Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna
D, 1995).
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
member petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit pagets yang
menyebabkan fraktur patalogis yang sering sulit untuk menyambung.
Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko
terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker
tulang yang cenderung diturunkan secara genetic (Ignatavicius, Donna D,
1995).
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat menggangu metabolism kalsium, pengkonsumsian alcohol yang
bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan
olahraga atau tidak. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya
klien
bisa
membantu
menentukan
penyebab
masalah
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan body image). (Ignatavicius, Donna D, 1995)
(8) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbbul gangguan, begitu
juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga,
timbul rasa nyeri akibat fraktur (Ignitavicius, Donna D, 1995).
(9) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktura yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan
gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji
status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
(Ignitavicius, Donna D, 1995)
(10) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
Mekanisme
koping
yang
ditempuh
klien
bisa
tidak
efektif
(1) Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti :
a. Kesadaran penderita : apatis, spoor, koma, gelisah, komposmentid
tergantung pada keadaan klien.
b. Kesakitan, keadaan penyakit ; akut, kronik, ringan, sedang berat
dan pada kasus fraktur biasanya akut.
c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
a. System Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
b. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalic, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d. Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
f. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
g. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h. Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
i. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
j. Paru
1.) Inspeksi
Pernafasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan paru.
2.) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
3.) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
4.) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
k. Jantung
1.) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung
2.) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba
3.) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
l. Abdomen
1.) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidakada hernia.
2.) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
3.) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4.) Auskultasi
Peristaltic usus normal 20 kali / menit.
m. Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak adapembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
b) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada system musculoskeletal
adalah :
(1) Look (inspksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain :
a. Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti
b.
c.
d.
e.
bekas operasi).
Cape au lait spot (birth bark).
Fistulae.
Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
Fosfor
Serum
meningkat
pada
tahap
penyembuhan tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim Otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Tranferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
c.) Pemeriksaan Lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas : didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Biopsy tulang dan otot : pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromyografi : terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
Intervensi
Kaji lokasi, intensitas dan tipe
nyeri
Imobilisasi bagian yang sakit
Tingikan dan dukung ekstremitas
yang terkena
Dorong menggunakan teknik
manajemen relaksasi
Berikan obat analgetik sesuai
indikasi
Kaji derajat imobilisasi yang
Rasional
Untuk menentukan tindakan
fungsional tulang
Untuk memperlancar arus balik vena
Agar klien rileks
Untuk mengurangi nyeri
secara bertahap
Untuk mencegah terjadinya dekubitus
Melatih rentang gerak aktif/pasif klien
secara bertahap
rehabilitasi medic
Kaji kulit untuk luka terbuka
luar
Untuk mengurangi resiko gangguan
hangat/NaCl
Lakukan perawatan luka secara
steril
Kaji tingkat kecemasan klien
klien
Agar klien merasa aman dan nyaman
Meningkatkan pola koping yang
klien
Beri dorongan spiritual
Jelaskan jenis prosedur dan
efektif
Agar klien dapat menerima kondisinya
tindakan pengobatan
saat ini
Informasi dapat menurunkan ansietas
Rasional
Untuk menentukan tindakan
fungsional tulang
Untuk memperlancar arus balik vena
Agar klien rileks
Untuk mengurangi nyeri
secara bertahap
Untuk mencegah terjadinya dekubitus
Melatih rentang gerak aktif/pasif klien
integritas kulit
4. Pelaksanaan
Dx
1
Intervensi
Kaji lokasi, intensitas dan tipe
nyeri
Imobilisasi bagian yang sakit
Tingikan dan dukung ekstremitas
yang terkena
Dorong menggunakan teknik
manajemen relaksasi
Berikan obat analgetik sesuai
indikasi
Kaji derajat imobilisasi yang
secara bertahap
rehabilitasi medic
Kaji kulit untuk luka terbuka
luar
Untuk mengurangi resiko gangguan
hangat/NaCl
Lakukan perawatan luka secara
steril
Kaji tingkat kecemasan klien
klien
Agar klien merasa aman dan nyaman
Meningkatkan pola koping yang
klien
Beri dorongan spiritual
Jelaskan jenis prosedur dan
efektif
Agar klien dapat menerima kondisinya
tindakan pengobatan
saat ini
Informasi dapat menurunkan ansietas
integritas kulit
BAB III
APLIKASI TEORI
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko untuk disfungsi Peripheral neurovascular
b. Nyeri Akut
c. Resiko Infeksi
d. Gangguan mobilitas Fisik
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi
Hasil
1. Tujuan:
Pasien
Rasional
mempertahankan
sirkulasi
memfasilitasi
dicurigai fraktur.
pemantauan status
pada 2. Kaji
ektremitas setelah
sirkulasi
sebelum
pemasangan gips.
dilakukan tindakan
keperawatan
setelah pembedahan.
Kriteria hasil :
1.Pasien
yang terkena
mempertahankan
sirkulasi
pada
ektremitas
2.Pasien
sirkulasi.
2. Untuk
medeteksi
tanda-tanda
gangguan sirkulasi
3. Untuk mengurangi
penekanan
4. Fleksi
dapat
menurunkan
sirkulasi vena
merasakan
duduk.
dan
penumpukan darah
dan ulkus tekanan.
menggerakkan
1
masing-masing
kaki
atau
jari
setelah
pemasangan gips.
2. Tujuan :
Nyeri pasien
berkurang
penanganan yang
tepat
tingkat nyerinya dengan skala 1- 2. Untuk
10
memfasilitasi
Kriteria Hasil :
1.Pasien
pengkajian yang
akurat tingkat
mengungkapnkan
nyerri pasien.
posisi yang nyaman dan gunakan 3. Untuk mengurangi
perasaan nyaman
berkurangnya
yang sakit.
rasa nyeri
4. Untuk menurunkan
ketegangan otot
nyeri.
dan
mendistribusikan
kembali tekanan
pada bagian tubuh.
3. Tujuan :
Pasien dapat
meningkatkan
terapeutik
kekuatan
1. Untuk menentukan
tindakan
keperawatan yang
tepat
2. Melatih kekuatan
otot klien
3. Melatih rentang
gerak aktif/pasif
klie secara
bertahap
4. Untuk mencegah
terjadinya
dekubitus
5. Melatih rentang
Kriteria Hasil :
gerak aktif/pasif
klien secara
3. Tujuan
bertahap
1. Ajarkan pada pengunjung untuk 1. Untuk mencegah
resiko infeksi
dan
Kriteria hasil :
meninggalkan
ruangan
pasien
2. Ajarken pasien teknik mencuci
penularan patogen
2. Agar pasien dapat
berpastisipasi
dalam perawatan
3. Untuk
1. Pasien tetap
terbebas dari
mempertahankan
tingkat kesehatan
infeksi
yang optimal
harus melaporkannya
4. Untuk mengurai
4. Berikan terapi antibiotic bila
bakteri pathogen
2 Suhu tetap dalam
diperlukan
5. Dapat merupakan
keadaan normal.
5. Pantau Suhu minimal setiap 4
tanda awitan
jam
adanya infeksi.
4. Tujuan :
Pasien dapat
meningkatkan
terapeutik
kekuatan
1. Untuk menentukan
tindakan
keperawatan yang
tepat
2. Melatih kekuatan
otot klien
3. Melatih rentang
gerak aktif/pasif
klie secara
bertahap
4. Untuk mencegah
terjadinya
dekubitus
5. Melatih rentang
Kriteria Hasil :
gerak aktif/pasif
klien secara
bertahap
4.Implementasi Keperawatan
Tanggal
Dx
Intervensi
Dan Waktu
9 Mei 2015
Pukul
Paraf &
Nama
08.00 WIB
dicurigai fraktur.
2. Mengkaji sirkulasi sebelum pemasangan
gips.
3. Meninggikan anggota gerak lebih tinggi dari
pada letak jantung setelah pembedahan.
4. Menghindari memfleksikan ektremitas yang
terkena
5. Mengajarkan pasien, anggota kelurga tentang
posisi yang tepat untuk berbaring ditempat
tidur dan duduk.
9 Mei 2015
Pukul
08.00 WIB
9 Mei 2015
Pukul
08.00 WIB
bantal
untuk
untuk
mencuci
dan
gunakan
tangan
sewaktu
masuk
dan
pasien
infeksi
dan
dan
keluarganya
kapan
harus
melaporkannya
4. Memberikan terapi antibiotic bila diperlukan
5. Memantau Suhu minimal setiap 4 jam
9 Mei 2015
Pukul
08.00 WIB
terapeutik
Bantu dalam rentang gerak pasif/aktif yang
sesuai
3. Mengubah posisi secara periodik
4. Mengkolaborasi dengan ahli terapis/okupasi
dan atau rehabilitasi medic
5. Evaluasi Keperawatan
TGL/JAM
EVALUASI
15/5/201
berkurang
O : Pasien terlihat tidak menyeringai lagi
Jam
19.00
WIB
PARAF