Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Amina boleh dikatakan sebagai turunan dari amonia (NH3), karena senyawa amina mempunyai
struktur seperti amonia, dimana salah satu atau lebih atom hidrogen pada amonia diganti gugus alkil
atau aril. Senyawa amina dapat berupa alifatik, siklik, heterosiklik, dan aromatik.
Penggolongan amina didasarkan pada berapa atom H pada amonia diganti dengan gugus alkil
atau aril. Apabila satu H pada amonia diganti gugus alkil disebut amina primer, apabila 2 atom H
pada amonia diganti dengan gugus alkil disebut amina sekunder, dan apabila ketiga atom H pada
amonia diganti dengan gugus alkil disebut amina tersier. Gugus alkil yang terikat pada amina
sekunder atau tersier dapat semua sama dan dapat pula berbeda-beda.
HNH
RRH
RNH
RNR
Amonia
amina primer
amina sekunder
amina tersier
Senyawa amina banyak terdapat dialam, baik yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan.
Segaian Alkaloid adalah salah satu golongan senyawa hasil alam yang mengandung gugus amina.
Banyak diantara senyawa yang mengandung gugus amina mempunyai keaktifan biologik. Beberapa
contoh dibawah ini adalah senyawa yang mengandung gugus amina yang terdapat sevara alamiah.
Serotonin (5/Hidroksitriptamina) banyak ditemukan dalam tumbuhan dan hewan. Senyawa ini
didalam otak sangat berguna untuk menstabilkan aktifitas mental. Senyawa ini merupakan turunan
dari triptamina yang dapat ditemui pada pohon akasia.
CH2CH2NH2
CH2CH2NH2
OH
-
Serotonin
1 | Kimia Organik Amina, Teknik Kimia UII 2013
N
H
( 5 hidroksitriptamina )
Triptamina
Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan,dan banyak amina mempunyai kereaktivan
fali.misalnya dua dari stimulant alamiah tubuh dari system saraf simpatetik (melawan atau
melarikan diri)adalah merepinafrina dan epinafrina.
Baik norepinafrina maupun epinafrina adalah dua fenil etil amina.Sejumlah dua fenil etil amina
lain bertindak terhadap reseptor-reseptor simpatetik.Senyawa senyawa ini dirujuk sebagai amina
simpatomimetik karena senyawa senyawa ini,sampai batas tertentu,meniru kerja faali norepinafrina
dan epinafrina.
Sebelum tahun masehi,senyawa efedrina di extrak dari tanaman mahuanjg di tiongkok dan
digunakan sebagai obat.sekarang,senyawa ini merupakan obat peluruh dahak yang aktiv dalam obat
tetes hidung
II. Tujuan
a. Mengetahui klasifikasi dan tatanama amina
b. Mengetahui ikatan dalam amina
c. Mengetahui sifat sifat amina
d. Mengetahui pembuatan amina
e. Mengetahui garam garam amina
f. Mengetahui reaksi substitusi dengan amina
g. Mengetahui penggunaan amina dalam sintesis.
BAB II
- Senyawa Amina Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada nitrogen
telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan ammonia
seperti alkohol dan eter terhadap air.
Seperti alkohol,amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier. Meski demikian
dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol diklasifikasikan dengan jumlah gugus
non hidrogen yang terikat pada kaebon yang mengandung hidroksil., namun amina diklasifikasikan
dengan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen (Stoker, 1991)
-Tatanama AminaAmina sederhana yaitu amina yang mengandung gugus alkil yang sama, secara trivial diawali oleh
nama alkilnya kemudian diakhiri dengan kata amina.
CH3NH2
(CH3)2NH
metil amina
dimetil amina
(CH3)3N
trimetil amina
NH
tetapi apabila atom N amina mengikat gugus alkil yang tidak sama, biasanya sukar bila
penamaannya mengikuti cara diatas. Penamaan amina tipe ini diawali oleh huruf N diikuti oleh
nama alkil sebagai substituen yang terikat pada N dan kemudian rantai induknya diakhiri dengan
kata Amina. Sebagai rantai induk dipilih gugus alkil yang mempunyai rantai terpanjang.
CH3
(CH3)2NHCH2CH2CH3
N
CH2CH3
Apabila rantai alkil yang terikat pada amina mempunyai substituen, maka penomoran dimulai dari
atom C yang terikat lansung pada atom N sebagai nomor 1.
CH3
CH3
CH3 NH CH
CH3-CH2-CH2-CH-CH2-CH2N(C2H5)2
CH3
Secara IUPAC, gugus amina dianggap sebagai substituen. Penomoran bisa digunakan aturan umum
yaitu : dimulai dari salah satu ujung rantai C terpanjang yang paling dekat dengan gugus yang
paling dekat dengan gugus substituen, dalam hal ini gugus amina. Penamaan secara IUPAC dimulai
dari nomor dimana gugus amina terikat, diikuti kata amina dan diakhiri nama alkana sebagai rantai
induk.
CH3
NH2
2 amino pentana
NH2
N 4 dimetil 2 heksnamina
Untuk amina aromatik, dimana gugus aril langsung terikat pada gugus amin, maka penamaannya
diturunkan dari anilina.
NH2
N(CH3)2
NH2
NH(CH3)2
CH3
Br
anilina
P Bromo anilina
N dimetil anilina
m, N dimetil - anilina
Apabila gugus amino terikat pada sistem aromatik atau turunan aromatik, maka namanya diturunkan
dari nama sistem cincin aromatiknya.
NH2
CH2
NH2
a - naftilamina
benzil amina
Senyawa heterosiklik amina adalah senyawa yang mempunyai struktur siklik dimana atom N
termasuk dalam anggota sikliknya. Senyawa ini dikenal juga sebagai senyawa non aromatik
heterosiklik amina.
H
CH3
pirolidina
piperidina
piperazina
3 metil piperidina
Apabila heterosiklik amina mengikat gugus substituen, maka penomoran harus dimulai dari atom N
dan diikuti searah dengan gugus substituen yang terdekat dengan N.
-Konfigurasi AminaAtom N pada amina mempunyai orbital sp3 dan bentuk melekulnya adalah tetrahedral dengan sudut
180o.
Untuk amina tersier dimana ketiga gugus alkilnya berbeda seharusnya bersifat optik karena
mempunyai pusat khiral yaitu atom N. Tetapi kenyataannya amina tersier tersebut tidak optik. Hal
ini disebabkan karena pada amina tersier seperti itu terjadi perubahan yang membentuk
kesetimbangan yang sangat cepat dari struktur I ke stuktur II.
Struktur II merupakan bayangan cermin dari struktur I dan gugus R 1 dan R3 yang saling berpindah
posisi. Oleh karena itu sudut putar bidang polarisasi struktur I dan II berlawanan dan sebagai
akibatnya terjadi campuran resemat dengan rotasi optik sama dengan nol.
-Sifat Fisik dan Keberadaan AminaAlkilamina berbobot molekul rendah adalah gas atau cair pada suhu kamar. Di- dan Tri-etilamin
serta amina primer yang memiliki tiga sampai sepuluh atom karbon adalah cairan, amina yang lebih
kecil jumlah atom karbonnya adalah gas.
Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air akibat adanya interaksi
ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak seelektronegatif oksigen namun mampu mempolarisasi
ikatan N-H sehingga terbentuk gaya dipol-dipol yang kuat antara molekulnya. Amine tersier tidak
memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi ikatan hidrogen antara air dengannya atau dengan
amina tersier lainnya. Konsekuensinya titik didihnya lebih rendah disbanding amina primer atau
sekunder.
Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah adalah aromanya yang
tidak menyenangkan. Amina volatile ini menguap secara cepat dan terciup seperti campuran
ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang membusuk terutama organ yang mengandung
protein tinggi menghasilkan amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang mati, rumah penyimpanan
daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina (Stoker, 1991).
R=
m.p. oC
R=
m.p. oC
CH3
-92.5
C11H23
16.5
C2H5
-80.6
C12H26
28.0
C3H7
-83.0
C13H27
27.0
C4H9
-50.5
C14H29
37.9
C5H11
-55.0
C15H31
37.3
C6H12
-19.0
C16H33
46.2
C7H15
-23.0
C17H35
49
C8H17
- 0.4
C18H37
51.8
C9H19
-. 1.0
C19H41
57.8
15.0
C20H45
62.7
C10H21
Amina
diheksil
dioktil
1.2
26.7
didekil
41.5
didodekil
47.0
ditetradekil
60.62
diheksadekil
67.03
dioktadekil
72.3
Alkana sebagai senyawa non-polar mempunyai titik didih yang jauh lebih rendah dari titik didih
amina maupun alkohol yang bersifat polar. Tetapi amina mempunyai titik didih yang lebih rendah
dari pada alkohol walaupun amina juga mampu membentuk ikatan hidrogen. Dalam hal ini,
elektronegativitas suatu atom sangat mempengaruhi kekuatan ikatan hidrogen yang dibentuk.
Diketahui dari tabel Linus Pauling, elektronegativitas N = 3,0 dan O = 3,5. Karena harga
elektronegativitas atom N lebih rendah dari atom O, maka beda elektronegativitas N H lebih
rendah dibandingkan O H sehingga sifat proton atom H pada -OH lebih kuat dari pada proton H
pada N H. Dengan lemahnya ikatan hidrogen ini maka energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan hidrogen juga lebih sedikit sehingga titik didihnya lebih rendah.
Perhatikan tabel berikut:
Alkana
Amina
Alkohol
CH3CH3
Td : - 88,6 o C
Td : - 42,1 o C
CH3NH2
Td : - 6,3 o C
Td : + 16,6 o C
CH3OH
CH3CH2OH
Td : + 65,0 o C
Td : +78,5 o C
Amina dengan 5 atau 6 atom C mempunyai kelarutan didalam air yang cukup tinggi. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
H
H
H
Jika molekul amina dapat larut, maka akan terjadi asosiasi (penggabungan) molekul amina dengan
molekul air. Menjadi :
H
H
H
H
O
H
Apabila gugus R yang diikat oleh atom N cukup besar, maka akan terjadi gangguan sterik yang akan
mengahalangi pembentukan asosiasi molekul, dengan kata lain molekul amina tidak dapat larut
dalam air.
Nama
amonia
metilamin
dimetilamin
trimetilamin
etilamin
n-propilamin
n-butilamin
Anilin
N-metilanilin
N, N-dimetilanilin
etilenadiamin
Rumus
NH3
CH3NH2
(CH3)2NH2
(CH3)3NH
CH3CH2NH2
CH3CH2CH2NH2
CH3(CH2)3NH2
C6H5NH2
C6H5NHCH3
C6H5N(CH3)2
NH2CH2CH2NH2
Td o c
- 33,4
- 33,4
7,4
2,9
16,6
47,6
77,8
184,0
195,7
193,5
116,5
Tetapan disosiasi,
(kb)
2,0 x 10-5
44 x 10-5
51 x 10-5
5,9 x 10-5
47 x 10-5
38 x 10-5
40 x 10-5
4,2 x 10-5
7,1 x 10-5
11 x 10-5
8,8 x 10-5
pKb
- 4,70
- 3,36
- 3,79
- 4,23
- 3,23
- 3,42
- 3,40
- 9,38
- 9,15
- 8,96
- 4,07
heksametilenadiamin NH2(CH2)6NH2
204,5
85 x 10-5
- 4,07
Piridin
115,3
23 x 10-5
- 8,64
C5H5N
Tabel diatas menunjukan sifat fisik amina, dan pada suhu kamar amonia dan etilamin berwujud gas.
Kebasaan Amina
Dari tabel diatas terdapat harga pKb untuk beberapa senyawa amina. Kalau diperhatikan persamaan
reaksi dibawah ini maka RNH2 bersifat basa karena dapat mengikat H +, sehingga persamaan reaksi
sbb:
R-NH2 + H OH
R NH3 + + OH
+
RNH 3
OH
+
RNH 3
OH
K =
K adalah tetapan kesetimbangan basa. Dari persamaan tersebut secara matematik dapat disimpulkan
bahwa makin besar harga Kb, berarti makin banyakj amina yang bereaksi, [ RNH 2 ] makin kecil. Hal
ini menunjukan makin besar harga Kb, kekuatan basa makin tinggi.
a.
Pengaruh Induksi
Harga Kb untuk NH3 = 2,0 x 10-5 sedangkan harga Kb untuk CH2NH2 = 4,4 x 10-5. Harga Kb
metilamin (CH3NH2) lebih tinggi daripada amonia (NH3), maka sifat basa metilamin lebih kuat dari
pada amonia. Hal inin disebabkan oleh pengaruh induksi. Basa ialah molekul yang mempunyai
orbital isi penuh dan dapat membentuk ikatan dengan orbital kosong dari atom H. Semakin tinggi
kerapatan elektron pada orbital isi basa, maka ikatan H dengan basa itu akan semakin mudah
terjadi. Metil adalah gugus penyumbang elektron lebih besar dibandingkan dengan atom H. Oleh
karena itu gugus metil pengaruh induksinya lebih positif dibandingkan dengan amonia. Itulah
sebabnya metilamin lebih basa dari pada amonia.
Sebaliknya, apabila amina mengikat gugus penarik elektron, maka akan terjadi pengaruh induksi
negatif dan sifat kebasaan akan menurun.
b. Pengaruh resonansi
Untuk amina aromatik, ternyata sifat kebasaannya lebih lemah jika dibandingkan dengan amina
siklik. Misalnya : sikloheksilamina lebih basa 1 juta kali dari anilina.
NH2
NH2
Kb = 5,5 x 10-4
Kb = 4,2 x 10-10
Perbedaan sifat kebasaan ini dapat dipahami dari keterangan berikut. Anilin adalah senyawa yang
mampu membentuk ikatan delaokala
Dan struktur resonansi hibrid yang mungkin adalah :
pasangan elektron bebas
didelokalisasi melalui resonansi
: NH2
+
NH2
+
NH2
+
NH2
Dari keempat struktur resonansi hibrid ini, struktur 2, 3 dan 4 menunjukan bahwa bahwa atom N
tidak mempunyai orbital isi. Hal ini berbeda dengan sikloheksilamina yang tidak dapat membentuk
ikatan delokal, sehingga keboleh jadi untuk terjadi protonasi pada sikloheksilamina lebih besar.
Lokalisasi pasangan elektron
bebas pada nitrogen
: NH2
Sikloheksilamina
Analog dengan keterangan di atas, amida juga mempunyai sifat basa yang jauh lebih lemah dari
amina.
delokalisasi tidak
tersedia untuk protonasi
tersedia untuk
protonasi
:O:
R NH2
R C NH2
hibirda resonansi I
: O :-
+
R C = NH2
hibirda resonansi II
Pada amida terdapat juga orbital delokal yang meliputi atom N. Akibatnya elektron pada atom N
akan tersebar. Hal ini terlihat pada hibrida resonasi II yang menunjukan bahwa N tidak mempunyai
orbital isi. Selain itu dampak induksi negatif dari gugus C=O terhadap N juga dapat melemahkan
basisitas dari N. Dua faktor ini mengakibatkan basisitas atom N pada amida menjadi lebih lemah .
beberapa pKb dari amina dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Nama
Amonia
Rumus
NH3
pKb
4,75
Metilamina
CH3NH2
3,34
Etilamina
CH3CH2NH2
3,27
Dimetilamina
(CH3)2NH
3,27
Dietilamina
(CH3CH2)2NH
3,06
Trimetilamina
(CH3)3N
4,19
Trietilamina
(CH3)3N
3,25
Piridina
3,38
Anilina
9,37
Dari tabel diatas , terlihat bahwa ke basaan amina sekunder lebih tinggi daripada amina
primer apabila mengikat gugus alkil yang sama. Tetapi amina primer kebasaan nnya lebih tinggi
daripada amina tersier. Semakin turunnya kekuatan basa pada trimetilamina karena adanya beda
ntropi kondisi final dengan kondisi inifial. Yang dimaksud dengan kondisi final adalah kondisi
dimana sistem sudah mengandung kation dan anion .
Reaksi amina dengan asam kuat seprti HCl akan menghasilkan garam alkilamonia.
R NH2 + HCl
RNH3 Cl
Kemampuan amina untuk dapat membentuk garam arilamonium memudahkan pekerjaan pemisahan
senyawa amina daari senyawa lainnya. Misalnya : pada campuran p-toluidin dengan p-nitrotoluena.
Apabila kedalam campuran ini ditambahkan dengan asam kuat ( HCl ) maka p-toluidin akan
membentuk garam arilamonium yang dapat larut didalam air, sehingga ekstraksi dengan
menggunakan pelarut non-polar seperti eter, kedu asam dapat dipisahkan; garam arilamonium
terdapat pada lapisan air dan p-toluidin padaa lapisan eter. Untuk memperoleh p-nitrotoluena
kembali, garam arilamonium yaang berada padalapisan airdireaksikan dengan basa kuat , NaOH.
Reaksi Asilasi pada senyawa amina primer, sekunder maupun tersier berlangsung melalui tahaptahap mekanisme berikut:
O
CH3 C O C CH3
H2 N -
CH3 C O C CH3
+
NH2
CH3 C O
H NH C CH3
NaOH
- +
CH3 C O Na + NH C CH3 + H2O
asetanilida
Note : Pada persamaan reaksi diatas basa NaOH diperlukan untuk mengikat sisa asam yang ada.
Kedua contoh reaksi diatas terhadap amina dapat digolongkan kepada reaksi substitusi, yaitu atom
H pada Nitrogen dari amina diganti oleh gugus benzoil atau gugus asil.
Cl
RNH2
O
benzena sulfonil klorida
O
SNHR
O
Suatu sulfonamida
HCl
Senyawa sulfonamida banyak mempunyai keaktifan biologik. Oleh karena itu senyawa ini banyak
disintesis sebagai bahan baki obat yang dikenal dengan obat sulfa. Obat sulfa antara lain dapat di
gunakan sebagai anti infeksi.
Diketahui struktur yang mempunyai keaktifa sebagai anti bakteri adalah sulfanilamida. Oleh karena
itu senyawa-senyawa yang diturunkan dari sulfanilamida diperkirakan dapat dijadikan sebagai obat.
Beberapa contoh senyawa turunan sulfanilamida adalah sbb:
a. Sulafanilamida
b. Sulfatiazol
c. Sulfametoksipiridazina
d. Sulfamerazina
Reaksi antara amina dan benzena sulfonil klorida dapat digunakan untuk membedakan antara amina
primer dengan amina sekunder atau amina tersier. Uji dengan cara seperti ini disebut Hinsberg.
a. Amina Primer
Amina primer aromatik dan alifatik bila bereaksi dengan asam nitrit akan menghasilkan garam
diazonium. Namun garam diazonium dari amina aromatik lebih stabil daripada amina alifatik.
Hal ini disebabkan karena pada aril diazonium terjadi delokalisasi dengan inti benzena. Garam
diazonium baik alkil ataupun aril mudah terurai menjadi alkohol dalam air. Reaksi natrium
nitrit dengan HCl (Nitrosasi) ialah sebagai berikut:
NaNO2
Natrium nitrit
HCl
HON=O:
Asam nitrit
NaCl
b. Amina sekunder
Nitrosasi pada amina sekunder baik alifatik maupun aromatik menghasilkan nitrosamin.
Mekanisme untuk keduanya terjadi ialah sbb:
R
NH
+
N=O:
-H+
N
R
NN=O
R
N=O:
Senyawa N nitros
Senyawa N nitros
Untuk aril nitroso N akan terjadi penyusunan ulang dengan adanya asam menghasilkan p
nitroso.
+
NO
NH
NO
N
CH3
CH3
CH3
N
NO
HCl
eter
NH2Cl+
ON
25o
CH3
c. Amina tersier
Nitrosasi pada amina aromatik tersier berbeda dengan amina alifatik tersier. Pada nitroso amina
aromatik tersier berlangsung melalui mekanisme substitusi elektrofilik aromatik.
CH3
CH3
HONO
N=O
CH3
CH3
ON
N
O
CH3
CH3
CH3
N
CH3
Nitrosasi pada amina alifatik tersier tidak dapat terjadi karena amina alifatik tersier tidak
mempunyai atom H yang dilepaskan.
::
:
1.
RCH
RNH2
cepat
:H
RCH
RNH2
+
amina primer
:OH2
RCH NHR
H2O
lamba
t
RNH
H+
cepat
+
R C = NHR
RC = NR
H imina
RCH2 CH
OH
O
2.
R2NH
cepat
RCH CH
CH2 C H
NR2
HNR2
: H
RCH2 C N R2
H+
OH2
RCH2 C N R2
H2O
lamba
t
R
RCH = CH N
R
H H
iminium
RCH2 C = N R2
H
H
R C C = N R2
H+
cepat
enamina
Berdasarkan dua persamaan diatas reaksi diatas dapat disimpulkan amina yang dapat bereaksi
dengan aldehid atau keton ialah amina yang bersifat asam atau amina yang dapat melepaskan proton
sehingga terbentuk anion yang dapat berfungsi sebagai nukleofil. Karena amina tersier tidak
mempunyai atom H pada atom Nitrogen maka tidak dapat bereaksi dengan aldehid atau keton. Hal
ini disebabkan karena amina tersier bukanlah gugus masuk yang baik.
OH
[:O:]
CH3CH2NH2
CH3CH2NH
CH3CH2 N H
H
N etilhidroksil amina
amina oksida
[:O:]
CH3CH2
CH3CH2
N OH
NH
CH3CH2
CH3CH2
CH3CH2
CH3CH2
[:O:]
CH3CH2
CH3CH2
CH3CH2
NO
CH3CH2
trietil amina oksida
CH3CH2
17 | Kimia Organik Amina, Teknik Kimia UII 2013
OH
CH3CH2
CH3CH2
dipanaskan
N
CH2
CH3CH2
CH2
+ CH CH
2
= CH2CH2
Eliminasi Hofmann
Eliminasi Hofmann adalah suatu reaksi eliminasi ammonium kuanterner hidroksida melalui
pemanasan dengan Ag2O (perak oksida). Pada eliminasi hofmann, pertama kali suatu amina
dimetilasi dengan metiliodida berlebihan untuk mensintesis ditambah Ag2O dalam air dan akan
dihasilkan ammonium kuaterner hidroksida, yang mana bila dipanaskan akan terjadi reaksi
eliminasi yaitu melepaskan aminanya dan dihasilkan senyawa alkena.
CH3(CH2)3CH2CH2NH2
3 CH3I
heksilimina
CH3(CH2)3CH2CH2N(CH3)3OH - + AgI
-Pembuatan AminaPembuatan amina prinsipnya dapat dijalankan melalui substitusi nukleofilik, reaksi reaksi reduksi
dan reaksi penyusunan ulang.
I.
Reaksi Substitusi
Pembuatan amina dengan cara substitusi melalui mekanisme SN2 antara amonia atau amina dengan
alkil halida primer atau sekunder. Ikatan yang baru terbentuk menunjukan bahwa atom N mengikat
gugus alkil dari alkil halida.
CH3 I
NH3
CH3NH3I -
CH3NH3I -
NaOH
CH3NH2
NaI
H2O
Metil Amina
Kelemahan reaksi diatas ialah garam ammonium yang terjadi bereaksi dengan amonia atau amina
kembali secara setimbang. Amina yang terjadi dapat bertindak sebagai nukleofil atau yang dapat
bereaksi dengan metil iodida sehingga terbentuk amina sekunder dan seterusnya. Sehingga pada
hasil reaksi sering dijumpai campuran amina primer, sekunder, tersier dan kuarterner.
CH3NH3I -
NH3
CH3NH2
CH3NH2
CH3I
(CH3)2NH2I
NH4I
CH3Cl
CH3Cl
anilin
II.
N (CH3)2
NHCH3
NH2
N - metilanilin
N, N - dimetilanilin
Metode ini biasa digunakan untuk menghasilkan amina aromatik karena gugus nitro mudah
direduksi baik dengan katalis maupun dengan pereduksi logam (besi, timah, seng) dan asam. Reaksi
berlangsung melalui nitrasi aromatik eletrofilik.
CH3
NO2
H2 , Ni , kalor , tekanan
CH3
NO2
AlLiH4
p - toluidin
Amina sekunder dan tersier,terutama yang mengandung R yang berbeda dapat disintesis dari amida
seperti persamaan reaksi dibawah ini:
O
RCNH2
LiAlH4
RCH2NH2
H+, H2O
amina primer
O
19 | Kimia Organik Amina, Teknik Kimia UII 2013
RCNHR
LiAlH4
RCH2NHR
H+, H2O
amin sekunder
RCNHR2
LiAlH4
RCH2N
R
amin sekunder
H , H2O
Pada reduksi diatas gugus karbonil diubah menjadi CH 2 sedangkan atom N tidak mengalami
perubahan. Oleh akrena itu hasil reduksi amida dapat berbentuk amina primer sekunder dan tersier
tergantung dari senyawa amida yang digunakan.
Nitril bila direduksi dapat menghasilkan amina. Pada reduksi nitril, amina yang dihasilkan
hanya amina primer dan reduksi dapat dilakukan dengan LiAlH4 atau secara katalitik.
RC
LiAlH4
RCH2NH2
H2 , Ni
Mekanismenya adalah sebagai berikut:
LiAlH4
Li+
AlH4 -
AlH4_
:H -
AlH3
2 OH + 2 Li+
III.
2 LiOH
Salah satu reaksi penataan ulang amina adalah dari amida yang disebut penataan ulang Hofmann.
Prinsip penataan ulang Hofmann adalah amida direaksikan dengan air brom (Br 2) atau air klor (Cl2)
dalam larutan natrium hidroksida.
O
RC
Br2
4 NaOH
RNH2 + 2 NaBr
NH2
+ Na2CO + 2 H2O
O
RC
NaOH +
Br
RC
NH2
N - Br + NaBr + H2O
H
RC - N - Br
NaOH
RC
+ NaBr
N:
O
RC
RN
N:
O 2 NaOH
H2O
-Kegunaan Aminaa.
Sebagai katalisator
b.
Dimetil amina : pelarut, absorben gas alam, pencepat vulkanisasi, membuat sabun, dll.
c.
Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat berguna sebagai
pencegah korosif,bakterisida,fungisida,bahan pemflotasi dan pengemulsi (Billenstein,1984).
Empat amin yang relative sederhana sangat penting dalam fungdi tubuh manusia. Mereka adalah
sekresi kelenjar adrenal epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (non adrenalin), dopamine dan
serotonin. Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai neurotransmitter ( pembawa pesan
kimiawi) antara sel-sel saraf. Epinefrin juga berfungsi sebagai hormone yang menstimulasi
pemecahan
glikogen
menjadi
glukosa
dalam
otot
ketika
kadar
cadangan
glukosa
menurun.Epinefrin, norepinefrin dan dopamine juga dikenal sebagai katekolamin yang merupakan
turunan dari katekol (o-dihidroksibenzen).
21 | Kimia Organik Amina, Teknik Kimia UII 2013
Gambar struktur Dopamine
Defisiensi dari dopamine mengakibatkan penyakit Parkinson. Sel otak penderita Parkinson hanya
mengandung 5 hingga 15 persen dari konsentrasi normal dopamine. Pemberian dopamine tidak
menghentikan gejala penyakit ini karena dopamine dalam darah tidak bisa melewati dinding darah
dan otak. Sedangkan kekurangan serotonin dapat mengakibatkan depresi mental (Stroker, 1991)
Reagen yang mengandung nitrogen terkhususnya amin dan turunannya merupakan ekstraktan yang
efisien untuk beberapa logam golongan platinum dan digunakan secara meluas untuk teknologi dan
anlisa. Walaupun reagent tersebut sangat direkomendasikan aplikasinya dibatasi oleh beberapa
factor termasuk kelarutan ekstraktan dalam larutan berair dan ekstraksi zat yang tak dapat
dipisahkan dalam larutan asam dengan keasaman rendah. Pemilihan pelarut dan lainnya. Teknik
modern untuk ekstraksi logam platinum menghadirkan pendekatan rasional untuk memilih
ekstraktan dari sisi ketersediaanya dan selektivitas dan proses pengembangan untuk ekstraksi satu
tingkat untuk logam tertentu dan pemisahannya dari logam yang berhubungan (Khisamutdinov,
2006).
ditiofosfat (ZDDP) namun senyawa tersebut bmemberikan kontribusi besar terhadap emisi
partikulat sulfur dan fosfor ke udara serta menjadi racun katalis pada catalytic converter sehingga
perlu ditemukan penggantinya.Sebagai pengganti telah dilaporkan turunan senyawa oleilamina dan
stearilamina yang direaksikan dengan asam sitrat dan asam suksinat telah menunjukkan sifat
pelumas yang baik (Kocsis, 2010).
Bab III
Penutup
-Kesimpulan-
Amina ialah senyawa organik yang boleh dikatakan sebagai turunan dari amonia (NH3).
Penggolongan amina didasarkan pada berapa atom H pada amonia diganti dengan gugus
alkil atau aril. Senyawa amina dibedakan menurut :
Satu atom H amonia diganti gugus alkil disebut amina primer
Dua atom H amonia yang di ganti dengan gugus alkil disebut amina
sekunder
Tiga atom H amonia diganti dengan gugus alkil disebut amina tersier.
Tata nama amina sederhana yang dikiuti dengan gugus alkil langsung dikiuti dengan nama
amina. Sedangkan menurut UIPAC, dimulai dari salah satu ujung rantai C terpanjang yang
paling dekat dengan gugus yang paling dekat dengan gugus substituen, dalam hal ini gugus
amina.
Pada suhu kamar, alkilamina yang berbobot molekul rendah akan berwujud Gas atau cair.
Sedangkan Di- dan Tri- serta amina primer yang memiliki 3 10 atom C berwujud cair.
-Daftar Pustaka-