Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HILWI LAYYINA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ABSTRAK
HILWI LAYYINA. Toksisitas Ekstrak Ciplukan (Physalis angulata) Berdasarkan
Uji Letalitas Larva Udang. Dibimbing oleh SUMINAR SETIATI ACHMADI dan
BUDI ARIFIN.
Tumbuhan Physalis angulata atau ciplukan sering dimanfaatkan sebagai
obat tradisional. Sudah banyak penelitian mengenai manfaat ciplukan, antara lain
sebagai antidiabetes, antioksidan, antimikrob, dan antiasma, tetapi dalam
penelitian tersebut tidak dilaporkan toksisitasnya. Penelitian ini bertujuan
menentukan toksisitas ekstrak daun ciplukan dengan uji letalitas larva udang
(BSLT). Uji fitokimia dari ekstrak etanol kasar mengindikasikan golongan senyawa
alkaloid, flavonoid, dan steroid. Ekstrak kasar etanol diekstraksi menggunakan
ekstraksi cair-cair sehingga diperoleh 2 ekstrak, yaitu ekstrak n-heksana dan fraksi
etil asetat. Uji BSLT menunjukkan bahwa semua ekstrak bersifat toksik. Ekstrak
n-heksana menunjukkan aktivitas tertinggi dengan nilai LC50 sebesar 3 ppm, yang
berpotensi sebagai antikanker.
Kata kunci: ciplukan, Physalis angulata, uji letalitas larva udang
ABSTRACT
HILWI LAYYINA. Toxicity of Ciplukan (Physalis angulata) Extracts According
to Brine Shrimp Lethality Test. Supervised by SUMINAR SETIATI ACHMADI
and BUDI ARIFIN.
Physalis angulata known as ciplukan in Indonesia is widely used as herbal
medicinal plant. Studies on this plant revealed its potency as antidiabetic,
antioxidant, antimicrobial, and antiasthma, but the toxicity is not reported yet.
This study aimed to determine the toxicity of leaf extracts from ciplukan by using
brine shrimp lethality test (BSLT). Phytochemical test of crude ethanolic extract
indicated the presence of alkaloids, flavonoids, and steroids. Ethanol crude extract
was extracted by liquid-liquid extraction and gave 2 extracts, namely n-hexane
and ethyl acetate extracts. BSLT results showed that all the extracts were toxic. nHexane extract was the most toxic extract with value of LC50 3 ppm, indicating its
potency as anticancer.
Key words: brine shrimp lethality test, ciplukan, Physalis angulata
HILWI LAYYINA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
yang berjudul Toksisitas Ekstrak Ciplukan (Physalis angulata) Berdasarkan Uji
Letalitas Larva Udang. Penelitian dilaksanakan sejak Februari sampai Agustus
2014 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian
Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof Ir Suminar S
Achmadi, PhD dan Bapak Budi Arifin, MSi selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan arahan dan dorongan semangat kepada penulis selama melaksanakan
penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
Laboratorium Kimia Organik, khususnya Bapak Sabur atas bantuan serta masukan
selama penelitian berlangsung. Terima kasih takterhingga penulis ucapkan kepada
keluarga dan Ibu Ari, atas segala dukungan yang telah diberikan.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bogor, September 2014
Hilwi Layyina
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
Fitokimia Ekstrak Etanol
Toksisitas Ekstrak terhadap Larva Udang
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
vii
1
1
1
2
3
3
4
6
8
8
8
8
10
14
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
4
4
5
5
5
6
7
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
10
11
12
13
13
13
PENDAHULUAN
Ciplukan (Physalis angulata) merupakan tumbuhan asal Amerika yang telah
tersebar luas di daerah tropis. Berdasarkan taksonominya, ciplukan dapat
diklasifikasikan dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas
Dicotyledonae, bangsa Solanales, suku Solanaceae, marga Physalis, dan jenis P.
angulata. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga 1200 m di atas
permukaan laut dan tumbuh liar di kebun, tegalan, tepi jalan, semak, dan tepi
hutan (Sutjiatmo et al. 2011).
Tanaman ciplukan mengandung sedikitnya 8 golongan metabolit sekunder,
yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, steroid, triterpenoid, monoterpenoid,
dan seskuiterpenoid. Dengan kandungan metabolit sekunder tersebut, ciplukan
sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati kencing manis, ayan,
radang saluran pernapasan, dan sebagai obat pencahar (Sutjiatmo et al. 2011).
Penelitian mengenai manfaat ciplukan sudah banyak dilakukan, antara lain
sebagai antidiabetes, antioksidan, antimikrob, dan antiasma (Lampiran 1). Akan
tetapi, dalam penelitian tersebut tidak dilaporkan tahap pengujian toksisitas
dengan menggunakan hewan uji berupa larva udang (Artemia salina) dalam
pencarian senyawa aktifnya.
Toksisitas adalah semua hal yang memiliki efek berbahaya dari suatu
senyawa pada organisme target. Metode uji letalitas larva udang (BSLT)
digunakan sebagai metode pendahuluan untuk mengetahui toksisitas suatu bahan.
Larva udang digunakan sebagai hewan uji karena dinilai peka terhadap toksin.
Bila bahan yang diuji memberikan efek toksik terhadap larva udang, maka hal ini
menunjukkan indikasi awal dari efek farmakologi yang terkandung dalam bahan
tersebut. Kelebihan uji BSLT adalah mudah dikerjakan, murah, cepat, cukup
akurat, dan membutuhkan sedikit sampel. Metode BSLT juga banyak digunakan
untuk analisis biosistem, yaitu untuk analisis residu pestisida, mikotoksin, polusi,
dan senyawa turunan morfina (Meyer et al. 1982). Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan menentukan toksisitas ekstrak daun ciplukan dengan
metode BSLT.
METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat kaca, neraca analitik, penguap putar,
mikropipet, multiwell, dan aerator. Bahan-bahan yang digunakan adalah daun
ciplukan yang berasal dari Tegal, larva udang A. salina, pereaksi Dragendorf,
Mayer, Wagner, dan Liebermann-Burchard.
Prosedur Kerja
Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu ekstraksi ciplukan dan uji
toksisitas ekstraknya (Lampiran 2).
Penentuan Kadar Air (AOAC 2007)
Cawan porselen dikeringkan di dalam oven bersuhu 105 C selama 60 menit.
Selanjutnya cawan didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobot
kosongnya. Sebanyak 3 g sampel dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan di
dalam oven selama 5 jam pada suhu 105 C. Setelah itu, cawan didinginkan dalam
eksikator sekitar 30 menit dan ditimbang kembali. Pemanasan dilakukan sampai
diperoleh bobot konstan. Kadar air ditentukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo).
Kadar air (%) =
100%
Keterangan:
A = bobot bahan sebelum dikeringkan (g)
B = bobot bahan setelah dikeringkan (g)
Gambar 1
Fraksi n-heksana (kiri) dan etil asetat (kanan) dari ekstrak kasar
ciplukan
Uji fitokimia
Alkaloid
Flavonoid
Fenol
Steroid
Triterpenoid
Saponin
Gambar 2 Uji alkaloid ekstrak ciplukan (dari kiri ke kanan): Mayer (endapan
putih), Dragendorf (endapan jingga), dan Wagner (endapan cokelat)
Nilai probit
Uji toksisitas terdiri atas 2 jenis, yaitu toksisitas umum (akut, subakut, dan
kronis) dan toksisitas khusus (teratogenik, mutagenik, karsinogenik). Metode
BSLT merupakan metode uji umum yang memperkirakan sitotoksitas ekstrak
kasar tumbuhan. Metode ini menggunakan larva udang sebagai bioindikator
karena larva udang peka terhadap toksin. Hasil uji BSLT ditetapkan dari jumlah
kematian larva karena pengaruh ekstrak atau bahan tertentu dengan dosis yang
telah ditentukan. Tingkat toksisitas ditentukan dengan mengevaluasi nilai
konsentrasi mematikan 50% (LC50). Nilai LC50 ditentukan dengan menggunakan
metode analisis probit pada selang kepercayaan 95% (Meyer et al. 1982).
Kurva dan persamaan garis uji BSLT disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan
uji BSLT, ekstrak etanol daun ciplukan memiliki nilai LC50 sebesar 37.3 ppm
dengan R2 sebesar 0.976 (Lampiran 4). Ekstrak n-heksana memiliki nilai LC50
jauh lebih kecil lagi, yakni sebesar 3 ppm dengan R2 sebesar 0.982 (Lampiran 5).
Ekstrak etil asetat memiliki nilai LC50 sebesar 496.4 ppm dengan R2 sebesar 0.898
(Lampiran 6).
6
5
4
3
2
1
0
A
y = 0,873x + 3,628
R = 0,976
0,5
1,5
2,5
3,5
Nilai probit
log konsentrasi
6
5
4
3
2
1
0
B
y = 1.200x + 1.765
R = 0.838
0,5
1,5
2,5
3,5
Nilai probit
log konsentrasi
7
6
5
4
3
2
1
0
C
y = 2.685x + 3.722
R = 0.982
0
0.2
0
0.4
1
0.6
1
0.8
1
1.0
1
1.2
log konsentrasi
Gambar 6 Kurva BSLT ekstrak etanol (A), etil asetat (B), dan n-heksana (C)
Meyer et al. (1982) menyatakan, jika nilai LC50 lebih kecil dari 1000 g/mL,
maka bahan uji tersebut tergolong toksik. Berdasarkan acuan tersebut, ekstrak
etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak n-heksana bersifat toksik dan ekstrak nheksana merupakan ekstrak teraktif dari ketiga ekstrak tersebut. Lebih lanjut,
McLaughlin et al. (1991) menyatakan, jika LC50 lebih kecil dari 30 ppm, ekstrak
berpotensi sebagai antikanker (sitotoksik); LC50 30200 ppm, ekstrak berpotensi
sebagai antimikrob; dan LC50 2001000 ppm, ekstrak berpotensi sebagai pestisida.
Dengan demikian, ekstrak etanol berpotensi sebagai antimikrob, ekstrak nheksana berpotensi sebagai antikanker, dan ekstrak etil asetat berpotensi sebagai
pestisida.
Potensi antimikrob ekstrak ciplukan sudah diteliti oleh Silva et al. (2005)
dan senyawa aktif yang berperan besar adalah fisalin B. Fisalin merupakan
senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan dan termasuk senyawa golongan
steroid. Jenis fisalin yang banyak ditemukan dalam ciplukan adalah fisalin B, D,
F, dan G (Gambar 7) (Sa et al. 2011). Dengan konsentrasi yang sama, yakni 200
g/mL, fisalin B dapat menghambat 85% mikrob dari total mikrob yang dapat
dihambat oleh total fisalin. Selain sebagai antimikrob, fisalin juga dapat berperan
sebagai antiradang (Pinto et al. 2010) dan moluskisida (Santos et al. 2003).
Fisalin E berperan sebagai antiradang karena berinteraksi dengan reseptor
glukokortikoid (Pinto et al. 2010).
Gambar 7 Struktur fisalin B (A), fisalin D (B), fisalin F (C), dan fisalin G (D)
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2007. Official Method of
Analysis. Ed ke-18. Arlington: AOAC Int.
Bastos GNT, Santos ARS, Ferreira VMM, Costa AMR, Bispo CI, Silveira AJA,
Nascimento JLMD. 2006. Antinociceptive effect of the aqueous extract
obtained from roots of Physalis angulata L. on mice. J
Ethnopharmacol.103:241-245.
Fauzi IA, Amalia F, Sabila N, Hermawan A, Ikawati M, Meiyanto E. 2011.
Aktivitas antiproliferasi ekstrak etanolik herba ciplukan (Physalis angulata
L.) terhadap sel hepar tikus betina galur Sprague Dawley terinduksi 7,12dimetilbenz[a]antrasena. PharmaMedika. 3:194-199.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor.
Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Kaufman PB, Kirakosyan A, McKenzie M, Dayanandan P, Hoyt JE, Li C. 2006.
The uses of plant natural products by humans and risks associated with their
use. Di dalam: Cseke LJ, Kirakosyan A, Kaufman PB, Warber SL, Duke
JA, Brielman HL, editor. Natural Products from Plants. Boca Raton (US):
CRC Pr. hlm 441-473.
Kimpende PM, Lusakibanza M, Mesia K, Tona L, Tits M, Angenot L, Frederich
M, Meervelt LV. 2013. Isolation, pharmacological activity and structure
determination of physalin B and 5b,6b-epoxyphysalin B isolated from
Congolese Physalis angulata L. Acta Cryst. 69:1557-1562.
Krishna M, Vadluri R, Kumar EM. 2013. In vitro determination of antioxidant
activity of Physalis angulata L. Int J Pharm Bio Sci. 4:541-549.
McLaughlin JL. Chang CJ, Smith DL. 1991. Bench top bioassays for the
discovery of bioactive natural products. Nat Prod Chem. 9:388-409.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putman JE, Jacobson LB, Nichol DE, McLaughlin JL.
1982. Brine shrimps: a convenient general bioassay for active plant
constituent. Planta Med. 45:31-34.
Monikawati A, Farida S, Putri LW, Ikhtisarsyah YG, Meiyanto E. 2011.
Antiproliferative activity of ethanolic extract of ciplukan herbs (Physalis
angulata L.) on 7,12-dimethylbenz[a]nthracene-induced rat mammary
carcinogenesis. Indones J Cancer Chemoprev. 2:227-232.
Nanumala SK, Gunda K, Runja C, Chandra MS. 2012a. Evaluations of diuretic
activity of methanolic extract of Physalis angulata L. leaves. Int J Pharm
Sci Rev Res. 16:40-42.
Nanumala SK, Kannadhasan R, Gunda K, Sivakumar G, Somasekhar P. 2012b.
Anti ulcer activity of the ethanolic extract of leaves Physalis angulata L. Int
J Pharm Pharm Sci. 4:226-228.
Nnamani CV, Ani OG, Belunwu G. 2009. Larvicidal effects of ethanol extracts of
leaves and fruits of Physalis angulata L. on the larvae of Anopheles
mosquitoes from Ebonyi State, Nigeria. Animal Res Int. 6:1059-1062.
Oladele GM, Ode OJ, Akande MG, Ogunbodede MA, Simon MK. 2013. Effects
of ethanolic root extract of Physalis angulata on alloxan induced diabetic
rats. Int J APS BMS. 2:95-100.
Pinto NB, Morais TC, Carvalo KMB, Silva CR, Andrade GM, Brito GAC, Veras
ML, Pessoa ODL, Rao VS, Santos FA. 2010. Topical anti-inflammatory
potential of physalin E from Physalis angulata on experimental dermatitis
in mice. Phytomedicine. 17:740-743.
Rathore C, Dutt KR, Sahu S, Deb L. 2011. Antiasthmatic activity of the
methanolic extract of Physalis angulata L. J Med Plants Res. 5:5351-5355.
Sa MS, Menezes MN, Krettli AU, Ribeiro IM, Tomassini TCB, Santos RR,
Azevedo WF, Soares MBP. 2011. Antimalarial activity of physalins B, D, F,
and G. J Nat Prod. 74:2269-2272.
Santos JAA, Tomassini TCB, Xavier DCD, Ribeiro IM, Silva MTG, Filho ZBM.
2003. Molluscicidal activity of Physalis angulata L. extracts and fractions
on Biomphalaria tenagophila (dOrbigny, 1835) under laboratory
conditions. Mem Inst Oswaldo Cruz. 98:425-428.
Santos RA, Cabral TR, Cabral IR, Antunes LMG, Andrade CP, Cardoso PCS,
Bahia MO, Pessoa C, Nascimento JLM, Burbano RR, Takahashi CS. 2008.
Genotoxic effect of Physalis angulata L. (Solanaceae) extract on human
lymphocytes treated in vitro. Biocell. 32:195-200.
Silva MTG, Simas SM, Batista TGFM, Cardarelli P, Tomassini TCB. 2005.
Studies on antimicrobial activity, in vitro, of Physalis angulata L.
(Solanaceae) fraction and physalin B bringing out the importance of assay
determination. Mem Inst Oswaldo Cruz. 100:779-782.
Sutjiatmo AB, Sukandar EY, Ratnawati Y, Kusmaningati S, Wulandari A,
Narvikasari S. 2011. Efek antidiabetes herba ciplukan (Physalis angulata
Linn.) pada mencit diabetes dengan induksi aloksan. J Farm Indones. 5:166171.
Tammu J, Ramana KV, Thalla S, Thalla SR. 2012. Anti-asthmatic activity of
alcoholic extract of Physalis angulata induced by ovalbumin. Am J
PharmTech Res. 2:892-897.
10
Temuan penting
Antinosiseptif
Antidiabetes
Fisalin B
Fisalin E (antiradang)
Antiasma
Antiproliferasi
Antitukak
Antimikrob
Antiproliferasi
Diuretik
Efek genotoksik
Antioksidan
Larvisida
Antidiabetes
Antiasma
Moluskisida
Golongan senyawa
Alkaloid, flavonoid,
saponin, polifenol,
steroid, triterpenoid
Steroid
Steroid
Alkaloid, flavonoid,
Steroid
Alkaloid, flavonoid,
asam amino, glikosida
Fenol, flavonoid
Alkaloid, flavonoid,
saponin
Alkaloid, flavonoid,
steroid
-
Pelarut pengekstrak
Air
Air, n-heksana, etil asetat
Diklorometana
n-heksana, etanol
Etanol
Etanol
Etanol
Etanol
Etanol
Metanol
Air
Metanol
Etanol
Etanol
Metanol
Etanol, metanol, etil
asetat, diklorometana,
kloroform, n-heksana
11
Ekstrak etanol
- Uji fitokimia
- Dipartisi dengan n-heksana-air (3:1)
Ekstrak n-heksana
Ekstrak air
- Dipartisi dengan n-etil asetat-air (3:1)
BSLT
Ekstrak n-heksana
BSLT
Ekstrak air
12
Ulangan
1
2
3
Bobot cawan
awal (g)
58.06
46.60
47.41
Bobot cawan +
contoh (g)
61.24
49.61
50.42
Contoh perhitungan:
Kadar air (%) =
100%
=
= 9.43%
100%
Keterangan:
A = Bobot contoh awal (g)
B = Bobot contoh kering (g)
b) Rendemen daun ciplukan
Rendemen ekstrak =
=
= 25.89% (b/b)
Keterangan:
A = Bobot ekstrak
B = Bobot contoh awal (g)
100%
100%
Bobot contoh
awal (g)
3.18
3.01
3.01
Bobot contoh
kering (g)
2.88
2.75
2.75
Rerata
Kadar air
(% b/b)
9.43
8.64
8.64
8.90
13
U3
4
4
5
8
8
Rerata
% kematian*
3.33
4.33
5.00
6.67
7.67
33.33
43.33
50.00
66.67
76.67
Nilai
probit
4.56
4.82
5.00
5.44
5.74
Perhitungan LC50:
y = 0.873x + 3.628
5 = 0.873x + 3.628
x = 1.575
LC50 = antilog 1.575 = 37.29 ppm
Lampiran 5 Toksisitas ekstrak n-heksana terhadap larva A. salina
Konsentrasi
Jumlah larva mati
(ppm)
U1
U2
U3
U4
2
2
4
3
6
4
7
5
7
7
6
7
8
9
8
8
8
9
10
9
10
9
10
10
9
*Jumlah larva awal = 10
U5
2
5
6
7
9
Rerata
% kematian*
3.40
6.20
7.60
8.60
9.40
34
62
76
86
94
Nilai
probit
4.59
5.31
5.71
6.08
6.55
Perhitungan LC50:
y = 2.685x + 3.722
5 = 2.685x + 3.722
x = 0.476
LC50 = antilog 0.476 = 2.99 ppm
Lampiran 6 Toksisitas ekstrak etil asetat terhadap larva A. salina
Konsentrasi
Jumlah larva mati
Rerata
% kematian*
(ppm)
U1
U2
U3
50
3
0
1
1.33
13.33
100
3
1
2
2.00
20.00
250
5
3
4
4.00
40.00
500
3
3
3
3.00
30.00
750
6
8
5
6.33
63.33
1000
7
8
7
7.33
73.33
*Jumlah larva awal = 10
Perhitungan LC50:
y = 1.200x + 1.765
5 = 1.200x + 1.765
x = 2.696
LC50 = antilog 2.696 = 496.40 ppm
Nilai
probit
3.87
4.16
4.75
4.48
5.33
5.61
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 25 Februari 1989 dari pasangan
Syakirin dan Munaesah. Penulis merupakan anak keenam dari 6 bersaudara. Tahun
2007 penulis berhasil menyelesaikan studi di MA Al Hikmah 2 Brebes dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama dan diterima di
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bulan Juli
Agustus 2010 penulis berkesempatan melaksanakan praktik lapangan di PT Bintang
Toedjoe.