Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan
masa kini dan masa yang akan datang. Pada penelitian ini, spesifikasi yang digunakan
menjadi bahan penelitian yaitu spesifikasi Bina Marga 2010 divisi pekerjaan perkerasan
aspal (divisi 6).
1.2 Batasan Masalah
Ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini adalah :
a.
b.
c.
d.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
Mengetahui pengaruh ukuran gradasi agregat halus pada campuran Lapis Aspal Beton
Asphalt Concrete Wearing Course melalui pengujian Marshall.
3
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan tentang pentingnya penanganan material dan pengaruhnya terhadap
kualitas perkerasan yang dihasilkan, khususnya gradasi agregat yang digunakan
pada campuran beraspal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
1. Konstruksi Perkerasan
Konstruksi perkerasan merupakan kombinasi dari lapis pondasi bawah, lapis
pondasi atas dan lapis permukaan yang diletakkan di atas tanah dasar dan telah
dipadatkan untuk dapat memikul beban lalu lintas kemudian menyebarkannya ke
bagian badan jalan (03/PT/B/1983).
2. Lapis Aspal Beton
Lapisan aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari
campuran aspal keras dan agregat, dicampur dan dihampar dalam keadaan panas
serta dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman.S,1992).
2.2 Bahan Penyusun Konstruksi Perkerasan Jalan
1. Agregat
2. Aspal
2.3 Gradasi Agregat
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya. Ukuran butir agregat dapat
diperoleh melalui pemeriksaan analisis saringan. Gradasi agregat dinyatakan dalam
persentase lolos, atau persentase tertahan, yang dihitung berdasarkan berat agregat..
2.4 Karakteristik Campuran BeraspalStabilitas
1. Durabilitas (Keawetan/Daya Tahan)
2. Skid Resistance (Kekesatan)
3. Fatique Resistance (Ketahanan Kelelahan)
4. Kedap Air
5. Workability (Kemudahan Pelaksanaan)
2
Konsep uji Marshall dalam campuran aspal dikembangkan oleh Bruce Marshall,
seorang insinyur bahan aspal bersama-sama dengan The Mississippi State Highway
Department.
Pada percobaan ini menggunakan benda uji standar berupa sebuah cetakan yang
berdiameter 101,6 mm (4 inci) dan tinggi 75 mm(3 inci). Benda uji dipadatkan
dengan menggunakan alat pemadat Marshall (Marshall Compaction Hummer)
dengan berat 4,54 kg, diameter 3.7/8 inci dan tinggi jatuh 457 mm (18 inci). Hasil
uji akan menunjukkan karakteristik Marshall dan karakteristik akan dipengaruhi
oleh sifat-sifat campuran yaitu : kepadatan, rongga diantara agregat (VMA), rongga
terisi aspal (VFA), rongga dalam campuran (VIM), rongga dalam campuran pada
kepadatan mutlak, stabilitas kelelehan serta hasil bagi Marshall/Marshall Quotient
(MQ) yaitu merupakan hasil pembagian dari stabilitas dengan kelelehan dan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
MQ=
MS
(2.1)
MF
Keterangan:
MQ = Marshall Quotient, (kg/mm)
MS = Marshall Stability (kg)
MF = Flow Marshall, (mm)
2.6
Pada penelitian kali ini yang digunakan adalah campuran Laston AC-WC gradasi
halus dengan pengambilan batas atas.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Persiapan
Pemeriksaan Material
Perencanaan Campuran
Perhitungan campuran Aspal
Pembuatan Benda Uji
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan pembuatan benda uji diadakan pengujian terhadap bahan yang
akan digunakan. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
4.1.1 Agregat Kasar
Hasil pengujian berat jenis bulk (kering udara) agregat kasar sebesar 2,6292
(gr/cm3), menurut SNI 03-1737-1989 berat jenis minimum 2,5 (gr/cm3),
sedangkan penyerapan air diperoleh hasil sebesar 0,3220 %, maksimum
penyerapan diperbolehkan sebesar 3% dan pengujian abrasi dengan rnesin Los
Filler
Filler adalah material yang lolos 100 % dari pengayakan dengan saringan No.
200. Filler yang digunakan adalah material semen.
Gradasi argegat campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah laston
(AC-WC) gradasi halus dengan gradasi batas bawah dan gradasi batas atas
pada spesifikasi teknis Bina Marga 2010.
4.3.2 Penentuan Perkiraan Kadar Aspal Rencana
a. Batas Bawah
Agregat kasar (%CA) menempati porsi 46 %, agregat halus (%FA) 50 %
dan filler (%FF) 4 %, maka kadar aspal rencana (Pb) dapat dihitung
sebagai berikut :
Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K
K
= 0,5 - 1
Diambil K = 0,75 maka
Pb = 0,035(46) + 0,045(50) + 0,18(4) + 0,75
= 5,33% 5,5%
b. Batas Atas
Agregat kasar (%CA) menempati porsi 31 %, agregat halus (%FA) 59 %
dan filler (%FF)
sebagai berikut :
Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K
K
= 0,5 - 1
Diambil K = 0,75 maka
Pb = 0,035(31) + 0,045(59) + 0,18(10) + 0,75
= 6,29% 6,5%
Hasil perhitungan proporsi campuran agregat adalah sebagai berikut:
Volume benda uji (V) = 1/4 x x D2 x t x VIM
Dimana :
D
= 10,16 cm
t
= 6,35 cm
VIM = 3,5 5% (Laston)
= 4,00 % (VIM terpakai)
Volume benda uji
(V) = 1/4 . .(10,16)2 . 6,35 . ((100 - 4,00)/100)
= 493,9717 cm3
4.3.3
4.3.4
Kadar aspal yang memenuhi keenam sifat campuran adalah pada rentang kadar
aspal 4,7 % hingga 5,2%. Dengan demikian Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk
campuran yaitu (4,7+5,2) / 2 = 4,95 %. Kadar aspal yang memenuhi ke enam sifat
campuran adalah pada rentang kadar aspal 6,4% hingga 7,5%. Dengan demikian
Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk campuran yaitu (6,4 + 7,5)/2 = 6,95 %,
4.6 Hasil dan Analisis Marshall dengan Kadar Aspal Optimum
Dari Kadar Aspal Optimum (KAO) yang diperoleh yaitu 4,95 % untuk gradasi
batas bawah dan 6,95 % untuk gradasi batas atas.
4.6.1 Nilai Stabilitas pada Kadar Aspal Optimum
Nilai stabilitas Marshall untuk kadar aspal optimum 4,95% dan 6,95%
memenuhi batas yang disyaratkan yaitu minimum 800 kg. Nilai stabilitas
untuk KAO 6,95% yaitu 1381,1763 kg dan KAO 4,95% yaitu 1895,2896 kg.
4.6.2 Nilai Flow (kelelehan) pada Kadar Aspal Optimum
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai kadar aspal tinggi namun
memiliki flow yang rendah dan sebaliknya. Nilai flow untuk KAO 6,95%
yaitu 4,1667 mm dan KAO 4,95% yaitu 3,9967 mm.
10
KAO 6,95% yaitu 3,9256 dan KAO 4,95% yaitu 4,1884. Untuk lebih jelasnya
nilai VIM dapat dilihat pada Grafik 4.23 dan Grafik 4.24.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bab ini merupakan rangkuman hasil kajian ataupun pembahasan dari uji Marshall
standar terhadap pengaruh gradasi agregat halus pada campuran beraspal Laston
AC-WC dengan menggunakan spesifikasi teknis Bina Marga 2010. Berdasarkan
hasil kajian dan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Spesifikasi berat jenis bulk agregat kasar minimum yaitu 2,5 sedangkan untuk
berat jenis bulk agregat halus minimum yaitu 2,0. Persentase penyerapan
maksimum agregat kasar yaitu 3% dan penyerapan agregat halus yaitu 5%.
2. Aspal yang digunakan yaitu aspal pertamina pen 60/70 dengan berat jenis aspal
yang didapat 1,025 gr/cm3 sesuai yang disyaratkan berdasarkan SNI 06-24881991 untuk pen 60/70 berat jenis aspal minimal 1,00 gr/cm3.
3. Persentase agregat sangat menentukan kadar aspal rencana (percent of bitument).
Kadar aspal rencana untuk gradasi batas bawah yaitu 5,5% dan gradasi batas
atas yaitu 6,5%.
4. Karakteristik Marshall yang didapat:
11
a. Stabilitas
Nilai stabilitas memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu
minimum stabilitas 800 kg. Namun, untuk pola grafik dari stabilitas gradasi
batas bawah tidak sesuai dengan standar spesifikasi, berbeda dengan stabilitas
dari gradasi batas atas dengan pola grafik yang sesuai dengan standar
spesifikasi. Nilai stabilitas umumnya akan meningkat dengan bertambahnya
kadar aspal dan akan mencapai maksimum pada kadar aspal tertentu setelah
itu dengan bertambahnya kadar aspal akan menurunkan nilai stabilitas.
b. Kelelehan (Flow)
Nilai flow memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu minimum 3.0
mm. Untuk pola grafik flow cenderung tidak sesuai dengan grafik standar
yang seharusnya nilai flow akan meningkat seiring dengan penambahan kadar
aspal. Nilai flow menunjukkan bahwa semakin banyak kadar aspal suatu
campuran lapis aspal beton menyebabkan kelelehan yang tinggi.
c. Kekakuan (Marshall Quotient)
Nilai MQ memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu minimum 250
kg/mm2. Untuk pola grafik MQ cenderung sesuai dengan grafik standar yang
seharusnya. Nilai kekakuan semakin meningkat dengan semakin padatnya
benda uji.
d. VIM (Void In Mix)
Untuk nilai VIM standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu antara
3.5-5%.
Dari pola grafik VIM yang memenuhi spesifikasi yaitu kadar aspal 4,7-5,2%
untuk gradasi batas bawah sedangkan 6,4-7,5% untuk gradasi batas atas.
Dengan bertambahnya kadar aspal rongga semakin menurun yang berarti
bahwa aspal yang berfungsi untuk menyelimuti agregat bertambah banyak
sehingga rongga udara yang ada terisi aspal.
e. VMA(Voids In Mineral Agregate)
12
Nilai VMA memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu minimum
15 %. Untuk pola grafik VMA cenderung sesuai dengan grafik standar yang
seharusnya.
13
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hadi. 2011. Studi Sifat Marshall Dan Durabilitas Asphalt Concrete - Wearing Course (ACWC) Dengan Menggunakan Abu Vulkanik Dan Abu Batu Sebagai Filler Melalui Uji
Laboratorium. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Lampung.
Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi Pelaksanaan Teknis Bina Marga 2010 .
Dirjen Bina Marga.
Sukariawan, Wayan. 2011. Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course
(AC-WC) Modifikasi Suhu Pengujian. Program Studi Teknik Sipil S1 Universitas
Lampung.
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta. Granit.
Wahyudi Hemat. 2003. Evaluasi Sifat Marshall dan Nilai struktural Campuran Beton
Aspal Yang Menggunakan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Aspal
Esso Pen 60/70. Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Diponogoro.
Wulandari, Sri. 2011. Penambahan Asbuton Terhadap Campuran Lataston Lapis Aus
(HRS WC) Pada Pengujian Kuat Tekan Dan Kuat Geser. Program Studi
Teknik Sipil S1 Universitas Lampung
14