Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pembimbing
Dr. Ferryal Basbeth, Sp.F
Disusun Oleh :
1. Arief Rachman S ( FK TRISAKTI )
2. Dinny A. Zailani ( FK UKRIDA )
3. Andre Nurjayanto ( FK UNTAR )
4. Nofiyanty Nicolas ( FK UNTAR )
5. Fitriawati ( FK UKRIDA )
6. Rita Widya ( FK YARSI )
7. Hestin ( FK UNTAR )
8. Hendry Pramudianto ( FK UNTAR )
9. M. Nur Kholid ( FK TRISAKTI )
10. Agustine ( FK UKRIDA )
http://www.freewebs.com/reef_forensik/autopsi.htm
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
KEPANITERAAN KLINIK FKS 2
PERIODE 17 JULI 19 AGUSTUS 2006
RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO UNIVERSITAS
INDONESIA
JAKARTA
2006
AUTOPSI FORENSIK
TIPE OTOPSI
Berdasar konvensi medik dan system legal dari Negara-negara, secara
umum ada 2 tipe autopsi yaitu :
1)
Kematian non kriminal seperti kecelakaan, bunuh diri, kematian
karena bencana alam atau yang berhubungan medis dan operasi,
kematian industri dan lain-lain
2)
Otopsi forensik untuk suspek pembunuhan, biasanya pada
investigasi polisi, kematian ini terdiri dari pembunuhan , pembunuhan
orang dewasa, pembunuhan bayi dan kategari lain dari berbagai
macam hukum yang berbeda.
Tipe ahli patologi berbeda kategorinya dari suatu tempat dengan
tempat lain dalam sistem yang berbeda. Yang terpenting adalah ahli patologi
barang bukti juga membuat kamar mayat penuh sesak, ini menghambat
gerakan menyebabkan gangguan. Ditambah lagi resiko infeksi dan
kontaminasi khususnya HIV dan infeksi Hepatitis B. Tidak seorangpun bahkan
pegawai senior kepolisian sekalipun terlibat langsung dalam investigasi.
Dengan meningkatnya keahlian dan kompleksnya prosedur forensik dan polisi,
banyak orang yang berada dikamar mayat ditambah dengan kamera, video
perekam dan lain-lain sampai tidak ada ruang untuk ahli patologi untuk
bergerak.
Bagaimanapun juga kehadiran pada saat otopsi kematian krimiinal
atau tersangka harus seizimn ahli patologi berdasarkan laporan otopsi.
Pemeriksaan Tempat Kematian
Pada bunuh diri, dugaan bunuh diri atau kasus yang tidak jelas, ahli
patologi harus melihat ketempat kejadian sebelum korban dipindahkan.
Dokter ahli patologi forensik harus datang bersama dengan polisi
ketempat kematian. Tugas ini telah diatur menjadi bagian dari kontrak
pelayanan ahli patologi untuk selalu menyediakan waktu dan terlibat dalam
upaya membantu polisi.Di Inggris dan negara jajahannya ada kantor ahli
patologi dan dapat dipanggil ketempat kejadian. Di beberapa hukum lai
seperti pemeriksaan medik Amerika dan Eropa serta Institusi kedokteran
Forensik Universitas biasanya tugas sudah diatur sebelum nya untuk
menghadiri tempat kematian.fungsi pemeriksaan ahli paqtologi forensik
ditempat kematian untuk memperkirakan lingkungan, dan daerah sekitar serta
posisi, kondisi tubuh. Sehingga dapat cepat ditemukan tanda kecelakaan bunuh
diri bahkan penyebab alami sehingga dapat menghemat biaya.
Ahli patologi harus selalu siap dengan perlengkapannya untuk dibawa
ke tempat investigasi . peralatan ini mungkin dibawa jika ada otopsi diluar
yang fasilitasnya tidak tersedia. Kebanyakan ahli patologi Forensik membawa
murde bag sesuai dengan pengalamannya memilih peralatan.
Peralatannya adalah :
1) Apron tahan air dan sarung tangan
2) Termometer, semprit dan jarum, swab steril.
3) Alat bedah termasuk gergaji
4)
Jarum dan benang untuk menutup tubuh
5)
Swab dan tempat darah dan cairan tubuh
6)
Botol-botol formalin untuk sampel Histologi
7)
Kantong-kantong plastik, amplop, kertas, pena dan pensil
8)
Kamera tangan, senter, tape perekam kecil
9)
Kamera bisanya lensa 35mm dengan lampunya, video kompak
,video kamera, kamera video biasa dapat memperlihatkan ulang
kejadian secara instan
Termometer air raksa yang panjang dapat mengukur suhu dari 0 0sampai
0
50 C atau yang lebih moderen termometer elektrik. Dinegara berkembang
diharapkan tersedia fasilitas kamar mayat yang baik di Rumah Sakit atau
dikantor kepolisian, patologi kriminal yang ahli, tempat spesimen dan lainlain.
Dinegara berkembang dan daerah lainnya diberbagai negara, ahli
patologi sebenarnya melakukan sekaligus investigasi dan autopsi.
Dikotak medik ahli patologi forensik yang berpengalaman selalu ada
baju khusus, sepatu boot, jas hujan dan siap dibawa jika ada panggilan.
Pada tempat kematian ahli patologi bertindak berdasarkan fakta
disekeliling, serta apa yang didapat dari polisi ataupun ahli forensik pembantu.
sebagai contoh di inggris beberapa tim bertemu pada tempat kejadian untuk
mengumpulkan jejak bukti. Ahli laboratorium forensik terdekat sering hadir
bersama polisi begitu juga petugas sidik jari dan petugas investigasi kriminal.
Ahli patologis harus mengumpulkan buktinya sendiri, tetapi perlu
diingat keterbatasan keahliannya.
Ahli patologis harus menerima intriksi dati petugas yang bersangkutan
yang berada dekat dengan korban.
Dokter tidak harus menyentuh benda-benda yang penting dan tidak
merokok atau meninggalkan objek atau serpihan-serpihan. Sebagai tambahan
kunjungan pada tempat kriminal diberikan pakaian disposibel dan sepatu untuk
digunakan, sehingga serat, rambut, dan lain-lain tadak terdapat di tempat
kejadian.
Jika dokter forensik bertindak sebagai ahli petologi dan klionis
medikolegal atau polisi ahli bedah harus mengganti pakaian yang dikenakan
dengan yang baru untuk perlindungan badan dan untuk menghindari
pindahnya barang bukti dari tempat kejadian seprti serat atau rambut dari
korban.
Ahli patologis mencatat posisi tubuh sketsa atau foto-foto yang
kadang-kadang berguna. Beberapa ahli patologis menggunakan polaroid atau
video kamera untuk perekaman secara instan di tempat kematian.
Pada kasus kematian yang nyata, harus diobservasi. Genangan atau
percikan darah harus dicatat hubungannya dengan posisi tubuh. Ukuran
percikan harus diamati, batas darah yang tertingal pada permukaan dilingkari.
Jetika fotografi dimbil dari tubuh dari posisi yang sebenarnya. Patologi
bersama dengan penyidik mendekat dan memeriksa. Pada akhir pemeriksaan
perabaan kulit untuk mengukur temperatur. Mata, leher, dan tangan diperiksa
bila perlu, pakaian secara perlahan dipindahkan untuk melihat tenggorokan
dan dada atas. Penemuan lain yang relevan harus difoto oleh polisi sebelum
terjadi kerusakan.
Jika ahli forensik di tempat kejadian meminta sampel maka harus
diberikan. Mereka mungkin akan meminta sampel pada badan untuk melihat
apakah ada yang menempel pada kulit dan pakaian untuk mendapatkan rambut
yang rontok. Tubuh dipindahkan untuk melihat bagaian sisi dan bawahnya,
sekaligus harus berhati-hati agar bukti tidak rusak. Tidak ada peraturan yang
baku tergantung pada tiap-tiap kasus.
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN
Paragraf terakhir diatas menunjukkan bagaimana perkiraan saat
kematian. Permasalahannya didiskusikan pada bagian III, tetapi masih terdapat
kepentingan yang menunjukkan hubungan antara kegiataan yang dilakukan
ahli autopsi tentang cara kematiannya.
Secara umum tangan dan wajah dapat ditentukan hangat atau dingin
dengan perabaan dan dengan melihat adanya kaku mayat yang dapat coba
dilakukan pada alat gerak. Pengukuran suhu harus dilakukan secepatnya
setelah korban ditemukan, hal ini berguna untuk mengantisipasi perubahan
dimana biasanya polisi tiba di tempat kejadian lebih awal daripada ahli
autopsi. Pengukuran suhu selain diambil dari bagian yang paling dekat dengan
korban juga harus diambil suhu lingkungan disekitar korban, seperti didalam
gedung ataupun ruangan. Sehingga dapat diketahui hal-hal apa yang
menyebabkan perubahan yang dapat terjadi, seperti adanya pintu atau jendela
yang terbuka, ada tidaknya perapian, dan penghangat ruangan. Jadi dapat
disimpulkan hal-hal yang dapat mempengaruhi pengukuran suhu tersebut.
Pengukuran suhu rektal pada saat investigasi, seperti yang disetujui pada
beberapa teks-book ternyata masih kontroversi.
Saat terjadinya kematian, korban yang ditemukan tanpa busana,
biasanya tampak secara langsung. Hal ini beresiko terkontaminasinya rectum
dan perineum, dengan ditemukan cairan semen, dari sekitar anus sampai
rektum dapat diambil kesimpulan dengan mengambil swab terhadap cairan
semen untuk mengurangi keraguan. Seperti pada banyak kasus kekerasan
kriminal baik pada kasus seksual, maupun homoseksual, pengukuran suhu
rektal terhadap korban yang ditemukan secara praktis harus dilampirkan hanya
jika ahli forensik atau polisi yang menangani membutuhkannya sebagai
tambah bukti tambahan selain dari pakaian, swab vulva, vagina, anus, dan lainlain. Selain itu dapat juga digunakan tanpa menampilkan atau tanpa adanya
data pengukuran suhu rektal.
Dengan kata lain, perlu diperhitungkan keuntungan dan kerugian dari
analisis terjadinya kematian tersebut. Sehingga kita dapat menyimpulkan
apabila pengukuran suhu rektal tersebut sulit dilakukan atau hanya sedikit
berpotensi memberikan keuntungan ketika dilakukan pengukuran suhu pada
lingkungan sekitar.Jika proses autopsi tidak langsung dilakukan atau harus
menunggu beberapa jam, karena tidak tersedianya fasilitas atau keterlambatan
transportasi, seharusnya proses autopsi harus segera dilakukan beberapa saat
setelah terjadinya kematian sehingga pengukuran suhu dapat diambil secara
tepat.
berlaku pada setiap kasus kriminal atau pada kasus kematian yang tidak wajar
tetapi juga bermanfaat pada banyak kasus kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
industri, jatuh dari ketinggian, tenggelam, dan lain-lain.
Dalam hal ini tidak akan ada kesempatan untuk menemukan pakaian
setelah dibawa kekamar jenazah. Jika kematian terjadi di rumah sakit atau
karena kecelakaan, pakaian mungkin dibuang sebelum dipindahkan ke kamar
jenazah. Ahli autopsi seharusnya selalu meminta permintaan terhadap korban
kecelakaan lalu lintas atau lainnya dimana trauma ditetapkan sebagai sebagai
kasus kematian. Jadi seharusnya korban dibawa ke kamar jenazah dengan
pakaian yang seharusnya tidak dilepaskan oleh polisi / perawat terlebih dahulu,
walaupun korban masih hidup saat tiba di rumah sakit dan pelepasan pakaian
tersebut dilakukan sebelum usaha penyadaran atau pengobatan. Yang terbaik
kedua adalah adalah saat pakaian dilepaskan seharusnya ketika korban berada
di ruang jenazah jadi dapat diperiksa jika pada saat pemeriksaan, ditemui
kerusakkan, noda ataupun bukti lainnya. Sayangnya, pakaian korban tersebut
biasanya sudah dilepaskan atau di rusak sebelum di periksa / di lihat.
Petugas kamar jenazah sebaiknya dilatih / diberi bimbingan untuk
mengenali serta menghargai hak milik korban sebagai bukti yang penting. Dan
sistem tersebut seharusnya dibangun untuk mempertahankan identifikasi dan
menyimpang baik dari aspek pembuktian dan untuk keamanan yang bernilai.
Isi dari kantong, dokumen, kunci dan barang lainnya sebagai alat pembantu
identifikasi. Bagaimanapun juga tugas utama polisi, ahli autopsi yang berperan
terkait pada bidang yang ada. Jenis pakaian, model, bahan, warna dan semua
label sangat membantu proses identifikasi.
Dalam kematian akibat trauma, luka yang terdapat pada tubuh korban
seharusnya sesuai dengan kerusakkan yang terdapat di pakaian, juga
dibandingkan dengan posisi luka yang terdapat pada tubuh bagian luar, untuk
mengetahui aktifitas terakhir sebelum mati. Dilihat dari adanya beberapa bekas
luka yang menimbulkan kerusakan.
Darah, cairan semen, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya dapat
ditemukan pada pakaian sehingga dapat menjadi bukti selain itu dapat pula
dikirim kelaboratorium untuk dianalisa. Ahli autopsi dapat mengetahuinya
pertama kali sehingga dapat ditemukan bukti untuk mendeteksi keadaannya.
Pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, robekan dari pakaian, bekas
oli, jejak roda, kaca pecah, dan tekanan metal dari kendaraan dapat membantu
rekonstruksi kejadian dan dalam identifikasi penyebab kematian akibat
kecelakaan tabrak lari.
Objek lainnya yang berhubungan denngan tubuh serta mungkin
termasuk membantu pengobatan yang bermanfaat menerangkan penyakitBARANG-BARANG, PAKAIAN DAN IDENTIFIKASI
penyakit penyebab kematian contohnya seperti amyl nitrit atau insulin.
Peranan seorang ahli autopsi berada pada saat terjadinya kematian
Dalam banyak kasus bunuh diri, botol obat yang telah kosong atau
dirasa perlu, dimana ia dapat menilai suasana sekitar meliputi pakaian yang kotak racun biasanya ditemukan berada disekitar tubuh korban. Pakaian harus
dikenakan dan bagian tubuh lainnya saat proses autopsi. Hal ini tidak hanya dipindahkan secara hati-hati, khususnya dalam tindak kriminal atau kasus yang
Banyak kesalahan yang sudah dibuat pada masa lalu akibat adanya
ketidaktelitian dari ahli autopsi tentang pentingnya identitas korban serta
ketidaktahuan mengenai prosedur yang harus dilakukan sampai konsekuensi
legal yang harus dihadapi. Proses autopsi pada korban yang salah atau
kesalahan dalam menentukan sebab mati berakibat pada kesalahan
pemakaman bahkan kremasi. Hal ini sering kali terjadi akibat identifikasi yang
salah. Untuk menghindari kesalahan tersebut korban harus selalu mempunyai
label saat tiba dikamar jenasah. Label harus mudah dikenali dan mudah dicari.
Walaupun sebelumnya korban dimasukan dalam pendingin yang mempunyai
nomor pada pintunya. Karena jika label tidak melekat pada tubuh korban maka
kesalahan identifikasi dapat terjadi oleh petugas kamar jenasah bila ia bertukar
jaga, korban sulit dikenali hanya dari nomor pada pintu pendingin.
Beberapa tempat dikamar jenasah menggunakan tempat khusus untuk
identifikasi korban, yang menggunakan kamera otomatis yang diletakan tepat
di pintu masuk kamar jenasah. Setiap korban baru difoto diatas beranda dan di
beri nomor seri yang di tulis pada papan dan diletakkan melintang di atas dada,
sehingga mudah terlihat. Nomer seri ini untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.
Pada kasus khusus seperti pembunuhan, label identitas yang terdapat
pada korban tidak menjamin kebenarannya, oleh karena itu, ahli autopsi tidak
harus tergantung pada label tersebut. Sebelum autopsi, ahli autopsi harus dapat
menyatakan atau memberi informasi bahwa korban itu sesuai dengan identitas
yang ada begitu juga saksi menyatakan bahwa korban itu benar adanya.
Ahli autopsi harus mencatat hasil autopsi sesuai tanggal, waktu dan
identifikasi orang yang melakukan identifikasi korban sehingga dapat
menampilkan bukti yang sesuai untuk mencapai tujuan hukum dimana dapat
dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk mekanisme membela diri di depan
pengadilan.
KEGUNAAN REKAM MEDIK PADA SUATU KASUS
Seperti dalam klinik kesehatan, rekam medik tentang kasus kematian
pada suatu korban kematian adalah sangat penting dan sangat diperlukan
sebagai bagian dari investigasi. Luasnya kasus ini juga mempengaruhi ahli
autopsi dalam mengambil keputusan dalam penyebab kematian, bagaimanapun
semua ini masih kontroversial.
Pada kasus medikolegal autopsi dibandingkan dengan kasus klinik di
rumah sakit, catatan mengenai kasus terkadang kurang, tidak ada bahkan
kadang tidak sesuai. Jika seseorang ditemukan meninggal, dimana tidak
terdapat catatan medik mengenainya sebelumnya, maka tidak dapat dijumpai
data keseluruhan tentang sejarah kesehatan yang sesungguhnya. Dalam kasus
kriminal pembunuhan, seseornag yang diduga dibunuh oleh pembunuh, tanpa
bekas atau jejak akan memberi perubahan bentuk, menyesatkan atau tidak
Dalam kasus ini, infeksi hepatitis lebih sering dijumpai dan lebih
beresiko daripada HIV, meskipun sejauh ini tidak ada laporan mengenai ahli
autopsi yang terinfeksi saat pross autopsi berlangsung, walaupun ditemukan
petugas kamar jenazah di USA lebih beresiko tinggi terkena HIV.
Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan potensi menularkan dari
HIV masih kontroversi. Infeksi virus yang terdapat dalam larutan darah
dengan suhu ruangan masih dapat ditemui virus dengan konsentrasi tinggi
dalam waktu 3 minggu ( Cao et al ). Bankowski menemukan 51% dari virus
dapat bertahan di plasma dan fraksi monosit dari korban yang terinfeksi HIV
lebih dari 21 jam setelah kematian. Serial lain juga masih dapat ditemukan
bertahan dalam pemeriksaan setelah 18 jam sampai 11 hari setelah kematian.
Virus baru ditemukan dalam limpa setelah 14 hari kematian. Pendinginan
mayat membuat perbedaan pada sediaan. Doucheron dkk. Kultur darah dan
efusi dari tubuh mayat yang diinginkan dan terdiri dari virus yang terus ada
walaupun setelah 16 hari kematian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
waktu maximal yang tepat kapan sediaan dapat menjadi faktor resiko untuk
PENCEGAHAN TERHADAP KONDISI YANG DAPAT MENIMBULKAN menginfeksi.
INFEKSI
Infeksi lain seperti TBC, anthrax, plaque, Creutzld-Jakob, Marburg,
Beberapa kondisi atau situasi forensik termasuk penyalahgunaan obat Green Monkey Disease, dll biasanya hanya pada subjek khusus dan tidak
dan homoseksual dimana secara statistik dapat menimbulkan resiko timbulnya menular yang dapat timbul dari kota ke kota.
HIV dan infeksi Hepatitis tercatat banyak dijumpai pada saat proses autopsi
berlangsung. Resiko ini dapat terjadi pada ahli autopsi, petugas kamar jenazah,
polisi dan petugas laboratorium yang secara langsung berhubungan karena AUTOPSI : PENGUJIAN INTERNAL
pengambilan contoh pada saat autopsi
. Kejadian mengenai resiko sudah
Pembedahan dalam kasus forensik secara mendasar adalah sama untuk
banyak dicatat tetapi belum ada konsensus yang meneliti, sampai didirikan beberapa otopsi lain, dengan variasi sesuai dengan sifat kematian dan
survey mengenai itu yang didirikan Royal College of Pathologist ( tahun kebutuhan dari investigasi khusus, apakah hal itu dalam kasus kriminal,
1995 )
perselisihan perdata atau penyelidikan kecelakaan.
Secara keseluruhan, setiap autopsi harus dilakukan dengan pencegahan
Ada beberapa karakteristik jumlah yang dikembangkan untuk
total terhadap resiko akan infeksi. Jadi setiap macam kasus tanpa kecuali dapat performance sebuah otopsi (lihat Ludwig atau Knight, contohnya), dan hal itu
dilakukan proses autopsi tersebut. Bagaimanapun, walaupun hal ini sudah baik untuk instruksi atau petunjuk para ahli teknik kamar mayat. Hanya ada
dilakukan oleh seorang pekerja medik bukan tidak mungkin masih dapat suatu gagasan teknik yang ditawarkan disini untuk diperkenalkan bagi
terinfeksi ketika proses autopsi dari benda / hasil dari spesimen laboratorium.
pengujian kematian, dimana otopsi ini dipercaya mereka. Dalam
Hal biasa yang dilakukan sebelum autopsi, adalah melakukan tes penambahannya, prosedur forensik khusus akan dijelaskan, ada juga yang
terhadap HIV dan hepatitis dengan mengambil darah korban pada bagian didiskusikan dalam setiap bab dengan menunjukkan pada beragam tipe luka
femoral. Hasilnya dapat diketahui dalam beberapa jam sehingga diketahui apa dan kematian. Otopsi pada bayi adalah dijelaskan di bab 20-22.
yang akan dilakukan dan bagaimana cara autopsinya atau bahkan menolak
Bedelan umum ini adalah garis lurus dari laryngeal untuk pubis, yang
untuk melakukan autopsi, jika kerugian dirasa lebih banyak ketika melakukan digunakan untuk menghindari umbilicus atau tali pusar. Pada sisi atas bedelan
autopsi. Yang biasa dilakukan ketika hasilnya positif, autopsi dilakukan tidak diperluas diatas larynx atau pangkal tenggorokan, seperti tinggi leher
dengan cara khusus dengan tambahan perlindungan pakaian, kacamata, masker yang kemudian gagal disembunyikan pada garis jahitan bedel.
dan sarung tangan metal untuk menghindari serta melindungi pemeriksa,
Metode umum lainnya adalah untuk memotong dari sisi samping
memilih menggunakan teknik yang sesuai dan memberi catatan untuk waspada untuk telinga pada point atas dari manubrium dan downward dalam bentuk Y.
terhadap setiap contoh yang dikirim ke laboratorium.
Ini sering dilakukan pada bayi dan diinginkan untuk menghindari noda pada
dieksposisika melalui otot, atau ketebalan kulit yang penuh, lemak dan otot
dapat direfleksikan secara bersama-sama. Otot ini harus dipotong dari costal
margin dan jika ketebalan ini berbalik dengan proses bedelan maka bisa dibuat
permukaan peritoneal dari dinding perut yang lebih rendah, perawatan ini tidak
untuk kulit.
MEMBUKA THORAKS
Thorax adalah dibuka pertama kali oleh kedua sambungan
sternoclavicular. Ini bisa dilakukan dengan melepaskan shoulder tipe dengan
satu tangan, untuk menunjukkan sambungannya. Point pisau ini kemudian
diperkenalkan secara vertikal dan memotong secara vertikal lingkaran tengah
untuk memisahkan sambungan. Dan terdiri dari hal-hal lain terutama pada
gergaji tangan dan guntung lipat. Pada bayi, tulang rawan/muda yang lembut
dapat dengan mudah dibagi kedalam scalpel; pada tubuh yang lebih tua, stout
knife yang bisa dijaga untuk tujuan menjaga ketumpulan pisau dibutuhkan
pembedahan organ. Sering tulang rusuk/iga itu diperlihatkan, dan umumnya
dipotong dengan pisau.
Bilamana gergaji itu digunakan, tulang rusuk/iga itu dipotong hingga
lateral atau hingga costchondral dari point costal margin hingga ke sambungan
sternoclavicular atau dekat area yang dimaksud. Sternal plate adalah diuji
untuk keretakan atau patah sebelum penempatan sisi dilakukan, kerusakan
secara umum disebabkan oleh trauma dari resuscitatory cardiac massage yang
kadang-kadang dinyatakan dalam point ini.
Thorax atau abdomen secara keseluruhan sekarang terbuka untuk
inspeksi atua penyelidikan. Tingkatan inflasi dari paru-paru bisa dinilai,
tercatat adanya penyempurnaan atau partial colapse, emphysema,
overdistension dan beberapa asimetri inflasi.
Jika pneumothorax sudah diduga sebelumnya terutama pada post
mortem radiograph yang merupakan konfirmasi terbaik. Secara alternatif,
dinding dada dapat dilubangi pada garis garis midaxillary serta bisa
merefleksikan kulit dengan air untuk mengamati terjadinya pelepasan. Tes in
jarang berhasil dan tidak berhasil bilamana ada komunikasi pasien antara
rongga pleural dan bronchial tree. Jika ada tanda peregangan pada
penumothorax, pelepasan udara ini bisa didengarkan atau bilamana pisau
melakukan penetrasi terhadap otot intercostal dan parietal pleura. Rongga
selaput dada (pleural) diduga untuk adhesi, efusi, nanah, darah, fibrin dan
kandungan gastric.
jarum dan tusukan dari femoral vein sebelum bedelan otopsi dimulai.
Praktek ini selalu dibutuhkan, tetapi pada orang dewasa, 20 ml biasanya dapat
diaspriasikan tanpa adanya hambatan / gangguan. Ini merupakan metode
pilihan bilamana hanya ada pengujian eksternal yang dilakukan
(memungkinkan).
Dari subclavian atau external iliac veins setelah tubuh sudah
mengalami dominasi lain. Kotak kecil pada proses / alat pemotongan ini
secara lazim digunakan. Tekanan biasanya dilakukan untuk mendapatkan
bedelan/jahitan yang sempurna.
Bilamana kulit itu dibedel, khususnya pada bagian leher, internal
jugular vein itu dieksposisikan, khususnya bilamana otot sternomastoid itu
dibagi atau ditekannya. Bilamana dipotong, maka alur darah itu biasanya
dipastikan, yang bisa dikumpulkan secara langsung kedalam kotak. Hanya ada
sisi kerugian dari metode ini yaitu bilamana dinding darah dari thoracic inlet
melalui superior vena cava, darah jantung bisa dibaurkan dengan kesalahan
seperti yang disebutkan di awal. Jika darah itu dikumpulkan dari segmen atas
khususnya pada bagian leher atau kerongkongan, kemudian darah dari kepala
dikumpulkan, alur ini biasanay distimulasikan untuk meningaktkan atau
menurunkan kepala selama pengumpulan atau koleksi berlangsung.
Sampel untuk serology, microbiology dan analisis substansi seperti
carboxyhaemoglobin, yang tidak diserap dari gastrointestinal tract, dapat
dikumpulkan dari beberapa kelenjar darah, tetapi darah ini tidak pernah
disendok/keduk dari rongga tubuh umumnya setelah eviskerasi berlangsung.
Seperti yang bisa dikontaminasikan dengan kerusakan dari sturktur lain
seperti gastric atau kandungan isi perut, mucus, urine, usus atau cairan serous.
Darah untuk microbiological culture tidaklah khusus diasimilasikan
dari jantung tetapi adanya aspek khususnya yang diperuntukkan pada darah
peripheral. Bilamana infective endocarditis diduga sebagai hal yang terbaik.
Sebaliknya, darah untuk budaya itu dianalisa melalui septicaeia yang diambil
dari peripheral vein.
Urine dapat dikumpulkan oleh catheter sebelum otopsi atau adanya
suprapubic puncture dengan semprotan jarum panjang.
Pelepasan vitreous humour dan cairan cerbrospinal dibutuhkan untuk
toxicology atau usahanya dalam mengestimasikan waktu sejak keamtian oleh
kandungan potassium (lihat bab 2). Vitreous humour harus diaspirasikan
dengan perawatan bilamana hasil ini bisa diraihnya. Jarum hypodermic bisa
diraih untuk jarum berukuran 5 ml yang dimasukkan kedalam outer canthus
setelah penekanan melalui kelopak mata.
Cairan cerbrospinal dipastikan dalam cara yang sama seperti
kehidupan pasien, penekanan jarum kedalam theca antara lumbar spines. Bayi
dapat diangkat dengan bantuan posisi flexed yang sempurna; orang dewasa
harus ditekan kedalam flexion pada sisi meja otopsi. Sebuah teknik alternatif
adalah dilakukan pada cisternal puncture melalui atlantooccipital membrane.
mungkin dari kateral, sehingga carotid dapat dikeluarkan dari sturktur laring.
Pisau memotong melintang sepanjang otot psoas dan berakhir pada
Sekarang disarankan untuk melihat kedalam laring dan lidah sebelum pinggir daerah pelvis. Hal sama dilakukan pada sisi yang berlawanan,
dilakukan pengrusakan lebih lanjut, untuk melihat jika ada sumbatan, operatornya dapat menggeser tubuh mayat tersebut jika perlu. Organ dada
pendarahan, atau kelainan yang lain yang ada dijalan nafas atas.
kemudian diangkat dan pelan-pelan ditarik kedepan unutk mengambil organ
viscera abdomen menuju ke bagian kaki. Berbagai tahanan biasanya
PEMBUKAAN ISI THORAX
berhubungan dengan ligamentum penting yang keras dan tidak komplit.
Sejumlah pembuluh darah dan saraf subclavia dipisahkan dengan
Akhirnya, organ akan diletakkan terbalik sepanjang pubis, dilindungi
melewatkan pisau dari dalam thorax mengelilingi bagian medial akhir hanya oleh pembuluh-pembuluh darah iliaca dan ureter, yang mana akan
clavicula dan costae I untuk melepaskan trachea dan oesophagus. Dengan dipotong, dan seluruh viscera ditarik dan diangkat sampai dengan pemotongan
tarikan halus, struktur leher dipegang dan ditarik ke caudal, dengan hati-hati cabang-cabangnya yang mana air mengalir dan penerangan yang cukup harus
bersihkan seluruh sisa-sisa jaringan disekitar vertebra thoracal dengan pisau, tersedia.
perhatikan agar pisau tetap berada pada tulang dan tidak terpisah-pisah yang PEMBUKAAN ORGAN PELVIS
dapat merusak oesophagus / aorta.
Perlakukan terhadap isi pelvis tergantung pada tipe kasusunya. Ketika
Tarikan sebaiknya minimal, begitu mulai pemeriksaan rongga dada, perkiraan sebab kematian tidak berhubungan dengan lesi pada pelvis, pada
tangan mulai bergerak dari struktur leher kemudian turun diletakkan 2 jari mayat tersebut kandung kencing mungkin dibuka lebih lebar, mukosa dan
dibawah lobus superior paru, angkat, bersama-sama dengan mediastinum trigonum diinspeksi sebelum prostat diincisi untuk pemeriksaan. Testis
ketika pisau memotong dan membersihkan struktur midline kebawah sampai didorong keatas melalui canalis inguinalis yang mana dibuat lebih lebar
ke diagfragma. Jika struktur leher tertarik terlalu keras dimana digunakan menggunakan pisau. Pada wanita, ovarium diincisi dan tuba fallopi di periksa
sebagai tahanan untuk menarik keluar organ viscera thorax yang lain, struktur dari atas sebelum uterus disayat pada midline dari fundus sampai cervix.
leher dapat robek. Sebagai tambahan, aorta descendens dapat menahan
Pemeriksaan lebih lanjut untuk masing-masing jenis kelamin dapat
robekan intima transversal, akibat tarikan, yang mana menyerupai robekan dilakukan dengan mengenukleasi isi pelvis. Pisau memotong mengelilingi
tangga yang asli, yang banyak dijumpai dalam kecelakaan lalu lintas.
mangkuk pelvis sebelum manarik kandung kencing hingga terpisah dari pelvis.
Perlengketan pleura mungkin dapat menghalangi pembukaan paru Ketika dinding pelvis sudah lepas semua, pisau memotong melalui bawah
yang bersih. Jika hanya sedikit, dapat dipotong keluar. Jika seluruh cavitas prostat kemudian melalui bagian rectum yang lebih rendah agar organ pelvis
pleura terjadi perlengketan, dapat ditarik keluar dengan membuat belahan dapat ditarik keluar. Pada wanita, ovarium dan tuba fallopi dipindahkan
datar dengan tangan dan disingkirkan. Kadang-kadang ( terutama pada kedepan dan pisau diteruskan disekeliling dinding dari mangkuk pelvis,
penyakit paru akibat industri dan TBC lama ) perlengketannya tebal, kuat atau kemudian sampai didepan dan di bawah dari kandung kencing. Atap dari
bahkan mengeras. Pembukaan terhadap paru dapat dilakukan dengan vagina dan rectum dipotong, untuk melepaskan semua isinya. Dalam kasusmenggerakkan pisau kebawah sepanjang seluruh panjang pleura parietal kasus yang dicurigai terjadi hubungan seksual atau aborsi, digunakan teknik
melewati sisi anterior dalam dari costae, dan dengan tangan melewati celah khusus yang di jabarkan dalam bab 19.
sampai bidang datar untuk memaksa pleura parietal lepas dari otot intercostal
dan costae.
PEMBUKAAN OTAK
Perhatian berikutnya beralih pada kepala. Scalp diincisi sepanjang
PEMBUKAAN ORGAN ABDOMINAL
vertex posterior dari titik di belakang telinga ke titik yang serupa di sisi
Ketika organ dada telah lepas, organ-organ tersebut diletakkan kembali sebelahnya. Ketika Y incisi digunakan pada leher, anggota dari the Y
kedalam thorax dan diagfragma dipotong. Satu tangan menarik hati dan limpa mungkin bersambung bagian kanannya sepanjang scalp, terutama jika
ke medial, letakkan bagian kiri dari diagfragma diletakkan pada bagian yang pemotongan pada wajah diperlukan.
merenggang, ketika pisau memotongnya dari lateral, dekat dengan sisi pinggir
Jaringan ditunjukkan ke depan dari dahi bawah dan belakang sampai
costae. Potongan melengkung pada bagian belakang di bawah organ untuk pada occipital. Jaringan scalp yang lebih dalam mungkin dikupas
mencapai vertebra, yang mana harus dipotong melalui ligamen-ligamen menggunakan traction ( alat penarik ), tetapi sering dibutuhkan sentuhan pisau
penting, kemudian melalui bagian caudal di belakang ginjal, yang mana untuk melepaskannya. Lebam dicari dan ketika luka pada kepala ada atau
dipindahkan kedepan.
diperkirakan ada, scalp harus dibuka hingga tengkuk leher, memberi perhatian
khusus pada jaringan di belakang dan di bawah tiap telinga dimana luka yang
tempatnya diputuskan jika perlu. Otak diletakkan pada piring skala dan
ditinbang sebelum dilakukan fiksasi atau pemotongan.
Dasar dari tempurung kepala kemudian diperiksa dan basal duramater
dibuka dengan tang yang kuat untuk memperlihatkan adanya fraktur basal.
Tang gigi yang telah disingkirkan dapat dipergunakan untuk tujuan ini. Sinus
venosus diincisi untuk mencari adanya trombosis. Jika normal ( dan selalu
pada bayi ) tulang petrosus temporal terlihat, terpahat atau terpotong dengan
penjepit tulang untuk memeriksa adanya infeksi telinga tengah dan dalam.
PEMBUKAAN DAN PEMERIKSAAN MEDULA SPINALIS
Ini bukan hal yang rutin dilakukan untuk membuka medula spinalis
saat otopsi, kecuali ada indikasi tertentu dimana mungkin ada beberapa lesi.
Dimana, hal ini kemungkinan sangat kecil untuk terjadinya kerusakan
columna vertebralis, pembuluh darah atau isi dari canalis vertebralis
bagaimana pun sebaiknya tidak ada keraguan untuk melanjutkan otopsi sampai
memasuki daerah ini.
Ada beberapa teknik pembukaan medula spinalis dan untuk keteranga
seluruhnya, teks dari Ludwig atau Knight harus dikonsultasikan. Singkatnya,
ada 2 pendekatan utama ke medula spinalis, anterior dan posterior.
Dalam teknik anterior, corpus vertebra dibuka setelah pembukaan
organ tubuh lengkap, dengan menggergaji pedicle dengan pemotongan pada
lateral bawah tiap sisi lebih baik jika tubuh tidak dibalik sampai wajah tertutup
dan incisi dorsal yang luas dihindari, yang mana membutuhkan perbaikan
berikutnya. Penulis menemukan bahwa teknik ini lebih melelahkan, tapi
bagaimana pun, tetap dibutuhkan terutama pada regio thoracal dimana ujung
kepala dari costae membuat pendekatan lebih sulit.
Pendekatan posterior lebih biasa digunakan, membutuhkan incisi
midline dari occipital kedaerah lumbal, otot-otot para spinal ditunjukakan
sepanjang jaringan subcutan. Dua potongan gergaji pararel kemudian dibuat
kebawah sepanjang vertebra untuk memisahkan lamina kanan dan kiri, dan
memberikan akses ke canalis vertebralis. Ini paling baik dilakukan dengan
gergaji listrik yang berayun, perhatikan jangan memotong terlalu dalam yang
bisa mengenai duramater medula spinalis. Pelepasan tulang diperiksa dengan
teliti dari bawah keatas untuk memperlihatkan canalis vertebralis.
Pemotongan sebaiknya ditempatkan cukup lateral sehingga
pembukaan medula spinalis tidak megalami kesulitan. Ketika canalis terlihat,
duramater medula spinalis diperiksa adanya perdarahan, infeksi, atau kelainan
lain, kemudian dibuka tetap dengan duramaternya dengan memotong
transversal akar saraf dan duramater, dan mengupasnya dengan progresif dari
bawah ke atas. Duramater kemudian pelan-pelan dibuka dengan penjepit dan
gunting untuk memeriksa medula spinalisnya. Medula spinalis bisa
dimasukkan dalam formalin, dengan otak, segera sebelum pemotongan dan
contoh dibawa ke bagian histologi. Fraktur, infark, infeksi, perdarahan, dan
PEMERIKSAAN ORGAN-ORGAN
Pemeriksaan Organ-Organ Dalam
Organ thoracal dan abdominal diletakkan di atas meja bedah dengan
panjang yang sesuai dan di bawah penerangan yang baik. Air mengalir untuk
mencuci harus tersedia dari pipa yang flexibel, untuk membersihkan jaringan
sebagai prosedur pembedahan. Beberapa ahli patologi ada juga yang
mengatakan bahwa hal ini tidak seharusnya dilakukan, karena air dapat
memberikan efek terhadap kualitas sayatan histological di kemudian waktu,
tetapi hal ini akhirnya tidak dapat dibuktikan (Cotton dan Stephenson). Dalam
beberapa kasus, pembukaan bagian inferior yang luas pada pemeriksaan mata
yang akan memberikan hasil jika darah tidak dipindahkan pada interval yang
singkat secara berlebihan melebihi objek lain dalam hal detail dari struktur sel,
terutama dalam kebanyakan otopsi forensik, penampakan secara keseluruhan
biasanya jauh lebih penting.
Organ viscera harus dibaringkan sehingga lidah menghadap
pemeriksa, dengan aorta pada bagian atas. Urutan yang sama dalam
pemeriksan harus diperhatikan meski dalam kasus umum, jadi dengan rutinitas
yang tetap akan memastikan tidak ada hal yang tertinggal.
Struktur Leher
Lidah diperiksa akan adanya penyakit dan luka, termasuk gigitan lidah
dalam rahang sendiri atau karena epilepsi. Lidah disayat untuk mendeteksi
adanya perdarahan yang dalam yang kadang-kadang terlihat dalam kasus
adanya perlawanan. Perdarahan semacam ini terlihat paling banyak pada
pinggir dan tengah dari lidah bagian tengah. Kongesti yang jelas, yang mana
berhubungan dengan penekanan pada leher atau model lain kongesti pada
kematian, biasanya terdapat pada bagian posterior lidah. Tonsil dan dinding
faring di inspeksi.
Paru-paru
Paru-paru kemudian dibuka, setelah pemeriksaan yang teliti pada
permukaan externalnya terhadap patchy kolaps, emfisema dan petechie dan
lain-lain. Hampir setiap otopsi akan memperlihatkan sedikit petechie, terutama
disekitar hillus dan fissura interlobaris. Nilai pentingnya juga didiskusikan
dalam chapter 13.
Paru-paru dipindahkan dari rongga thorax dengan memotong dengan
menggunakan pisau yang matanya panjang ( seperti pisau untuk memotong
otak ) di buh hillus dengan sisi tumpul keatas. Pisau diatur pada diatur pada
posisi yang sesuai sebelum diubah ke sisi tajam ke atas untuk memotong
hillus. Sebelum melakukan ini mungkin perlu untuk membuka perlengketan
sepanjang diagragma dan memotongnya melalui ligamentum pulmonary, yaitu
jaringan yang tipis yang terletak pada sisi medial inferior lobus bawah ke
mediastinum.
Setelah hillus dipotong, ahli patologi harus memberitahukan jika ada
emboli yang terlihat pada arteri pulmonalis. Ini dilakukan karena emboli dapat
keluar dan tercuci tanpa pemberitahuan turun ke tempat cuci. Beberapa ahli
patologi berkeras bahwa pembukaan batang pulmonal dan bahkan vertikel
kanan sebelum pembukaan paru, untuk mencari emboli yang tersembunyi. Hal
ini tidak perlu karena emboli besar yang lain akan segera terlihat pada
pemeriksaan hepar dan paru pada urutan pemeriksaan yang biasa dilakukan.
Kedua paru diangkat dan hillus diinspeksi sebelum di letakkan untuk
dipotong. Paru harus ditimbang sebelum dipotong, karena cairan udem yang
memiliki dapat keluar selama dipotong. Kemudian tiap bagian paru diletakkan
dengan hillus dibawah diatas meja bedah, kesempatan ini diambil selama
menangani evaluasi berat dan udem, seperti halnya pada emfisema.
Paru dipegang pada bagian atasnya dengan tangan kiri operator ( atau
dengan busa spons ) dan organ dipotong sagital dari atas sampai dasar dengan
pisau untuk memotong otak yang besar, letakkan pararel dimeja. Prosedur ini
dilakukan pada sayatan antero posterior, bagian medial bawah dibawa ke
hillus. Permukaan yang dipotong kini dapat dibuka seperti membuka buku dan
permukaannya diperiksa terhadap udem, tumor, pneunomia, infark, trauma dan
lain-lain. Bronkus yang lebih kecil harus di inspeksi untuk mendeteksi tandatanda penebalan mukosa, infeksi dan sumbatan. Arteri pulmonalis yang lebih
kecil mungkin memperlihatkan trombosis atau emboli yang tidak terlihat pada
pembuluh darah yang lebih besar.
Meletakkan Paru dalam Formalin
Dalam beberapa otopsi medikolegal, terutama pada penyakit paru
akibat industri seperti preumoconiosis atau asbestosis, 1 atau ke 2 paru perlu
diletakkan dalam formalin untuk difixaxi sebelum dipotong. Ini menunjukkan
bentuk dan histologi dalam keadaan sempurna, tetapi penundaan pemeriksaan
paling lambat beberapa hari. Ini dilakukan dengan memegang atau mengikat
cannula kedalam bronkus ketika 10% formal saline di perfusi melalui selang
dari tempat persediaannya dengan jarak 1 m di atas paru. Paru kemudian
diletakkan dalam bak formalin yang ditutupi dengan kain terendam formalin
untuk menghindari proses pengeringan.
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR
Ada banyak cara untuk memeriksa jantung yang dilakukan oleh
seorang patologist, setiap operator harus memutuskan metode apa yang paling
baik untuk digunakan. Pada bahasan ini tidak akan membahas tentang post
mortem angiography, disini hanya akan membahas cara yang umum dan rutin
dipakai untuk memeriksa jantung.
Pertama jantung dan paru-paru diputar sehingga bagian bawah terlihat,
pisau disayatkan di a. iliaka melewati kanan atas lengkung aorta lalu mengitari
beberapa cm diatas katup aorta, namun tidak boleh melewati lapisan
perikardium. Bagian dalam dari aorta dipelajari khususnya pada kasus
ateroma, aneurisma atau trauma. Vena kava inferior dibuka. Organ-organ
ditarik lalu diputar balik sampai jantung menjadi bagian yang paling atas. Pada
lapisan perikardium dilakukan inspeksi luar untuk melihat cairan dan bekuan
darah, lalu perikardium dibuka dengan pisau. Jantung dilepaskan melalui insisi
ukuran pasti. Sesorang dengan postur tubuh sedang tidak memiliki berta
jantung yang sesuai dengan ukuran otot sesorang bila orang tersebut memiliki
penyakit hipertensi. Persoalan ini masih merupakan perdebatan namun sebagai
auan berata jantung normal pada orang dewasa dengan postur tubuh normal
380 gram. Setelah diukur beratnya, endokardium dan klep diperiksa, kemudian
arteri koronaria. sekali lagi,terdapat kontroversi pada metoda pembukaan
jantung, tetapi metode yang digunakan saat ini adalah memotong dengan
potongan melintang dengan pisau dibanding membuka secara membujur
dengan gunting kecil.
PEMERIKSAAN ORGAN PERUT ( ABDOMEN )
Organ yang akan diperiksa diletakkan di permukaan tempat
pemotongan pada posisi antomis denga hepar dan lambung jauh dari
pemeriksa dan permukaan anterior menghadap keatas.
Lambung dibuka dan apabila ada permintaan dari isi lambung untuk
keperluan analisis kita harus menyiapkan tempat untuk menyimpan isi
lambung tersebut. Lambung dicuci bagian luarnya dengan air mengalir dan
pemotongan kecil pada kurvatura mayor dilakukan. Tempat untuk menyimpan
sample dapat ditaruh di bawah meja pemeriksaan, setelah itu kurvatura mayor
dibuka lebar dan isi lambung dikeringkanbila ada substansi lain yang melekat
pada lambung dapat dimasukan ke tempat penyimpanan sample tersebut.
Beberapa pemeriksaan laboratorium membutuhkan contoh dari
dinding lambung untuk dilakukan anlisis, hal ini dapat dilakukan setelah
seluruh organ dibuka dan lapisan lambung telah diperiksa.bila isi lambung
tidak dibutuhkan tau telah di simpanlambung dibuka dari cardia ke pylorus
sepanjang kurvatura mayor setiap lapisan dicucci dan diperiksa, potong
melewati pilorus disekitar duodenumsampai ditemukan titik temu.kandung
empedu mungkin dapat kita remas untuk mentukan patency dari kandung
empedu sebab pada kasus morfin dan CPZ overdosis diperlukan pemeriksaan
kandung empedu.
Kelenjar adenal diperiksa pada pemeriksaan selanjutnya, bagian kanan
adrenal berada diatas ginjal, bagian kiri ada pada sisi medial bila ginjal kanan
diambil dengan tangan kiri dan diangkat keatas berlawanan dengan berat dari
hepar, pemotongan pada jaringn yang diregangkan antara hepar bagian kiri
tertananm pada jaringan diantara pankreas, limpa dan ginjal. Jumlah dari
kortikal lipoid, tidak adanya perdarahan dan kelainan lain harus ditulis pada
setiap kelenjar yang diperiksa. Limpa dipindahkan dengan memotongmelalui
pediclenya dan dipotong menjadi beberapa bagian setelah ditimbang. Pancreas
diletakkan di bawah lambung dan dipotong sesuai dengan panjangnya dari
lekukan duodenum ke ujungnya ditaruh berlawanan dengan hilus limpa.
Ginjal dikeluarkan denagn memotong kapsulnya biasanya setelah
lapisan tebal dari perineum dilewati, ginjal dapat dikeluarkan dari kapsulnya
kecuali bila telah melekat. Pada ginjal di periksa dengan membuka aorta,
namun dapat diperiksa ulang, ureter juga dapat diperiksa. Ginjal dirobek pada
bagian hillusnya dan ditimbang, lalu potong sesuai dengan panjangnya untuk
memeriksa bagian anterior. Lebar dari korteks ginjal penting untuk diperiksa
pada orang normal 1 cm, granuler pada permukaan ginjal dan kejernihan dari
cortikomedilary junction dinilai.
Usus kecil juga harus diperiksa pada stage awal pemindahan namun
pada pemeriksaan usus kecil tidak perlu dibuka semuanya, kecuali bila ada
indikasi tertentu.
PEMERIKSAAN OTAK
Setelah dilakukan penimbangan pemeriksaan otak harus segera
dilakukan biasanya dilakukan cara wet cutting yaitu otak ditaruh di dalam
kotak berisis formalin, supaya otak terfiksasi sebelum dipotong untuk
memudahkan pemotongan supaya lebih akurat.
Teknik dari fiksasi otak telah banyak diketahui yaitu otak ditaruh pada
tempat penyimpanan yang berisi 5-8 liter formalin yang mengandung10 %
buffer formalin. Otak ditaruh dan diikat dengan benang/ paper clip melalui
arteri basilaris dn diikuti di bagian mulut atas/ pinggir atas dari tempat
penyimpanan tersebut.
Pada otopsi mayor tidak perlu dilakukan fiksasi (perendaman otak
pada formalin) bila tidak ada lesi di otak atau hal lain yang mungkin
ditemukan pada pemeriksaan luarbila ada kasus seperti ini lebih bagus
dilakukan cara wet cutting. Bila hanya terdapat satu lesi lebih baik diperiksa
dalam kondisis tidak terfiksasi, pada kasus subarachnoid hemorhage, lebih
mudah untuk mencuci dalam keadaan fresh/sebelum diberi formalin, belum
difiksasi dan darah dengan air yang mengalir.
Apakah otak diperiksa dalam keadaan basah atau telah terfiksasi
urutan pengukurannya sama saja beratnya adalah hal pertama yang harus
diukur normalnya untuk pria dewasa 1300- 1450 gram, pada wanita lebih kecil
seratus gram, harus diperhatikan bahwa otak yang telah terendan formalin
menjadi lebih berat 8 % dari ukuran normalnya.
Otak diperiksa apakah ada kelainan pada permukaannya
(hemorrhage), perdarahan meningeal lesi yang paling penting pada forensik
patology ( baik ekstradural, subdural, atau subarachnoid) ini berarti
pemeriksaan darah pada otak terutama arteri dari sirkulasi willis dan pembuluh
darah vertebralis sangat pentingterutama untuk pencarian Berry Aneurisma
Kesimetrisan dari otak harus dipriksa juga apakah terdapat depresi
pada otak karena ada massa atau kompresi dari tulang tengkorak. Perkiraan
dari udema otak ditentukan dari beratnya, juga dari gyrus otak yang mendatar,
hilangnya sulcus dan terjadinya hernia hipocampus.
Herniasi uncus ditandai dengan adanya infark, sama dengan herniasi
dari tonsila cerebelar ke foramen magnum.
Pemeriksaan teliti dari pembuluh darah basiler dan bagian luar otak
dan setelah dilakukan perabaan bila terdapat massa di bawah kortex seperti
adanya perdarahan , abcess atau tumor kistik maka otak harus dipotong untuk
melihat kelainan apa yang ada.
Pemotongan pertama dilakukan di pedunculer otak, pisahkan
cerebrum dari cerebelum lalu cerebelum dipisahkan dari batang otak. Lalu
otak kecil dipotong untuk memeriksa subsstansia nigra, hal ini dilakukan unutk
memeriksa apakah terdapat perdarahan sekunder/primer akibat tekanan pada
intrakranial. Otak kecil dan pons dipotong vertikal kebawah dan dibukla untuk
melihat ventrikel 4, nukleus dentatus dan bagian dalam dari cerebelum, bagian
bawah pons dan medula dipotong transversal/longitudinal.
Hemisphere otak besar dipotong pada bagian coronal dari lobus
frontalis ke occipitalis potongan harus 1 cm tebalnya. Pemotongan ini harus
dilakukan dengan hati-hati.
Forensic photography
Beberapa ahli patologi forensik mengambil phografi yang dimiliki
mereka dari kedua adegan kematian dan otopsi. Lainnya direalisasikan atas
photographer yang profesional seperti polisi, dan photographer medis rumah
sakit.
Standar ahli seperti doctor photographer adalah yang terbaik, dan
gambar mereka akan terlihat seperti pada beberapa buku pelajaran. Dan hal
itu secara umum lebih menekankan pada sisi keahlian operator, dan ini
ditawarkan oleh mereka.
Tipe kamera adalah berukuran 35 mm refleksi sinar tunggal, dan
sekarang tersedia, dalam semua tingkatan penekanan dan harga. Ini berarti
bahwa karakteristik ini penting dari suatu proses forensic photography.
Tipe lensa adalah masalah pilihan pribadi, seperti adanya lensa
dengan panjang focal yang beragam. Standarnya adalah 50 mm yang lazim
digunakan, tetapi untuk adegan kriminal atau kejahatan digunakan full length
shot dalam kondisi yang kaku, luas sudut lensa adalah 28 atau 38 mm
sangatlah dibutuhkan. Panjang focal lebih panjang diatas 80 mm dan ini dapat
digunakan untuk gambar close up dari luka kecil, tetapi lensa telephoto adalah
berukuran 100-200 mm tidaklah dibutuhkan, secara umum dipastikan untuk
suatu proses macrophotography.
Beberapa ahli patologi termasuk pengarang, menunjukkan adanya
kombinasi lensa dari sebuah bagian integral dari bagian fisik kamera, dan
penggunaan automatic thyristor control tidak dikomplikasikan terhadap
penghitungan nilai sisi real yang dibutuhkan. Untuk setiap karakteristik kerja,
kamera ini tidaklah memuaskan, adanya extension cable yang digunakan dan
harganya murah. Cahaya atau kilasan ini dapat dihias dalam ruang otopsi atau
ring flas disekeliling lensa yang digunakan untuk menghindari bayangan
kamera.
Beberapa diantaranya menyukai menggunakan cahaya lamp TL
dibandingkan kamera, ide ini tidaklah praktis kecuali adanya fixed station
yang dipasang di ruang otopsi untuk suatu proses photografi organ. Tidaklah
praktis digunakan untuk lampu sorot pada tabel meja otopsi atau adegan yang
diperlihatkannya.
Tipe film tergantung atas sifat iluminasi atau pencahayaan.
Kecepatannya adalah berkisar 100 atau 200 ASA lebih dari sekedar tepat untuk
kerja kamera, 400 ASA adalah lazim digunakan saat ini. Beberapa photografer
medis meisahkan bagian kamera dengan kecepatan tinggi yaitu berkisar 1000
ASA film untuk penggunaan khusus.
Film ultraviolet (UV) dan film sensitif infra merah sudah lazim
digunakan untuk mendemonstrasikan luka permukaan yang tidak terlihat dari
mata manusia. Dan ini sudah diklaim adanya luka ataumemar yang bisa
ditunjukkan oleh UV photography, seperti pada penyimpangan anak terhadap
obat-obatan, tetpai hal ini harus diambil dan adanya sisi keuntungan untuk
menghilangkan dominasi positif.
Beberapa dokter menginginkan untuk proyeksi pada aspek pelajaran,
dan ini bisa dibuat keadlam print, warna atau monochrom. Jika print, secara
khusus diinginkan untuk publikasi hitam dan putih dalam buku atau jurnal, dan
ini yang terbaik bagi mereka, yang pada awalnya dilakukan pada film
monokrom, sebagai warna negatif yang tidak menyediakan reproduksi
kualitas yang sama dalam warna hitam dan putih.
Beberapa ahli patologi menggunakan kamera polaroid atau bersamasama dengan film konvensional. Keuntungan print yang cepat ini adalah
catatan adanya adegan kematian yang dapat dipastikan sebelum otopsi
berlangsung dan adanya penemuan pengecekan kembali dan ini bertentangan
dengan dominasi atau aplikasi dari lingkungan sekitar.
Majunya perkembangan dunia elektronik dan revolusi photografi, dan
adanya aplikasi yang luas dan karakteristik potensial terhadap kerja forensik
dan otopsi. Kamera elektronik bisa divariasikan dari berbagai tingkatan
penekanan, resolusi dan biaya, dan ini sekarang secara instan atau cepat dapat
menyimpan image atas floppy disc yang kecil, yang kemudian bisa dilihat
secara tiba-tiba pada komputer VDU atau dicetak pada printer laser warna.
Image ini bisa dimanipulasi dalam beberapa cara untuk memperluas bagian
atau membenarkan keseimbangan warna, dan dikirim melalui modem pada
lokasi jauh atau adanya penggabungan terhadap bahan tekstual atau laporan.
Dan saat ini, kualitas resolusi tidaklah bagik seperti film silver atau perak,
tetapi di waktu mendatang secara elektronik hal itu bisa discan selama
beberapa menit, image optikal didigitkan kedalam penyimpangan elektronik
untuk manipulasi yang sama.
Semua image elektronik dapat disimpan pada alat CD ROM, yang
menawarkan penyimpanan yang besar dan kapasitas mendapatkan kembnali
untuk mencatat dan untuk tujuan pendidikan. Dalam penambahannya,
kearngka tunggal dari kamera video mencatat dan ini dapat dikonsepsikan
sebagai gambar atau penyimpanan secara elektronik.
Dalam hubungannya dengan photografi aktual, ditandai adanya
peningkatan dalam kualitas gambar dan ini bisa dicapai dengan sedikit
perawatan dalam komposisinya. Pada adegan kematian, sudut pandang ini
bisa dilihat pada lingkungan sekitar yang diamti atau diphoto seperti
keberadaan mereka, tanpa adanya modifikasi atau perubahan. Posisi kamera
biasanya dipilih dapat memotong latar belakang yang beragam bilamana
memungkinkan. Dalam ruang otopsi biasanya mempertimbangkan
peningkatan lain dan ini dibuat oleh penggunaan sudut pandang optimum dan
adanya perubahan latar belakang. Beberapa photografi adalah diganggu oleh
adanya obyek tidak relavan atau hal-hal lain yang sifatnya membingungkan
dalam latar belakang seperti pengamat, ember/timba, boot atau sepatu tinggi
dan paraphernalia lainnya dari ruang otopsi. Frame gambar diisi secara
suatu peadilan hukum selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Dan
bilamana adanya rekoleksi pengujian yang sudah dikendalikan dari pikiran ahli
patologi oleh ratusan tindakan otopsi. Dalam otopsi klinis di sebuah rumah
sakit, pembedahan adalah didemonstrasikan dan didiskusikan dalam waktu
yang spesifik oleh para dokter. Walauun, laporan otopsi forensik menjadi
dokumen legal dan hal yang vital dan signifikan, setiap usaha harus dibuat
pada waktu yang dominan untuk membuat suatu penelaahan komprehensif dan
bermanfaat bilamana memungkinakn.
Bentuk dari laporan otopsi
Kegagalan laporan diamsukkan kedalam dua tipe utama yang
dijelaskan di bawah, dan praktek lokal dan tentu saja peraturan yang bisa
menentukan. Pilihan ini sering diaplikasikan oleh sifat kasus.
(a)
Free style essay yang biasanya ditunjukkan pada suatu rangkaian
konvensional, tetapi ahli patologi akan memperluas aspek yang beragam.
Tipe ini biasanya digunakan dalam kematian akibat kejahatan atau
tindakan kriminal dan kasus-kasus litigasi lainnya, juga adanya bentuk
laproan yang dikembalikan kedalam suatu legal statement atau deposisi
untuk pengadilan dengan sedikit alterasi atau perubahan.
(b)
Printed proforma, yang mana beragam bagian pengujian dan sistem
oragn adalah selalu dipilih oleh ruang terutama insersi penemuannya.
Keuntungan ini termasuk fakta adanya shopping list, dimana tindakan ini
sebagai aide memoire untuk ahli patologi yang tidak dapat melakukan
karakteristik jumlah yang besar dari otopsi.
Tipe bentuk ini adalah hal umum yang digunakan untuk otopsi nonlitigious.
Contohnya pegawai yang memeriksa kasus sebab musabab kematian akbiat
kematian mendadak atau bunuh diri.
Perhatian in tidaklah lain karena adanya kasus yang serius, laporan
dan format ini berisi beberapa informasi yang pasti. Pencatatan atau
pengkodean dengan menggunakan komputer dan aspek administratif lain yang
secara asumtif dikondisikasi oleh praktek lokal, tetapi selalu mengikuti
permasalahan untuk ditindaklanjuti pada semua laporan otopsi, dan ini tidak
dibutuhkan dalam rangkaian proses ini, termasuk :
1. Detail informasi individu / subyek, kecuali bila tidak teridentifikasi.
Termasuk nama, jenis kelamin, usia, jabatan/pekerjaan dan alamat.
2. Tempat, tanggal dan waktu otopsi.
3. Nama, kualifikasi, dan status pathologist.
4. Seseorang yang melakukan pengujian.
5. Dan biasanya dilakukan oleh pihak yang berwenang melakukan otopsi
6. Catatan identifikasi tubuh.
7. Nama dan alamat subyek.
8. Tanggal dan waktu kematian, dimana dikenal.
(e)
4. Fraktur tulang, baik tulang tengkorak dan tulang panjang dapat terlihat pada
korban-korban kebakaran yang berat tapi bukan karena kekerasan
antemortem. Begitu juga pada kebakaran heat hematoma tengkorak bisa
terdapat perdarahan ekstradural dari antemortem. Lokasinya lebih sering
pada verteks atau oksiput, bagaimanapun berbeda dari parietal hemorogik,
tidak ada garis fraktur pada pertengahan arteri meningeal, yang umum
menyebabkan perdarahan ekstradural. Gambaran busa kecoklatan dari
bekuan yang salah, bersama dengan pengaruh panas di otak dapat
mengindikasikan ke arah diagnosis yang benar. Penyusutan duramater
karena panas dapat menyebabkan robekan duramater, dengan herniasi
jaringan otak menuju ruang ekstradural. Kebakaran berat pada permukaan
tubuh dapat mengarahkan kepada kontraksi panas anggota tubuh dan
sambungannya misalnya siku. Oleh sebab itu jangan salah membedakan
dengan laserasi antemortem atau luka insisi.
5. Pengembungan, perubahan warna, dan melepuh dari tubuh tidak boleh
diinterpretasikan sebagai penyakit atau luka. Lepuh sedikit berbeda
dengan kebakaran dan daerah kehitaman dari perubahan warna harus
dibedakan dengan memar. Potongan histologi mungkin dapat membantu
tapi, dimana tubuh telah busuk, noda darah khusus dalam potongan
histologi mungkin mungkin dapat menolong, seperti alpha glikophorin
mungkin dapat membantu untuk mendeteksi kapsul sel darah merah.
Bagaimanapun seringkali sedikit mustahil untuk membedakan perubahan
warna dari pembusukan dengan luka memar.
6. Darah atau cairan darah dari mulut mungkin dapat disebabkan karena
proses pembusukan bahkan jika permukaan tubuh belum seluruhnya
membusuk. Jika paru-paru dan saluran udara berubah warna dan terisi
cairan sanguenus maka hal ini harus diambil karena berasal dari
pembersihan mulut dan lubang hidung.
7. Perubahan warna merah tua pada posterior myocardium biasanya karena
hipostasis postmortem, bukan infarct dini. Sama dengan hipostasis, bagian
usus berubah warna menjadi merah tua atau ungu.
8. Petechiae atau echimosis yang luas , seringkali terlihat pada mayat yang
mati karena kongesti atau bagian atas tubuh terletak dibawah setelah
kematian. Lokasinya biasa pada dada atas sampai bahu belakang, pada
wajah bisa juga terdapat hemoragik.
9. Resusitasi artefact penting untuk pemeriksaan patologi forensik.
PENGGALIAN
Penggalian adalah pencarian bukti pada mayat yang dikuburkan untuk
pemeriksasan post mortem. Biasanya setelah otopsi pertama atau reotopsi
untuk memperoleh informasi yang baru.
Penggalian didasarkan atas satu dari beberapa alasan dibawah ini :
1. Dimana semua atau sebagian makam harus dipindahkan untuk peti dikirim kekamar otopsi untuk menghindari pencemaran. Saat ada
perluasan tanah. Seringkali tidak ada pemeriksaan khusus pada tiap kecurigaan atau diduga tindak kriminal, rekaman gambar pada setiap bagian
bagian tubuh kecuali ada sejarah atau kebutuhan antropologi.
identifikasi dimakam harus diambil (biasa difoto oleh polisi) untuk
menemukan bukti-bukti selama otopsi.
2. Dimana beberapa masalah perdata butuh diinvestigasi, seperti
Dikamar mayat, peti mati dibuka dan bagian-bagiannya diidentifikasi,
kecelakaan perorangan untuk asuransi atau proses pengadilan sipil bila memungkinkan oleh pemimpin pemakaman yang biasanya menguburkan
karena kelalaian biasanya dijalan, industri, atau kacelakaan yang lain. mayat. Dia bisa mastikan keadaan peti mati serta bagian dalam petinya. Ketika
mayat tidak dikuburkan untuk waktu yang lama, ia mungkin bisa
mengidentifikasikan gambaran dari mayat melalui pengetahuannya sendiri.
3. Dimana informasi baru atau pernyataan tanpa bukti timbul untuk
Jika dicurigai diracun, contoh dari kain kafan, perlengkapan peti mati
meyakinkan bahwa bahwa sebuah kematian disebabkan karena aksi dan benda yang hilang seperti cairan harus dianalisis. Mayat dipindahkan,
kriminal, begitu juga cedera atau diracun.
dilucuti pakaiannya dan dilakukan otopsi sesuai kondisi pada tubuh.
Pembusukan, adiposera dan mumifikasi merupakan penyulit pemeriksaan,
4. Untuk kepentingan pendidikan pada pemeriksaan keadaan-keadaan kadang ketiganya bisa ada pada tubuh yang sama.
terhadap individu atau beberapa individu yang memiliki nilai sejarah
Ahli patologi kadang ditanya oleh pengacara mengenai pentingnya
atau kuno. Di Inggris telah dilakukan beberapa panyelidikan dengan dilakukan penggalian karena ada keraguan mengenai keberhasilan nantinya.
cara menggali lalu mengubur kembali untuk mempelajari pola Tentu saja keseimbangan antara keuntungan potensial harus ditimbang dengan
penyakit dan status gizi pada usia lanjut.
biayanya, pemberitaan, dan bahayanya yang mungkin ditimbulkan. Pada
umumnya, mengejutkan bagaimana informasi mungkin didapatkan ketika
Penulis tidak mengungkapkan mengenai prosedur hukum yang sesuai tubuh sudah dikubur untuk beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun.
untuk penggalian karena berbeda-beda dari satu negara ke negara lain. Kebanyakan tergantung bahan apa yang ada dikuburan : batu kerikil atau tanah
Bagaimanapun disemua hukum negara terdapat aturan ketat untuk berpasir, khususnya pada posisi yang tinggi, akan membuat keadaan mayat
mengidentifikasi kuburan dan peti mati. Identifikasi kuburan harus dilakukan lebih baik daripada tanah yang penuh berisi air ditempat penguburan. Penulis
dengan perencanaan dan dicatat segala sesuatunya atas ijin petugas pernah melihat kuburan yang sudah 20 tahun dengan peti mati yang kosong
pemakaman yang berwenang: petugasnya harus menunjukkan mana makam mengandung endapan lumpur tapi tidak ada jaringan lunak atau bahkan tulang
yang akan digali.
pada tanah yang mengandung bahan pembakar.
Biasanya penggalian dilakukan saat fajar atau subuh untuk menghindari
Meskipun informasi negatif didapatkan pada penggalian, seperti
kerumunan orang yang menonton tapi sebenarnya lebih baik saat hari terang. ketidakadaan fraktur yang dicurigai telah dinyatakan. Beberapa racun
Sebaiknya penggalian dilakukan dengan peralatan penggalian mekanik atau khususnya logam berat, mungkin tetap ada untuk beberapa tahun dalam mayat
dengan tukang gali sampai batas peti mayat sehari sebelum para polisi, yang dikubur dan bisa dideteksi pada penggalian. Bahkan beberapa bahan
penyidik, patologis, dan yang lainnya datang untuk memeriksa agar kimia organic bisa tetap ada untuk beberapa tahun lamanya : barbiturat telah
menghemat waktu. Nama pada peti mayat harus dibersihkan untuk ditemukan pada tubuh yang dikubur setelah 7 tahun. Pada semua kasus yang
konfiormasi dengan identitas yang ada dan bila perlu petugas yang membawa dicurigai diracun, sangat penting bahwa sample kontrol diambil dari sekeliling
peti mayat dapat dihadirkan untuk mengidentifikasi petinya.
kuburannya, untuk menghindari bahan abnormal yang ditemukan pada artefak
Jika ada kecurigaan keracunan, sample tanah harus diambil pada yang tidak berhubungan dengan mayat.
permukaan kuburan, bagian disekitar makam dan tanah diatas peti mayat. Saat
peti telah dipindahkan ahli forensic akan mengambil sample tanah dari pinggir OTOPSI PADA MAYAT YANG BUSUK
dan bawah peti mayat.
Dalam bidang forensik, pembusukan mayat biasa terjadi, khususnya
Saat peti diangkat keatas, penutup peti sebaiknya dibuka sedikit pada iklim tropis. Meskipun nilai otopsi berkurang bersamaan dengan
dengan membuka mur atau engsel peti agar gas-gas didalamnya bisa pembusukan yang progresif, tidak ada jalan pintas yang harus diambil oleh
dikeluarkan keudara bebas, selanjutnya peti mayat dikirim kekamar mayat; ahli patolog hanya karena pemeriksaan pada kondisi yang tidak baik.
kalau sudah terjadi pembusukan maka ditempatkan potongan kayu atau Bagaimanapun buruknya kondisi mayat, setiap otopsi harus dibuat
kerangka fiberglass didasarnya. Tanah dan lumpur harus dipindahkan sebelum sebagaimana mestinya. Terkadang dengan penggalian beberapa informasi bisa
didapatkan. Bagian dalam badan sering lebih awet daripada tampilan diluar.
Pembusukan menyembunyikan luka memar menjadi beberapa derajat,
perubahan warna hijau kehitaman dari kulit merupakan gambaran yang biasa
pada kontusio. Aberasi, laserasi, luka terbuka dan luka tembak bagaimanapun
tetap ada pada pembusukan. Keluarnya cairan tubuh dari mulut dan lubang
hidung sering disalah artikan oleh publik, polisi dan bahkan beberapa dokter
sebagai perdarahan, tapi sedikit serosa, darah atau cairan berbusa dari saluran
tubuh yang lain adalah suatu tingkat lanjut pembusukan.
Pengelupasan dan kulit yang licin mungkin menyembunyikan aberasi,
meskipun hal ini mungkin bisa dilihat ketika deskuamasi epidermis diangkat
dan kulit yang terangkat dibuang. Tanda disekitar leher dari jaringan yang
bengkak dengan gas telah disalah artikan sebagai strangulasi.
Dimana belatung atau serangga lain telah ada, beberapa mungkin perlu
dilakukan pemeriksaan serangga untuk menolong mengetahui interval waktu
postmortem sebagaimana dijelaskan pada Bab 2. sebagai pernyataan diatas,
pemeriksaan luar harus selalu dilakukan pada mayat yang masih baru dan
dibelakang perineum jangan dilalaikan karena kesulitan fisik menangani
tubuhnya.
Identitas mungkin suatu masalah ketika penampilan wajah terlalu
mengembung untuk dikenali. Sidik jari mungkin didapatkan polisi untuk
membantu pengidentifikasian tapi pembusukan mungkin akan menghancurkan
sidik jari. Mungkin terjadi bengkak dan deskuamasi atau mungkin pengerutan
dan menjadi kasar. Beberapa metode dari pengembalian ujung jari yang
terpotong telah dijelaskan beberapa ahli menyarankan sebuah metode dengan
cara mencelupkan dalam asam asetat 20% selama 28-48 jam, ketika mengerut
akan kembali keukuran semula. Pendapat lain menyarankan pencelupan dalam
gliserin.
Pada bagian dalam, sangat tergantung pada tingkat pembusukan.
Organ dada dan organ abdomen mungkin lebih awet daripada bagian luar.
Jaringan subkutan mungkin bergelembung dan berkrepitasi. Tusukan hati-hati
pada peritoneum dengan ujung pisau diperlukan untuk melepaskan tekanan
gas. Pemeriksaan organ-organ mengikuti pola yang biasa, dimodifikasi
menurut tingkat kebusukan. Jantung mungkin lemah dan berubah warna,
dengan tanda hemolisis endokardium dan pembuluh darah. Arteri coronaria
sering terlihat, khususnya jika ada ateroma atau kalsifikasi atau keduanya.
Trombus antemortem mungkin tetap ada bahkan setelah otot
disemiglutinasikan. Laryng mungkin berubah warna tapi tulang hyoid dan
tyroid bisa diperiksa untuk fraktur dan mungkin dibutuhkan untuk di X-ray. Ini
mungkin sulit untuk mendeteksi perdarahan antemortem pada sisi fraktur.
Fraktur dimana saja pada tengkorak tetap ada dan mungkin terdapat gambaran
radiografi dalam mendeteksinya, seperti objek asing misalnya peluru.
dapat timbul setelah CPR sama seperti saat bersin atau batuk; dikenal
sebagai penyebab yang timbul saat batuk.
b. Memar diwajah dan leher, bekas jari dan kuku pada wajah dan leher
dan luka dibibir serta lidah bagian dalam karena resusitasi mouth to
mouth, saat wajah dan leher dipegang tangan. Luka dibibir, lidah, gigi
dan pharyng dapat timbul dari pernafasan buatan atau endotrakeal
tube, terutama saat darurat atau kecelakaan. Trauma laryng kadang
termasuk fraktur tulang hyoid dan cornu tyroid juga dapat timbul
karena prosedur tadi, dan ini sulit dibedakan dengan pencekikan.
c. Kebocoran vena yang sulit dibedakan dengan bekas suntikan pada
ketergantungan obat. Kanul intravena menuju vena dileher bisa
menyebabkan hematom yang luas dan perdarahan sampai kejaringan
disekitar laryng. Suntikan intrakardiak bisa meninggalkan tanda
didinding dada dan dapat mengarah ke hemopericardium. Akibat dari
suntikan noradrenalin dan electrical defibrillation pada myocardium
tergambar jelas pada pemeriksaan histology terlihat berupa gambaran
pita kontraksi yang merupakan artefak yang jelas dapat juga disalah
artikan sebagai iskemia myocardial dini.
d. Luka dimulut, palatum, pharing dan laring maupun fraktur mandibula
dapat timbul akibat penggunaan laringoskop. Pada bayi baru lahir alat
suction di pharing dapat menyebabkan kerusakan mukosa. Kerusakan
mukosa pharing bisa menimbulkan perdarahan yang bagi polisi dan
keluarga bisa dianggap kejahatan; hal ini mungkin bisa bercampur
dengan cairan pada edema paru untuk membentuk copious pink, darah
sampai berbusa, dapat terlihat pada beberapa kasus termasuk sindrom
sudden infant death
e. Electric defibrillator seringkali meninggalkan bekas di dada dan ini
mudah diidentifikasi kecuali bila bentuknya tidak umum. Defibrillator
dan suntikan -adrenergik katekolamin seperti noradrenalin dapat
menyebabkan kerusakan myocardium berupa koagulasi dan pita
kontraksi, yang sulit dibedakan dengan infark atau karena kesetrum.
Saat resusitasi dimana defibrilasi dan katekolamin digunakan bersamasama perubahan pada miokard lebih jelas terlihat. (Karch)
f.
g. Isi lambung bisa keluar secara spontan melalui saluran udara karena
regurgitasi atau penekanan dada dan bagian atas abdomen selama
proses resusitasi. Hal ini mempermudah penemuan penyebab kematian
karena adanya muntahan di laring dan trakea, seperti yang dijabarkan
pada bab 14.
h. Pemberian oksigen melalui sungkup atau selang bisa menyebabkan
kerusakan seperti pada resusitasi mouth to mouth. Ruptur esophagus
dan paru-paru bisa juga terjadi, serta berbagai macam barotrauma
termasuk ruptur perut dan usus. Saat timbul lesi pada usus, gas dapat
masuk kerongga abdomen. Adanya ventilasi yang berlebihan dapat
mengarahkan kemungkinan diagnosis pneumotorak.
i.
j.
kosong, hall dan gedung lain yang dekat dari tempat yang potensial berbahaya
seperti Bandara/ Airport, mungkin saja seluruh korban harus diamankan di
salah satu tempat, seperti tempat sebagai ruang tunggu, keterlambatan dan
kesalahan lain, ini kadang-kadang penting khususnya di beberapa bagian harus
di persiapkan kamar mayat tapi di tempat istirahat tidak dapat disediakan
dengan beberapa tempat yang sama yang lebih efisien. Di beberapa kejadian
hampir semuanya, terbiasa untuk ahli atau pelayanan militer yang membawa
keluar korban / mayat dengan helikopter atau kendaraan untuk di pindahkan ke
tempat lain, salah satu contoh kejadian Mount Erebus di Antartica, di mana
korban/mayat telah dikembalikan ke New zeland.Apabila di gunakan rumah
atau ruangan atau gedung yang kecil tentu dengan fasilitas yang minimal yang
di perlukan , penerangan yang cukup, lampu portable untuk insfeksi dan power
point untuk radiogarfik , saluran air dan tempat mencuci dan fasilitas toilet
yang memadai, jika beberapa kekurangan, portble generator dan tangki air
harus di suplai oleh militer atau polisi telepon dan jika mungkin telex dan fax
harus disediakan untu input pada identifikasi data. Pada musin panas
pendingin tubuh sangat di perlukan bukan hanya untuk penyimpanan mayat
tapi juga untuk jaringan yang akan di identifikasi. Bila bencana besar terjadi
beberapa pendingin di sediakan., kendaraan pendingin juga digunakan untuk
penyediaan makanan biasanya dibutuhkan untuk sumber mata air. Kadangkadang pendingin portable dipasang di kamar mayat.
Dalam beberapa saat kamar mayat harus disiapkan dengan ruangan
yang cukup untuk menampung korban dan tempat yang digunakan untuk
pemeriksaan dan autopsi harus tidak ramai. Keamanan harus di jaga
merupakan tanggung jawab polisi . Lantai harus kering dan tidak membuat
terjatuh. Darah tidak berceceran, lumpur dan serpihan korban dibersihkan dan
dimasukkan dalam kantong besar. Meja-meja pemeriksaan terbuat dari kayu
yang ditutup dengan polyten, disusun satu meter sampai dua meter antara yang
lain.
EVAKUASI KORBAN
Ini merupakan tugas polisi atau militer. Tetapi harus diangkut oleh tim
forensik yang diakui. Setiap korban perlu diberikan surat keterangan kematian
oleh dokter ahli. Pembedahan terhadap korban yang selamat dilakukan oleh
dokter ahli segera untuk penyelamatan. Dan untuk memastikan dari korban
yang meninggal.Setiap tubuh serpihan harus disusun sesuai urutan dan tidak
diulang penomerannya secara seri dan ditempatkan pada tempat yang
disediakan. Korban difoto kemudian dimasukan seluruh arsip dalam satu
kantong dan di beri nama serta label untuk di kamar mayat. Tim berbeda akan
mempunyai metode yang berbeda. Pada pendistribusian logistik diatur secara
baik. Untuk pengamanan data disiapkan komputer yang disambungkan ke
pusat data. Polisi harus bertanggung jawab dalam hal ini seperti AUTOPSI TAK JELAS
pandangan Prof Alan Usher dari Sheffield, suatu yang tidak dapat ditentukan
jika ahli patologis merasakan bagian dari yang maha kuasa.
Pada meja otopsi yang lain , seorang laki-laki 60 tahun ditemukan
meninggal tanpa diketahui riwayatnya. Pada pemeriksaan ditemukan 60 %
stenosis cabang anterior descendens arteri koroner, tetapi tidak dijumpai
kerusakan miokardium yang baru ataupun lama. Histologi dapat dilakukan
dengan tanpa informasi riwayat sebelumnya. Penyebab kematian diduga
karena penyakit arteri koroner oleh sebagian ahli patologi, meskipun demikian
lelaki tersebut dapat mati karena penyebab yang tidak jelas pada orang muda
tetapi karena lelaki tersebut memiliki penyakit degeneratif insufisiensi arteri
yang dapat menjadi fatal, yang akhirnya hal ini diterima sebagai yang paling
mendekati penyebab kematiaannya. Perasaan kecewa dapat menjadi dorongan
untuk melakukan autopsi seorang laki-laki yang dibunuh dengan senjata api,
dimana terdapat 80% stenosis dari ketiga pembuluh koroner, yang tidak
berpengaruh terhadap kematiannya.
Sebelum proses selanjutnya dilakukan untuk meninjau kembali
pembedahan, perhatian harus diarahkan untuk mendapatkan data yang cukup
untuk mendukung penyelidikan. Pada banyak kasus, pada kasus sulit
khususnya pada orang muda ahli patologis yang dapat menggunakan
pemeriksaan berupa contoh darah, urine dan isi lambung yang diambil saat
pembedahan rongga isi perut.
Bila sample darah belum diambil, ambil dari vena perifer sekitar
aksila atau femoral untuk menghindari kontaminasi. Jika urine tidak didapat
dari kanding kemih, beberapa tetes masih dapat ditemukan dengan menyedot
dengan spuit, Isi lambung dapat tidak ada tetapi hati dapat digunakan untuk
analisa toksikologi. Hal ini dapat berguna untuk mengambil cairan vitreus bila
urine dan isi lambung tidak ada.
Darah digunakan untuk penanaman kultur darah pada botol dan swab
dapat diambil untuk pemeriksaan mikrobiologi. Bila dimungkinkan suatu
infeksi paru, beberapa gram jaringan paru dapat diambil dan dimasukkan
dalam wadah steril atau swab dapat diambil dari cabang bronkus perifer atau
dari parenkim paru tersebut. Permukaan dari potongan organ dapat
terkontaminasi ketika pemotongan pertama, potongan harus dibuat dengan
steril dan baru sehinggajaringan dapatdi kultur dengan baik. Pada saat yang
sama, sepotong jaringan paru atau organ lain - seharusnya diletakkan pada
tempat steril.
Sebelum jaringan untuk histology diambil, suatu pemeriksaan lengkap
dari bagian penting dari potongan seharusnya diperiksa. Meskipun pada
korban yang lebih muda wilayang yang perlu diteliti kembali adalah sistem
koroner dan pada golongan yang lebih tua kematian yang tidak jelas adalah
pentinguntuk memeriksa kembali pembuluh darah ini. Pada kasus trombosis
terisolasicurigai pada lumen. Hal ini sebaiknya dilakukan untuk melihat
kecurigaan pada lumen.