Vous êtes sur la page 1sur 57

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII

Keperawatan Anak

LAPORAN TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. MK


DENGAN GE KRONIK DI RUANG 7B
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun oleh:
FARIDATUL M. S.Kep, Ns
NIP. 19820331 200312 2 002

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN

-Page 0-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

A. Latar Belakang
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu
penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan
angka kesakitan berkisar diantara 150-430/1000 penduduk
setiap tahunnya. Di Ruang Perawatan Anak RSSA sendiri diare
merupakan peringkat pertama 10 besar penyakit. Terdapat
526 kasus dari 2.594 total kasus (20,3%) selama tahun 2011
(Rekam Medis Ruang Anak RSSA, 2012).
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada
gastroenteritis,

karena

istilah

yang

disebut

terakhir

ini

memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan


oleh infeksi. Walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung
jarang mengalami peradangan.
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi selain
penyebab

lain

selain

malabsorbsi.

Diare

sebenarnya

merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system


gastrointestinal atau penyakit lain diluar pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan penyakit diare, karena
dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan
penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa
bencana bila terlambat. Maka diperlukan penanganan yang
cepat

dan

tepat.

Dengan

upaya

yang

sekarang

telah

dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit dapat ditekan


menjadi kurang dari 3%.
Diare

dapat

disebabkan

oleh

obat-obatan

tertentu,

pemberian makanan perselang, gangguan metabolic dan


endokrin, serta proses infeksi virus atau bakteri. Proses
penyakit

lain

yang

dihubungkan

dengan

diare

adalah

gangguan nutrisi dan malabsorbsi, deficit spingter anal,


sindrom zollinger-Ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.

-Page 1-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien diare di
RSUD dr. Syaiful Anwar Malang?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta diklat dapat menerapkan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan diare.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diklat diharapkan
mampu untuk:
a. Memahami anatomi fisiologi system pencernaan dan
diare.
b. Memahami teori asuhan keperawatan pada klien dengan
diare.
c. Memahami pengkajian pada klien diare.
d. Memahami intervensi keperawatan pada klien diare.
e. Memahami implementasi pada klien diare.
f. Memahami evaluasi pada klien diare.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Dan Fisiologi

-Page 2-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Saluran
melalui

gastrointestinal

esophagus,

adalah

lambung

dan

jalur

yang

berjalan

usus

sampai

anus.

Esophagus terletak dimedia stinum rongga torakal anterior


terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan
jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya
kira-kira

25

cm

yang

menjadi

distensi

bila

makanan

melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak didalam
rongga

peritoneal.

Lambung

ditempatkan

dibagian

atas

abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat dibawah


diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat
berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet ke
lambung disebut esofagogastrik. Bagian ini dikelilingi oleh
cincin otot halus, disebut sfingter esophagus bawah atau
sfingter kardia, dimana pada saat berkonstraksi menutup
lambung dari esophagus. Lambung dapat dibagi dalam empat
bagian anatomis yaitu kardia (jalan masuk), fundus, korpus,
dan pylorus. Otot halus sirkuler di dinding pylorus membentuk
sfingter pylorus dan mengontrol lubang diantara lambung dan
usus halus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI,
dimana jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari total
panjang saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang
memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk
sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi kedalam tiga bagian
anatomic yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah
disebut yeyenum dan bagian bawah disebut ileum. Duktus
koledukus yang memungkinkan untuk pasase baik empedu
dan sekresi pancreas, mengosongkan diri ke dalam duodenum
dan ampula vater.
Pertemuan antara usus halus dan besar terletak dibagian
bawah

kanan

duedonum

yang

disebut

sekum.

Pada

-Page 3-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

pertemuan ini terdapat katup ilcosekal yang berfungsi untuk


mengontrol pasase isi usus halus kedalam usus besar dan
mencegah refluks bakteri kedalam usus halus. Pada tempat ini
terdapat apendiks veriformis.
Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan,
segmen transversum yang memanjang dari kanan atas
sampai kiri atas dan segmen desenden yang terletak pada sisi
kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua
bagian yaitu kolon sigmoid dan rectum. Rectum berlanjut
pada anus. Jalan keluar anal diatur oleh otot lurik yang
membentuk sfingter internal dan eksternal.
Fungsi utama dari saluran pencernaan yang berhubungan
dengan memberikan kebutuhan tubuh adalah memecahkan
partikel makanan kedalam bentuk olekuler untuk dicerna,
mengabsorsi hasil pencernaan dalam molekul kecil kedalam
aliran darah, mengeliminasi makanan yang tidak dicerna dan
terabsorbsi dan produksi sel lain dalam tubuh.
Distensi rectum secara relative menimbulkan kontraksi
otot-ototnya dan merilekskan sfingter anal internal, yang
biasanya tertutup. Sfingter internal dikontrol oleh system saraf
otonom, sfingter eksternal dibawah control sadar dari korteks
serebral. Selama defekasi, sfingter anal eksternal secara
volunteer rileks, untuk memungkinkan isi kolon keluar. Secara
normal, sfingter anal eksternal dipertahankan pada status
kontraksi tonus. Oleh karena itu, defekasi terlihat menjadi
refleks spinal yang dapat secara volunteer dihambat dengan
mempertahankan sfingter anal eksternal tertutup. Konstraksi
otot abdomen memudahkan pengosongan kolon.
Rata-rata frekuensi defekasi pada manusia adalah sekali
sehari, tetapi frekuensi bervariasi diantara individu. Feses
terdiri dari bahan makanan yang tidak dicerna, materi

-Page 4-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

anorganik, air dan bakteri. Bahan fekal kira-kira 75% materi


cair dan 2% materi padat (Syaifuddin, 1997).

Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi


tinja sepanjang usus besar. Beberapa penyebab diare dengan
tambahan gambaran fisiologis yang penting adalah:
1. ENTERITIS.
Enteritis berarti infeksi yang disebabkan baik oleh
virus maupun oleh bakteri pada traktus intestinalis. Pada

-Page 5-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

diare infeksius umum, infeksi paling luas terjadi pada


seluruh usus besar dan pada ujung distal ileum. Di mana
pun infeksi terjadi, mukosa teriritasi secara luas, dan
kecepatan sekresinya sangat tinggi. Sebagai tambahan,
motilitas dinding usus biasanya meningkat berlipat ganda.
Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup tinggi untuk
membuat agen infeksi tersapu kearah anus, dan pada saat
yang sama gerakan pendorong yang kuat akan mendorong
cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang
penting untuk membersihkan kotoran traktus intestinalis
dari infeksi yang mengganggu.
Diare yang menarik perhatian khusus disebabkan oleh
kolera. Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi
elektrolit dan cairan yang berlebihan dari kripta lieberkuhn
pada ileum distal dan kolon. Jumlahnya dapat 10-12
liter/hari dan kolon biasanya dapat merabsorbsi maksimum
hanya 6 liter/hari. Oleh karena itu kehilangan cairan dan
elektrolit dapat begitu mengganggu dalam sehari atau
lebih sehingga menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
dasar terapi fisiologi yang paling penting adalah segera
mengganti cairan dan elektrolit secepat hilangnya cairan,
terutama dengan memberikan pasien larutan salin dan
larutan glukosa secara intravena. Dengan terapi yang tepat
dari jenis ini, bersama dengan penggunaan antibiotic,
hampir tidak ada pasien kolera yang meninggal (Guyton,
1997).
2. DIARE PSIKOGENIK.
Tipe diare ini disebut juga diare emosional yang
disebabkan oleh stimulasi yang berlebihan dari system
saraf parasimpatis, yang secara kuat mencetuskan baik
motilitas maupun sekresi mucus pada kolon distal. Dua

-Page 6-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

efek yang bergabung bersama ini dapat menyebabkan


diare yang nyata. (Guyton, 1997)
3. KOLITIS ULSERATIVA.
Colitis userativa adalah penyakit dimana daerah yang
luas dari usus besar meradang dan mengalami ulserasi.
Motilitas dari kolon yang mengalami ulserasi sering begitu
besar sehingga perpindahan masa terjadi hampir setiap
saat, dibandingkan dengan keadaan biasa yaitu 10-20
menit perhari. Sekresi kolon juga sangat meningkat.
Akibatnya, pasien mengalami gerakan usus yang bersifat
diare yang berulang.
Penyebab

dari

colitis

ulserativa

tidak

diketahui.

Beberapa klinikus percaya bahwa penyakit ini diakibatkan


oleh efek distruksi imun atau alergi, tetapi juga dapat
merupakan akibat dari suatu infeksi bacterial kronis yang
belum

dapat

dimengerti.

Apapun

penyebabnya,

ada

kecenderungan herediter kuat untuk kerentanan colitis


ulserativa. Sekali kondisi sudah berkembang sangat larut
ulkus tetap timbul karena superimposisi infeksi bakteri dan
jarang akan sembuh sampai suatu ileostomi dilakukan
supaya isi usus mengalir keluar dan bukan mengalir
melalui

kolon.

Bahkan

jika

kemudian

ulkus

gagal

menyembuh, maka jalan satu-satunya adalah mengangkat


kolon itu. (Guyton, 1997).
B. Definisi
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari
4 kali pada bayi dan dan lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah,
1997).

-Page 7-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Diare

adalah

disebabkan oleh

inflamasi

lambung

berbagai bakteri,

dan

virus,

usus

dan

yang

pathogen

parasitic (Wong, 2003).


Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal
atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih
banyak dari biasanya (FKUI, 1985).
Jika bayi atau anak tiba-tiba mengalami perubahan dalam
buang air besar dari biasanya, baik frekuensi/jumlah buang air
yang menjadi sering dan keluar dalam konsistensi cair
daripada padat, maka itu adalah diare (www.infoibu.com).
Diare adalah berak encer (biasanya 4 kali atau lebih
dalam sehari), kadang-kadang disertai muntah, badan lesu
atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir
dalam kotoran (www.dinkes-dki.go.id).
C. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama pada anak. Meliputi :

Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,


Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

Infeksi virus : Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,


Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan
lain-lain.

Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,


Strongyloides),
Giardia

Protozoa

lamblia,

(Entamoeba

Trichomonas

histolytica,

hominis),

jamur

(Candida albicans).
b. Infeksi parenteral

-Page 8-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di


luar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),
Tonsilofaringitis,

Bronkopneumonia,

Ensefalitis,

dan

sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa

dan

sukrosa),

monosakarida

(intoleransi

glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak


yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
a. Makanan basi
b. Makanan beracun
c. Alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
a. Rasa takut
b. Cemas.
D. Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung

yang

turut

meradang

akibat

gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah

-Page 9-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi


mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir,
dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat :
1. Pada

anak

yang

mengalami

diare

tanpa

dehidrasi

dengan

dehidrasi

(kekurangan cairan).
Tanda-tandanya :

Berak cair 1-2 kali sehari

Muntah tidak ada

Haus tidak ada

Masih mau makan

Masih mau bermain

2. Pada

anak

yang

mengalami

diare

ringan/sedang.
Tanda-tandanya :

Berak cair 4-9 kali sehari

Kadang muntah 1-2 kali sehari

Kadang panas

Haus

Tidak mau makan

Badan lesu lemas

3. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.


Tanda-tandanya :

Berak cair terus-menerus

Muntah terus-menerus

Haus sekali

Mata cekung

Bibir kering dan biru

Tangan dan kaki dingin

-Page 10-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Sangat lemah

Tidak mau makan

Tidak mau bermain

Tidak kencing 6 jam atau lebih

Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi.


Sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi

menjadi dehidrasi hipotonik, isotonic dan hipertonik. Dehidrasi


hipotonik yaitu bila kadar natrium dalam plasma kurang dari
130 mEq/l, dehidrasi isotonic apabila kadar natrium dalam
plasma 130-150 mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik bila
kadar natrium dalam plasma lebih dari 150 mEq/l.
Pada dehidrasi isotonic dan hipotonik rasa haus tidak
begitu tampak, tetapi pada penderita dehidrasi hipertonik,
rasa haus akan nyata sekali dan disertai kelainan neurologist
seperti kejang, hiperfleksi, kesadaran menurun, sedangkan
turgor dan tonus tidak begitu buruk.
E. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan

ini

akan

merangsang

usus

untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam

-Page 11-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat


peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan

bakteri

tumbuh

berlebihan

yang

selanjutnya dapat mengakibatkan diare pula.


Pada diare akut diawali dengan masuknya jasad renik
yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung, kemudian jasad renik
tersebut berkembangbiak didalam usus halus. Selama masa
berkembangbiak, jasad renik tersebut mengeluarkan toksin
didalam usus halus. Akibat dari toksin tersebut terjadi
hipersekresi

yang

selanjutnya

akan

menyebabkan

diare

sedangkan pada diare kronis, penyebabnya lebih kompleks


dan

faktor-faktor

yang

menimbulkannya

adalah

infeksi

bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dan lain-lain (FKUI,


1985).
F. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus
dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila

perlu

dilakukan

pemeriksaan

biakan

dan

uji

resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau
lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

-Page 12-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui


faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium,
kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita
diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis
jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. Komplikasi
Sebagai

akibat

kehilangan

cairan

dan

elektrolit

secara

mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :


1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang
7. Malnutrisi energi protein.
H. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan
a. Jenis cairan
Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts)
o Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl,
dan glukosa. Kadar natrium 90 mEq/l untuk kolera
dan diare akut pada anak diatas 6 bulan dengan
dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi
(untuk pencegahan dehidrasi).
Kadar natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut nonkolera pada anak di bawah 6 bulan dengan

-Page 13-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi.


Formula lengkap sering disebut oralit.
o Formula

sederhana

(tidak

lengkap)

hanya

mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat


lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin
garam,

larutan

tepung

beras

garam

dan

sebagainya untuk pengobatan pertama di rumah


pada semua anak dengan diare akut baik sebelum
ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi
ringan.
Cairan parenteral
o DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian
glukosa 5%).
o RL g (1 bagian Ringer laktat + 1 bagian glukosa
5%).
o RL (Ringer Laktat).
o 3 @ (1 bagian NaCl 0.9% + 1 bagian glukosa 5%
+ 1 bagian Na laktat 1/6 mol/l).
o DG 1:2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian
glukosa 5%).
o RLg 1:3 ( 1 bagian Ringer laktat + 3 bagian
glukosa 5-10%).
o Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian
NaHCO3 1.5% atau 4 bagian glukosa 5-10% + 1
bagian NaCl 0.9%).
b. Jalan pemberian cairan
Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa
dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran
baik.

-Page 14-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang dan


tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum atau
kesadaran menurun.
Intravena untuk dehidrasi berat.
c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi
pada anak dibawah 2 tahun.
Derajat
Dehidra
si
Ringan
Sedang
Berat

PWL*

NWL**

CWL***

Jumlah

50
75
125

100
100
100

25
25
25

175
200
250

Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi


pada anak berumur 2-5 tahun.
Derajat
Dehidra PWL*
NWL**
CWL***
Jumlah
si
Ringan
30
80
25
135
Sedang 50
80
25
155
Berat
80
80
25
185
Jumlah cairan yang hilang pada dehidrasi berat
manurut berat badan penderita dan umur.
Derajat
Dehidr Umur
PWL*
NWL** CWL*** Jumlah
asi
0-3 kg
0-1
150
125
25
300
3-10 kg bulan
125
100
25
250
10-15
1
bln- 100
80
25
205
kg
2thn
80
65
25
170
15-25
2-5
kg
tahun
5-10
tahun
Keterangan :
*PWL = Previous Water Loss (ml/kgbb)
**NWL = Normal Water Losses (ml/kgbb)
***CWL = Concomitant Water Losses (ml/kgbb).

-Page 15-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

d. Jadwal pemberian cairan


Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas
setiap kali defekasi dan parenteral dibagi rata dalam
24 jam.
Dehidrasi ringan
Satu jam pertama 25-50 ml/kgBB per oral atau
intragastrik dan selanjutnya 125 ml/kgBB/hari.
Dehidrasi sedang
Satu jam pertama 50-100 ml/kgBB per oral atau
intragastrik dan selanjutnya 125 ml/kgBB/hari.
Dehidrasi berat
Untuk anak 1 bulan-2 tahun dengan BB 3-10 kg
o 1 jam pertama : 40 ml/kgBB
o 7 jam kemudian : 12 ml/kgBB
o 16 jam berikut : 125 ml/kgBB oralit per oral
atau intragastrik
Untuk anak > 2 tahun dengan BB 10-15 kg
o 1 jam pertama : 30 ml/kgBB
o 7 jam kemudian : 10 ml/kgBB
o 16 jam berikut : 125 ml/kgBB oralit p.o atau
intragastrik.
Untuk anak > 5-19 tahun dengan BB 15-25 kg
o 1 jam pertama : 20 ml/kgBB
o 7 jam kemudian : 10 ml/kgBB
o 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral
Untuk bayi baru lahir dengan BB 2-3 kg
Jenis cairan 4:1 (4 glukosa 5% + 1 NaHCO3 1.5%).
Kecepatan :
o 4 jam pertama : 25 ml/kgBB
o 20 jam berikut : 150 ml/kgBB

-Page 16-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Untuk bayi BBLR dengan BB < 2 kg


Jenis cairan : 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NaHCO3 1.5%).
Kecepatan :
o 4 jam pertama : 25 ml/kgBB
o 20 jam berikut : 150 ml/kgBB.
2. Dietetik
a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan di atas 1 tahun
dengan BB < 7 kg.
Jenis makanan :
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung
laktosa

rendah

dan

asam

lemak

tidak

jenuh,

misalnya LLM, Almiron)


Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan
padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu
karena dirumah sudah biasa diberi makanan padat
Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung
laktosa atau susu dengan asam lemak tidak jenuh
sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
b. Untuk anak diatas 1 tahun dengan BB > 7 kg.
Jenis makanan :
Makanan

padat

atau

makanan

cair/susu

sesuai

dengan kebiasaan makan dirumah.


3. Obat-obatan
Prinsip

pengobatan

diare

adalah

menggantikan

cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa


muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain.
a. Obat anti sekresi
Asetosal. Dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum
30 mg.

-Page 17-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Klorpromazin. Dosis : 0,5-1 mg/kgBB/hari.


b. Obat anti spasmolitik
Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverin,
ekstrak beladona, opium, loperamid, dan sebagainya
tidak diperlukan untuk mengatasi diare.

c. Obat pengeras tinja


Obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal,
tabonal dan sebagainya tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare.
d. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk
mengatasi diare akut, kecuali bila penyebabnya jelas
seperti :
Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari
Campylobacter,

diberikan

eritromisin

40-50

mg/kgBB/hari.
Antibiotika lain dapat pula diberikan bila terdapat
penyakit penyerta seperti misalnya :
Infeksi

ringan

(OMA,

faringitis)

diberikan

penisilinprokain 50.000 U/kgBB/hari


Infeksi sedang (Bronkitis) diberikan penisilinprokain
atau ampisilin 50 mg/kgBB/hari
Infeksi

berat

penisilinprokain

(Bronkopnemonia)
dengan

diberikan

kloramfenikol

75

mg/kgBB/hari atau ampisilin 75-100 mg/kgBB/hari


ditambah gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau derivate
sefalosforin 35-50 mg/kgBB/hari.
JUMLAH CAIRAN YANG HENDAK DIBERIKAN :

-Page 18-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai


dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan
cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara :
1) B. D. plasma dengan memakai rumus :
Kebutuhan cairan :
BD plasma 1,025
x Berat badan x
0,001
4 ml
2) Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :
-

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X kkBB

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X kgBB

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X kkBB.

3) Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi


penilaian/skor :
-

Rasa haus/muntah

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg

Tekanan darah sistolik < 60 mmHg

Frekuensi nadi > 120 kali/menit

Kesadaran apati

Kesadaran somnolen, sopor atau koma

Frekuensi nafas > 30 kali/menit

Facies cholerica

Vox cholerica

Turgor kulit menurun

Washer womens hand

Ekstremitas dingin

Sianosis

Umur 50-60 tahun

Umur > 60 tahun

Kebutuhan cairan :
Skor

x 10% x kgBB x 1
liter
-Page 19-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

15
Juwono

R.

(1975)

melaporkan

penelitiannya

dalam

menghitung kebutuhan cairan dengan ketiga cara tersebut,


sebagai berikut :
-

Pemeriksaan BD plasma merupakan cara yang paling


mendekati

kebutuhan

cairan.

Cara

ini

memerlukan

pengadaan alat khusus dan bahan kimia yang khusus.


-

Pemeriksaan dengan cara Pierce menghasilkan kebutuhan


cairan yang jauh melebihi perhitungan dengan cara BD
plasma.

Pemeriksaan dengan sistem skor Dadiyono menghasilkan


cairan yang sedikit melebihi perhitungan dengan cara BD
plasma.

I. Keseimbangan cairan
Bayi dan anak-anak kecil mempunyai kebutuhan yang
lebih besar akan air, oleh karena itu, mereka sangat rentan
terhadap perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. Jika
dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar dan orang
dewasa, mereka memiliki intake dan output cairan yang lebih
besar. Gangguan cairan dan elektrolit terjadi lebih sering dan
lebih cepat, dan anak-anak menyesuaikan kurang cepat
terhadap perubahan ini.
Kompartemen cairan pada bayi sangat berbeda dengan
orang

dewasa,

karena

pada

bayi

mempunyai

kompartemencairan ekstraseluler yang sangat luas. Cairan


ekstraseluler menyusun sekitar lebih setengah jumlah total air
pada

tubuh

pada

saat

lahir

dan

cairan

ekstraseluler

mempunyai jumlah sodium dan klorida dalam jumlah yang


sangat banyak. Bayi kehilangan sejumlah besar cairan pada
saat lahir sampai berusia 2 tahun dari pada orang dewasa. Hal

-Page 20-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

ini

membuktikan,

kenapa

pada

periode

ini

bayi

lebih

kehilangan cairan selama periode ini.


Kehilangan cairan membuat jumlah cairan kompartemen
menjadi berkurang, dimana hal ini dibuktikan dengan adanya
dehidrasi. Pada umumnya sekitar 60% cairan terbuang dari
cairan ekstraseluler, dan sisanya 40% berasal dari cairan
intraseluler. Jumlah cairan yang hilang dari esktraseluler
meningkat pada keadaan sakit yang akut dan menurun pada
kasus kehilangan cairan kronis.
Kebutuhan Rumatan Cairan
Kebutuhan rumatan tidak berbanding lurus dengan berat
badan, melainkan dengan pemakain energi per satuan massa
tubuh. Karena tidak mudah untuk mengukur kebutuhan kalori
individu maka untuk menetapkan kebutuhan cairan, tabel
berikut menunjukkan taksiran kebutuhan cairan per kg BB
menurut umur dengan memperhitungkan variasi kebutuhan
energi. Volume yang disebut bukanlah basal : nilai ini untuk
anak normal yang aktif dengan fungsi ginjal baik pada suhu
dan kelembaban lingkungan biasa.

Hari

Usia
pertama

kehidupan
Hari

90
kedua

kehidupan
Hari

ml/kgBB/hari
60
120
120-140

ketiga

90-100

kehidupan

80-90

Sampai 9 bulan

70-80

12 bulan

60-70

2 tahun

50-60

4 tahun

-Page 21-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

8 tahun
12 tahun
Faktor-faktor yang memodifikasi kebutuhan cairan :
Peningkatan atau pengurangan insensible loss (dari paru
dan kulit). Obligatory loss (urin, tinja) dan adanya kehilangan
abnormal

harus

selalu

diperhitungkan

pada

anak

yang

membutuhkan terapi intravena untuk mencegah kesalahan


yang berbahaya.
Dibutuhkan lebih
Demam

Dibutuhkan kurang
Hipotermia

(tambah 12% untuk (kurangi 12% untuk


setiap kenaikan 1C setiap 1C dibawah
diatas 37C)

37C)

hiperventilasi
Suhu

lingkungan kelembaban sangat

tinggi

tinggi

Aktifitas ekstrem

oliguria atau anuria

Setiap

kehilangan hampir

tidak

abnormal

aktifitas

Misal diare, poliuria

retensi cairan

ada

misal gagal jantung


Contoh-contoh

berikut

diberikan

untuk

memperlihatkan

pentingnya faktor-faktor modifikasi terhadap kebutuhan. Pada


setiap kasus, penilaian klinik selama periode 24 jam bisa
mengindikasikan kebutuhan untuk mengubah kecepatan infus
:
1. Anak 10 kg usia 12 bulan : tidak ada modifikasi :
Kebutuhan rumatan : 10 x 90 = 900 ml/hari.
2. Anak 10 kg usia 12 bulan dan hipertermia (39C)

Kebutuhan rumatan : 10 x 90 = 900 ml/hari

-Page 22-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Kebutuhan deficit karena kenaikan sebesar 2C


2 x 12/100 x 900 = 216 ml/hari

Jadi jumlah kebutuhan total pada anak dengan dehidrasi


dengan suhu 39C adalah sebesar 900 ml/hari + 216
ml/hari = 1116 ml/hari.

J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE


1.

Pengkajian
1. Kaji

kemungkinan

intake

makanan

atau

air

yang

terkontaminasi
2. Kaji adanya infeksi ditempat lain
3. Lakukan pengkajian fisik rutin (TD, RR, suhu, nadi)
4. Observasi adanya manifestasi gastroenteritis akut
5. Kaji status dehidrasi
6. Catat

keluaran

fecal

dalam

jumlah

volume

dan

karakteristik
7. Observasi dan catat adanya tanda-tanda yang berkaitan
dengan tenesmus, kram dan muntah
8. Deteksi sumber infeksi
9. Pemeriksaan diagnostic :
a. Tampung specimen sesuai kebutuhan
b. Pemeriksaan pH pada feses
c. Pemeriksaan darah
d. Pemeriksaan gula
e. Pemeriksaan pH urin
f. Pemeriksaan berat jenis urin
g. Elektrolit serum
h. Kreatinin
i. BUN
2.

Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi gangguan keseimbangan volume cairan
berhubungan dengan peningkatan sekresi Na dan K
kedalam BAB

-Page 23-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

b. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi


kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah
c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan
dengan penyebaran factor iritasi area rectal
d. Resiko

tinggi

gangguan

tumbuh

kembang

anak

berhubungan dengan hospitalisasi


e. Resiko tinggi perubahan peran orang tua berhubungan
dengan merawat anak di rumah sakit.
3.
N
O
1

Intervensi Keperawatan

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

Resiko

Setelah

Mandiri :

tinggi

dilakukan

Catat input dan Memberikan

gangguan

tindakan

output

keseimbang

asuhan

hari.

an

volume keperawatan

setiap
Misalnya

kebutuhan
cairan

tubuh,

fungsi

ginjal

diharapkan

dan

berhubunga

pada

Output

feses,

muntah

dengan dapat

peningkatan memenuhi
sekresi
dan

K cairan

minuman.
urin,

jika ada.

Na kebutuhan

dan
mengontrol
penyakit usus.

Lakukan
dan

tentang

input : makanan

cairan

anak

informasi

pemeriksaan TTV Hipotensi,

kedalam

elektrolit,

BAB.

dengan

demam

criteria hasil :

menunjukkan

1.Turgor

respon

setiap jam.

kulit

baik

Observasi

2.TTV

takikardi,

stabil

kulit

dapat

terhadap

kering

kehilangan

(normalnya :

berlebihan,

cairan.

TD

membrane

80/46

efek

Menunjukkan

-Page 24-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

mmHg, RR :

mukosa,

kehilangan

30-40

penurunan turgor

cairan

x/menit,

kulit.

berlebihan atau

Suhu : 37C ,

kapiler

Nadi : 120 -

setiap jam.

140 x/menit)
3.Input

dan

Pengisian
lambat

dehidrasi.

Ukur barat badan


tiap hari sebelum Indicator cairan

Output

mandi

seimbang.

sebelum

atau

dan

status

nutrisi.

pemberian
makan.
Ajarkan orangtua Kolon
untuk membatasi

diistirahatkan

masukan

untuk

makanan

dan

penyembuhan

minuman.

dan

untuk

Membatasi

menurunkan

aktivitas motorik

kehilangan

kasar anak.

cairan usus.
Diet
adekuat

Kaji pemeriksaan
laboratorium
anak

tidak
dan

penurunan
absorbsi dapat

menimbulkan

laboratorium

defisiensi

darah dan feses

vitamin K dan

untuk

merusak

adanya

darah samar.

koagulasi,
potensial risiko
perdarahan.

-Page 25-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Kolaborasi :
Berikan

Mempertahank
cairan

an

istirahat

DG aa, RL g, RL,

usus

3@, DG 1:2, RL g

memerlukan

1:3

penggantian

sesuai

indikasi.

cairan

untuk

memperbaiki
kehilangan
cairan usus.
Menurunkan
Berikan obat anti
diare,

misalnya

kaolin,

pectin,

kehilangan
cairan

dari

usus.

charcoal,
tabanol, dsb.
Berikan obat anti Untuk

emetic seperti :

mengontrol

asetosalklorprom

mual, muntah.

Resiko

Setelah

asin
Mandiri :

tinggi

dilakukan

Catat

gangguan

asuhan

nutrisi

pemenuhan

keperawatan

makanan

kebutuhan

diharapkan

minuman,

eksaserbasi

nutrisi

kebutuhan

dengan

gejala

membatasi

penyakit.

kurang dari nutrisi

pada

kebutuhan

anak

makanan

berhubunga

terpenuhi

serat

dengan dengan

papaya,

intake Mencegah
seperti
dan

serangan

akut

atau

tinggi
seperti
jeruk

mual

criteria hasil :

dan susu tinggi Memberikan

muntah.

1.Berat badan

laktosa.

stabil

Ukur berat badan

informasi
tentang

-Page 26-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

2.Tidak

ada

anak setiap hari

kebutuhan diet

tanda-tanda

sebelum

atau

malnutrisi.

atau

mandi
sebelum

keefektifan

pemberian

terapi

yang

makan.

diberikan.
Menurunkan

Ajarkan orangtua

kebutuhan

untuk membatsi

metabolic

aktivitas motorik

untuk

kasar anak dan

mencegah

istirahat

penurunan

cukup

yang
selama

fase sakit akut.


Kolaborasi :

kalori

dan

simpanan
energi.

Beritahu

anak
Istirahat

untuk

usus

mengurangi

menurunkan

masukan

peristaltic

makanan

dan

minuman.

diare

dan

dimana

menyebabkan
malabsorbsi
atau
kehilangan
nutrient.

Berikan
tambahan

Memungkinkan
diet

makanan
setengah
(bubur)
makanan

saluran

usus

untuk
padat

mematikan

atau

pencernaan

padat

untuk

(nasi) dan susu

integritas

rendah laktosa.

jaringan.

-Page 27-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Berikan

vitamin

B12
Malabsorbsi
vitamin

B12

akibat
Berikan

obat

kehilangan
nyata

asam folat.

fungsi

ileum.
Kekurangan
folat

umum

pada

adanya

penyakit kronis
sehubungan
dengan
penurunan
absorbsi

efek

terapi obat.
3

Resiko

Setelah

Mandiri :

tinggi

dilakukan

Observasi

gangguan

tindakan

catat

integritas

asuhan

defekasi,

factor

kulit

keperawatan

karakteristik,

penyebab

berhubunga

diharapkan

jumlah

dengan terjadi

dan Membantu

frekuensi

dan

factor pencetus.

membedakan

penyakit
mengkaji

factor iritasi perbaikan

beratnya

area rectal.

episode

pada integritas
kulitnya,

Ajarkan orangtua

penyakit.

dengan

untuk melakukan Apabila

criteria hasil :

perawatan

1.Defekasi

rectal

normal

gunakan

dan

tidak

area

dilakukan

dan

perawatan

salep

dengan

-Page 28-

benar

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

2.Tidak
merasakan

apabila

terjadi

iritasi.

dapat
menyebabkan

nyeri diarea

iritasi

pada

rectal.

area

rectal

karena
defekasi
Ajarkan orangtua

yang

sering.
Meningkatkan

untuk
memberikan diet

konsistensi

rendah

feses meskipun

serat

seperti makanan

cairan

perlu

setengah

untuk

fungsi

padat

atau padat dan


susu

tubuh optimal.

rendah

laktosa.
Kolaborasi :
Berikan

obat Perlu

untuk

defenoksilat

mengontrol

dengan

frekuensi

atropin

(lomatii).
Berikan

defekasi.
obat Mengabsorbsi

pesillium

air

untuk

(metamual).

meningkatkan
bulk

feses

sehingga
menurunkan
diare.
Berikan antibiotic Antibiotic
jika diperlukan.

digunakan
untuk

-Page 29-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

mengobati
infeksi
supuratif local.
4

Resiko

Setelah

Mandiri :

tinggi

dilakukan

Anjurkan

gangguan

tindakan

orangtua

tumbuh

asuhan

sekamar dengan

rasa

kembang

keperawatan

anak

dan aman pada

anak

diharapkan

mungkin.

berhubunga

anak

Hal
untuk
jika

ini

akan

memberikan
nyaman

anak.

Ajarkan orangtua Merupakn

dengan mencapai

untuk

bentuk

hospitalisasi

tumbuh

membiarkan

ekspresi

kembang yang

anak

perasaan anak

sesuai dengan

mengekspresikan

karena

usia

perasaan

hospitalisasi

perkembangan

protesnya,

dan

nya,

seperti

dengan

proses
berada

pada

criteria hasil :

menangis,

lingkungan

1. Anak

menendang,

yang baru.

menunjukka
n

menggigit, dll.
Ajarkan orangtua Merupakan

kenyamanan

untuk menerima

reaksi

prilaku

regresif.

pengaruh

Seperti

penyakit

2. Anak

tidak

tidak

karena

menunjukka

aktif,

depresi,

tidak

terhadap

tanda

tertarik

pada

lingkungan

distress fisik

lingkungan tanpa

yang baru.

seperti

komentar.

tanda-

menangis.
3. Anak

tidak

menunjukka

sedih,

Anjurkan
orangua

dan

proses adaptasi

Untuk
untuk

mendorong anak

mengurangi
perasaan

-Page 30-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

n emosional

untuk

yang

tentang anggota

anak

minimal.

keluarganya.

proses

4. Anak
merasa

bercerita

stress

tidak

pada
karena

hospitalisasi.
Anjurkan

Agar

orangtua

takut.

anak

untuk merasa

membawakan

nyaman

dan

dapat

objek-objek yang mengeksplor


menimbulkan
rasa

perasaannya

nyaman, sesuai

misalnya

dengan

: usia

boneka

atau perkembanganny

mainan.

a.

Kolaborasi :

Interpretasikan Agar
perilaku
pada

anak
orangtua

orangtua

tahu

reaksi

anaknya

selama menjalani

karena

pengobatan.

hospitalisasi

proses

dan

dapat

dilakukan
kerjasama
dalam

proses

perawatan
sehingga anak
dapat
mencapai
Melakukan
kegiatan
yang
bagi

perkembangan
rumah

penting
perawatan

nya
dengan
usianya.

anak, misalnya : Dapat

-Page 31-

sesuai

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

ritual pada waktu

membuat anak

tidur dan mandi.

merasa
nyaman
sehingga anak
tidak

kehilangan

Melakukan teknik
distraksi
untuk

lingkungannya

seperti

mengajak

merasa

dan

anak

dapat

mencapai

bercerita

atau

tahap

memberikan

perkembangan

mainan

nya

yang

disukainya.

Untuk

Melakukan

menghilangkan

tindakan

perasaan yang

kenyamanan

tidak

nyaman

seperti

pada

anak

memberikan

dilingkungan

mainan
disukainya.

yang

barunya.
Agar

anak

merasa
nyaman
dilingkungan
barunya
sehingga tahap
perkembangan
nya

tidak

terhambat.

-Page 32-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Resiko

Setelah

Mandiri :

tinggi

dilakukan

Berikan informasi Infeksi

perubahan

tindakan

pada

peran

asuhan

tentang penyakit

kepatuhan

orangtua

keperawatan

anak

terhadap

berhubunga

diharapkan

tindakan

program

terapeutiknya.

terapeutik,

dengan orangtua

merawat
anak

keluarga

untuk

mendorong

dan

dapat

khususnya jika

di memahami

sudah

rumah sakit. penyakit anak


dan

berada

dirumah.
Ajarkan orangtua

Untuk

pengobatanny

untuk

menciptakan

memberikan rasa

rasa

mampu

nyaman

pada anak dan

memberikan

dukungan

perawatan

anak.

serta

dan
pada

nyaman

dapat
mengurangi

dengan

stress

criteria hasil :

karena

1. Orangtua

hospitalisasi.

anak
proses

tdak merasa Beritahu


Untuk
cemas
orangtua
mncegah
dengan
mengenai upaya
penyebaran.
penyakit
pencegahan
anaknya.
2. Orangtua

seperti

mencuci

tangan,

menunjukka

kebersihan

lingkungan,

kemampuan

kebersihan

untuk

makanan, dll.

merawat
anak.

Ajarkan orangtua
untuk

Untuk
memudahkan
koping

-Page 33-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

mengekspresikan

orangtua

perasaannya.

stress

dan

karena

proses
hospitalisasi
Kolaborasi :
Ijinkan

pada anaknya.

anggota
untuk Untuk

keluarga

berpartisipasi

memenuhi

dalam perawatan

kebutuhan

anak

sebanyak

anak

yang

mereka

inginkan.
Atur

keluarga
karena

perawatan

dan
proses

hospitalisasi.

pasca
Untuk

hospitalisasi
anak

dan

menjamin

orangtua

pengkajian dan

dirumah.

pengobatan
yang

Rujuk
pada

keluarga

continue

pada anak.

lembaga Untuk

perawatan

pengawasan

komunitas.

perawatan
dirumah sesuai
kebutuhan.

-Page 34-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
Tanggal Pengkajian : 24 September 2012, 09.00 WIB
No.Reg

1.

: 11015882
IDENTITAS ANAK

IDENTITAS

ORTU
Nama pasien

: An. MK

Nama ayah

: Tn. N
Tanggal lahir

: 13 Desember 2011

Nama ibu

: Ny. K
Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan ayah

: Tani
Tanggal MRS

: 9 Agustus 2012 Pekerjaan ibu

: IRT
Diagnosa medis

: GEDS

Agama

: Islam
Alamat

: Cukal RT 002 RW 002 Pujon Malang

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


a. Keluhan utama:
Diare dan panas.
b. Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengalami diare 1 bulan SMRS.

Diare

dengan konsistensi cair, ada sedikit ampas dan lendir,


frekuensi 7-8 x/hari, jumlah 2-3 sdm tiap diare. Klien

-Page 35-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

juga muntah jika diberi minum. Terdapat kembung


namun klien bias flatus. Klien juga mengalami panas naik
turun selama sebulan terakhir. Selama di rumah klien
sudah dibawa berobat ke bidan terdekat, diberi obat
tepapi tidak sembuh. Seminggu kemudian klien dibawa
ke RS Madinah, dianjurkan MRS tetapi keluarga menolak
dengan alasan biaya. Akhirnya klien diberi obat peroral
tetapi diare tidak sembuh. Selanjutnya klien dibawa ke
RS Kanjuruhan dan dianjurkan untuk periksa ke RSSA.
Pada tanggal 9 Agustus 2012 klien dibawa ke RSSA dan
MRS di ruang HCU Anak dengan indikasi diare kronis
dehidrasi

berat,

sepsis,

NEC

grade

II,

marasmix

kwashiorkor dan fistel peristoma.


Saat ini keluarga mengatakan klien masih diare,
dengan konsistensi air bercampur ampas, frekuensi 4-6 x
sejak tadi pagi. Keluarga juga mengatakan klien masih
panas.
MK : Kekurangan volume
cairan.
Hipertermi.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit kronik dan menular: Sejak baru lahir,
klien tidak mengeluarkan meconium hingga umur 3 hari,
kemudian klien diperiksakan ke RSSA dan didiagnosa
Hirsprung Disease. Pada tanggal 23 Desember 2011 (umur
10

hari)

klien

sigmoidektomi

klien

dilakukan
tidak

sigmoidektomi.

mengalami

masalah,

Pasca
tidak

pernah sakit, BB normal. Hingga klien umur 7 bulan klien


mengalami diare yang tidak sembuh-sembuh.
Riwayat penyakit alergi: tidak.
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

-Page 36-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Tidak ada riwayat penyakit Hirsprung dalam keluarga.


Tidak ada riwayat penyakit keturunan maupun menular.
5. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BB lahir

: 3.500 gr

BB saat ini

: 4,6 kg

BB MRS

: 5,3 kg

BB sebelum sakit : 7 Kg
TB

: 64 cm

BB/PB

: < -3 SD

LK

: 44 cm

LD

: 44 cm

LLA

: 15 cm

Panjang lahir
Imunisasi

: 47 cm
: BCG: ya

Polio: lengkap

DPT:

lengkap
Campak: tidak

Hepatitis: lengkap
MK : Nutrisi

6. RIWAYAT NUTRISI
a. Napsu makan : ada sedikit, tidak terdapat mual, klien
muntah sekali tadi pagi.
b. Pola makan

: Ibu mengatakan klien tidak mau makan,

hanya minum F100 dan Resomal dari RS saja. Ibu


mengatakan klien diare lagi karena dicoba diberikan
bubur susu oleh tim gizi.
c. Minum jenis

: F100 12 x 80 mL, Resomal 50 mL tiap

kali diare.
d. Pantangan makanan : tidak
MK : Nutrisi

-Page 37-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

7. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (Review of


System)
a. Tanda tanda vital
S

: 383 oC

: 160 x/mnt

RR

: 30 x/mnt

Kesadaran
GCS

: Compos Mentis
: E4 V5 M6

b. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernafasan
Keluhan

: Tidak ada.

Sputum

: Tidak ada.

Irama nafas

: Reguler.

Otot bantu nafas

: Tidak ada.

Suara nafas

: Vesikuler, tidak terdapat

ronki/wheezing.
Terpasang O2

: Tidak.
MK : -

2) Sistem Kardiovaskuler
Keluhan nyeri dada

: Tidak.

Suara dan irama jantung

: Tunggal dan Reguler,

160 x/mnt.
CRT

: 1 detik

Konjunctiva

: kemerahan

Sklera

: putih

Akral

: hangat, kering, merah

JVP

: Tidak ada.
MK : ...

-Page 38-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

3) Sistem Persyarafan
Reflek-reflek: Menghisap lemah, Menoleh lemah,
Menggenggam lemah, Babinsky negatif, Moro
lemah, Patella lemah
Kejang

: tidak ada

Kaku kuduk

: tidak

Brudzinsky 1

: tidak ada

Brudzinsky 2

: tidak ada

Nyeri kepala

: tidak ada

Istirahat tidur

: Siang 2 jam/hari

Malam

: 8 jam/hari

Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada


MK : ...
4) Sistem Perkemihan
Keluhan

: Tidak ada.

Kebersihan kelamin

: Bersih

Urine

: Warna kuning jernih, Bau:

khas
Kateter

: Tidak, Produksi urine : 500-

700 ml/hari (23 gelas)


Intake cairan

: Oral 1.000 cc/hari

Parenteral

: - cc/hari

Nyeri tekan suprapubik

: Tidak

Lain-lain

:-

5) Sistem Pencernaan

MK : ...

Mulut

: Mukosa kering

Tenggorokan

: Tidak ada keluhan

Hidung

: terpasang NGT

Muka

: pletoris

-Page 39-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Abdomen

: Kembung, BU 60 x/mnt.

Teraba hepatomegali, perkusi hipertimpani.


Terdapat stoma pada region kiri bawah dengan
diameter 5-6 cm, tampak kemerahan terbungkus
plastik tempat faeces, terlihat luka di sekitar stoma
selebar 4 x 2 cm, tampak kemerahan.
BAB

: 4-6 x sejak pagi

Konsisitensi

: cair bercampur ampas

Diet

: cair

Frekuensi

: F100 12 x/hari @ 80 mL,

resomal 50 mL tiap diare.


Lain-lain

: mata cekung
MK : Nutrisi
Volume
cairan

6) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen

Pergerakan sendi

Kulit

: bebas lemah

: terdapat Crazy Pavement

Dermatosis di seluruh badan klien. Kulit tampak


keriput.

Turgor

: lambat

Lain-lain

: terpasang venflon di kaki kiri


MK : Nutrisi

7) Sistem Endokrin

Pembesaran kelenjar tyroid

: tidak

Pembesaran kelenjar getah bening

: tidak

Lain-lain: -

MK : .

c. Pengkajian Psikososial

-Page 40-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

1) Ekspresi afek dan emosi

: menangis.

2) Hubungan dengan keluarga


: akrab.
3) Dampak hospitalisasi bagi anak
: anak rewel.
4) Dampak hospitalisasi bagi orang tua : orang tua
tampak sudah beradaptasi dengan suasana RS,tetapi
terkadang menanyakan keadaan anaknya.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (tanggal 20/09/2012)
1. URINALISIS
pH
6.0
Protein
Trace
Epitel
1.2
Silinder
Positif
Negatif
Bakteri
60.2
2. FAESES
Keadaan
Lembek
Eritrosit
5-10
Sisa makanan
Positif
Bakteri
Positif
3. ELEKTROLIT SERUM
Na
131
K
5.54
Cl
109
4. FAAL HATI
SGOT
86
SGPT
33
5. METABOLISME KARBOHIDRAT
GDS
63
6. HEMATOLOGI
HGB
7.30
RBC
2.73
5.5
WBC
HCT
PLT
LED
ALBUMIN

56.79
23.5
213

4.5-6.0
Negatif
<1

< 23
Negatif

136-145
3.5-5
98-106
0-40
0-41
< 200
13.4-17.7
4.04.3-10.3
40-47
142-424

37
2,14

9. TERAPI
Injeksi

Cefazolin

3 x 75 mg i.v

-Page 41-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Gentamicyn
Per NGT

Vit. A

1 x 15 mg

1 x 5.000 IU

Vit. BC

1 x tab

Vit C

1 x 50 mg

Vit E

1 x 50 IU

Antasid

1 x 1 mg

Paracetamol cth k/p

Tanda tangan
perawat

(Faridatul M.)

B. Analisa Data
N
o
1.

Data
DS: keluarga mengatakan
klien masih diare, dengan
konsistensi air bercampur

Masalah

Etiologi

Kekurangan

Infeksi enteral

volume cairan
Fecal-oral

ampas, frekuensi 4-6 x


sejak tadi pagi. Ibu

GI Tract

-Page 42-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

mengatakan klien diare


lagi karena dicoba

Gangguan Villi

diberikan bubur susu oleh

Usus

tim gizi
DO: turgor kulit kurang

Diare

Mukosa mulut kering


Mata cekung

Output

Perut kembung

berlebih

BU 60 x/mnt
FL: keadaan lembek,
terdapat sisa makanan
2.

dan terdapat bakteri.


DS: ibu mengatakan nafsu

Ketidakseimb

Intake

makan klien sedikit, tidak

angan nutrisi:

inadekuat

terdapat mual, klien

kurang dari

muntah sekali tadi pagi.


Ibu mengatakan klien

kebutuhan
tubuh

tidak mau makan, hanya


minum F100 dan Resomal
dari RS saja. Ibu
mengatakan sebelum
sakit BB klien 7 kg (usia 7
bulan), saat MRS berat
5,3 kg).
DO: Badan klien tampak
kurus. Terlihat muka
pletoris, perut kembung,
hepatomegali,
BB saat ini 4,6 kg. PB 64
cm. BB/PB < -3 SD.
Albumin 2,14. terdapat

-Page 43-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Crazy Pavement
Dermatosis di seluruh
badan klien. Kulit tampak
keriput.

Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas


1. Kekurangan volume cairan b/d Output berlebih yang ditandai
dengan: keluarga mengatakan klien masih diare, dengan
konsistensi air bercampur ampas, frekuensi 4-6 x sejak tadi
pagi. Ibu mengatakan klien diare lagi karena dicoba diberikan
bubur susu oleh tim gizi, turgor kulit kurang, Mukosa mulut
kering, Mata cekung, Perut kembung, BU 60 x/mnt, FL:
keadaan lembek, terdapat sisa makanan dan terdapat bakteri.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
Intake inadekuat yang ditandai dengan: ibu mengatakan nafsu
makan klien sedikit, tidak terdapat mual, klien muntah sekali
tadi pagi. Ibu mengatakan klien tidak mau makan, hanya
minum F100 dan Resomal dari RS saja. Ibu mengatakan
sebelum sakit BB klien 7 kg (usia 7 bulan), saat MRS berat 5,3
kg). Badan klien tampak kurus. Terlihat muka pletoris, perut
kembung, hepatomegali, BB saat ini 4,6 kg. PB 64 cm. BB/PB <
-3 SD. Albumin 2,14. terdapat Crazy Pavement Dermatosis di
seluruh badan klien. Kulit tampak keriput.

-Page 44-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

C. Intervensi
N
O
1

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

Kekurangan volume cairan Setelah

Mandiri :

b/d Output berlebih yang dilakukan

Catat input dan output setiap Memberikan informasi tentang

ditandai dengan: keluarga tindakan

hari.

mengatakan klien masih asuhan

makanan

diare, dengan konsistensi keperawatan

Output : urin, feses, muntah

air

jika ada.

bercampur

ampas, selama 2 x 24

Misalnya

frekuensi 4-6 x sejak tadi jam diharapkan Lakukan


pagi.

Ibu

klien

diare

dicoba

mengatakan pada
lagi

diberikan

anak

dan

input

kebutuhan cairan tubuh, fungsi

minuman.

ginjal dan mengontrol penyakit

pemeriksaan

TTV Hipotensi,

setiap jam.

dapat

karena dapat
Observasi

susu oleh tim gizi, turgor kebutuhan

kulit

berlebihan,
dan

mukosa,

kering

penurunan

turgor

kulit. Pengisian kapiler lambat

kembung, BU 60 x/mnt, dengan kriteria

setiap jam.

keadaan

terdapat

sisa

lembek, hasil :
makanan 1.Turgor

demam

menunjukkan

respon

efek

kehilangan

cairan.

membrane Menunjukkan

kering, Mata cekung, Perut elektrolit,


FL:

takikardi,

terhadap

bubur memenuhi

kulit kurang, Mukosa mulut cairan

usus.

cairan

kehilangan

berlebihan

atau

dehidrasi.

Ukur barat badan tiap hari


kulit

sebelum

mandi/sebelum Indikator

cairan

dan

status

-Page 44-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

dan terdapat bakteri

baik

pemberian makan.

2.TTV

stabil Ajarkan

orangtua

(normalnya :

membatasi

TD

makanan

80/46

nutrisi.
untuk
masukan Kolon

dan

minuman.

diistirahatkan

penyembuhan

dan

untuk
untuk

mmHg, RR :

Membatasi aktivitas motorik

menurunkan kehilangan cairan

30-40

kasar anak.

usus.

x/menit, Suhu Kolaborasi :


: 37C , Nadi : Kaji
120

140

x/menit)
3.Input

dan

pemeriksaan Diet
tidak
adekuat
dan
laboratorium
anak
:
penurunan
absorbsi
dapat
laboratorium darah dan feses
menimbulkan
defisiensi
untuk adanya darah samar.

vitamin

Output

koagulasi,

seimbang.

dan
potensial

merusak
risiko

perdarahan.
Berikan

obat

anti

biotic Membunuh bakteri.


sesuai pesanan: Cefazolin 3 x
75 mg i.v, Gentamicyn

Ketidakseimbangan
nutrisi:

kurang

Setelah
dari dilakukan

x 15 mg i.v
Mandiri :
Catat intake nutrisi seperti

Mencegah serangan akut atau


eksaserbasi gejala penyakit.

-Page 45-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

kebutuhan
Intake

tubuh

inadekuat

ditandai

dengan:

b/d asuhan

makanan

yang keperawatan
ibu selama 14 x 24

mengatakan nafsu makan jam diharapkan


klien

sedikit,

terdapat

mual,

tidak kebutuhan
klien nutrisi

mengatakan

minuman, Memberikan informasi tentang

dengan membatasi makanan

kebutuhan

diet

atau

tinggi serat seperti papaya,

keefektifan

terapi

yang

jeruk dan susu tinggi laktosa.

diberikan.

Ukur berat badan anak setiap Menurunkan


pada

muntah sekali tadi pagi. anak terpenuhi


Ibu

dan

hari

sebelum

mandi

atau

sebelum pemberian makan.

klien dengan criteria Ajarkan

orangtua

untuk

tidak mau makan, hanya hasil :

membatsi aktivitas motorik

minum F100 dan Resomal

kasar anak dan istirahat yang

dari

RS

saja.

1. Berat badan

Ibu

stabil

mengatakan sebelum sakit

2. Tidak

BB klien 7 kg (usia 7
bulan), saat MRS berat 5,3

cukup selama fase sakit akut.

ada Kolaborasi :
tanda-tanda Berikan
tambahan
malnutrisi.
makanan setengah

metabolic

kebutuhan
untuk

penurunan

kalori

Istirahat

usus

diet
padat

menyebabkan

(nasi)

pletoris, perut kembung,


hepatomegali, BB saat ini

susu

rendah

laktosa/F100.

malabsorbsi

atau kehilangan nutrient.

kurus.

dan

menurunkan

peristaltic dan diare dimana

(bubur) atau makanan padat Memungkinkan

muka

dan

simpanan energi.

kg). Badan klien tampak


Terlihat

mencegah

saluran

usus

untuk mematikan pencernaan


untuk integritas jaringan.

Berikan Berikan obat peroral:

4,6 kg. PB 64 cm. BB/PB <

-Page 46-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

-3

SD.

Albumin

2,14.

Vit. A 1 x 5.000 IU, Vit. BC 1 x Malabsorbsi

vitamin

B12

terdapat Crazy Pavement

tab, Vit C 1 x 50 mg, Vit E

akibat kehilangan nyata fungsi

Dermatosis

1 x 50 IU, Antasid 1 x 1 mg,

ileum.

Paracetamol cth k/p.

Kekurangan folat umum pada

di

seluruh

badan klien. Kulit tampak


keriput.

adanya

penyakit

sehubungan

kronis
dengan

penurunan absorbsi efek terapi


obat.
D. Implementasi
Tangga
l
25/09/1
2

Jam

Diagnosa
Kekurangan
volume
b/d
berlebih

Implementasi

Respon

Mandiri :

cairan Mencatat input dan output setiap hari. Minuman masuk 80 mL tiap 2
Output

Misalnya input : makanan dan minuman.

jam,

tidak

ada

muntah,

Output : urin, feses, muntah jika ada.

dihabiskan. Tidak diare karena


ibu klien berhenti memberikan

Lakukan pemeriksaan TTV setiap jam.


Observasi

kulit

kering

bubur susu.

berlebihan, S: 38 C, N: 156 x/mnt, RR: 26

-Page 47-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

membrane mukosa, penurunan turgor

x/mnt

kulit. Pengisian kapiler lambat setiap jam. Terdapaat


Ukur barat badan tiap hari sebelum
mandi/sebelum pemberian makan.
Ajarkan

orangtua

masukan

makanan

untuk
dan

CPD,

membrane

mukosa masih kering, turgor


kulit buruk, CRT < 2 detik.

membatasi BB 4,6 kg.


minuman.

Membatasi aktivitas motorik kasar anak.

Keluarga memahami.

Kolaborasi :
Kaji pemeriksaan laboratorium anak :
laboratorium

darah

dan

feses

untuk

adanya darah samar.


Berikan obat anti biotic sesuai pesanan:
Cefazolin 75 mg i.v, Gentamicyn

x 15 mg i.v
25/09/1

Ketidakseimban

gan

Tidak

terdapat

pemeriksaan

darah

faeses,

pada
namun

masih terdapat baakteri.


Obat masuk, tidak ada tanda
phlebitis/ ekstravasasi.

Mandiri :

nutrisi: Catat intake nutrisi seperti makanan dan Klien minum F100 saja, tidak

kurang
kebutuhan

dari

minuman, dengan membatasi makanan

diberikan bubur susu lagi.

tinggi serat seperti papaya, jeruk dan

-Page 48-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

tubuh b/d Intake


inadekuat

susu tinggi laktosa.


Ukur

berat

badan

BB: 4,6 kg (tetap)


anak

setiap

hari

sebelum mandi atau sebelum pemberian Keluarga memahami.


makan.
Ajarkan

orangtua

untuk

membatsi

aktivitas motorik kasar anak dan istirahat


yang cukup selama fase sakit akut.

Klien

mendapat

F100 saja.

Kolaborasi :
Berikan

sementara

tambahan

diet

makanan

setengah padat (bubur) atau makanan


padat

(nasi)

dan

susu

rendah

laktosa/F100.

Obat

masuk,

klien

tidak

muntah.

Berikan Berikan obat peroral: Vit. A 1 x


5.000 IU, Vit. BC 1 x tab, Vit C 1 x 50
mg, Vit E 1 x 50 IU, Antasid 1 x 1 mg,
Paracetamol cth k/p.

-Page 49-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

E. Evaluasi
Tanggal 25 September 2012
Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan b/d Output berlebih
S

: Ibu klien mengatakan klien sudah tidak diare karena


pemberian bubur susu dihentikan, dan tidak muntah.

O : Faeses terlihat tidak cair, sudah berbentuk, klien


menghabiskan 80 mL F100 tiap 2 jam, turgor kulit masih
jelek, mukosa bibir masih kering.
A

: Masalah teratasi sebagian

: Lanjutkan rencana intervensi.

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari


kebutuhan tubuh b/d Intake inadekuat
S

: Ibu klien mengatakan menghentikan pemberian bubur


susu supaya klien tidak diare, klien menghabiskan diit
sesuai kebutuhan.

O : BB tetap di 4,6 kg, terlihat pletoris, kulit terlihat keriput,


masih terdapat CPD.
A

: Masalah teratasi sebagian

: Lanjutkan rencana intervensi.

BAB IV
PEMBAHASAN

-Page 50-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

Berdasarkan literatur yang ada tingkatan dehidrasi adalah


Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan < dari 5 % (ratarata 4 %), Dehidrasi sedang bila penurunan berat badan 5-10%
(rata-rata 8 %), Dehidrasi berat bila penurunan berat badan lebih
dari 10 % (rata-rata 11%).
Dari kasus kelolaan saya, MK termasuk dehidrasi berat
sebab mengalami penurunan berat badan lebih dari 10%. Dari
BB 7 kg ke 4,6 kg. Keadaan umum anak sadar, lemah, turgor
kembali lambat, mata cekung, mukosa bibir kering, diare dalam
sehari 4-6 x, setiap diare sekitar 20 cc. disamping itu anak juga
mengalami peningkatan frekuensi berkemih sekitar 15 x dalam
24 jam.
Dari pemeriksaan laboratorium Lekosit 56.790 /u, dari
pemeriksaan feses FL: keadaan lembek, terdapat sisa makanan
dan terdapat bakteri, sehingga kemungkinan penyebab diare
pada kasus kelolaan saya adalah infeksi.
Perlu diketahui bahwa an. MK ini adalah penderita post
sigmoidektomi atas indikasi hirsprung. Klien dioperasi pada saat
usia klien 10 hari. Setelah operasi kliensehat-sehat saja. Hingga
saat klien berusia 7 bulan klien mulai mengalami diare yang
tidak sembuh-sembuh meskipun sudah dibawa ke RS.
Setelah kami mengadakan pendekatan dan wawancara
dengan orang tua tentang hygiene perorangan dalam merawat
stoma anak, ibu mengatakan keluarga sering melakukan spoeling
sendiri pada stoma anak jika klien mengalami kembung atau
terlambat BAB. Keluarga mengaku sudah diajari oleh dokter
bedah

bagaimana

cara

merawat

stoma.

Sehingga

ada

kemungkinan anak diare akibat kebersihan kurang, karena alat


terkontaminasi dengan kuman.
Untuk itu kedua orang tua langsung diajak berdiskusi dan
penjelasan tentang pentingnya kebersihan alat apalagi yang
berkaitan dengan perawatan anak usia 7 bulan masih sangat

-Page 51-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

rentan terhadap penyakit, mengingat maturitas organ tubuh


anak masih dalam proses pematangan. Selain itu menurut
literature juga mengatakan bahwa berdasarkan penelitian di
Bangladesh

dan

Guatemala

menunjukkan

bahwa

hygiene

perorangan termasuk mencuci tangan dan sebelum makan dan


memasak, serta setelah buang air besar atau kecil dapat
menurunkan angka kesakitan diare sebesar 14 48 %.
Selain hal tersebut diatas yang sangat penting dalam
penanganan
adalah

gangguan

pengembalian

keseimbangan
cairan,

baik

caiaran
secara

akibat
oral

diare

maupun

parenteral, menurut hasil diskusi kami dengan expert ( Residen


anak dan perawat anak ) mengatakan pengembalian cairan
adalah tindakan utama dalam penanganan klien diare baik yang
tidak dehidrasi ataupun yang mengalami dehidrasi, dengan
demikian dalam pemberian cairan harus dimonitor dengan
cermat karena bila kekurangan akan mengakibatkan dehidrasi
yang semakin buruk dan bila berlebihan akan terjadi edema
pulmonal dengan ditandai anak sesak nafas, Ronchi dan semua
itu bila tidak segera diatasi akan mengakibatkan kematian.
Adapun diet yang diberikan pada anak kelolaan kami
dengan umur 9 bl adalah 12 x 80 F 100, dan juga pemberian
resomal

50 cc setiap kali habis bab dengan harapan dapat

menggantikan cairan yang keluar, ini semua sudah sesuai


dengan hasil diskusi dengan expert baik pada medis maupun
perawat ruangan, demikian pula menurut Suriadi (2001) yang
mengatakan bahwa ASI tetap diberikan karena ASI mengandung
antibody

yang

melindungi

bayi

terhadap

berbagai

kuman

penyebab penyakit diare tetapi klien kelolaan kami tidak


mendapat ASI karena anak sudah tidak mau menetek lagi dan
ASI hanya keluar sedikit-sedikit.
Dari hasil pengamatan dan pantauan selama 2 hari, proses
penyembuhan anak cukup baik, hal ini karena rehidrasi yang

-Page 52-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

merupakan langkah pertama baik intravena maupun oral dapat


dilaksanakan dengan tepat. Langkah rehidrasi dan pemantauan
keseimbangan cairan ini sudah dilakukan dengan ketat sejak
pertama kali anak datang dan dirawat di bangsal anak.
Mengenai timbulnya sepsis dan gizi buruk, tentunya diawali
oleh diare yang kronis ini, apalagi pihak keluarga tidak lekas MRS
meskipun hal ini disebabkan oleh factor biaya. Pada saat klien
diare, banyak elektrolit yang ikut keluar, tubuh kekurangan
cairan kemudian klienmengalamai dehidrasi. Saat dehidrasi ini
biasanya klien mengalami peningkatan suhu tubuh dan hal ini
dibenarkan

oleh

ibu

klien.

Pada

saat

inilah

metabolism

meningkat, dan kebutuhan akan nutrisi meningkat tetapi klien


tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya. Pada akhirnya
tubuh klien mengambil cadangan energy dari tubuh klien sendiri.
Terjadilah marasmus. Karena hal ini tidak teratasi juga, lama2
tubuh memecah lemak untuk dijadikan energy, hal ini yang
menyebabkan

kwashiorkor.

Pada

saat

tubuh

klien

sudah

mengalami marasmix kwashiorkor maka infeksi sangat rentan


terjadi, karena daya tahan tubuh sangat menurun.
Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan perlu
untuk dibicarakan lebih lanjut, yaitu: Pemantauan tanda vital
hanya terbatas pada suhu badan. Pemantauan tanda vital hanya
dilakukan sebatas pengukuran suhu saja. Padahal menurut
Smeltzer & Bare, 2002, pemantauan tanda vital pada pasien
dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sebaiknya
dilakukan 2 jam sekali meliputi, penilaian nadi, penghitungan
pernafasan dan pengukuran suhu. Hasil pemeriksaan vital signs
sangat berguna bagi monitoring status hidrasi pasien dan tandatanda dehidrasi, misalnya perubahan nadi (cepat dan lemah),
suhu badan meningkat, dan respirasi yang meningkat. Dengan
pemantauan tanda vital secara lengkap dan akurat, tanda-tanda

-Page 53-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

awal dehidrasi dan hambatan terhadap program rehidrasi dapat


segera dideteksi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi selain
penyebab

lain

selain

malabsorbsi.

Diare

sebenarnya

merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem


gastrointestinal atau penyakit lain diluar pencernaan.
Diare

dapat

disebabkan

oleh

obat-obatan

tertentu,

pemberian makanan perselang, gangguan metabolik dan


endokrin, serta proses infeksi virus atau bakteri. Proses
penyakit

lain

yang

dihubungkan

dengan

diare

adalah

gangguan nutrisi dan malabsorbsi, deficit spingter anal,


sindrom zollinger-Ellison, paralitik ileus, dan obstruksi usus.
B. Saran
Diare merupakan penyakit yang paling sering terjadi dan jika
penanganan yang diberikan terlambat dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu

budayakan mencuci

tangan

sebelum memasukkan sesuatu kedalam mulut terutama


makanan dan selain itu juga budayakan hidup dengan
lingkungan yang bersih karena faktor penyebab diare tidak
datang hanya dari individu itu sendiri tetapi melainkan dari
lingkungan juga

-Page 54-

Diklat Perawat Ahli Angkatan XII


Keperawatan Anak

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 2.
Jakarta, EGC.
Horne, Swearingen. (2002). Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan
Asam-Basa, Edisi 2. Jakarta, EGC.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta, EGC.
Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 2.
Jakarta, CV Sagung Seto.
Staf Pengajar IKA FKUI. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Vol. 2. Jakarta, FKUI.

-Page 55-

Vous aimerez peut-être aussi