Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara

dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan
masa kini dan masa yang akan datang. Pada penelitian ini, spesifikasi yang digunakan
menjadi bahan penelitian yaitu spesifikasi Bina Marga 2010 divisi pekerjaan perkerasan
aspal (divisi 6).
1.2 Batasan Masalah
Ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini adalah :
a.

Pengujian sifat campuran aspal dan agregat pembentuk campuran


pada gradasi batas bawah dan batas atas Laston AC-WC

b.

Pengujian kuat tekan dengan alat Marshall pada campuran Laston


AC-WC dengan penambahan variasi kadar aspal optimum 0,5% .

c.

Karakteristik Marshall Campuran Beraspal Laston AC-WC

d.

Spesifikasi Bina Marga 2010

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :

Mengetahui pengaruh ukuran gradasi agregat halus pada campuran Lapis Aspal Beton
Asphalt Concrete Wearing Course melalui pengujian Marshall.
3

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan tentang pentingnya penanganan material dan pengaruhnya terhadap
kualitas perkerasan yang dihasilkan, khususnya gradasi agregat yang digunakan
pada campuran beraspal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
1. Konstruksi Perkerasan
Konstruksi perkerasan merupakan kombinasi dari lapis pondasi bawah, lapis
pondasi atas dan lapis permukaan yang diletakkan di atas tanah dasar dan telah
dipadatkan untuk dapat memikul beban lalu lintas kemudian menyebarkannya ke
bagian badan jalan (03/PT/B/1983).
2. Lapis Aspal Beton
Lapisan aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari
campuran aspal keras dan agregat, dicampur dan dihampar dalam keadaan panas
serta dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman.S,1992).
2.2 Bahan Penyusun Konstruksi Perkerasan Jalan
1. Agregat
2. Aspal
2.3 Gradasi Agregat
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya. Ukuran butir agregat dapat
diperoleh melalui pemeriksaan analisis saringan. Gradasi agregat dinyatakan dalam
persentase lolos, atau persentase tertahan, yang dihitung berdasarkan berat agregat..
2.4 Karakteristik Campuran BeraspalStabilitas
1. Durabilitas (Keawetan/Daya Tahan)
2. Skid Resistance (Kekesatan)
3. Fatique Resistance (Ketahanan Kelelahan)
4. Kedap Air
5. Workability (Kemudahan Pelaksanaan)
2

2.5 Uji Marshall

Konsep uji Marshall dalam campuran aspal dikembangkan oleh Bruce Marshall,
seorang insinyur bahan aspal bersama-sama dengan The Mississippi State Highway
Department.
Pada percobaan ini menggunakan benda uji standar berupa sebuah cetakan yang
berdiameter 101,6 mm (4 inci) dan tinggi 75 mm(3 inci). Benda uji dipadatkan
dengan menggunakan alat pemadat Marshall (Marshall Compaction Hummer)
dengan berat 4,54 kg, diameter 3.7/8 inci dan tinggi jatuh 457 mm (18 inci). Hasil
uji akan menunjukkan karakteristik Marshall dan karakteristik akan dipengaruhi
oleh sifat-sifat campuran yaitu : kepadatan, rongga diantara agregat (VMA), rongga
terisi aspal (VFA), rongga dalam campuran (VIM), rongga dalam campuran pada
kepadatan mutlak, stabilitas kelelehan serta hasil bagi Marshall/Marshall Quotient
(MQ) yaitu merupakan hasil pembagian dari stabilitas dengan kelelehan dan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
MQ=

MS
(2.1)
MF

Keterangan:
MQ = Marshall Quotient, (kg/mm)
MS = Marshall Stability (kg)
MF = Flow Marshall, (mm)
2.6

Spesifikasi Bina Marga 2010

Pada penelitian kali ini yang digunakan adalah campuran Laston AC-WC gradasi
halus dengan pengambilan batas atas.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


3

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik


Universitas Lampung.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Satu Set Saringan (Sieve)
2. Alat Uji Marshall
3. Alat cetak benda uji berbentuk silinder diameter 4 inchi (10,16 cm) dan tinggi
2,5 inchi (6,35 cm) untuk Marshall standar
4. Ejektor untuk mengeluarkan benda uji setelah proses pemadatan
5. Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan antara lain :
a. Pan
b. Timbangan
c. Pemanas (Oven)
d. Termometer digital
e. Jangka sorong
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Aspal
2. Agregat

3.4 Tahap-tahap Penelitian


1.
2.
3.
4.
5.

Persiapan
Pemeriksaan Material
Perencanaan Campuran
Perhitungan campuran Aspal
Pembuatan Benda Uji

3.5 Hasil Penelitian di Laboratorium dan Pembahasan


Dari hasil penelitian di laboratorium akan diperoleh nilai perbandingan stabilitas
statis, dan index durabilitas (stabilitas,VIM,VFA,VMA, Flow, MQ) suatu
campuran bergradasi menerus dengan menggunakan aspal laston sebagai bahan
pengikat antara agregat dengan metode Marshall.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Agregat

Sebelum melakukan pembuatan benda uji diadakan pengujian terhadap bahan yang
akan digunakan. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
4.1.1 Agregat Kasar
Hasil pengujian berat jenis bulk (kering udara) agregat kasar sebesar 2,6292
(gr/cm3), menurut SNI 03-1737-1989 berat jenis minimum 2,5 (gr/cm3),
sedangkan penyerapan air diperoleh hasil sebesar 0,3220 %, maksimum
penyerapan diperbolehkan sebesar 3% dan pengujian abrasi dengan rnesin Los

Angeles diperoleh hasil sebesar 14,45 %, maksimum diperbolehkan sebesar 40


%, sehingga dapat dikatakan bahwa agregat kasar yang digunakan memenuhi
syarat.
4.1.2 Agregat Halus
Berat jenis bulk agregat kasar dan agregat halus minimum 2,5 (gr/cm3). Hasil
pengujian berat jenis bulk (kering udara) terhadap agregat halus sebesar
2,4871 (gr/cm3). Sedangkan penyerapan air diperoleh hasil sebesar 3,4126 %
maksimum penyerapan diperbolehkan sebesar 5% sehingga agregat halus
yang akan digunakan sebagai bahan campuran telah memenuhi syarat.
4.1.3

Filler
Filler adalah material yang lolos 100 % dari pengayakan dengan saringan No.
200. Filler yang digunakan adalah material semen.

4.2 Hasil Pengujian Aspal

Hasil pengujian aspal produksi pertamina menunjukkan bahwa aspal yang


digunakan masih memenuhi persyaratan. Pengujian penetrasi sebesar 6,833 mm,
nilai penetrasi ini menunjukkan tingkat kekerasan aspal. Titik lembek yang
diperoleh yaitu 51 C, nilai tersebut untuk mengetahui pada suhu berapa aspal
menjadi lembek karena pembebanan tertentu.. Berat jenis yang diperoleh sebesar
1,025 gr/cm3, nilai ini menunjukkan bahwa aspal tersebut dapat digunakan untuk
bahan pengikat perkerasan. Nilai daktilitas sebesar 105 cm. Kehilangan berat yang
diperoleh yaitu 0,34%, nilai ini menunjukkan zat minyak yang hilang pada waktu
pemanasan. Pengujian kehilangan berat bertujuan untuk mengetahui pengurangan
berat akibat penguapan bahan-bahan yang mudah menguap dalam aspal.
4.3 Desain Campuran
4.3.1 Perencanaan Persentase Agregat Campuran

Gradasi argegat campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah laston
(AC-WC) gradasi halus dengan gradasi batas bawah dan gradasi batas atas
pada spesifikasi teknis Bina Marga 2010.
4.3.2 Penentuan Perkiraan Kadar Aspal Rencana
a. Batas Bawah
Agregat kasar (%CA) menempati porsi 46 %, agregat halus (%FA) 50 %
dan filler (%FF) 4 %, maka kadar aspal rencana (Pb) dapat dihitung
sebagai berikut :
Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K
K
= 0,5 - 1
Diambil K = 0,75 maka
Pb = 0,035(46) + 0,045(50) + 0,18(4) + 0,75

= 5,33% 5,5%
b. Batas Atas
Agregat kasar (%CA) menempati porsi 31 %, agregat halus (%FA) 59 %
dan filler (%FF)

10 %, maka kadar aspal rencana (Pb) dapat dihitung

sebagai berikut :
Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K
K
= 0,5 - 1
Diambil K = 0,75 maka
Pb = 0,035(31) + 0,045(59) + 0,18(10) + 0,75

= 6,29% 6,5%
Hasil perhitungan proporsi campuran agregat adalah sebagai berikut:
Volume benda uji (V) = 1/4 x x D2 x t x VIM
Dimana :
D
= 10,16 cm
t
= 6,35 cm
VIM = 3,5 5% (Laston)
= 4,00 % (VIM terpakai)
Volume benda uji
(V) = 1/4 . .(10,16)2 . 6,35 . ((100 - 4,00)/100)

= 493,9717 cm3

4.3.3

Menghitung Berat Total Agregat


Dari hasil perhitungan Job Mix Formula diperoleh hasil berat total agregat
dan berat aspal sesuai dengan kadar aspalnya

4.3.4

Menghitung Berat Masing-Masing Agregat


Setelah berat total agregat diketahui, berdasarkan persen tertahan dalam
saringan dan kadar aspalnya dapat diketahui berat masing-masing agregat
yang tertahan dalam satuan gram.

4.4 Hasil Pengujian dengan Alat Marshall


4.4.1 Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas
Nilai stabilitas dari suatu perkerasan menunjukkan besarnya kemampuan dari
lapis perkerasan untuk menahan deformasi akibat adanya beban lalulintas
yang bekerja pada lapis perkerasan tersebut. Nilai stabilitas yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu perkerasan mampu menahan beban lalulintas yang
besar.
4.4.2 Hubungan Kadar Aspal dengan Flow (kelelehan)
Kelelehan adalah besarnya perubahan bentuk dari suatu campuran beraspal
yang terjadi akibat suatu beban yang bekerja sampai batas keruntuhan. Nilai
kelelehan merupakan indikator terhadap lentur, sehingga semakin tinggi nilai
kelelehan suatu campuran menandakan campuran semakin bersifat lentur.
4.4.3 Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quotient (MQ)
Marshall Quotient (MQ) adalah hasil bagi Marshall dengan flow yang
merupakan tingkat kekakuan campuran. Bila campuran tidak cukup kaku
maka campuran akan mudah mengalami deformasi, sebaliknya bila campuran
terlalu kaku maka akan menjadi getas dan mudah retak.

4.4.4 Hubungan Kadar Aspal dengan VMA


Rongga diantara mineral agregat (Voids in Mineral Aggregate,VMA) adalah
volume rongga yang terdapat diantara partikel agregat campuran beraspal
yang telah dipadatkan.
4.4.5 Hubungan Kadar Aspal dengan VFA
Pengaruh utama kriteria VFA adalah membatasi VMA maksimum dan kadar
aspal maksimum. VFA juga dapat membatasi kadar rongga campuran yang
dijinkan yang memenuhi kriteria VFA minimum.
4.4.6 Hubungan Kadar Aspal dengan VIM
Rongga Udara dalam campuran (Voids in Mix, VIM) adalah ruang udara di
antara partikel agregat yang terselimuti aspal dalam suatu campuran yang
telah dipadatkan dan dinyatakan dalam persen terhadap volume total
campuran. Apabila kadar rongga akhir terlalu tinggi atau pada saat pemadatan
selesai, VIM dicapai lebih dari 5% akibat yang terjadi adalah munculnya
retak dini, pelepasan dan pengelupasan butir agregat.
4.5 Penetapan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Kadar aspal yang memenuhi keenam sifat campuran adalah pada rentang kadar
aspal 4,7 % hingga 5,2%. Dengan demikian Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk
campuran yaitu (4,7+5,2) / 2 = 4,95 %. Kadar aspal yang memenuhi ke enam sifat
campuran adalah pada rentang kadar aspal 6,4% hingga 7,5%. Dengan demikian
Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk campuran yaitu (6,4 + 7,5)/2 = 6,95 %,
4.6 Hasil dan Analisis Marshall dengan Kadar Aspal Optimum
Dari Kadar Aspal Optimum (KAO) yang diperoleh yaitu 4,95 % untuk gradasi
batas bawah dan 6,95 % untuk gradasi batas atas.
4.6.1 Nilai Stabilitas pada Kadar Aspal Optimum

Nilai stabilitas Marshall untuk kadar aspal optimum 4,95% dan 6,95%
memenuhi batas yang disyaratkan yaitu minimum 800 kg. Nilai stabilitas
untuk KAO 6,95% yaitu 1381,1763 kg dan KAO 4,95% yaitu 1895,2896 kg.
4.6.2 Nilai Flow (kelelehan) pada Kadar Aspal Optimum
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai kadar aspal tinggi namun
memiliki flow yang rendah dan sebaliknya. Nilai flow untuk KAO 6,95%
yaitu 4,1667 mm dan KAO 4,95% yaitu 3,9967 mm.

4.6.3 Nilai Marshall Quotient (MQ) pada Kadar Aspal Optimum


Nilai kadar aspal tinggi namun memiliki Marshall Quotient yang rendah dan
sebaliknya. Nilai Marshall Quotient untuk KAO 6,95% yaitu 365,1343
kg/mm2 dan KAO 4,95% yaitu 495,8221 kg/mm2.
4.6.4 Nilai VMA pada Kadar Aspal Optimum
Nnilai VMA berbeda dengan hasil-hasil karakteristik marshall yang lain,
kadar aspal rendah namun memiliki VMA yang rendah pula dan sebaliknya.
Nilai VMA untuk KAO 6,95% yaitu 19,9123 dan KAO 4,95% yaitu 16,9453.
4.6.5 Hubungan Kadar Aspal dengan VFA
Nilai VFA dengan kadar aspal rendah, memiliki VFA yang rendah pula dan
sebaliknya. Nilai VFA untuk KAO 4,95% yaitu 75,3564 dan KAO 6,95%
yaitu 80,3182.
4.6.6 Nilai VIM pada Kadar Aspal Optimum
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai kadar aspal tinggi namun
memiliki VIM yang rendah dan sebaliknya. Nilai Marshall Quotient untuk

10

KAO 6,95% yaitu 3,9256 dan KAO 4,95% yaitu 4,1884. Untuk lebih jelasnya
nilai VIM dapat dilihat pada Grafik 4.23 dan Grafik 4.24.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bab ini merupakan rangkuman hasil kajian ataupun pembahasan dari uji Marshall
standar terhadap pengaruh gradasi agregat halus pada campuran beraspal Laston
AC-WC dengan menggunakan spesifikasi teknis Bina Marga 2010. Berdasarkan
hasil kajian dan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Spesifikasi berat jenis bulk agregat kasar minimum yaitu 2,5 sedangkan untuk
berat jenis bulk agregat halus minimum yaitu 2,0. Persentase penyerapan
maksimum agregat kasar yaitu 3% dan penyerapan agregat halus yaitu 5%.
2. Aspal yang digunakan yaitu aspal pertamina pen 60/70 dengan berat jenis aspal
yang didapat 1,025 gr/cm3 sesuai yang disyaratkan berdasarkan SNI 06-24881991 untuk pen 60/70 berat jenis aspal minimal 1,00 gr/cm3.
3. Persentase agregat sangat menentukan kadar aspal rencana (percent of bitument).
Kadar aspal rencana untuk gradasi batas bawah yaitu 5,5% dan gradasi batas
atas yaitu 6,5%.
4. Karakteristik Marshall yang didapat:

11

a. Stabilitas
Nilai stabilitas memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu
minimum stabilitas 800 kg. Namun, untuk pola grafik dari stabilitas gradasi
batas bawah tidak sesuai dengan standar spesifikasi, berbeda dengan stabilitas
dari gradasi batas atas dengan pola grafik yang sesuai dengan standar
spesifikasi. Nilai stabilitas umumnya akan meningkat dengan bertambahnya
kadar aspal dan akan mencapai maksimum pada kadar aspal tertentu setelah
itu dengan bertambahnya kadar aspal akan menurunkan nilai stabilitas.
b. Kelelehan (Flow)
Nilai flow memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu minimum 3.0
mm. Untuk pola grafik flow cenderung tidak sesuai dengan grafik standar
yang seharusnya nilai flow akan meningkat seiring dengan penambahan kadar
aspal. Nilai flow menunjukkan bahwa semakin banyak kadar aspal suatu
campuran lapis aspal beton menyebabkan kelelehan yang tinggi.
c. Kekakuan (Marshall Quotient)
Nilai MQ memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu minimum 250
kg/mm2. Untuk pola grafik MQ cenderung sesuai dengan grafik standar yang
seharusnya. Nilai kekakuan semakin meningkat dengan semakin padatnya
benda uji.
d. VIM (Void In Mix)
Untuk nilai VIM standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu antara

3.5-5%.

Dari pola grafik VIM yang memenuhi spesifikasi yaitu kadar aspal 4,7-5,2%
untuk gradasi batas bawah sedangkan 6,4-7,5% untuk gradasi batas atas.
Dengan bertambahnya kadar aspal rongga semakin menurun yang berarti
bahwa aspal yang berfungsi untuk menyelimuti agregat bertambah banyak
sehingga rongga udara yang ada terisi aspal.
e. VMA(Voids In Mineral Agregate)

12

Nilai VMA memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu minimum
15 %. Untuk pola grafik VMA cenderung sesuai dengan grafik standar yang
seharusnya.

f. VFA(Voids Filled with Asphalt)


Nilai VFA memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu minimum 65
%. Untuk pola grafik VFA cenderung sesuai dengan grafik standar yang
seharusnya. Semakin besar kadar aspal maka akan semakin besar pula nilai
VFA. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak kadar aspal maka akan
bertambah pula aspal yang akan menyelimuti agregat.
5. Kadar aspal optimum yang didapatkan setelah pengujian marshall terhadap yaitu
4,95 % untuk gradasi batas bawah dan 6,95 % untuk gradasi batas atas.
5.2 Saran
Untuk lebih sempurnanya penelitian yang akan datang, maka dalam kesempatan ini
penulis menyarankan:
1. Pada saat penggorengan aspal tidak ada ketentuan yang jelas mengenai
kehitaman aspal, jadi mungkin dapat menggunakan waktu agar setiap perlakuan
sama untuk setiap benda uji sehingga diharapkan hasil yang merata tidak terlalu
gosong.
2. Untuk Alat Marshall Compactor, tinggi jatuh dari pemadat itu sendiri tidak
sempurna misalnya dari 2x75 tumbukan compactor

beberapa kondisi jatuh

compactor tidak sempurna jadi perlu adanya penambahan tumbukan sesuai


kehilangan tumbukan yang dihitung oleh peneliti.
3. Untuk Alat Marshall Test, nilai flow dan stabilitas kurang akurat dikarenakan
pada saat pengujian arloji pengukur air (flow) sering berhenti dan kembali
berputar ke arah berlawanan arah jarum jam yang seharusnya berputar searah
jarum jam. Jadi, sebelum dilakukan pengujian perlu adanya pengecekan
terutama pada arloji pengukur air (flow) tersebut.

13

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hadi. 2011. Studi Sifat Marshall Dan Durabilitas Asphalt Concrete - Wearing Course (ACWC) Dengan Menggunakan Abu Vulkanik Dan Abu Batu Sebagai Filler Melalui Uji
Laboratorium. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Lampung.

Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi Pelaksanaan Teknis Bina Marga 2010 .
Dirjen Bina Marga.
Sukariawan, Wayan. 2011. Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course
(AC-WC) Modifikasi Suhu Pengujian. Program Studi Teknik Sipil S1 Universitas
Lampung.
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta. Granit.
Wahyudi Hemat. 2003. Evaluasi Sifat Marshall dan Nilai struktural Campuran Beton
Aspal Yang Menggunakan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Aspal
Esso Pen 60/70. Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Diponogoro.
Wulandari, Sri. 2011. Penambahan Asbuton Terhadap Campuran Lataston Lapis Aus
(HRS WC) Pada Pengujian Kuat Tekan Dan Kuat Geser. Program Studi
Teknik Sipil S1 Universitas Lampung

14

Vous aimerez peut-être aussi