Vous êtes sur la page 1sur 26

Bab 2

Gambaran Umum Wilayah

2.1

Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik


Kota

Tanjungpinang

merupakan

salah

satu

kabupaten/kota

pelaksana

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2013 di


Provinsi Kepulauan Riau bersama dengan Kota Batam. Pada tahun 1983, sesuai
dengan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 Tanggal 18 Oktober 1983 telah
dibentuk Kota Administratif Tanjungpinang yang terdiri atas 2 kecamatan yaitu
kecamatan

Tanjungpinang

Timur

dan

kecamatan

Tanjungpinang

Barat.

Dan

kemudian seiring dengan perkembangan waktu, pada tahun 2001 sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001, kota
Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang terdiri atas 4
kecamatan dan 18 kelurahan.
Secara geografis, Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dan wilayah Kota
Tanjungpinang terletak pada titik koordinat antara 0051' - 0059' Lintang Utara dan
10423' - 10434' Bujur Timur, dengan total luas wilayah sebesar 239,50 KM2. Secara
geologis, keadaan wilayah Kota Tanjungpinang sebagian besar terdiri dari daerah
berbukit-bukit dengan lembah yang landai dan daerah pesisir laut serta beberapa
pulau. Luas wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 131,54 KM2 luas daratan dan
107,96 KM2 luas lautan.
Posisi Kota Tanjungpinang sangat strategis, disamping berdekatan dengan Kota
Batam sebagai kawasan perdagangan bebas, dan Negara Singapura sebagai pusat
perdagangan dunia, Kota Tanjungpinang juga terletak pada posisi silang perdagangan
dan pelayaran dunia, antara timur dan barat, yakni di antara Samudera Hindia dan
Laut Cina Selatan.
Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang
pada umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai, memiliki
topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0
2 % hingga 40 % pada wilayah pegunungan. Sedangkan ketinggian wilayah pada
pulau-pulau yang terdapat di Kota Tanjungpinang berkisar antara 0 - 50 meter di
atas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan
laut. Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kota Tanjungpinang relatif datar,
umumnya didominasi kelerengan yang berkisar antara 0 2 % dengan luas wilayah
mencapai 75,30 Km, dan kemiringan lereng 2 15 % mempunyai luas sekitar 51,15
Km. Sedangkan kemiriringan lereng 15 40 % memiliki luas wilayah paling sedikit
yaitu 5,09 Km.
Secara administrasi wilayah Kota Tanjungpinang berbatasan langsung dengan
wilayah administrasi Kabupaten Bintan dan Kota Batam, yaitu sebagai berikut:
11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Sebelah Utara

: Kabupaten Bintan dan Kota Batam

Sebelah Selatan

: Kabupaten Bintan

Sebelah Barat

: Kota Batam

Sebelah Timur

: Kabupaten Bintan

Pada umumnya wilayah Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah, dengan


temperatur berkisar antara 18 - 30C. Rata-rata kelembaban udara sekitar 86 %,
sedangkan yang tertinggi dapat mencapai tingkat kelembaban 99 % dan yang
terendah di persentase 58 %. Gugusan kepulauan di Kota Tanjungpinang mempunyai
curah hujan cukup dengan iklim basah, berkisar antara 2000 - 2500 mm/th. Ratarata curah hujan per hari 17,0 milimeter, dengan jumlah hari hujan sebanyak
16,8 hari per bulan. Curah hujan rata rata adalah berkisar pada angka 324,4 mm.
Temperatur rata-rata terendah 22,5C dengan kelembaban udara 83 - 89%.
Wilayah Kota Tanjungpinang memiliki 4

(empat) macam perubahan arah

angin sepanjang tahun yaitu:

Bulan Desember-Februari

Bulan Maret-Mei
:
Bulan Juni-Agustus
:
BulanSeptember-November :

Angin Utara
Angin Timur
Angin Selatan
Angin Barat

Sungai-sungai yang mengalir di Kota Tanjungpinang kebanyakan kecil-kecil


dan dangkal, seperti halnya kebanyakan sungai-sungai yang ada di Pulau Bintan,
dan tidak sepenuhnya dipergunakan untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya
hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu.
Selain sebagai saluran drainase, sungai yang cukup besar dimanfaatkan sebagai
sumber air baku bagi penduduk kota dan sekitarnya. Adapun sungai-sungai yang
terdapat di Kota Tanjungpinang antara lain adalah: Sungai Gugus, Sungai Terusan,
Sungai Papah, Sungai Senggarang, Sungai Sei Payung, dan Sungai Dompak.
Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam
berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah
tersebut terdiri dari:
a. Air Bawah Tanah Dangkal
Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan
kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan
akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung
pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil
pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di
daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya.
Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2-3 m.Air bawah
tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) yang di
beberapa tempat

bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa

12 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah
tanah dangkal sekitar 13 m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan.
b. Air Bawah Tanah Dalam
Air bawah tanah dalam di Kota Tanjungpinang tersusun atas litologi berupa
pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas
(unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang
berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk
lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined
aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem
akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kota Tanjungpinang tergolong
multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan
akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan
akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat
kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh
granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam berkisar
sekitar 26 meter. Sedangkan keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen
yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe
pemunculan pada umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk
lereng dengan dataran.
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kota Tanjungpinang
Nama DAS

Luas (M2)

DAS Dompak

N/A

DAS Jang

N/A

DAS Katubi

N/A

Sumber: Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013


Tabel di atas menunjukkan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di wilayah
Kota Tanjungpinang. Sementara untuk lokasi dan wilayah Daerah Alirah Sungai
(DAS) yang telah disebutkan pada Tabel 2.1 di atas, diperjelas lokasi dan wilayahnya
pada Peta 2.1 di bawah ini.

13 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di W.S Kep. Batam Bintan

11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013

12 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Kota Tanjungpinang, sampai dengan saat ini masih terdiri dari 4 kecamatan
dan 18 kelurahan. Kelurahan yang memiliki luas paling besar adalah kelurahan
Dompak dengan luas wilayah mencapai 30,50 KM2. Sementara kelurahan terkecil
adalah kelurahan Penyengat dengan luas 4,00 KM2.
Sementara itu, kecamatan yang memiliki wilayah paling luas terdapat di
kecamatan Tanjungpinang Timur dengan luas wilayah mencapai 83,50KM 2. Dan
kecamatan dengan luas paling kecil terdapat di kecamatan Tanjungpinang Barat
dengan luas 34,50 KM2.
Rincian mengenai luas wilayah kelurahan dan kecamatan yang terdapat di
Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 2.2 yang terdapat di bawah ini.

Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah Kelurahan


Luas Wilayah (KM2)
No

Kecamatan

Jumlah

Administrasi

Terbangun

Kelurahan
Km

terhadap

%
Km

total

I.

TANJUNGPINANG BARAT

34,50

14%

II

TANJUNGPINANG TIMUR

83,50

35%

III

TANJUNGPINANG KOTA

52,50

22%

IV

BUKIT BESTARI

69,00

29%

239,50

100%

Total Luas Wilayah Kota


Tanjungpinang

18

Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, Tahun 2010

11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

terhadap
total

Peta 2.2 Peta Administrasi Kota Tanjungpinang


11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013

12 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

2.2

Demografi
Sebagai modal dasar pembangunan, penduduk dapat dikatakan sebagai aset

penting dalam menggerakkan roda pembangunan suatu daerah. Bukan hanya dengan
jumlah yang besar saja, akan tetapi tetapi kualitas yang baik jauh lebih berguna dan
bermanfaat dalam meningkatkan mutu kehidupan & kesejahteraan masyarakat
secara umum.
Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk kota Tanjungpinang mengalami laju
pertambahan yang berarti. Menurut data Disdukcapil Kota Tanjungpinang, pada
tahun 2011 jumlah penduduk Kota Tanjungpinang tercatat sebesar 230.380 jiwa,
dengan tingkat pertumbuhan mencapai 4,39 %. Akan tetapi di tahun 2012
(berdasarkan data sementara Disdukcapil, Mei 2013), jumlah penduduk di Kota
Tanjungpinang masih stagnan di angka 230.380 jiwa.
Jumlah Penduduk

Kecamatan

Bukit Bestari
Tanjungpinang
Timur
Tanjungpinang Kota
Tanjungpinang Barat

2009
6129
8
7895
2
2113
3
5899
3

2010
6137
5
7902
8
2121
0
5906
9

2011
6380
0
8145
2
2363
5
6149
3

Jumlah KK
2012
63.80
0
81.45
2
23.63
5
61.49
3

Tingkat Pertumbuhan

2010
1534
4
1975
7

2011
1595
0
2036
3

2012
1595
0
2036
3

5303
1476
7

5909
1537
3

5909
1537
3

2010
0,13
%
0,10
%
0,36
%
0,13
%

2011
3,95%
3,07%
11,43
%
4,10%

2012
0,00
%
0,00
%
0,00
%
0,00
%

Kepadatan Penduduk/ Ha
201
2010
1
2012
16

16

16

13

14

14

180

187

187

Walaupun penyebaran penduduk belum merata pada setiap kecamatan tetapi


kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang terus meningkat setiap tahunnya dan
hal ini akan terus terjadi mengingat Kota Tanjungpinang masih akan terus
berkembang seiring dengan Visi RTRW Kota Tanjungpinang yang akan mewujudkan
Tanjungpinang sebagai kota perdagangan jasa, industri, pariwisata serta daerah
pusat kebudayaan melayu.
Dari kepadatan penduduk setiap kecamatan terlihat bahwa penduduk terpadat
berada di Kecamatan Tanjungpinang Barat, dengan jumlah penduduk sebanyak
61.493 jiwa dan luas wilayah 34,5 km2. Hal ini dapat diartikan bahwa di setiap Km2
wilayah Kecamatan Tanjungpinang Barat terdapat penduduk sebanyak 1.782 jiwa.
Selanjutnya diikuti oleh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan 975 jiwa/Km2 dan
Kecamatan Bukit Bestari serta Kecamatan Tanjungpinang Kota masingmasing
dengan 925 jiwa/Km2 dan 450 jiwa/Km2. Jumlah dan kepadatan penduduk di
Tanjungpinang mulai dari tahun 2009 2012 ditunjukkan oleh tabel yang tersedia di
bawah ini.
Tabel 2.3 Jumlah penduduk Tanjungpinang dan kepadatan 2009 2012
Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013
Sementara untuk perkiraan/proyeksi pertambahan kepadatan penduduk di
masing-masing kecamatan yang terdapat di Kota Tanjungpinang ditunjukkan pada
tabel berikut ini.

11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Tabel 2.4 Jumlah penduduk Tanjungpinang saat ini dan Proyeksi pertambahan
penduduk 5 tahun ke depan
Jumlah Penduduk

Kecamata
n

Bukit
Bestari
Tanjungpi
nang
Timur
Tanjungpi
nang Kota
Tanjungpi
nang
Barat

Tingk
at
Pertu
mbuh
an

Jumlah KK

20
13

20
14

20
15

20
16

201
7

20
13

20
14

20
15

20
16

201
7

66
32
1
83
95
0
26
33
7
64
01
6

68
94
1
86
52
5
29
34
8
66
64
4

71
66
5
89
17
9
32
70
4
69
37
8

74
49
7
91
91
5
36
44
3
72
22
5

77
44
0
94
73
4
40
61
0
75
18
9

16
58
0
20
98
8
65
84

17
23
5
21
63
1
73
37

17
91
6
22
29
5
81
76

18
62
4
22
97
9
91
11

16
00
4

16
66
1

17
34
5

18
05
6

19
36
0
23
68
3
10
15
2
18
79
7

Kepadatan Penduduk/
Ha
20
13

20
14

201
5

201
6

201
7

3,95%

17

18

18

19

20

3,07%

14

14

15

15

16

11,43
%

10

11

13

14

4,10%

19
5

20
3

21
1

220

229

Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2013


Proyeksi total jumlah penduduk Kota Tanjungpinang hingga tahun 2017
adalan mencapai 287973 jiwa dengan Jumlah Total KK sebesar 71993 KK dan
tingkat kepadatan penduduk perhektar 278 Jiwa/Ha.

2.3

Keuangan dan Perekonomian Daerah


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang

Keuangan Negara, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat daerah (DPRD). Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD)
terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah. Kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala/pimpinan satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala/pimpinan SKPD selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
Gambaran tentang APBD Kota Tanjungpinang dapat dilihat tabel berikut.

12 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Tabel 2.5 Ringkasan Anggaran APBD Kota Tanjungpinang 5 Tahun Terakhir


ANGGARAN

NO
URU
T

URAIAN

TA. 2008
ANGGARAN

TA. 2009
%

ANGGARAN

TA. 2010
%

ANGGARAN

TA. 2011
%

ANGGARAN

TA. 2012
%

ANGGARAN

TA. 2013 *
%

ANGGARAN

BELANJA

537.133.164.014,00

100,00
%

691.361.505.377,00

100,00
%

632.271.231.272,00

100,00
%

797.844.461.142,66

100,00
%

824.515.230.636,18

100,00
%

836.625.768.959,00

100,00%

BELANJA TIDAK LANGSUNG

244.275.531.399,65

45,48%

312.327.345.447,59

45,18%

292.717.809.712,00

46,30%

336.652.709.537,66

42,20%

344.382.664.021,00

41,77%

367.922.182.351,00

43,98%

1.1.1

Belanja Pegawai

196.267.271.399,65

36,54%

255.718.345.447,59

36,99%

240.808.809.712,00

38,09%

276.240.859.537,66

34,62%

297.804.836.021,00

36,12%

342.657.182.351,00

40,96%

1.1.2

Belanja Bunga

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

1.1.3

Belanja Subsidi

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

1.1.4

Belanja Hibah

8.900.000.000,00

1,66%

11.996.756.000,00

1,74%

8.924.000.000,00

1,41%

10.894.850.000,00

1,37%

34.761.828.000,00

4,22%

14.500.000.000,00

1,73%

1.1.5

Belanja Bantuan Sosial

34.948.260.000,00

6,51%

39.612.244.000,00

5,73%

38.485.000.000,00

6,09%

46.017.000.000,00

5,77%

9.251.000.000,00

1,12%

8.000.000.000,00

0,96%

1.000.000.000,00

0,19%

1.000.000.000,00

0,14%

1.000.000.000,00

0,16%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

0,00

0,00%

2.160.000.000,00

0,40%

2.500.000.000,00

0,36%

2.500.000.000,00

0,40%

2.500.000.000,00

0,31%

765.000.000,00

0,09%

765.000.000,00

0,09%

1.000.000.000,00

0,19%

1.500.000.000,00

0,22%

1.000.000.000,00

0,16%

1.000.000.000,00

0,13%

1.800.000.000,00

0,22%

2.000.000.000,00

0,24%

292.857.632.614,35

54,52%

379.034.159.929,41

54,82%

339.553.421.560,00

53,70%

461.191.751.605,00

57,80%

480.132.566.615,18

58,23%

468.703.586.608,00

56,02%

30.017.668.250,00

5,59%

49.407.515.000,00

7,15%

46.081.710.386,00

7,29%

56.912.672.479,00

7,13%

65.247.960.000,00

7,91%

81.391.332.800,00

9,73%

1
1.1

1.1.6
1.1.7
1.1.8

1.2

Belanja Bagi Hasil kepada


Propinsi/Kab/Kota dan Pemerintah
Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Propinsi/Kab/Kota dan Pemerintah
Desa
Belanja Tidak Terduqa

BELANJA LANGSUNG

1.2.1

Belanja Pegawai

1.2.2

Belanja Barang dan Jasa

149.904.047.530,00

27,91%

194.510.463.553,56

28,13%

189.360.312.060,00

29,95%

222.705.585.303,00

27,91%

250.168.360.837,18

30,34%

258.492.084.906,00

30,90%

1.2.3

Belanja Modal

112.935.916.834,35

21,03%

135.116.181.375,85

19,54%

104.111.399.114,00

16,47%

181.573.493.823,00

22,76%

164.716.245.778,00

19,98%

128.820.168.902,00

15,40%

JUMLAH BELANJA

537.133.164.014,00

100%

691.361.505.377,00

100%

632.271.231.272,00

100%

797.844.461.142,66

100%

824.515.230.636,18

100%

836.625.768.959,00

100%

Sumber : DPPKAD Kota Tanjungpinang, 2013

13 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Tabel 2.6 Anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per SKPD 5 tahun
terakhir
No

Subsektor/
SKPD

2008

2009

2010

2011

Rata-rata
Pertumbuha
n

2012

41.566.870,0
0

51.000.000,0
0

844.100.000,
00

89.937.000,0
0

1.133.079.000,
00

DTKKPP

PU-CK

51.000.000,0
0

844.100.000,0
0

89.937.000,0
0

1.133.079.000,0
0

BLH

41.566.870,0
0

Dinas
Pertamanan

Persampahan

147.220.500,
00

231.030.000,
00

2.909.110.000,
00

1.306.830.000,
00

1.236.625.000,
00

289%

Drainase

1.575.667.000,
00

4.786.519.000,
00

2.520.071.000,
00

2.026.448.000,
00

2.832.073.000,
00

44%

1.276.965.000,
00

1.205.655.000,
00

876.815.000,
00

868.480.200,
00

1.341.246.190,
00

5%

3.041.419.370,
00

6.274.204.000,
00

7.150.096.000,
00

4.291.695.200,
00

6.543.023.190,
00

33%

3.041.419.370,
00

6.223.204.000,
00

6.305.996.000,
00

4.201.758.200,
00

5.409.944.190,
00

25%

537.133.164.014,0
0

691.361.505.377,0
0

632.271.231.272,0
0

97.844.461.142,6
6

824.515.230.636,1
8

12%

0,57%

0,91%

1,13%

0,54%

0,79%

19%

208.258,0
0

220.376,0
0

220.682,0
0

230.380,0
0

230.380,0
0

3%

14.604,0
9

28.470,4
5

32.400,0
0

18.628,7
7

28.401,0
0

30%

Air Limbah

I
J

Aspek PHBS
(pelatihan,
sosialisasi,
komunikasi,
pendampingan)
Total Belanja
Modal Sanitasi
(A s/d D)
Total Belanja
Modal Sanitasi
dari APBD murni
(bukan
pendamping)
Total Belanja
APBD
Proporsi Belanja
Modal Sanitasi
terhadap Belanja
Total
(9:10x100%)
Jumlah
penduduk
Belanja Modal
Sanitasi per
penduduk (E:I)

Keterangan : belanja modal (investasi baru dan pemeliharaan)


Sumber : Diolah, DPPKAD Kota Tanjungpinang, 2013

14 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

662%

656%

Tabel 2.7 Ringkasan Pendapatan APBD Kota Tanjungpinang 5 Tahun Terakhir


N
o

Tahun

Deskripsi

Total Belanja Modal


Sanitasi

Jumlah penduduk
Belanja Modal Sanitasi
per penduduk

Rata-rata

2008

2009

2010

2011

2012

3.041.419.370,0
0

6.274.204.000,0
0

7.150.096.000,0
0

4.291.695.200,0
0

6.543.023.190,0
0

5.460.087.
552

208.258,00

220.376,00

220.682,00

230.380,00

230.380,00

222.
015

14.604,09

28.470,45

32.400,00

18.628,77

28.401,00

24.501

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Tabel 2.8 Tabel Peta Perekonomian Tanjungpinang 2009 - 2012

No

Deskripsi

1.

PDRB Harga Konstan


(Struktur Perekonomian)
(Milyar Rp)
Pendapatan/Kapita
Kota (Juta Rp)
Pertumbuhan Ekonomi
(%)

2.
3.

TAHUN
2009

2010

2011

2012

4.561,32

5.177,16

5.759,99

6.323,62

23,58

26,19

27,74

30,04

6,97

7,08

7,06

7,09

Sumber : TDA 2011 dan BPS Prov. Kepulauan Riau 2012

2.4

Tata Ruang Wilayah


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungpinang Tahun 2010 2030

dimaksudkan agar menjadi pedoman pelaksanaaan pembangunan di wilayah Kota


Tanjungpinang sehingga proses pembangunan di wilayah ini dapat lebih terarah
dengan mewujudkan dalam aspek keruangan wilayah kota yang senantiasa
berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat
dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya
kesejahteraan masyarakat.
Adapun tujuan dari penataan ruang Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2030
adalah :
Mewujudkan Kota Tanjungpinang sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, Industri,
Pariwisata serta Pusat Budaya Melayu melalui Optimalisasi Pemanfaatan Ruang
Yang Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan.
Penjabaran dari tujuan penataan ruang Kota Tanjungpinang tersebut adalah:

15 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

a. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan budidaya dan kawasan lindung


yang efisien, serasi dan seimbang, sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan
kemampuan daya dukung wilayah;
b. Menyediakan ruang yang berkualitas dan menarik minat dunia usaha untuk
berinvestasi, berusaha, bekerja, dan bertempat tinggal;
c. Mewujudkan pembangunan infrastruktur perkotaan

secara

berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan


d. Mewujudkan penataan ruang wilayah Kota Tanjungpinang

memadai
yang

dan

mampu

mengakomodir kebutuhan pengembangan wilayah sebagai kawasan perdagangan


bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB), industri, pariwisata, serta pusat budaya
melayu.
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan
kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan
ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan; (ii) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan
ruang; dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Penataan
ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung
lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat
meningkatkan kualitas ruang yang ada.
Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang
lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara
keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem
keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu adanya suatu kebijakan tentang
penataan ruang yang dapat memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang.
Seiring

dengan maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan,

baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat
pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan ruang oleh siapa pun
tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang.
Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007, kebijakan dan strategi penataan
ruang, merupakan landasan bagi pembangunan yang memanfaatkan ruang.
Kebijakan

dan

strategi

penataan

ilmu

pengetahuan

mempertimbangkan

ruang
dan

wilayah
teknologi,

dirumuskan
ketersediaan

dengan
data

dan

informasi, serta pembiayaan pembangunan. Kebijakan dan strategi penataan ruang,


antara

lain,

dimaksudkan

untuk

meningkatkan

daya

saing

menghadapi tantangan global, serta mewujudkan Wawasan

wilayah

dalam

Nusantara dan

Ketahanan Nasional.
Dengan

demikian,

maka

kebijakan

penataan

ruang

wilayah

Kota

Tanjungpinang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan


struktur ruang, serta kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang di Kota
Tanjungpinang. Sesuai dengan tujuan penataan ruang wilayah yang akan dicapai

16 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

dalam 20 tahun mendatang, maka kebijakan dan strategi penataan ruang yang akan
dikembangkan di Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang fungsional, berhierarki
dan terintegrasi. Strategi yang akan dikembangkan adalah:
Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan di wilayah Kota
Tanjungpinang dengan pusat-pusat kegiatan di kawasan sekitarnya;
Menjaga berfungsinya pusat-pusat kegiatan yang sudah ada di Kota
Tanjungpinang secara optimal;
Meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat pariwisata dan
sejarah budaya melayu;
Mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi dan
peran yang dikembangkan; dan
Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah Kota
Tanjungpinang.
2) Peningkatan

kualitas

dan

jangkauan

pelayanan

jaringan

transportasi,

sumberdaya air, energi, telekomunikasi, dan prasarana wilayah yang terpadu


dan

merata

di

seluruh

wilayah

Kota

Tanjungpinang,

dengan

tanpa

mengakibatkan alih fungsi lahan utama pertanian dan kawasan lindung.


Strategi yang akan dikembangkan adalah:
Meningkatkan

dan

memantapkan

kualitas

jaringan

prasarana

dan

mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara


serta keterpaduan intra dan antarmoda;
Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi di seluruh wilayah
Kota Tanjungpinang;
Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan
tidak terbarukan serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga
listrik secara optimal;
Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan sistem jaringan
sumberdaya air, mempercepat konservasi sumber air, serta menigkatkan
pengendalian daya rusak air;
Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana permukiman; dan
Mendorong pengembangan prasarana dan sarana pendukung
pengembangan

kegiatan

pariwisata

dan

budaya

melayu

di

bagi
Kota

Tanjungpinang.
3) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; Strategi
yang akan dikembangkan, antara lain:
Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi;
Mempertahankan fungsi kawasan lindung di wilayah Koata Tanjungpinang
sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup

terutama

kawasan

tangkapan

air,

kawasan

pantai,

danau/waduk, mata air, kawasan perairan laut;


17 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

sungai,

Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah


menurun

akibat

pengembangan

kegiatan

budidaya,

dalam

rangka

mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;


Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung

menimbulkan

mengakibatkan

lingkungan

perubahan
hidup

sifat

tidak

fisik

berfungsi

lingkungan
dalam

yang

menunjang

pembangunan yang berkelanjutan;


Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan masa sekarang dan masa yang akan datang;
Mengelola
sumberdaya
alam
tak
terbarukan
untuk
menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam yang terbarukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannnya; dan
Mengendalikan pemanfaatan kawasan pesisir.

4) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan


budidaya; Strategi yang akan dikembangkan, antara lain:
Menetapkan kawasan budidaya dan memanfaatkan sumberdaya alam di
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi
secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pengembangan wilayah
Kota Tanjungpinang;
Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan yang meliputi pariwisata,
industri, kelautan,dan perikanan beserta prasarananya secara sinergis dan
berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian wilayah Kota
Tanjungpinang;
Mengembangkan kegiatan budidaya di Tanjungpinang Barat dan Air Raja
untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
Mengembangkan Pulau Terkulai, Pulau Los, Pulau Sekatap, Pulau Basing,
dan Pulau Penyengat dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan
daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang bernilai
ekonomi tinggi di laut teritorial Indonesia.
5) Pengembangan kawasan ekonomi yang prospektif dan menarik di dalam
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan di luar
KPBPB. Strategi yang akan dikembangkan, antara lain:
Mengembangkan kegiatan ekonomi di KPBPB yang berdaya saing dan
seimbang dengan negara lain;
Mengembangkan kegiatan ekonomi di non-KPBPB di Kota Tanjungpinang
yang terkait dengan kegiatan ekonomi di KPBPB dan wilayah nasional
lainnya;

18 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Mengembangkan kawasan industri pengolahan makanan di KPBPB Dompak


Seberang berorientasi promosi ekspor yang memiliki nilai tambah yang
tinggi;
Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang berorientasi pasar
regional, nasional, internasional di Senggarang; dan
Menyediakan sarana dan prasarana yang seimbang dan dapat menunjang
kegiatan ekonomi di dalam KPBPB dan diluar KPBPB di Senggarang dan
Dompak dengan wilayah sekitarnya.
6) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai fungsi dan tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; Strategi yang akan
dikembangkan, antara lain:
Menata dan mengendalikan pengembangan kawasan perumahan guna
terciptanya ruang tempat tinggal yang nyaman dan manusiawi bagi
masyarakat.
Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan tangkapan air
dan pulau-pulau kecil untuk mempertahankan ketersediaan sumber air;
Menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing
kawasan budidaya sesuai dengan karakteristiknya;
Mengendalikan pemanfaatan kawasan budidaya
perijinan;
Memberikan insentif bagi

melalui

mekanisme

kegiatan yang sesuai dengan

fungsi dan

disinsentif bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi


utamanya; dan
Melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.

7) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara;


Strategi yang akan dikembangkan, antara lain :
Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar
kawasan

strategis

nasional

untuk

menjaga

fungsi

pertahanan

dan

keamanan;
Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun disekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga
yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan budidaya terbangun;
dan
Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan
Negara.

19 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Peta 2.3

20 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Tanjungpinang

Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013

21 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Peta 2.3 yang ada di atas menunjukkan rencana sistem pusat pelayanan yang
akan dikembangkan di kota Tanjungpinang, sementara peta 2.4 yang terdapat pada
halaman berikut merupakan rencana pola ruang yang tertera di dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungpinang Tahun 2010 2030.

22 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Peta 2.4

23 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Rencana Pola Ruang Kota Tanjungpinang

Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013

24 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

2.5

Sosial dan Budaya


Pengenalan terhadap aspek sosial budaya merupakan hal yang penting dalam

perencanaan dan pembangunan suatu kota, kondisi sosial budaya masyarakat akan
berpengaruh terhadap perwujudan peran serta masyarakat dalam pembangunan
termasuk dalam pembangunan sanitasi permukiman.
Karakteristik sosial budaya penduduk di wilayah perencanaan secara garis
besar bersifat heterogen yang terdiri dari percampuran suku bangsa dan golongan
etnis seperti Melayu sebagai penduduk asli/lokal yang telah turun temurun
bermukim di daerah ini dan sebagian lainnya berasal dari suku Batak, Minang, Jawa,
Tionghoa, Bugis (Sulawesi) dan dari daerah lainnya di Sumatera serta berbagai suku
bangsa lainnya. Dengan kondisi demikian, pluralisme sudah menjadi ciri khas utama
kebudayaan

masyarakat

Kota

Tanjungpinang.

Tanjungpinang merupakan penduduk kepulauan

Sebagian

penduduk

Kota

yang hidupnya bersentuhan

langsung dengan karakteristik laut, seperti musim angin, musim ikan, daya jangkau
laut antar pulau. Hal ini sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat setempat
dan mempengaruhi pola sanitasi dan perilaku hidup bersih dengan adanya gerak
keluar yang relatif dominan dan gerak ke dalam yang kurang sehingga pola
kehidupan sosial masyarakanya lebih terbuka.
Kebudayaan

Melayu

merupakan

kebudayaan

asli

penduduk

Kota

Tanjungpinang. Dalam perkembangannya sesuai dengan karakteristik sifat heterogen


penduduknya, kebudayaan lain juga ikut mengalami perkembangan dengan tetap
menghormati Kebudayaan Melayu sebagai kebudayaan asli dalam dalam hubungan
sosial kemasyarakatan. Merupakan suatu kebanggaan bagi Kota Tanjungpinang,
dengan kehadiran masyarakat yang multi etnis ini tetap dapat menjaga kerukunan
hidup dan kerukunan beragama terdapat paguyuban-paguyuban etnis guna tetap
menjaga dan meningkatkan kesatuan dan persatuan dalam kerangka NKRI.
Karakteristik sosial budaya yang heterogen ini juga merupakan suatu potensi untuk
pembangunan sanitasi di wilayahnya di masa mendatang karena ditunjang semangat
bersama untuk berkembang ke arah yang lebih maju. Pembangunan sanitasi
permukiman di daerah perkotaan harus memperhatikan aspek sosial budaya. Di Kota
Tanjungpinang, peran sosial sangat dominan apalagi dikaitkan dengan masalah
lahan. Sehingga keterlibatan masyarakat dalam pembangunan ini mempunyai andil
yang besar, dalam arti sosialisasi tentang arti pentingnya sanitasi yang baik dan
Perilaku Hygiene, Bersih dan Sehat (PHBS) harus terus digalakkan.
Dari segi pendidikan, kemajuan pendidikan di Kota Tanjungpinang cukup
menggembirakan, pelaksanaan program pembangunan pendidikan di daerah ini telah
berkembang diberbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakannya
program pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapat menjangkau ke semua
wilayah.
Gambaran keadaan fasilitas dan prasarana pendidikan di Kota Tanjungpinang
dapat diuraikan bahwa di kota Tanjungpinang terdapat SD/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
sebanyak 67 sekolah, dengan rincian sebanyak 54 sekolah negeri dan 13 sekolah
dengan status pengelolaan oleh pihak swasta.
25 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Berdasarkan data terakhir yang ada, pada tahun 2012, jumlah SMP dan MTs
di Kota Tanjungpinang sebanyak 26 sekolah dengan rincian 16 SMP/ Madrasah
Tsanawiyah (MTs) yang memiliki status pengelolaan oleh pihak pemerintah dan
sebanyak 11 SMP/Madrasah Tsanawiyah (MTs) dikelola oleh pihak swasta. Untuk
fasilitas pendidikan setingkat SMA/SMK/Madrasah Aliyah (MA) terdapat 11 sekolah
yang dikelola oleh pemerintah dan berstatus negeri, serta 14 sekolah yang berstatus
pengelolaan pihak swasta.
Berikut

ini

disajikan

beberapa

tabel

yang

berkaitan

dengan

fasilitas

pendidikan yang ada di Kota Tanjungpinang (baik yang berstatus negeri dan juga
swasta), dan jumlah rumah yang terbangun di masing masing kecamatan serta
angka penduduk miskin di Kota Tanjungpinang.
Tabel 2.9 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten/Kota

No

Tingkat

Jumlah sarana pendidikan


Negeri

Swasta

SD/MI

54

13

SMP/MTs

16

11

SMA/SMK/MA
Jumlah

11

14

81

38

Total

119

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang, 2012

Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per-kecamatan


No

Kecamatan

Jumlah Keluarga Miskin (KK)

1
2

Tanjungpinang Kota
Tanjungpinang Barat

1182
2406

3
4

Tanjungpinang Timur
Bukit Bestari

2756
3052

Total

9396

Sumber : Database Kemiskinan TKPKD Kota Tanjungpinang, 2011

Tabel 2.11 Jumlah rumah per-kecamatan


No

Kecamatan

Jumlah Rumah (unit)

1
2

Tanjungpinang Kota
Tanjungpinang Barat

3791
11432

3
4

Tanjungpinang Timur
Bukit Bestari

17359
12746

Total
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, Maret 2013
26 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

45328

2.6

Kelembagaan Pemerintah Daerah


Secara institusi dan kelembagaan, Pemerintahan Kota Tanjungpinang terdiri

dari lembaga eksekutif yang berkedudukan sebagai pelaksana roda pemerintahan


yang secara pelaksanaan tugas dibantu oleh Sekretaris Daerah yang membawahi 3
sekretariat, 14 dinas, 9 badan dan 3 kantor Pelayanan, serta 4 kantor kecamatan dan
18 kantor kelurahan, serta lembaga legislatif yang berkedudukan sebagai pengawas
jalannya roda pemerintahan daerah yang terdiri dari berbagai fraksi dengan anggota
berdasarkan hasil pemilihan umum legislatif.

27 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tanjungpinang

Walikota

DPRD

Wakil Walikota

1.Bagian Umum
2.Bagian Persidangan, Humas dan Protokol
3.Bagian Perundang undangan
4.Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretariat Daerah
Staf Ahli

Kecamatan :
4 Kecamatan

Kelurahan :
18 Kelurahan

Assisten Pemerintahan

Assisten Perekonomian, Pembangunan & Kesra

Assisten Administrasi Umum

1.Bagian Pemerintahan Umum


2.Bagian Pemerintahan Desa dan Kelurahan
3.Bagian Hukum
4.Bagian Pengelolaan Data Elektronik

1.Bagian Perekonomian
2.Bagian Administrasi Pembangunan
3.Bagian Kesejahteraan Rakyat

1.Bagian Perlengkapan dan Keuangan


2.Bagian Organisasi dan Kepegawaian
3.Bagian Umum

Inspektorat

Badan

Dinas

Kantor

1. BAPPEDA Dan Penanaman Modal


2. BKD
3. BLH
4. PP2AKB
5. BPS
6. BP2T
7. BPMD
8. BNN
9. Badan Pemberdayaan Perempuan

1.Dinas Kesehatan
2.Dinas Pekerjaan Umum
3.Dinas Perindustrian dan Perdagangan
4.Dinas Pemuda dan Olahraga
5.Dinas Pendidikan
6.DPPKAD
7.DTKKPP
8.Dinsosnaker
9.Dinas KP2KE
10.Dinas Pariwisata
11.Disdukcapil
12.Dinas Koperasi dan UKM
13.Dinas Kebudayaan dan Ekonomi
Kreatif
14.Dinas Perhubungan

1. Kantor Ketahanan Pangan


2. Kantor Perpustakaan & Arsip
3. Kantor Satpol PP

28 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a Ta n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3

RSUD

Vous aimerez peut-être aussi