Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH
SUCI ARYANTI
1508434461
Pembimbing :
dr. WR. BUTAR-BUTAR, SpPD., FINASIM
Latar belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berfungsi untuk mengatur volume dan
komposisi kimia darah dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara
selektif. Fungsi vital ginjal dilakukan oleh glomerulus dengan memfiltrasi plasma
darah dan diikuti dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah
yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal, selanjutnya zat terlarut dan air yang
berlebih diekskresikan dari tubuh dalam urin, melalui sistem pengumpul urin.1
Penyakit ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal.2Penyakit ini telah menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
serius, karena tidak hanya berpengaruh terhadap progresivitas kerusakan ginjal,
namun juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.3,4Berdasarkan data dari
World Health Organization (WHO) tahun 2002 diketahui bahwa penyakit ginjal
dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sekitar 850.000 orang setiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke 12
tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. 5Angka
kejadian gagal ginjal di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat
1800 kasus baru pertahunnya. Pada negara-negara berkembang lainnya, insiden
ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun.2
Terapi awal yang efektif dapat diberikan setelah mengidentifikasi penyakit
ginjal kronis berdasarkan definisi dan kalsifikasinya. Kidney Disease Outcomes
Quality Initiative (KDOQI) mendefinisikan penyakit ginjal kronis sebagai
abnormalitas fungsi maupun struktur ginjal (abnormalitas urinalisis, pencitraan
atau histologi) yang menetap sekurang-kurangnya selama 3 bulan dengan atau
tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yaitu kecil dari 60
ml/menit/1,73m2.3,4
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Penyakit ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD)adalah suatu
Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal, yaitu atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar
penyakit, dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus
Kockcroft-Gault sebagai berikut:2,4
LFG( ml/ menit / 1,73 m)=
72 x kreatinin plasma(mg / dl )
Penjelasan
Kerusakan ginjal dengan LFG normal
LFG(ml/mnt/1,73m)
90
atau
2
60-89
30-59
15- 29
Gagal ginjal
tubulointerstitial
(pielonefritis
III.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyebab
utama morbiditas dan mortalitas. Lebih dari 82.000 penderita gagal ginjal kronik
meninggal setiap tahunnya sehingga menjadi penyebab kematian ke-9. Dengan
angka insidensi 1 dari 9 orang dewasa menderita penyakit ini dan meningkat
sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta diperkirakan
terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang
lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun.2
IV.
Etiologi
Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan
negara lain. Penyebab utama dan insiden penyakit ginjal kronik di Amerika
Serikat dari tahun 1995-1999 adalah:2,8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Diabetes Melitus (44%) terdiri dari; DM tipe 1 (7%) dan DM tipe 2 (37%)
Hipertensi dan Penyakit Pembuluh Darah Besar (27%)
Glomerulonefritis (10%)
Nefritis Interstitialis (4%)
Kista dan Penyakit Bawaan Lain (3%)
Penyakit Sistemik Misal;Lupus dan Vaskulitis (2%)
Neoplasma (2%)
Tidak Diketahui (4%)
Penyakit Lain (4%)
Sedangkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2000
Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
ginjal akan merusak susunan anatomis dari ansa henle atau pompa klorida
pars ascenden ansa henle.
2. Hipotesis Briker atau nefron yang utuh.
Hipotesis ini menjelaskan bahwa bila satu nefron terserang penyakit maka
keseluruh unit dari nefron tersebut akan hancur. Akibatnya nefron-nefron
yang masih normal akan bekerja ekstra keras untuk mengkompensasi
nefron-nefron yang rusak agar ginjal tetap bekerja optimal. Kerja ekstra
dari ginjal ini yang mengakibatkan peningkatan jumlah nefron yang rusak
dan berkembang menjadi gagal ginjal kronik.
Pada stadium yang paling dini penyakit ginjal kronik terjadi kehilangan
daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan dimana basal LFG masih normal
atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum
merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada
pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan
berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan
tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya.
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran
napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan
air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain
natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi
yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal.2
VI.
Pendekatan diagnostik
Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik
adalah:2,6,10
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis pada pasien yang mengalami penyakit ginjal
kronik adalah : 2,3,7,8
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
b. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa
melewati filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh
toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan
c. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi
d. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
kalsifikasi
e. Pemeriksaan pemindahan ginjal atau renografi dikerjakan bila ada
indikasi.
Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih
mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasive tidak bisa ditegakkan.
Adapun tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui etiologi,
menetapkan terapi, prognosis dan untuk mengevaluasi hasil terapi yang telah
diberikan. Biopsi ginjal kontraindikasi dilakukan pada keadaan dimana ukuran
ginjal yang sudah mengecil, ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali,
infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal nafas dan obesitas.2
VII.
Penatalaksanaan
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum
terjadinya penurunan LFG, sehingga perburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Bila
LFG sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit
dasarnya sudah tidak banyak bermanfaat.2
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
Faktor-faktor komorbid antara lain: gangguan keseimbangan cairan,
hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus
7
10
11
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. R
Umur
: 28 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Status
: Menikah
Alamat
Masuk RS
: 7 Oktober 2015
Rekam Medis
: 90 09 60
ANAMNESIS
Auto dan alloanamnesis (alloanamnesis dari suami pasien)
KELUHAN UTAMA
Wajah dirasa membengkak sejak 1,5 bulanSMRS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
12
1 bulan yang lalu pasien sudah pernah berobat ke dokter dan dinyatakan
adanya gangguan pada ginjal, serta dianjurkan untuk dirawat, namun
pasien menolak karena belum mengurus BPJS.
terkontrol.
Riwayat diabetes melitus (-)
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum
Kesadaran
Berat badan
Tinggi badan
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata
Hidung
13
(-/-)
Telinga: deformitas (-/-), sekret (-/-), gangguang pendengaran (-/-)
Mulut
: Bibir pucat (+), sianosis (-), mukosa kering (-),
stomatitis (-)
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: statis
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
interkosta III.
: Bunyi jantung S1 dan S2 reguler dalam batas normal,
gallop (-),murmur (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
14
Palpasi
: supel, nyeri tekan pada 4 regio (-), hepar dan lien tidak
teraba, undulasi (-)
Ekstremitas
Udema tungkai (+) pada kedua tungkai, udem hingga mata kaki,
15
Maleolus
medial tidak
tampak
Perut
tampak
membunci
t
(c) Asites
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin(tgl 8 Oktober 2015)
16
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
: 3,46 mg/dl
: 10,43%
: 4.330 /uL
: 174.500 /uL
: 1.406.000 /uL
: 74,17 fl
: 24,6 pg
: 33,1 g/dl
Ureum
Creatinin serum
Glukosa
Albumin
: 164mg/dl(10 50 mg/dl)
: 11,72 mg/dl(0.50 1.50 mg/dl)
: 74 mg/dl
(80 100 mg/dl)
: 3,02 g/dl (3,50 - 5,00g/dl)
HbsAg
: Non reaktif
Pemeriksaan Radiologi
RESUME:
Ny. R, perempuan, 28 tahun, datang dengan keluhan wajah membengkak
terutama sekitar mata sejak 1 bulan yang lalu, bengkak di pagi hari dan akan
berkurang di siang hari saat beraktivitas, serta kaki bengkak sejak 1 bulan
SMRS dan sejak 6 bulan SMRS badan dirasa lemas, mudah lelah, nafsu makan
berkurang. Telah berobat dan dianjurkan untuk dirawat, tapi pasien menolak.
Riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, tidak terkontrol. Orang tua juga punya
riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100
mmHg, konjungtiva palpebra anemis, udem palpebra, bibir pucat, pada abdomen
shifting dullness (+) dan, pitting udem pada kedua tungkai dan kuku pucat. Pada
17
Tirah baring
Farmakologi
18
IVFD RL 17 tpm
FOLLOW UP PASIEN
8 Oktober 2015
S : bengkak pada wajah terutama disekitar mata dan bengkak pada kedua kaki
BAK sering, badan masih lemas. Pasien mengaku telah diberi tranfusi 1
kantong
O: kesadaran komposmentis
TD
: 150/100 mmHg
: 76 kali/menit
RR
: 17 kali/menit
: 36,30C
IVFD RL 17 tpm
TranfusiPRC1 kantong
9 Oktober 2015
S : masih terdapat bengkak pada wajah sekitar kelopak mata, BAK sering, sering
pusing, bengkak pada kaki sudah berkurang.
19
O: kesadaran komposmentis
TD
: 160/100 mmHg
: 80 kali/menit
RR
: 18 kali/menit
: 36,50C
IVFD RL 17 tpm
TranfusiPRC1 kantong
10 Oktober 2015
S : bengkak pada wajah terutama pada sekitar kelopak mata sudah berkurang,
bengkakpada kaki sudah tidak ada, BAK masih sering, pusing sudah
berkurang, lemas sudah sedikit berkurang.
O: kesadaran komposmentis
TD
: 160/110 mmHg
: 80 kali/menit
RR
: 18 kali/menit
: 36,30C
IVFD RL tpm 17
TranfusiPRC2 kantong
20
11 Oktober 2015
S : bengkak pada wajah terutama pada sekitar kelopak mata sudah berkurang,
BAK masih sering, pusing sudah tidak ada, lemas sudah berkurang.
O: kesadaran komposmentis
TD
: 160/100 mmHg
: 72 kali/menit
RR
: 18 kali/menit
: 36,50C
IVFD RL 17 tpm
21
PEMBAHASAN
22
23
PENUTUP
Kesimpulan
Pada pasien ini didiagnosis CKD berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.Pada anamnesis didapatkan
keluhan wajah membengkak terutama sekitar kelopak mata, kaki bengkak, badan
dirasa lemas, mudah lelah dan nafsu makan berkurang. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, konjungtiva palpebra anemis, udem
palpebra, bibir pucat, shifting dullness (+), pitting udem pada kedua tungkai dan
kuku pucat. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 3,46 mg/dl, ureum 164
mg/dl, kreatinin 11,72 mg/dl, albumin 3,02 g/dl, LFG 6,31 ml/menit/1,73m 2 dan
pada USG Abdomen didapatkan kesan chronic kidney disease bilateral dan asites.
Pengobatan pasien dengan non farmakologi berupa istirahat dan diet MB, serta
farmakologi berupa IVFD RL 17 tpm, Inf. Eas Pfrimmer 2x1, Inj. Furosemid 2x1
ampul, Inj. Ozid 2x1 ampul, Asam folat 3x1, Tranfusi PRC 6 kantong
Saran
Pasien harus kontrol terhadap penyakit secara teratur sehingga
progresifitas penyakit dapat diminimalisir.
24
Daftar Pustaka
1. Price SA, Lorraine MW. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2003.
2. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I.
Edisi IV. Jakarta: lImu Penyakit Dalam FKUI; 2007.p.570-3.
3. Gulati S. Chronic kidnet disease. 2010. [3Oktober 2015]. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/984358-overview.
4. National kidney foundation. Clinical practice guidelines for chronic kidney
disease: evaluation, classification and stratification. 2002. [5Oktober
2015]. Diunduh dari: http://www.kidney.org/professionals/KDOQI/
guidelines_ckd/toc.htm.
5. World Health Organization (WHO). How can we achieve global equity in
provision of renal replacement therapy. Bulletin. [cited 2015 Oct 10]
Available from: http://www.who.int/bulletin/volumes/86/3/.
6. Skorecki K, Green J, Brenner BM. Chronic renal failure. In: Kasper DL,
Braunwald E, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson L, editors. Harrisons
principles of internal medicine. 16th edition. New York: McGraw-Hill;
2005.p.1703-10.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ,
Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A, editors. Standar Pelayanan Medik Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 2004. Jakarta: Pengurus Besar PAPDI. 2004. 157-9.
8. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Penyakit Ginjal. Dalam: Kedokteran
Klinis. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 2007. 228-32.
9. Wilson LM. Gagal ginjal kronik. Dalam: Prince SA, Wilson LM, editors.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta:EGC; 1995.p.813-43.
10. Wilson LM. Penyakit ginjal stadium akhir: sindrom uremik. Dalam: Prince
SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta:EGC; 1995.p.950-63
11. Patel P. Chronic Kidney Disease. 2009. [Diambil tanggal 5 Oktober 2015]
Diakses pada www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000471.htm.
12. Adamson JW (ed). Harrisons Principles of Internal Medicine 16 th edition
vol.1. McGraw-Hill Companies: 2005.
25