Vous êtes sur la page 1sur 30

Audit Keuangan Negara

BAB I
PENDAHULUAN

Program subsidi beras bagi masyarakat berpendapatan rendah adalah program nasional
pemerintah yang popular dengan sebutan Program RASKIN. Program ini dimulai pada tahun
1998, tepat pada saat Indonesia mengalami krisis pangan. Program RASKIN yang merupakan
instruksi Presiden, menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok
masyarakat berpendapatan rendah dan rawan pangan. Tujuan dari Program RASKIN adalah
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin (RTSPM).
Target dari pelaksanaan Program RASKIN adalah 6T, yaitu tepat sasaran, tepat harga,
tepat waktu, tepat mutu, tepat waktu, dan tepat administrasi. Ketepatan sasaran adalah kunci
keberhasilan penanggulangan kemiskinan, untuk itu diperlukan itikad dan dukungan seluruh
pelaksana di pusat dan daerah. Pemerintah Pusat berperan dalam membuat kebijakan
program, sedangkan pelaksanaannya bergantung pada Pemerintah Daerah, sehingga perannya
sangat penting dalam peningkatan efektifitas Program RASKIN.
Meskipun Program RASKIN sudah berjalan selama 16 tahun, namun dalam
pelaksanaannya masih banyak ditemukan permasalahan. Ironisnya, permasalahan terjadi
dalam konteks nasional dan selalu berulang dari waktu ke waktu. Permasalahan klasik yang
biasa terjadi adalah adanya kesenjangan data penerima, kualitas dan kuantitas beras yang
dibagi serta pengenaan biaya tambahan. Hal tanpa ujung tersebut juga diperparah dengan
banyaknya penyelewengan yang dilakukan oleh para oknum. Rentang distribusi yang panjang
dan melibatkan banyak pihak menjadi celah bagi beberapa oknum untuk mendapatkan
keuntungan

Audit Social Multi Stakeholder

Page 1

Audit Keuangan Negara

Sebagian masyarakat terkesan ikhlas dengan jumlah dan kualitas beras yang
diterima serta harga yang harus mereka bayar. Jarang sekali ada pengaduan yang disampaikan
oleh masyarakat kepada para aparat pemerintah sebagai tim pelaksana raskin, walau. Keluhan
masyarakat penerima raskin hanya didengar oleh tembok rumah. Masyarakat miskin yang
tidak masuk dalam datapun tidak dapat berkata-kata dan hanya bisa menerima. Akan tetapi
jika dilihat lebih dalam, kesan menerima yang dilakukan adalah sebuah keterpaksaan untuk
menerima.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program RASKIN di
lapangan

serta

untuk

meminimalisir

terjadinya

penyelewengan

adalah

dengan

menyelenggarakan Audit Social Multi Stakeholder (ASMS). ASMS dilaksanakan oleh Pusat
Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO). ASMS merupakan proses untuk mengidentifikasi
pada titik mana terjadi kebocoran atau kesalahan, untuk mengukur institutional performance
dari aspek sosial (non finansial), untuk mengetahui ketepatan pencapaian tujuan sosial, dan
untuk mengukur akuntabilitas dan integritas dalam penyelenggaraan program pemerintah.
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program RASKIN di Kabupaten Lombok
Tengah, kelompok 3 melakukan penelitian pelaksanaan program RASKIN di Kabupaten
Lombok Tengah. Penelitian ini mengacu pada pedoman pelaksanaan ASMS, dengan
melibatkan masyarakat, Pemerintah Daerah, LSM, dan DOLOG selaku penyedia layanan di
tingkat kabupaten. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi fakta dan data, baik
kuantitatif maupun kualitatif, dengan tujuan untuk memetakan komponen apa yang dianggap
lemah, sedang dan kuat dalam pelaksanaan program RASKIN, sehingga dapat diberikan
rekomendasi untuk memperbaiki pelaksanaan program RASKIN.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 2

Audit Keuangan Negara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan program RASKIN adalah sebagai berikut :
a. Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesra RI Nomor 54 Tahun 2014 tanggal 17
Oktober 2014 tentang Pedoman Umum Raskin Tahun 2015.
b. Surat Menteri Koordinator Bidang Kesra RI Nomor B-195/MENKO/KESRA/X/2014
tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pagu Raskin Provinsi 2015.
c. Surat Keputusan Gubernur NTB Nomor 500/252/EKON tanggal 12 Nopember 2014
tentang Pagu Raskin Kabupaten/Kota se NTB Tahun 2015.
d. Surat Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 2 Pebruari 2015
tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Program RASKIN Tingkat Kabupaten
Tahun 2015.
e. Surat Bupati Lombok Tengah Nomor 400/13/Eko tanggal 20 Januari 2015 tentang
Penetapan Pagu Raksin Tahun 2015.
2. Gambaran Umum Program RASKIN
a. Sejarah Program RASKIN
Sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pangan utama.
Komoditi makanan berperan besar dalam menciptakan kemiskinan di bandingkan komoditi
bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Hal tersebut menjadi
tantangan bagi Pemerintah untuk memerangi kemiskinan dengan mengatasi rasa lapar. Salah
satu cara yang dilakukan pemerintah adalah menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi
bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan rawan pangan, Program ini merupakan
implementasi dari Instruksi Presiden tentang kebijakan perberasan nasional.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 3

Audit Keuangan Negara

Program ini dimulai pada waktu terjadi krisis pangan pada tahun 1998. Untuk
mengatasi krisis tersebut, Pemerintah mengambil kebijakan untuk memberikan subsidi
pangan bagi masyarakat melalui Operasi Pasar Khusus (OPK). Pada tahun 2002 program
tersebut dilakukan lebih selektif dengan menerapkan sistem targeting, yaitu membatasi
sasaran hanya membantu kebutuhan pangan bagi Rumah Tangga Miskin (RTM). Sejak itu
Program ini menjadi populer dengan sebutan Program RASKIN, yaitu subsidi beras bagi
masyarakat miskin. Pada tahun 2008 Program ini berubah menjadi Program Subsidi Beras
Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah. Dengan demikian rumah tangga sasaran Program
ini tidak hanya Rumah Tangga Miskin, tetapi meliputi Rumah Tangga Rentan atau Hampir
Miskin.
b. Manfaat Program RASKIN
Manfaat program RASKIN adalah peningkatan ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga sasaran, sekaligus mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan
Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras tersedia di TD), maupun ekonomi (harga
jual yang terjangkau) kepada RTS. Selain itu, program RASKIN dapat juga bermanfaat
sebagai :

Pasar bagi hasil usaha tani padi.


Alat stabilisasi harga beras di pasaran.
Alat pengendalian inflasi melalui intervensi Pemerintah dengan menetapkan harga beras

bersubsidi sebesar Rp.1.600,-/ kg, dan menjaga stok pangan nasional.


Pendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
c. Target Program RASKIN
Target program RASKIN adalah 6T, yaitu :
Tepat sasaran
Tepat harga
Tepat jumlah
Tepat mutu
Tepat waktu
Tepat administrasi.
d. Mekanisme dan Alur Distribusi Raskin
Audit Social Multi Stakeholder

Page 4

Audit Keuangan Negara

Pada prinsipnya penyaluran Raskin dilakukan setiap bulan. Penyaluran Raskin diatur
dalam Juklak/Juknis oleh pemerintah daerah setempat. Secara umum, alur pelaksanaan
distribusi raskin dapat dilihat pada gambar berikut :

Pemerinta
h Kota /
Kab

1
SPA

BULOG
DIVRE
2

Tim Raskin
Cek Kualitas / Timbangan

Cek Kualitas/
Timbangan

DOLOG
Loteng

PENGADAA
N

Truk Angkut
4

Nota Timbang,
GD1K, Surat
Jalan
Tanggung Jawab Bulog

Tanggung Jawab

Titik
Distribusi BAST
(Kelurahan)

Titik Bagi
Kaling

RTS - PM

Tanggung Jawab Pemda

Tanggung Jawab

Deskripsi alur
distribusi raskin adalah sebagai berikut
:
BULOG
PEMDA

1) Berdasarkan Pagu Raskin, Bupati/ Walikota/ Ketua Tim Koordinasi Raskin


Kabupaten/ Kota atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota menerbitkan Surat
Permintaan Alokasi (SPA) kepada Perum BULOG.
2) Berdasarkan SPA, Perum BULOG menerbitkan Surat Perintah Penyerahan
Barang/Delivery Order (SPPB/DO) beras untuk masing-masing kecamatan atau

Audit Social Multi Stakeholder

Page 5

Audit Keuangan Negara

desa/kelurahan dengan atau tanpa menunggu peluncuran resmi penyaluran Raskin


pada awal tahun.
3) Sebelum Penyaluran, dapat dilakukan pengecekan kualitas beras oleh Tim Koordinasi
Raskin/Pelaksana Distribusi di Gudang Perum BULOG, yang ditandatangani oleh
Perum BULOG dan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten / Kota / Kecamatan /Pelaksana
Distribusi.
4) Sesuai dengan SPPB/DO maka Perum BULOG menyalurkan beras sampai ke titik
distribusi (TD). Di TD dilakukan serah terima beras antara Satker Raskin dengan Tim
Koordinasi Raskin/ Pelaksana Distribusi dan dibuat BAST yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak.
5) Penyaluran Raskin dari Titik Distribusi (TD) ke Titik Bagi (TB)
6) Penyaluran Raskin dari Titik Bagi (TB) ke Rumah Tangga Sasaran Penerima
Manfaat (RTS-PM)
Pelaksanaan Penyaluran Raskin dari Titik Distribusi (TD) ke Titik Bagi (TB)
Titik Distribusi (TD) adalah fasilitas public sebagai tempat atau lokasi penyerahan Raskin dari
Perum BULOG kepada Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan, atau lokasi lain yang
disepakati secara tertulis oleh Pemerintah kabupaten/Kota dengan Perum BULOG. Sedangkan
Titik Bagi (TB) adalah fasilitas publik di desa/kelurahan yang ditetapkan sebagai tempat atau
lokasi penyerahan beras Raskin dari Pelaksana Distribusi raskin kepada RTS-PM, termasuk
Warung Desa (Wardes), Fasilitas publik termasuk dan tidak terbatas pada Kantor Desa/Lurah,
Koperasi, Koramil, Sekolah dan tempat-tempat lain yang disepakati oleh masyarakat. Berikut
ini adalah alur distribusi raskin dari TD ke TB :
1. Penyaluran Raskin dari TD ke TB sampai RTS-PM menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah (provinsi dan kabupaten/kota).
2. Tim Koordinasi Raskin/Pelaksana Distribusi Raskin harus melakukan pengecekan kualitas
dan kuantitas beras yang diserahkan oleh Satker Raskin di TD.
3. Apabila kuantitas dan kualitas Raskin tidak sesuai, maka Tim Koordinasi Raskin/
Pelaksana Distribusi harus langsung mengembalikan kepada Perum BULOG dan Perum
Audit Social Multi Stakeholder

Page 6

Audit Keuangan Negara

BULOG dalam waktu selambat-lambatnya 2 x 24 jam, harus menggantinya dengan


kualitas dan kuantitas yang sesuai.
4. Penyaluran Raskin dari TD ke TB dan RTS-PM dapat dilakukan secara reguler oleh
Kelompok Kerja (Pokja) atau Pelaksana Distribusi, atau melalui Warung Desa, Kelompok
Masyarakat dan Padat Karya Raskin.
Pelaksanaan Penyaluran Raskin dari TB ke RTS-PM
1. Untuk meminimalkan biaya transportasi penyaluran Raskin dari TB ke RTS-PM maka TB
ditetapkan di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh RTS-PM.
2. Pelaksanaan penyaluran Raskin dari TB kepada RTS-PM dilakukan oleh Pelaksana
Distribusi Raskin dengan menyerahkan Raskin kepada RTS-PM sebanyak 15 kg/
RTS/bulan, selama 12 kali dalam setahun, dicatat dalam DPM-2, selanjutnya dilaporkan
kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Raskin
Kecamatan.
e. Mekanisme Pelaporan / Pertanggungjawaban Distribusi Raskin
Mekanisme pelaporan/pertannggungjawaban distribusi raskin adalah sebagai berikut :
1) Pelaksana Distribusi Raskin melaporkan pelaksanaan Program RASKIN kepada Tim
Koordinasi Raskin Kecamatan secara periodik setiap bulan.
2) Tim Koordinasi Raskin Kecamatan melaporkan pelaksanaan Program RASKIN kepada
Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/kota secara periodik setiap bulan.
3) Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/ kota melaporkan pelaksanaan Program RASKIN
kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi secara periodik setiap triwulan, dengan tembusan
kepada sekertaris TKPK di Kabupaten/Kota setempat.
4) Tim Koordinasi Raskin Provinsi melaporkan pelaksanaan Program RASKIN kepada Tim
Koordinasi Raskin Pusat dengan tembusan kepada sekretaris TKPK Provinsi setempat dan

Audit Social Multi Stakeholder

Page 7

Audit Keuangan Negara

seluruh wakil ketua pelaksana Tim Koordinasi Raskin Pusat secara periodik setiap
Semester.
f. Mekanisme Pengaduan
Pelaksana distribusi raskin harus siap menyediakan fasilitas untuk menerima
pengaduan dari masyarakat terkait dengan pelaksanaan program RASKIN.
1) Pengaduan ditangani berjenjang mulai dari tingkat Kab/Kota, Provinsi, dan Pusat sesuai
dengan materi pengaduan dan kewenangannya.
2) Batas waktu penyelesaian pengaduan ditentukan dalam pedoman khusus Kemendagri
3) Setiap aduan diklasifikasi dan didisposisi kepada instansi yang berwenang
4) Unit pengaduan membuat laporan secara berkala tentang pengaduan yang diterima, tindak
lanjut dan rekomendasi untuk perbaikan Program RASKIN.

3. Audit Sosial Multi-Stakeholder (ASMS)


a. Pengertian ASMS
Audit Sosial Multi-stakeholder (ASMS) adalah sebuah metode untuk memfasilitasi
assesment terhadap implementasi program-program bantuan sosial pemerintah dengan
pendekatan dialog multi-stakeholder. ASMS merupakan modifikasi dari model audit sosial
yang banyak digunakan saat ini, yang berasal dari India. Modifikasi ini dilakukan karena,
selain ada konteks lokal yang berbeda, juga terdapat tujuan yang berbeda dari audit sosial
ASMS ini dengan audit sosial versi orisinal. Modifikasi tersebut dilakukan terutama dengan
memasukkan multi-stakeholder (masyarakat, pemerintah dan penyedia pelayanan) sebagai
pihak yang terlibat melakukan audit. Ini yang agak berbeda dengan audit sosial orisinal yang
umumnya fokusnya lebih diarahkan kepada masyarakat sebagai kelompok penerima manfaat
akhir suatu program/pelayanan.
Audit Social Multi Stakeholder

Page 8

Audit Keuangan Negara

b. Tujuan ASMS
Tujuan dari Audit Sosial Multi-stakeholder ini adalah melakukan penilaian atas
implementasi suatu program bantuan sosial pemerintah. Jadi yang hendak dinilai adalah pada
tingkat implernentasi atau bagaimana program itu dilaksanakan, bukan menilai hasil akhir
atau dampak dari program itu. Pada sisi implementasi program bantuan sosial pemerintah, isu
penggunaan dana (budget spending) merupakan suatu isu penting. Karena itu, ASMS ini akan
menelusuri

anggaran

mulai

dari

uang

ditransfer

dari

pemerintah

ke

pelaksana

program/penyedia pelayanan, distribusi dan pembelanjaan anggaran tersebut, pelaporan


penggunaan anggaran hingga isu mekanisme komplain atas kualitas layanan barang/jasa yang
dihasilkan dari proses belanja tersebut.
ASMS ini juga bertujuan hendak memetakan pada komponen mana sistem
implementasi program bantuan sosial pemerintah tersebut dianggap lemah, dianggap sedang
dan dianggap kuat. Dengan diketahuinya hal tersebut, maka diharapkan perbaikan sistem
implementasi program-program tersebut dapat lebih fokus. Selain itu ASMS ini dilakukan
juga dengan tujuan membangun trust (kepercayaan) antar stakeholder program bantuan
sosial. Seperti sering diberitakan saat ini, trust antar stakeholder tersebut saat ini lemah.
Dengan ASMS ini, kami berharap bahwa dialog antar stakeholder berjalan lebih baik.
c. Instrumen ASMS
Instrumen yang digunakan ASMS adalah assessment (riset), pengembangan kapasitas,
advokasi, serta aktivitas pendukung bagi 3 aktivitas di atas. ASMS menggunakan pendekatan
sebagai berikut :
1) Akuntabilitas sosial
Pengembangan akuntabilitas sosial terfokus pada keterlibatan masyarakat secara penuh,
baik masyarakat sendiri sebagai penerima manfaat langsung (seperti keluarga miskin)
maupun melalui CSO yang peduli pada program RASKIN.
2) Sistem Integritas
Audit Social Multi Stakeholder

Page 9

Audit Keuangan Negara

Pendekatan ini digunakan untuk memastikan sikap para pelaksana program agar konsisten
aturan dan mekanisme yang berlaku dan tidak mengakali peraturan yang bertujuan pada
terjadinya penyimpangan dan korupsi serta mengurangi manfaat yang diterima oleh
masyarakat.
3) Pendidikan Andragogi
Pendekatan ini menjadi dasar dalam pengembangan dan penguatan kapasitas para pelaku
yang terlibat ataupun terkait dengan program yang sangat mempertimbangkan
pengetahuan dan pengalaman stakeholder, dan konsisten dengan kebutuhan dan dasar
kemampuan.

d. Kerangka Kerja
Instrumen ASMS dibangun berdasar atas 3 kerangka kerja sebagai berikut:
1) Analisis Gap (jarak) Integritas
Integritas dalam pengertian audit sosial adalah tingkat kekuatan/kemampuan suatu sistem
kebijakan pemerintah untuk memenuhi mandatnya dan melaksanakan good governance.
Sistem yang dimaksud adalah sistem pelaksanaan dari program bantuan sosial pemerintah.
Dalam mengukur integritas sistem tersebut, perhatian difokuskan pada Komponen
Kebijakan dan Komponen Pelaksanaan. Hal inilah yang menimbulkan gap integritas,
dimana dalam kenyataannya suatu kebijakan atau program pemerintah memiliki berbagai
permasalahan/persoalan dalam pelaksanaannya.
2) Kerangka Monitoring Integritas dan Akuntabilitas
Kerangka monitoring integritas dan akuntabilitas merupakan kerangka turunan dari
Analisa Gap Integritas. Dalam kerangka ini, Komponen Kebijakan dan Komponen
Pelaksanaan diturunkan dalam komponen-komponen yang lebih dapat diukur untuk
menentukan tingkat integritas suatu sistem.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 10

Audit Keuangan Negara

a) Komponen Kebijakan diturunkan menjadi Komponen Eksistensi Kebijakan, dalam hal


ini monitor akan difokuskan pada ada atau tidaknya kebijakan, serta melihat kualitas
dan dampak kebijakan.
b) Komponen Pelaksanaan diturunkan dalam dua sisi, yaitu :
Sisi Penawaran (Supply Side) adalah wilayah dimana kerja-kerja pembuatan
kebijakan, pelayanan, atau pengelolaan proyek pemerintah dilakukan baik oleh
otoritas pemerintah maupun oleh penyedia pelayanan. Komponen Pelaksanaan
dalam Sisi Penawaran diterjemahkan menjadi Komponen Efektivitas Pelaksanaan,
yang mengukur bagaimana dilaksanakannya kegiatan-kegiatan, dicapainya target,

ditujunya kelompok sasaran yang telah ditetapkan oleh desain program/kebijakan.


Sisi Permintaan (Demand Side) adalah wilayah dimana masyarakat (sebagai
kelompok sasaran kebijakan, pelayanan, program bantuan) berada dan berinteraksi
dengan supply side. Komponen Pelaksanaan dari Sisi Permintaan diterjemahkan
menjadi Komponen Akses Masyarakat, dimana akses masyarakat yang makin baik
akan memperkuat kualitas pelaksanaan kebijakan atau pelaksanaan desain program
bantuan sosial, seperti keterlibatan masyarakat, transparansi informasi, tingkat
dialog antara masyarakat dengan penyedia layanan, kapasitas kelompok
masyarakat, dan lain-lain.

3)

Analisis Rantai Nilai


Digunakan sebagai alat untuk memahami bagaimana kontribusi dari setiap program
(program bantuan sosial) terhadap terlaksananya good governance dan tujuan program itu
sendiri. Pada analisis rantai, nilai pengukuran dilakukan pada praktek yang dilakukan pada
setiap rantai yang berinteraksi dengan program tersebut dengan melibatkan tiga pelaku
utama, yaitu pemerintah, penyedia pelayanan, dan masyarakat/pengguna layanan.
Dalam ASMS, rantai nilai yang dianggap penting untuk dimonitor adalah :

Audit Social Multi Stakeholder

Page 11

Audit Keuangan Negara

a) Rantai nilai transfer adalah proses pengiriman dana dari pemerintah ke service

provider atau pengiriman dana antar pemerintah untuk membiayai program bantuan
sosial. Isu-isu yang diperhatikan adalah seperti ada tidaknya persyaratan yang harus
dipenuhi penerima transfer, dan adakah time frame yang jelas untuk transfer.
b) Rantai nilai distribusi adalah proses konversi dana menjadi suatu bentuk delivelables
(barang dan jasa) pada tingkat service provider hingga penyampaian delivelables
tersebut pada final beneficiaries yang direncanakan. Isu-isu yang diperhatikan adalah
seperti terjadi proses pengalokasian rencana anggaran yang terdokumentasi, apakah
ada rencana anggaran tersebut ditaati dalam proses pengadaan barang/jasa, dan
sebagainya.
c) Rantai nilai pelaporan adalah proses pertanggungjawaban dari service provider kepada
pemerintah dan masyarakat (khususnya final beneficiaries) atas penggunaan dana
yang dilakukan. Isu-isu yang diperhatikan adalah seperti apakah ada kepastian terjadi
pelaporan, apakah ada proses validasi atas laporan, dan siapa yang dapat terlibat dalam
proses pelaporan tersebut.
d) Rantai nilai mekanisme complain adalah proses pengaduan dari masyarakat terutama
final beneficiaries baik kepada para penyelenggara layanan atau kepada pemerintah,
baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Isu-isu yang diperhatikan adalah
seperti apakah ada regulasi yang mejamin ruang pengaduan, apakah terdapat unit
pengaduan baik di pemerintah ataupun di para penyelenggara layanan, dan apakah ada
ruang pengaduan alternatif.
e. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari ASMS adalah:
1)

Dialog multi-stakeholder.
Dalam hal ini dialog tersebut harus melibatkan stakeholder setidaknya dari 3 kelompok
stakeholder secara seimbang. Ketiga kelompok stakeholder tersebut adalah: kelompok

Audit Social Multi Stakeholder

Page 12

Audit Keuangan Negara

pemerintah, kelompok penyedia pelayanan (misalnya: sekolah, penyalur bantuan,


Puskesmas dll.) dan kelompok masyarakat (khususnya sasaran penerima manfaat dari
bantuan sosial).

2)

Eksplorasi fakta
Proses audit sosial dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap pendapat yang muncul dari
peserta akan diperiksa oleh peserta lainnya. Pendapat yang dihasilkan adalah pendapat
yang telah terverifikasi oleh forum.

3)

Menilai implementasi program bantuan sosial pemerintah


Audit sosial ini menilai pada implementasi, bukan pada desain atau dampak dari program
bantuan sosial pemerintah.

4)

Memetakan kekuatan-kelemahan implementasi program bantuan pemerintah


Dalam hal ini, audit sosial tidak dilakukan untuk mencari kesalahan dalam pelaksanaan
suatu program, tetapi dalam audit berusaha menemukan mana titik lemah dari
implementasi program bantuan sosial, dan merekomendasikan perbaikan di titik itu.

f. Cakupan/Batasan
Metode Audit Sosial Multi-stakeholder memiliki cakupan sebagai berikut:
1)

Metode ASMS ini digunakan untuk melakukan penilaian atas implementasi programprogram bantuan sosial pemerintah. Perlu ditekankan bahwa cakupan audit sosial ini pada
proses implementasi, bukan pada menilai hasil akhir (output, outcome dan impact) dari
program-program bantuan sosial pemerintah.

2)

Metode ASMS ini adalah untuk memperoleh pandangan umum yang sifatnya kualitatif
dari multi stakeholder (baik/puas; agak baik/agak puas; kurang baik/kurang puas; tidak
baik/tidak puas) dari para stakeholder. Bukan untuk memperoleh skor exact dari mereka.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 13

Audit Keuangan Negara

Skor yang digunakan disini, hanyalah sebagai media untuk memudahkan pengolahan atas
pandangan umum tersebut.
3)

Audit Sosial dengan metode ASMS ini bukan seperti audit konvensional yang
berusaha menemukan kesalahan/penyelewengan dari suatu proyek/pekerjaan. Namun
audit sosial ini adalah untuk memahami (melakukan diagnosa) pada komponen mana dari
program yang lemah dan mana yang sudah berjalan baik.

4)

Sebagai konsekuensi dari itu, audit sosial ini tidak berusaha menemukan siapa yang
salah atau siapa yang benar dalam pelaksanaan program bantuan sosial. Namun audit
sosial ini berusaha untuk melihat komponen program mana yang perlu ditingkatkan dan
komponen program mana yang perlu dipertahankan.

4. Pelaksanaan Program RASKIN Di Kabupaten Lombok Tengah


Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu wilayah di Provinsi Nusa Tenggara
Barat yang memiliki riwayat masalah konsumsi pangan yang kurang baik dengan persentase
prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) total yang tinggi di wilayah NTB yakni sebesar
31,43, keadaan produksi pangan yang rendah dan persentase desa miskin yang cukup banyak
yakni lebih dari 70 persen.
Berdasarkan pada indikator-indikator tersebut, maka daerah ini memperoleh Nilai
Situasi Wilayah yang tinggi di NTB yakni sebesar 12 sehingga ditetapkan sebagai salah satu
daerah pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Produksi dan Ketersediaan Pangan (SKPP) dalam
rangka Pemantauan Situasi Produksi dan Ketersediaan Pangan (PSPKP) (DinasPertanian
Tanaman Pangan NTB, 1997). Kondisi ini menempatkan wilayah Kabupaten Lombok Tengah
sebagai salah satu wilayah pamantauan ketahanan pangan nasional, sehingga dijadikan
sebagai salah satu daerah uji coba pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG). Dalam perkembangan pembangunan pangan, terutama jika dipandang dari aspek
ketersediaan pangan wilayah, maka daerah ini menunjukkan perkembangan yang semakin
membaik. Walaupun demikian, berdasarkan indikator individu dan indikator komposit
Audit Social Multi Stakeholder

Page 14

Audit Keuangan Negara

kerawanan pangan menunjukkan bahwa Kabupaten Lombok Tengah masih tergolong daerah
rawan pangan.
Sasaran Program RASKIN secara nasional untuk Tahun 2015 adalah berkurangnya
beban pengeluaran 471.566 RTS dalam mencukupi kebutuhan pangan beras bersubsidi
sebanyak 15 Kg/RTS/bulan atau setara 180 kg/RTS/tahun dengan harga tebus Rp 1.600/kg
netto di Titik Distribusi (TD). Dari 84.881.880 kg pagu raskin untuk Provinsi NTB,
Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan pagu raskin sebesar 17.054.100 kg dengan jumlah
RTS-PM sebanyak 94.745 KK.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 15

Audit Keuangan Negara

BAB III
PELAKSANAAN AUDIT ASMS
1. Ruang Lingkup Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan Audit ASMS ini dilakukan dengan melihat bagaimana pelaksanaan
Program

RASKIN

di

Kabupaten

Lombok

Tengah

untuk

periode

Januari Juli 2015.


2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Audit
Audit sosial raskin di Kabupaten Lombok Tengah dilaksanakan pada tanggal 3 - 14
Agustus 2015 pada 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Praya dan Kecamatan Jonggat,
Kabupaten Lombok Tengah.
3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam audit ini dilakukan dengan pendekatan personal dengan
melakukan wawancara terstruktur terhadap beberapa informan yang dianggap cukup untuk
memberikan informasi terkait dengan data yang dibutuhkan.
Informan yang terlibat dalam proses audit ini terdiri dari . orang yang
merepresentasikan penerima manfaat, Tim raskin tingkat kelurahan, Tim Koordinasi Raskin
Tingkat Kabupaten, Pihak DOLOG dan LSM.
Berikut ini informan Audit raskin di kabupaten Lombok Tengah :
Tabel 1. Daftar Informan Audit Raskin di Kabupaten Lombok Tengah
No.

Unsur Informan

1.

Tim Koordinasi Raskin Tingkat Kabupaten

2.

Dolog Kabupaten Lombok Tengah

3.

Tim Koordinasi Raskin Tingkat Kelurahan

4.

Kepala Lingkungan

5.

LSM

6.

Penerima Manfaat

Nama

BAB IV
Audit Social Multi Stakeholder

Page 16

Audit Keuangan Negara

HASIL ASMS PROGRAM RASKIN

1. Penentuan Skor
Skoring yang diberikan adalah sebagai berikut :
1 = Kondisi TIDAK IDEAL yang mungkin terjadi
2 = Kondisi KURANG IDEAL yang mungkin terjadi
3 = Kondisi CUKUP IDEAL yang mungkin terjadi
4 = Kondisi IDEAL yang mungkin terjadi
Penilaian hanya diberikan pada tiga komponen yaitu distribusi, pelaporan dan akses ke
masyarakat. Untuk komponen transfer pada program raskin tidak dapat dinilai di tingkat
daerah, karena rantai ini dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada penyedia layanan (PERUM
BULOG) di tingkat pusat.
2. Proses Skoring
Berdasarkan data dan fakta di lapangan yang diperoleh dari beberapa pihak antara lain
Bagian Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Lombok Tengah, pihak DOLOG
Kabupaten Lombok Tengah sebagai penyedia layanan, Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat
Kelurahan, Kepala Lingkungan, LSM, dan Masyarakat, diperoleh hasil sebagai berikut :
Komponen

Pertanyaan Kunci

Fakta

Penilaian
Distribusi-

Apakah peraturan tentang

Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Eksistensi

distribusi sudah memadai

Tidak ada peraturan bupati yang mengatur tentang distribusi raskin.

Kebijakan

Pelaksaan raskin hanya mengacu pada Buku Pedoman Teknis Distribusi


Raksin Tahun 2012 yang ditandatangani oleh Sekretaris Daerah Kabupaten
Lombok Tengah.
Namun setiap tahun, Bupati menerbitkan surat tentang Penetapan Pagu
Raskin.Untuk tahun 2015, penetapan pagu raskin diatur dalam Surat Bupati
Lombok Tengah Nomor 400/13/Eko tanggal 20 Januari 2015. Surat
tersebut berisi pagu raskin, jumlah raskin per RTS-PM, harga tebus beras
raskin, dan pembagian titik distribusi.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 17

Audit Keuangan Negara

Setiap tahun Bupati juga menetapkan Keputusan Bupati tentang


Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Program RASKIN Tingkat
Kabupaten.Untuk

tahun

2015,

pembentukan

tim

diatur

dalam

Surat Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 50 Tahun 2015, tanggal 2


Februari 2015. Surat Keputusan tersebut berisi nama-nama anggota tim,
tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh tim.
Pegawai DOLOG Kab. Lombok Tengah
DOLOG Kab. Lombok Tengah menggunakan peraturan mengenai
distribusi raskin yang ditetapkan oleh BULOG DIVRE NTB. Dalam
menentukan pagu raskin, BULOG DIVRE NTB dan DOLOG Kab.
Lombok Tengah juga berpedoman pada

Surat Gubernur NTB Nomor

500/252/Ekon tentang Pagu Raskin Kabupaten/Kota se NTB Tahun 2015.


Kasi Kesra Kelurahan
Tidak ada peraturan mengenai distribusi raskin.
Kepala Lingkungan
Kepala lingkungan tidak membuat keputusan terkait tim pelaksana
distribusi raskin. Biasanya Kepala Lingkungan sebagai titik bagi masingmasing lingkungan menunjuk pelaksana distribusi raskin secara lisan
kepada warga yang dipercaya.
LSM
Tidak ada peraturan khusus mengenai distribusi raskin baik di tingkat
Kabupaten, Kelurahan, maupun Lingkungan.
Konsensus
Tidak ada dasar hukum yang memadahi alur pelaksanaan distribusi baik di
tingkat Kabupaten, Kelurahan maupun lingkungan.Aturan tentang pagu
raskin tahun bersangkutan, jumlah beras yang dibagi per RTS-PM dan
harga beras diakomodir dalam surat Bupati tentang Pagu Raskin
Konsensus Skor 1 ( Tidak Ideal )
Distribusi

Apakah peraturan tentang

Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Efektivitas

distribusi sudah memadai

Penetapan RTS-PM didasarkan pada data-data tahun sebelumnya dan

Kebijakan

dari sisi :

disesuaikan dengan data BPJS.

Kesenjangan data

Pengawasan dilakukan oleh Tim Koordinasi Program RASKIN di masing-

Pengawasan

masing titik distribusi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Penyediaan informasi

Informasi mengenai distribusi raskin dilaksanakan dengan Surat Bupati


yang disampaikan kepada masing-masing Kecamatan. Selain itu,
Kabupaten juga mengadakan sosialisasi terkait pelaksanaan program
RASKIN setiap tahun.
Pegawai DOLOG Kab. Lombok Tengah

Audit Social Multi Stakeholder

Page 18

Audit Keuangan Negara

Pelaksanaan dan pengawasan distribusi raskin sudah berjalan dengan baik,


namun dari sisi data masih ada perbedaan antara penerima raskin di
lapangan dengan nama-nama yang ada dalam surat penetapan RTS-PM.
Kasi Kesra Kelurahan
Distribusi dan pengawasan raskin sudah dilaksanakan dengan baik, namun
masih ada kesenjangan antara penerima raskin dengan data penetapan RTSPM.
Tidak ada informasi resmi mengenai distribusi raskin, kelurahan hanya
menyampaikan informasi kepada Kepala Lingkungan secara lisan.
Kepala Lingkungan
Secara umum, proses distribusi dan pengawasan sudah berjalan dengan
baik, namun terkadang ada masalah di lapangan seperti perbedaan
penerima raskin di lapangan dengan data yang ada. Hal ini dimaksudkan
agar semua warga miskin mendapat raskin, karena tidak semua warga
miskin terdata dalam surat penetapan RTS-PM. Pihak kepala lingkungan
sudah menyampaikan informasi mengenai kesenjangan data, harga beras,
jumlah beras yang akan diterima, kualitas beras dan biaya tambahan
kepada masyarakat secara lisan dalam sebuah pertemuan.
LSM
Secara umum, distribusi raskin sudah dapat dilaksanakan dengan baik.
Namun masih terdapat perbedaan data antara penerima yang ada di SK
Penetapan RTS-PM dengan penerima raskin di lapangan.
Masyarakat Penerima
Masyarakat memperoleh informasi terkait raskin dari mulut ke mulut
(secara lisan). Masyarakat mengetahui bahwa terdapat kesenjangan data
penerima raskin dari kepala lingkungan. Tidak semua nama KK, tercantum
dalam daftar penerima raskin.
Jumlah raskin yang diterima oleh masyarakat tidak tentu jumlahnya, tetapi
berkisar 5-7 kg per KK.
Harga beras biasanya berkisar antara Rp 1800 2100 per Kg. Harga
tersebut sudah termasuk biaya tambahan untuk biaya angkut beras dan
plastik untuk membungkus beras.
Kualitas beras yang diterima biasanya kurang bagus, tetapi kadang juga
bagus.
Sebagian besar masyarakat menggunakan raskin untuk dikonsumsi, namun
ada juga yang menggunakan raskin untuk dijual kembali.
Biasanya pembagian raskin dilaksanakan dua bulan sekali.
Konsensus
Proses distribusi raskin sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun pada
Audit Social Multi Stakeholder

Page 19

Audit Keuangan Negara

kenyataannya terjadi kesenjangan data, namun hal tersebut dilakukan untuk


memenuhi tujuan sosial yaitu agar semua warga miskin mendapatkan
raskin walaupun namanya tidak ada dalam surat penetapan (bagi rata).
Alasan sosial juga menyebabkan pelaksanaan distribusi belum dapat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, misalnya dari jumlah beras yang
dibagi per KK seharusnya adalah 15 kg/KK dan waktu pembagian beras
yang seharusnya dilakukan sebulan sekali, tetapi dilaksanakan dua bulan
sekali.
Distribusi Akses

Bagaimana

ke Masyarakat

informasi

akses

Konsensus Skor 3 ( Cukup Ideal )


Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

bagi

Pemerintah kabupaten sudah melaksanakan sosialisasi terkait dengan

masyarakat tentang biaya

distribusi raskin yang dihadiri oleh beberapa kepala dinas, perwakilan dari

tambahan dan kualitas

Bulog, beberapa perwakilan dari kecamatan dan kelurahan, serta Ketua

beras?

Forum Kepala Desa beserta beberapa anggotanya.


Pegawai DOLOG Kab. Lombok Tengah
Tidak ada sosialisasi mengenai kualitas beras.
Kasi Kesra Kelurahan
Tidak ada biaya tambahan di titik distribusi.
Masyarakat sudah mengetahui bagaimana kualitas beras raskin, sehingga
pihak kelurahan tidak perlu memberikan informasi.
Kepala Lingkungan
Nominal dan peruntukan biaya tambahan ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara kepala lingkungan dan masyarakat dalam sebuah
pertemuan.
Kepala Lingkungan merasa tidak perlu menyampaikan informasi kualitas
beras, karena masyarakat sudah mengetahui hal tersebut.
LSM
Biaya tambahan dikenakan kepada masyarakat penerima raskin untuk
menutupi biaya distribusi (plastik, transport, buruh). Nilainya ditetapkan
berdasarkan kesepakatan bersama.
Kualitas beras yang dibagikan sudah sesuai dengan peraturan yaitu kualitas
medium, walaupun pada kenyataannya kadang beras yang diterima
dianggap bagus, dan kadang dianggap tidak layak konsumsi.
Masyarakat Penerima
Masyarakat penerima raskin membayar biaya tambahan sesuai dengan
kesepakatan. Masyarakat mengetahui penggunaan biaya tambahan tersebut.
Tidak ada informasi mengenai kualitas beras.
Konsensus
Biaya tambahan merupakan kesepakatan masyarakat penerima raskin dan

Audit Social Multi Stakeholder

Page 20

Audit Keuangan Negara

informasi penggunaan biaya tambahan juga diketahui oleh masyarakat.


Namun untuk informasi mengenai kualitas beras tidak pernah disampaikan
kepada masyarakat.
Pelaporan -

Apakah

sudah

cukup

Eksistensi

memadai

tentang

Kebijakan

peraturan

pelaporan

raskin?

Konsensus Skor 3 ( Cukup Ideal )


Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah
Tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai pelaporan raskin. Semua
mengacu pada Buku Pedoman Teknis Distribusi Raskin.
Pegawai DOLOG Kab. Lombok Tengah
DOLOG Kab. Lombok Tengah menggunakan peraturan yang ditetapkan
oleh BULOG DIVRE NTB, termasuk peraturan mengenai pelaporan.
Kasi Kesra Kelurahan
Tidak ada peraturan yang mengatur tentang mekanisme pelaporan.
Kepala Lingkungan
Tidak ada peraturan tentang pelaporan
LSM
Tidak ada peraturan yang mengatur mengenai pelaporan raskin baik di
tingkat Kabupaten, Kelurahan maupun di tingkat Lingkungan.
Konsensus
Peraturan tentang pelaporan hanya ada pada BULOG dan DOLOG,
sedangkan pada tingkat Kabupaten, Kelurahan, maupun Lingkungan tidak
ada peraturan yang mengatur mengenai mekanisme pelaporan dan jenis
laporan yang harus dihasilkan sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan distribusi raskin.

penilaian

Konsensus Skor 1 ( Tidak Ideal )


Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Pelaporan

Bagaimana

Efektivitas

anda

tentang

Pelaksana distribusi raskin melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan

Kebijakan

pertanggungjawaban dari

program RASKIN kepada tim koordinasi raskin secara berjenjang sesuai

titik distribusi terendah

periode pelaksanaan distribusi, mulai dari tingkat kelurahan sampai dengan

(lurah, kades, rt, rw) dari

tingkat kabupaten. Selanjutnya tim koordinasi raskin kabupaten Lombok

publik

Tengah melaporkan pelaksanaan program RASKIN kepada tim koordinasi


raskin provinsi secara periodik setiap triwulan.
Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah
Pelaporan/pertanggungjawaban sudah dilaksanakan dengan baik. Pelaporan
penerima raskin disesuaikan dengan data penerima yang ada dalam surat
penetapan RTS-PM.
Kasi Kesra Kelurahan
Laporan yang ada berupa berita acara serah terima beras dari DOLOG dan
kepada Kepala Lingkungan, serta laporan penerima beras raskin.
Kepala Lingkungan
Laporan ke pihak Kelurahan hanya berupa daftar nama penerima raskin.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 21

Audit Keuangan Negara

LSM
Pelaporan atau pertanggungjawaban pelaksanaan distribusi raskin belum
dilaksanakan secara memadai.
Masyarakat Penerima
Masyarakat hanya menerima raskin dari pemerintah, tanpa mengetahui
pertanggungjawabannya.
Konsensus
Laporan pertanggungjawaban raskin hanya ada dalam bentuk berita acara
serah terima beras dan laporan mengenai nama-nama penerima raskin
sesuai dengan yang ada dalam surat penetapan RTS-PM
Pelaporan Akses

Bagaimana warga dapat

Konsensus Skor 2 ( Kurang Ideal )


Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

ke Masyarakat

mengakses

Laporan pertanggungjawaban distribusi raskin dapat diberikan kepada

pelaksanaan

laporan
distribusi

raskin?

masyarakat maupun LSM jika mereka meminta.


Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah
Masyarakat dapat mengcopy laporan pertanggungjawaban distribusi raskin.
Kasi Kesra Kelurahan
Masyarakat dapat meminta laporan pertanggungjawaban distribusi raskin
jika mereka mau.
Kepala Lingkungan
Laporan pertanggungjawaban dapat diketahui oleh masyarakat.
LSM
Pihak pemerintah tidak menyediakan wadah bagi masyarakat maupun LSM
untuk mengakses secara terbuka laporan pertanggungjawaban distribusi
raskin, tetapi pemerintah akan memberikan laporan tersebut jika diminta
oleh masyarakat atau LSM.
Masyarakat Penerima
Masyarakat tidak pernah mengetahui tentang laporan pertanggungjawaban
distribusi raskin.
Konsensus
Pemerintah tidak menyediakan fasilitas agar laporan pelaksanaan distribusi
raskin dapat diakses oleh masyarakat secara terbuka. Masyarakat dapat
memperoleh daftar nama penerima raskin jika mereka aktif meminta
kepada pemerintah.

Mekanisme

Sejauh mana peraturan

Konsensus Skor 1 ( Tidak Ideal )


Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Komplain

yang

mampu

Masalah pengaduan diserahkan kepada Tim Koordinasi Pelaksanaan

Eksistensi

mendorong

mekanisme

Program RASKIN. Dalam Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim

kebijakan-

komplain

dan

sudah diatur salah satu tugas dan fungsinya adalah penanganan pengaduan.

availabilitas

pengelolaan

ada

komplain

Audit Social Multi Stakeholder

Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah


Page 22

Audit Keuangan Negara

yang efektif?

Tidak ada peraturan khusus yang mengatur mengenai pengaduan, namun


kpihak DOLOG sangat terbuka untuk menerima pengaduan dari
masyarakat.
Kasi Kesra Kelurahan
Tidak ada peraturan yang mengatur tentang pengaduan, tetapi pihak
kelurahan

menerima

pengaduan

dari

kepala

lingkungan

maupun

masyarakat dan akan menindaklanjuti setiap pengaduan yang masuk.


Kepala Lingkungan
Tidak ada peraturan mengenai pengaduan, akan tetapi pihak kepala
lingkungan

menampung

semua

keluhan

masyarakat

dan

akan

menyampaikannya pada pihak kelurahan.


LSM
Tidak ada peraturan yang mewadahi mengenai mekanisme pengaduan dan
tindak lanjut.
Konsensus
Tidak ada peraturan yang mengatur mengenai mekanisme pengaduan
Mekanisme

Sejauhmana kemampuan

Konsensus Skor 1 ( Tidak Ideal )


Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Komplain

kelurahan/desa

Dalam hal ini ada komitmen bersama antara pemda dan BULOG untuk

Efektivitas

menangani

Kebijakan

tentang kualitas raskin?

komplain

menyelesaikan komplain/komplain dari masyarakat dengan membentuk


Pusat Komplain Masyarakat yang masih berada di bawah TKPKD (Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah).
Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah
BULOG menangani pengaduan masyarakat terkait raskin dan segera
ditindak lanjuti sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sebagian
besar pengaduan mengenai kualitas beras ditindaklanjuti dengan mengganti
beras dengan beras yang kualitasnya lebih baik.
Kasi Kesra Kelurahan
Kelurahan menerima komplain tentang kualitas beras dari kepala
lingkungan. Kepala lingkungan akan mengembalikan beras yang
kualitasnya kurang baik dan kami akan meneruskannya ke DOLOG.
Kepala Lingkungan
Pada dasarnya kepala lingkungan menerima setiap komplain masyarakat
tentang distribusi raskin, terutama mengenai kualitas raskin. Biasanya
sebelum dibagikan kepada penerima raskin, kepala lingkungan beserta
beberapa orang warga akan mengecek kualitas raskin terlebih dahulu, jika
kualitasnya dianggap kurang baik, maka mereka akan mengembalikannya
ke pihak kelurahan untuk ditukar pada DOLOG. Sejauh ini, pihak DOLOG
selalu mau menerima ketika raskin kami kembalikan dan menukarnya

Audit Social Multi Stakeholder

Page 23

Audit Keuangan Negara

dengan raskin yang memiliki kualitas yang lebih baik.


LSM
Masyarakat tidak familiar dengan mekanisme pengaduan terkait kualitas
raskin. Dalam perkembangannya, diharapkan masyarakat menjadi lebih
aktif. Pihak pemerintah diharapkan juga segera menindaklanjuti setiap
pengaduan yang ada.
Masyarakat Penerima
Masyarakat tidak memahami tata cara penyampaian pengaduan terkait
pelaksanaan

raskin.

Pada

kenyataannya

masyarakat

biasanya

menyampaikan keluhan mereka pada Kepala Lingkungan.


Konsensus
Kelurahan dan kepala lingkungan sudah bersikap terbuka dalam menerima
komplain dari masyarakat, dan menindaklanjuti/menyelesaikan komplain
tersebut dengan baik.
Mekanisme

Bagaimana akses warga

Konsensus Skor 3 ( Cukup Ideal )


Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Komplain Akses

dalam

Informasi mengenai mekanisme pengaduan sudah disampaikan pada saat

ke Masyarakat

komplain

menyampaikan
di

tingkat

sosialisasi mengenai distribusi raskin.

kelurahan/desa

terkait

Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah

dengan :

BULOG/DOLOG tidak melakukan sosialisasi mengenai tata cara

- Pengetahuan tata cara

pengaduan kepada masyarakat.

- Kemampuan

Kasi Kesra Kelurahan

mengakses

Kelurahan tidak pernah menginformasikan kepada masyarakat mengenai


mekanisme pengaduan, karena masyarakat tidak pernah menyampaikan
pengaduan mengenai raskin secara langsung kepada pihak kelurahan,
biasanya diwakili oleh kepala lingkungan.
Kepala Lingkungan
Kepala lingkungan tidak pernah menyampaikan informasi tentang tata cara
pengaduan kepada masyarakat, namun mereka menerima setiap keluhan
dari masyarakat.
LSM
Masyarakat belum mengetahui dan belum dapat mengakses informasi
tentang tata cara komplain secara luas. Hal ini membuka peluang terjadinya
penyelewengan dan penyalahgunaan bantuan raskin.
Masyarakat Penerima
Akses masyarakat mengenai tata cara komplain terkait raskin masih sangat
kurang. Hal ini terkendala pula oleh ketidakmauan dan ketidakmampuan
masyarakat penerima raskin untuk menyampaikan komplain.
Konsensus

Audit Social Multi Stakeholder

Page 24

Audit Keuangan Negara

Masyarakat tidak mengetahui mekanisme penyampaian komplain kepada


DOLOG atau tim pelaksana raskin tingkat kabupaten. Sebagian besar
komplain dilakukan secara kolektif dan hanya disampaikan pada Kepala
Lingkungan.
Konsensus Skor 1 ( Tidak Ideal )

3. Hasil Skor per Pertanyaan Kunci


Hasil skoring sesuai dengan data dan fakta dari beberapa pihak, dapat dirangkum
berdasarkan pertanyaan kunci dalam tabel berikut :
Komponen
Penilaian

Eksistensi Kebijakan

Skor

Efektivitas Kebijakan

Skor

Akses Masyarakat

Skor

Distribusi

Apakah peraturan tentang


distribusi sudah memadai

Apakah peraturan tentang


distribusi sudah memadai
-

Bagaimana akses informasi


bagi masyarakat tentang
biaya tambahan dan kualitas
beras?

Pelaporan

Apakah peraturan tentang


pelaporan raskin sudah
cukup memadai?

Bagaimana penilaian anda


tentang
pertanggungjawaban dari
titik distribusi terendah
(Lurah/Kades/RT/RW) dari
publik

Bagaimana warga dapat


mengakses
laporan
pelaksanaan
distribusi
raskin?

Mekanisme
Komplain

Sejauh mana peraturan yang


ada mampu mendorong
mekanisme komplain dan
pengelolaan komplain yang
efektif?

Sejauhmana kemampuan
kelurahan/desa menangani
komplain tentang kualitas
raskin?

Bagaimana akses warga


mengenai
tata
cara
menyampaikan pengaduan
di tingkat kelurahan/desa?

Transfer

4. Interpretasi Skor
Interpretasi skor adalah proses menempatkan setiap komponen penilaian apakah
masuk kategori tinggi, sedang, atau rendah berdasarkan skor yang diperolehnya. Masingmasing kategori akan dibedakan berdasarkan warna. Warna PUTIH menunjukkan skor tinggi,
warna ABU-ABU menunjukkan skor sedang, dan warna HITAM menunjukkan skor rendah.
Penjelasan masing-masing kategori akan dijelaskan dalam tabel berikut :
Kategori
Rendah

Skor
1

Deskripsi Perkiraan Kondisi


Kondisi integritas dari sistem/institusi rendah, dimana diperkirakan sebagian
besar komponen sistem belum terbangun untuk mengarah tercapainya
program dan good governance, sebagian besar tindakan yang diharapkan juga

Sedang

belum dilakukan.
Kondisi integritas dari sistem/institusi sedang, dimana diperkirakan bahwa

Audit Social Multi Stakeholder

Page 25

Audit Keuangan Negara

sistem sudah mulai mengarah pada tercapainya tujuan program dan good
governance, namun masih terdapat komponen yang dalam jumlah signifikan
belum mendukung. Perbaikan yang diperlukan mungkin cukup banyak dan
signifikan. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka tujuan program dan good
Tinggi

3-4

governance tidak akan tercapai.


Kondisi ini menggambarkan bahwa sistem/institusi diperkirakan sudah cukup
mantap dan mengarah pada tercapainya tujuan program dan terwujudnya
kondisi good governance. Perbaikan masih diperlukan namun jumlahnya
tidak signifikan, dan pada umumnya bukan pada backbone, tetapi pada
komponen pendukung saja.

Berdasarkan hasil skoring dan disesuaikan dengan tabel interpretasi data, maka
diperoleh matriks penilaian sebagai berikut :
Komponen Penilaian
Transfer
Distribusi
Pelaporan
Mekanisme Komplain

Eksistensi

Efektivitas

Akses

Kebijakan

Kebijakan

Masyarakat

1
1
1

3
2
3

3
1
1

5. Analisis Deskriptif atas Skor


Berdasarkan matriks penilaian di atas, dapat diperoleh analisis deskriptif sebagai
berikut:
a. Pada pelaksanaan Program RASKIN di Kabupaten Lombok Tengah, tidak ada kebijakan
yang mengatur/mengakomodir semua rantai nilai (distribusi, pelaporan dan mekanisme
komplain) baik di tingkat Kabupaten, Kelurahan maupun Lingkungan. Pelaksanaan
program atau kegiatan pemerintah seharusnya memiliki payung hukum. Berkaitan dengan
hal tersebut, Kabupaten Lombok Tengah seharusnya membuat peraturan tentang petunjuk
teknis distribusi raskin, yang merupakan turunan dari Keputusan Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2014 tentang Pedoman Umum Raskin
Tahun 2015. Peraturan yang ada di tingkat Kabupaten seharusnya juga mengakomodir

Audit Social Multi Stakeholder

Page 26

Audit Keuangan Negara

pelaksanaan distribusi raskin pada tingkat kelurahan dan lingkungan, sehingga dapat
menjadi acuan bagi Kelurahan/Lingkungan dalam pelaksanaan distribusi raskin.
b. Efektivitas pelaksanaan untuk rantai distribusi dan mekanisme komplain adalah tinggi.
Walaupun tidak ada peraturan yang melandasi, tetapi pelaksanaan distribusi raskin secara
umum dapat berjalan dengan baik, begitu pula dengan pengaduan dari masyarakat yang
ditampung dan ditindaklanjuti dengan baik oleh pihak Kepala Lingkungan, Kelurahan dan
DOLOG. Peran aktif masyarakat, Kepala Lingkungan, Kelurahan, dan DOLOG sangat
mendorong efektifitas pelaksanaan mekanisme pengaduan. Sejauh ini belum terlihat peran
pihak Kabupaten dalam menerima maupun menindaklanjuti pengaduan dari masyakarat,
dan hal tersebut harus mendapat perhatian. Walaupun masuk kategori tinggi, tetapi masih
banyak hal yang harus diperbaiki, khususnya terkait dengan perbedaan antara data
penerima raskin dan realita penerima raskin di lapangan. Ketidaksesuaian data
menyebabkan timbulnya permasalahan yang lain seperti pembagian jumlah beras yang
tidak sesuai ketentuan.
Efektivitas pelaksanaan untuk rantai pelaporan adalah sedang, hal ini disebabkan tidak ada
ketentuan yang mengatur pertanggungjawaban dengan jelas baik dari sisi mekanisme
maupun jenis laporan yang harus dibuat masing-masing titik pertanggungjawaban. Namun
kesadaran untuk membuat pertanggungjawaban sudah diwujudkan dalam bentuk
penyampaian berita acara serah terima raskin dan laporan nama-nama penerima raskin.
c. Akses masyarakat untuk rantai nilai pelaporan dan mekanisme komplain masih sangat
rendah. Pemerintah belum memberi ruang kepada masyarakat untuk mengakses laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan distribusi raskin. Pemerintah juga tidak memberikan
informasi mengenai mekanisme komplain secara memadai.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 27

Audit Keuangan Negara

Namun akses masyarakat untuk rantai nilai distribusi sudah cukup tinggi. Hal ini
disebabkan pihak Kepala Lingkungan memiliki kesadaran untuk secara aktif
menyampaikan segala informasi terkait distribusi raskin kepada masyarakat.
d. Rantai pelaporan memiliki skor rendah untuk eksistensi kebijakan dan akses masyarakat,
dan memiliki skor sedang untuk efektivitas pelaksanaan. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaporan pertanggungjawaban distribusi raskin masih belum berjalan dengan baik.
Pemerintah perlu melakukan pembenahan dengan segera, baik dari sisi peraturan,
penyusunan dan penyampaian laporan maupun penyediaan fasilitas bagi masyarakat untuk
mengakses laporan pertanggungjawaban tersebut.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 28

Audit Keuangan Negara

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Simpulan
Berdasarkan hasil skoring, interpretasi skor dan analisis deskriptif di atas, dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
a. Secara umum pelaksanaan distribusi raskin di Kabupaten Lombok Tengah sudah berjalan
dengan baik, walaupun dengan alasan

meredam gejolak sosial, penerima raskin di

lapangan tidak sesuai dengan daftar penerima sehingga jumlah raskin yang diterima lebih
sedikit dari jumlah yang sudah ditentukan (bagi rata).
b. Distribusi raskin yang belum sesuai dengan ketentuan menyebabkan pelaksanaan program
raskin belum tepat sasaran, tepat harga, tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu dan tepat
administrasi.
c. Pelaksanaan distribusi raskin yang belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan
memperlihatkan bahwa integritas para pelaksana program raskin belum dapat diacungi
jempol. Masih banyak peraturan yang dimainkan dengan alasan sosial, tentu saja
mengurangi manfaat yang diterima oleh masyarakat.
d. Peraturan dan akses masyarakat harus mendapat prioritas utama dalam pembenahan dan
perbaikan program. Hasil skoring pada komponen penilaian peraturan memperlihatkan
bahwa akuntabilitas pelaksanaan program raskin masih sangat buruk. Akses yang lemah
terhadap peraturan membatasi pengawasan terhadap pelaksanaan program raskin.
e. Penguatan dan pengembangan kapasistas pelaksana raskin seharusnya mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Namun jika menilik hasil skoring, maka pendidikan
andragogi bagi para pelaksana distribusi raskin belum terlihat. Permasalahan yang stagnan
dan terus berulang menunjukkan bahwa para pelaksana distribusi raskin belum belajar dari
pengalaman tahun-tahun sebelumnya.
Audit Social Multi Stakeholder

Page 29

Audit Keuangan Negara

2. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan di atas, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagi
berikut :
a. Pihak Kabupaten harus menunjukkan peran yang lebih baik, antara lain dengan membuat
peraturan yang dapat menjadi payung hukum dalam pelaksanaan program RASKIN. Hal
ini untuk meningkatkan integritas dan akuntabilitas pelaksanaan program raskin,
meminimalisir penyalahgunaan kewenangan serta mewujudkan good governance.
b. Pemerintah harus secara terbuka memberikan segala informasi yang berkaitan dengan
program RASKIN dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk dapat mengakses segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program, seperti informasi distribusi dan
pelaporan pertanggungjawban distribusi raskin, serta memberikan fasilitas pengaduan bagi
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mendirikan komunitas pada level masyarakat
dan memfasilitasi dialog antara masyarakat sebagai penerima manfaat program dengan
pemerintah sebagai penyelenggara program serta stakeholder lain yang terlibat.
c. Data yang digunakan sebagai dasar penetapan RTS-PM adalah data BPS tahun 2008.
Sebaiknya penetapan RTS-PM dievaluasi setiap 2-5 tahun sekali, untuk meningkatkan
ketepatan penerima RTS-PM.
d. Fungsi pengawasan baik dari Tim Pelaksana Raskin tingkat Kabupaten, LSM, maupun
masyarakat sebaiknya mulai dijalankan lagi untuk menjamin pelaksanaan distribusi raskin
dapat mencapai target 6T.

Audit Social Multi Stakeholder

Page 30

Vous aimerez peut-être aussi