau obstruksi,
berfungsi secara normal, dst
d. letak bantalan grounding : kondisi baik
e. balutan : adekuat untuk drainage, terpasang dengan baik, tidak terlalu ketat, dst
2. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktik perawatan pasien yang tidak aman dan
menanganinya dengan baik
3. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan, contoh : peralatan,
kebersihan
4. Melaporkan
merugikan

dan mendokumentasikan segala perilaku dan masalah yang

5. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip asepsis dan praktik keperawatan teknis


6. Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan perioperatif.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi selama operasi bisa muncul sewaktu-waktu selama tindakan pembedahan.
Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi, hipotermi dan hipertermi malignan.
Hipotensi
Hipotensi yeng terjadi selama pembedahan, biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obatan
tertentu (hipotensi di induksi). Hipotensi ini memang diinginkan untuk menurunkan tekanan
darah pasien dengan tujuan untuk menurunkan jumlah perdarahan pada bagian yang dioperasi,
sehingga menungkinkan operasi lebih cepat dilakukan dengan jumlah perdarahan yang sedikit.
Hipotensi yang disengaja ini biasanya dilakukan melalui inhalasi atu suntikan medikasi yang
mempengaruhi sistem saraf simpatis dan otot polos perifer. Agen anastetik inhalasi yang biasa
digunakan adalah halotan. Oleh karena adanya hipotensi diinduksi ini, maka perlu kewaspadaan
perawat untuk selalu memantau kondisi fisiologis pasien, terutama fungsi kardiovaskulernya
agar hipotensi yang tidak diinginkan tidak muncul, dan bila muncul hipotensi yang sifatnya
malhipotensi bisa segera ditangani dengan penanganan yang adekuat.
Hipotermi
Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 oC (normotermi : 36,6 ? 37,5 oC).
Hipotermi yang tidak diinginkan mungkin saja dialami pasien sebagai akibat suhu rendah di
kamar operasi (25 ? 26,6 oC), infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, kavitas
atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-obatan yang
digunakan (vasodilator, anastetik umum, dan lain-lain). Pencegahan yang dapat dilakukan untuk
menghindari hipotermi yang tidak diinginkan adalah atur suhu ruangan kamar operasi pada suhu
ideal? (25 ? 26,6 oC) jangan lebih rendah dari suhu tersebut, caiaran intravena dan irigasi dibuat
pada suhu 37 oC, gaun operasi pasien dan selimut yang basah harus segera diganti dengan gaun
dan selimut yang kering. Penggunaann topi operasi juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya hipotermi. Penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini dilakukan tidak hanya pada saat
periode intra operatif saja, namun juga sampai saat pasca operatif.
Hipertermi Malignan

Hipertermi malignan sering kali terjadi pada pasien yang dioperasi. Angka mortalitasnya sangat
tinggi lebih dari 50%. Sehingga diperlukan penatalaksanaan yang adekuat. Hipertermi malignan
terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anastetik. Selama anastesi, agen anastesi
inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan otot (suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertermi
malignan. Ketika diinduksi agen anastetik, kalsium di dalam kantong sarkoplasma akan
dilepaskan ke membran luar yang akan menyebabkan terjadinya kontraksi.? Secara normal,
tubuh akan melakukan mekanisme pemompaan untuk mengembalikan kalsium ke dalam kantong
sarkoplasma. Sehingga otot-otot akan kembali relaksasi. Namun pada orang dengan hipertermi
malignan, mekanisme ini tidak terjadi sehingga otot akan terus berkontraksi dan tubuh akan
mengalami hipermetabolisme. Akibatnya akan terjadi hipertermi malignan dan kerusakan sistem
saraf pusat. Untuk menghindari mortalitas, maka segera diberikan oksigen 100%, natrium
dantrolen, natrium bikarbonat dan agen relaksan otot. lakukan juga monitoring terhadap kondisi
pasien meliputi tanda-tanda vital, EKG, elektrolit dan analisa gas darah.

BAB III
KESIMPULAN

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi
fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti, 2005, Kiat Sukses menghadapi Operasi,
Sahabat Setia, Yogyakarta.
2. Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong, 1998, Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi, EGC,
Jakarta
3. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta
4. file:///H:/Askep%20Intra-operatif%20%C2%AB%20Nurseview.htm

Vous aimerez peut-être aussi