Vous êtes sur la page 1sur 11

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Segala puji dan syukur kita panjatkan


kehadirat Allah SWT Sang Penguasa sekalian alam yang maha pengasih dan maha
penyayang. Shalawat serta salam senantasa terarah kepada Nabi Muhammad
SAW. Pemimpin para Nabi saya serta umat-umat, keluarga serta sahabat sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul MALARIA.
Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam mata
kuliah keperawatan medikal bedah 1 (KMB 1). Dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesulitan dan hambatan. Berkat bantuan, bimbingan, arahan dan
dukungan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Masdar John, S.Pd, S.Kep, M.Kes selaku Direktur Akper Yarsi
Samarinda
2. Bapak Dedi Ahmadi, S.Kep, NS, selaku koordinator mata kuliah KMB 1.
3. Kakak tingkat III Akper Yarsi Samarinda
4. Rekan-rekan mahasiswa/i tingkat I Akper Yarsi Samarinda
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun ke
arah perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan rekan-rekan semua. Akhir kata semoga Allah SWT
selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Tujuan Penulisan.........................................................................
C. Metode Penulisan........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
A. Pengertian....................................................................................
B. Etiologi........................................................................................
C. Tanda dan Gejala.........................................................................
D. Patofisiologi................................................................................
E. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................
F. Penatalaksanaan..........................................................................
G. Komplikasi .................................................................................
BAB III ASKEP......................................................................................
BAB IV KESIMPULAN.........................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit
ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan
nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan
manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu
antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian.
Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi peningkatan kasus
malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di pinggir
pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal
di hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau
dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan
nyamuk menjadi tidak terkontrol.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti seminar ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
asuhan keperawatan Malaria.
2. Tujuan khusus
a. Setelah mengikuti seminar ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
tentang malaria.
b. Mahasiswa dapat memahami etiologi malaria
c. Mahasiswa dapat menguraikan tanda gejala malaria.
d. Mahasiswa dapat menguraikan patofisiologi malaria
e. Mahasiswa dapat menguraikan asuhan keperawatan pada pemutusan
diagnostik/laboratorium.
f. Penatalaksanaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang
disebabkan oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar
Zulkarnain, 1999).
Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun
kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali.
B. Etiologi
Protozoa genus plasmodium merupakan penyebab dari malaria yang
terdiri dari empat spesies, yaitu :
1) Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika
2) Plasmodium ovale penyebab malaria ovale
3) Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana
4) Plasmodium malariae penyebab malarua Quartanu
Malaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun
vertebra lainnya, dan rosper definitif yaitu nyamuk anopheles.
C. Tanda dan Gejala
Pada anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis
malaria tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah :
1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporulasi) pada malaria tertiana (P. Vivax dan P. Ovale). Pematangan
skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke 3,
sedangkan malaria kuartania (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan
periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap seangan ditandai dengan bebeapa
serangan demam periodik. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium,
yaitu menggigil (15 menit 1 jam), puncak demam (2 6 jam), dan

tingkat berkeringat (2 4 jam). Demam akan mereda secara bertahan


karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada
respon imun.
2. Splenomegali
Merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongeori
menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit
dan jaringan ikat yang bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling kerap
adalah anemia karena P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritrosit dalam sumsum tulang belakang.
d. Ikterus
Disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

BAB III

PENGOBATAN PENYAKIT TBC(TUBERKULOSA)


Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC
dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan
miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang
setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya
140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar
ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
Penyebab Penyakit (TBC)
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa,
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24
Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBCpada paru-paru pun dikenal juga
sebagai Koch Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC


Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita
TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah
berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam
paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada
orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat
mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening
sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak,
ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang
paling banyak adalah organparu.

Masuknya

Mikobakterium

tuberkulosa

kedalam

organ

paru

menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan


koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis,
sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui
mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC
tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai
tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk
tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang
yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan
mengalami

perkembangbiakan

sehingga

tuberkel

bertambah

banyak.

Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang


didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi
sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum
dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel dan positif terinfeksi TBC.

Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan


dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga
tentunya

mendapat

pengaruh

besar

dari

daya

tahan

tubuh

yang

lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan


penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC


Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala
umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa
TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak
khas, terutama pada kasus-kasus baru.

1.

Gejala umum (Sistemik)


-

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan


malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

2.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus (Khas)


-

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai


dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan


disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala,

Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC
dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC
paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan
5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan
BTA

positif,

dilaporkan

30%

terinfeksi

berdasarkan

pemeriksaan

serologi/darah.

Penegakan Diagnosis pada TBC


Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC,
Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk
memeberikan diagnosa yang tepat antara lain :

Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

Pemeriksaan fisik secara langsung.

Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

Rontgen dada (thorax photo).

dan Uji tuberkulin.

Pengobatan Penyakit TBC


Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang
cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa
lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara
rutin meng konsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki
daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.

Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang

lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik
darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obatobtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai
pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan
resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan
memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate
atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.

Vous aimerez peut-être aussi