Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Program subsidi beras bagi masyarakat berpendapatan rendah adalah program nasional
pemerintah yang popular dengan sebutan Program RASKIN. Program ini dimulai pada tahun
1998, tepat pada saat Indonesia mengalami krisis pangan. Program RASKIN yang merupakan
instruksi Presiden, menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok
masyarakat berpendapatan rendah dan rawan pangan. Tujuan dari Program RASKIN adalah
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin (RTSPM).
Target dari pelaksanaan Program RASKIN adalah 6T, yaitu tepat sasaran, tepat harga,
tepat waktu, tepat mutu, tepat waktu, dan tepat administrasi. Ketepatan sasaran adalah kunci
keberhasilan penanggulangan kemiskinan, untuk itu diperlukan itikad dan dukungan seluruh
pelaksana di pusat dan daerah. Pemerintah Pusat berperan dalam membuat kebijakan
program, sedangkan pelaksanaannya bergantung pada Pemerintah Daerah, sehingga perannya
sangat penting dalam peningkatan efektifitas Program RASKIN.
Meskipun Program RASKIN sudah berjalan selama 16 tahun, namun dalam
pelaksanaannya masih banyak ditemukan permasalahan. Ironisnya, permasalahan terjadi
dalam konteks nasional dan selalu berulang dari waktu ke waktu. Permasalahan klasik yang
biasa terjadi adalah adanya kesenjangan data penerima, kualitas dan kuantitas beras yang
dibagi serta pengenaan biaya tambahan. Hal tanpa ujung tersebut juga diperparah dengan
banyaknya penyelewengan yang dilakukan oleh para oknum. Rentang distribusi yang panjang
dan melibatkan banyak pihak menjadi celah bagi beberapa oknum untuk mendapatkan
keuntungan
Page 1
Sebagian masyarakat terkesan ikhlas dengan jumlah dan kualitas beras yang
diterima serta harga yang harus mereka bayar. Jarang sekali ada pengaduan yang disampaikan
oleh masyarakat kepada para aparat pemerintah sebagai tim pelaksana raskin, walau. Keluhan
masyarakat penerima raskin hanya didengar oleh tembok rumah. Masyarakat miskin yang
tidak masuk dalam datapun tidak dapat berkata-kata dan hanya bisa menerima. Akan tetapi
jika dilihat lebih dalam, kesan menerima yang dilakukan adalah sebuah keterpaksaan untuk
menerima.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program RASKIN di
lapangan
serta
untuk
meminimalisir
terjadinya
penyelewengan
adalah
dengan
menyelenggarakan Audit Social Multi Stakeholder (ASMS). ASMS dilaksanakan oleh Pusat
Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO). ASMS merupakan proses untuk mengidentifikasi
pada titik mana terjadi kebocoran atau kesalahan, untuk mengukur institutional performance
dari aspek sosial (non finansial), untuk mengetahui ketepatan pencapaian tujuan sosial, dan
untuk mengukur akuntabilitas dan integritas dalam penyelenggaraan program pemerintah.
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program RASKIN di Kabupaten Lombok
Tengah, kelompok 3 melakukan penelitian pelaksanaan program RASKIN di Kabupaten
Lombok Tengah. Penelitian ini mengacu pada pedoman pelaksanaan ASMS, dengan
melibatkan masyarakat, Pemerintah Daerah, LSM, dan DOLOG selaku penyedia layanan di
tingkat kabupaten. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi fakta dan data, baik
kuantitatif maupun kualitatif, dengan tujuan untuk memetakan komponen apa yang dianggap
lemah, sedang dan kuat dalam pelaksanaan program RASKIN, sehingga dapat diberikan
rekomendasi untuk memperbaiki pelaksanaan program RASKIN.
Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan program RASKIN adalah sebagai berikut :
a. Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesra RI Nomor 54 Tahun 2014 tanggal 17
Oktober 2014 tentang Pedoman Umum Raskin Tahun 2015.
b. Surat Menteri Koordinator Bidang Kesra RI Nomor B-195/MENKO/KESRA/X/2014
tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pagu Raskin Provinsi 2015.
c. Surat Keputusan Gubernur NTB Nomor 500/252/EKON tanggal 12 Nopember 2014
tentang Pagu Raskin Kabupaten/Kota se NTB Tahun 2015.
d. Surat Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 2 Pebruari 2015
tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Program RASKIN Tingkat Kabupaten
Tahun 2015.
e. Surat Bupati Lombok Tengah Nomor 400/13/Eko tanggal 20 Januari 2015 tentang
Penetapan Pagu Raksin Tahun 2015.
2. Gambaran Umum Program RASKIN
a. Sejarah Program RASKIN
Sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pangan utama.
Komoditi makanan berperan besar dalam menciptakan kemiskinan di bandingkan komoditi
bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Hal tersebut menjadi
tantangan bagi Pemerintah untuk memerangi kemiskinan dengan mengatasi rasa lapar. Salah
satu cara yang dilakukan pemerintah adalah menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi
bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan rawan pangan, Program ini merupakan
implementasi dari Instruksi Presiden tentang kebijakan perberasan nasional.
Page 3
Program ini dimulai pada waktu terjadi krisis pangan pada tahun 1998. Untuk
mengatasi krisis tersebut, Pemerintah mengambil kebijakan untuk memberikan subsidi
pangan bagi masyarakat melalui Operasi Pasar Khusus (OPK). Pada tahun 2002 program
tersebut dilakukan lebih selektif dengan menerapkan sistem targeting, yaitu membatasi
sasaran hanya membantu kebutuhan pangan bagi Rumah Tangga Miskin (RTM). Sejak itu
Program ini menjadi populer dengan sebutan Program RASKIN, yaitu subsidi beras bagi
masyarakat miskin. Pada tahun 2008 Program ini berubah menjadi Program Subsidi Beras
Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah. Dengan demikian rumah tangga sasaran Program
ini tidak hanya Rumah Tangga Miskin, tetapi meliputi Rumah Tangga Rentan atau Hampir
Miskin.
b. Manfaat Program RASKIN
Manfaat program RASKIN adalah peningkatan ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga sasaran, sekaligus mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan
Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras tersedia di TD), maupun ekonomi (harga
jual yang terjangkau) kepada RTS. Selain itu, program RASKIN dapat juga bermanfaat
sebagai :
Page 4
Pada prinsipnya penyaluran Raskin dilakukan setiap bulan. Penyaluran Raskin diatur
dalam Juklak/Juknis oleh pemerintah daerah setempat. Secara umum, alur pelaksanaan
distribusi raskin dapat dilihat pada gambar berikut :
Pemerinta
h Kota /
Kab
1
SPA
BULOG
DIVRE
2
Tim Raskin
Cek Kualitas / Timbangan
Cek Kualitas/
Timbangan
DOLOG
Loteng
PENGADAA
N
Truk Angkut
4
Nota Timbang,
GD1K, Surat
Jalan
Tanggung Jawab Bulog
Tanggung Jawab
Titik
Distribusi BAST
(Kelurahan)
Titik Bagi
Kaling
RTS - PM
Tanggung Jawab
Deskripsi alur
distribusi raskin adalah sebagai berikut
:
BULOG
PEMDA
Page 5
Page 6
Page 7
seluruh wakil ketua pelaksana Tim Koordinasi Raskin Pusat secara periodik setiap
Semester.
f. Mekanisme Pengaduan
Pelaksana distribusi raskin harus siap menyediakan fasilitas untuk menerima
pengaduan dari masyarakat terkait dengan pelaksanaan program RASKIN.
1) Pengaduan ditangani berjenjang mulai dari tingkat Kab/Kota, Provinsi, dan Pusat sesuai
dengan materi pengaduan dan kewenangannya.
2) Batas waktu penyelesaian pengaduan ditentukan dalam pedoman khusus Kemendagri
3) Setiap aduan diklasifikasi dan didisposisi kepada instansi yang berwenang
4) Unit pengaduan membuat laporan secara berkala tentang pengaduan yang diterima, tindak
lanjut dan rekomendasi untuk perbaikan Program RASKIN.
Page 8
b. Tujuan ASMS
Tujuan dari Audit Sosial Multi-stakeholder ini adalah melakukan penilaian atas
implementasi suatu program bantuan sosial pemerintah. Jadi yang hendak dinilai adalah pada
tingkat implernentasi atau bagaimana program itu dilaksanakan, bukan menilai hasil akhir
atau dampak dari program itu. Pada sisi implementasi program bantuan sosial pemerintah, isu
penggunaan dana (budget spending) merupakan suatu isu penting. Karena itu, ASMS ini akan
menelusuri
anggaran
mulai
dari
uang
ditransfer
dari
pemerintah
ke
pelaksana
Page 9
Pendekatan ini digunakan untuk memastikan sikap para pelaksana program agar konsisten
aturan dan mekanisme yang berlaku dan tidak mengakali peraturan yang bertujuan pada
terjadinya penyimpangan dan korupsi serta mengurangi manfaat yang diterima oleh
masyarakat.
3) Pendidikan Andragogi
Pendekatan ini menjadi dasar dalam pengembangan dan penguatan kapasitas para pelaku
yang terlibat ataupun terkait dengan program yang sangat mempertimbangkan
pengetahuan dan pengalaman stakeholder, dan konsisten dengan kebutuhan dan dasar
kemampuan.
d. Kerangka Kerja
Instrumen ASMS dibangun berdasar atas 3 kerangka kerja sebagai berikut:
1) Analisis Gap (jarak) Integritas
Integritas dalam pengertian audit sosial adalah tingkat kekuatan/kemampuan suatu sistem
kebijakan pemerintah untuk memenuhi mandatnya dan melaksanakan good governance.
Sistem yang dimaksud adalah sistem pelaksanaan dari program bantuan sosial pemerintah.
Dalam mengukur integritas sistem tersebut, perhatian difokuskan pada Komponen
Kebijakan dan Komponen Pelaksanaan. Hal inilah yang menimbulkan gap integritas,
dimana dalam kenyataannya suatu kebijakan atau program pemerintah memiliki berbagai
permasalahan/persoalan dalam pelaksanaannya.
2) Kerangka Monitoring Integritas dan Akuntabilitas
Kerangka monitoring integritas dan akuntabilitas merupakan kerangka turunan dari
Analisa Gap Integritas. Dalam kerangka ini, Komponen Kebijakan dan Komponen
Pelaksanaan diturunkan dalam komponen-komponen yang lebih dapat diukur untuk
menentukan tingkat integritas suatu sistem.
Page 10
3)
Page 11
a) Rantai nilai transfer adalah proses pengiriman dana dari pemerintah ke service
provider atau pengiriman dana antar pemerintah untuk membiayai program bantuan
sosial. Isu-isu yang diperhatikan adalah seperti ada tidaknya persyaratan yang harus
dipenuhi penerima transfer, dan adakah time frame yang jelas untuk transfer.
b) Rantai nilai distribusi adalah proses konversi dana menjadi suatu bentuk delivelables
(barang dan jasa) pada tingkat service provider hingga penyampaian delivelables
tersebut pada final beneficiaries yang direncanakan. Isu-isu yang diperhatikan adalah
seperti terjadi proses pengalokasian rencana anggaran yang terdokumentasi, apakah
ada rencana anggaran tersebut ditaati dalam proses pengadaan barang/jasa, dan
sebagainya.
c) Rantai nilai pelaporan adalah proses pertanggungjawaban dari service provider kepada
pemerintah dan masyarakat (khususnya final beneficiaries) atas penggunaan dana
yang dilakukan. Isu-isu yang diperhatikan adalah seperti apakah ada kepastian terjadi
pelaporan, apakah ada proses validasi atas laporan, dan siapa yang dapat terlibat dalam
proses pelaporan tersebut.
d) Rantai nilai mekanisme complain adalah proses pengaduan dari masyarakat terutama
final beneficiaries baik kepada para penyelenggara layanan atau kepada pemerintah,
baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Isu-isu yang diperhatikan adalah
seperti apakah ada regulasi yang mejamin ruang pengaduan, apakah terdapat unit
pengaduan baik di pemerintah ataupun di para penyelenggara layanan, dan apakah ada
ruang pengaduan alternatif.
e. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari ASMS adalah:
1)
Dialog multi-stakeholder.
Dalam hal ini dialog tersebut harus melibatkan stakeholder setidaknya dari 3 kelompok
stakeholder secara seimbang. Ketiga kelompok stakeholder tersebut adalah: kelompok
Page 12
2)
Eksplorasi fakta
Proses audit sosial dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap pendapat yang muncul dari
peserta akan diperiksa oleh peserta lainnya. Pendapat yang dihasilkan adalah pendapat
yang telah terverifikasi oleh forum.
3)
4)
f. Cakupan/Batasan
Metode Audit Sosial Multi-stakeholder memiliki cakupan sebagai berikut:
1)
Metode ASMS ini digunakan untuk melakukan penilaian atas implementasi programprogram bantuan sosial pemerintah. Perlu ditekankan bahwa cakupan audit sosial ini pada
proses implementasi, bukan pada menilai hasil akhir (output, outcome dan impact) dari
program-program bantuan sosial pemerintah.
2)
Metode ASMS ini adalah untuk memperoleh pandangan umum yang sifatnya kualitatif
dari multi stakeholder (baik/puas; agak baik/agak puas; kurang baik/kurang puas; tidak
baik/tidak puas) dari para stakeholder. Bukan untuk memperoleh skor exact dari mereka.
Page 13
Skor yang digunakan disini, hanyalah sebagai media untuk memudahkan pengolahan atas
pandangan umum tersebut.
3)
Audit Sosial dengan metode ASMS ini bukan seperti audit konvensional yang
berusaha menemukan kesalahan/penyelewengan dari suatu proyek/pekerjaan. Namun
audit sosial ini adalah untuk memahami (melakukan diagnosa) pada komponen mana dari
program yang lemah dan mana yang sudah berjalan baik.
4)
Sebagai konsekuensi dari itu, audit sosial ini tidak berusaha menemukan siapa yang
salah atau siapa yang benar dalam pelaksanaan program bantuan sosial. Namun audit
sosial ini berusaha untuk melihat komponen program mana yang perlu ditingkatkan dan
komponen program mana yang perlu dipertahankan.
Page 14
kerawanan pangan menunjukkan bahwa Kabupaten Lombok Tengah masih tergolong daerah
rawan pangan.
Sasaran Program RASKIN secara nasional untuk Tahun 2015 adalah berkurangnya
beban pengeluaran 471.566 RTS dalam mencukupi kebutuhan pangan beras bersubsidi
sebanyak 15 Kg/RTS/bulan atau setara 180 kg/RTS/tahun dengan harga tebus Rp 1.600/kg
netto di Titik Distribusi (TD). Dari 84.881.880 kg pagu raskin untuk Provinsi NTB,
Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan pagu raskin sebesar 17.054.100 kg dengan jumlah
RTS-PM sebanyak 94.745 KK.
Page 15
BAB III
PELAKSANAAN AUDIT ASMS
1. Ruang Lingkup Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan Audit ASMS ini dilakukan dengan melihat bagaimana pelaksanaan
Program
RASKIN
di
Kabupaten
Lombok
Tengah
untuk
periode
Pengumpulan data dalam audit ini dilakukan dengan pendekatan personal dengan
melakukan wawancara terstruktur terhadap beberapa informan yang dianggap cukup untuk
memberikan informasi terkait dengan data yang dibutuhkan.
Informan yang terlibat dalam proses audit ini terdiri dari . orang yang
merepresentasikan penerima manfaat, Tim raskin tingkat kelurahan, Tim Koordinasi Raskin
Tingkat Kabupaten, Pihak DOLOG dan LSM.
Berikut ini informan Audit raskin di kabupaten Lombok Tengah :
Tabel 1. Daftar Informan Audit Raskin di Kabupaten Lombok Tengah
No.
Unsur Informan
1.
2.
3.
4.
Kepala Lingkungan
5.
LSM
6.
Penerima Manfaat
Nama
BAB IV
Audit Social Multi Stakeholder
Page 16
1. Penentuan Skor
Skoring yang diberikan adalah sebagai berikut :
1 = Kondisi TIDAK IDEAL yang mungkin terjadi
2 = Kondisi KURANG IDEAL yang mungkin terjadi
3 = Kondisi CUKUP IDEAL yang mungkin terjadi
4 = Kondisi IDEAL yang mungkin terjadi
Penilaian hanya diberikan pada tiga komponen yaitu distribusi, pelaporan dan akses ke
masyarakat. Untuk komponen transfer pada program raskin tidak dapat dinilai di tingkat
daerah, karena rantai ini dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada penyedia layanan (PERUM
BULOG) di tingkat pusat.
2. Proses Skoring
Berdasarkan data dan fakta di lapangan yang diperoleh dari beberapa pihak antara lain
Bagian Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Lombok Tengah, pihak DOLOG
Kabupaten Lombok Tengah sebagai penyedia layanan, Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat
Kelurahan, Kepala Lingkungan, LSM, dan Masyarakat, diperoleh hasil sebagai berikut :
Komponen
Pertanyaan Kunci
Fakta
Penilaian
Distribusi-
Eksistensi
Kebijakan
Page 17
tahun
2015,
pembentukan
tim
diatur
dalam
Efektivitas
Kebijakan
dari sisi :
Kesenjangan data
Pengawasan
Penyediaan informasi
Page 18
Page 19
Bagaimana
ke Masyarakat
informasi
akses
bagi
distribusi raskin yang dihadiri oleh beberapa kepala dinas, perwakilan dari
beras?
Page 20
Apakah
sudah
cukup
Eksistensi
memadai
tentang
Kebijakan
peraturan
pelaporan
raskin?
penilaian
Pelaporan
Bagaimana
Efektivitas
anda
tentang
Kebijakan
pertanggungjawaban dari
publik
Page 21
LSM
Pelaporan atau pertanggungjawaban pelaksanaan distribusi raskin belum
dilaksanakan secara memadai.
Masyarakat Penerima
Masyarakat hanya menerima raskin dari pemerintah, tanpa mengetahui
pertanggungjawabannya.
Konsensus
Laporan pertanggungjawaban raskin hanya ada dalam bentuk berita acara
serah terima beras dan laporan mengenai nama-nama penerima raskin
sesuai dengan yang ada dalam surat penetapan RTS-PM
Pelaporan Akses
ke Masyarakat
mengakses
pelaksanaan
laporan
distribusi
raskin?
Mekanisme
Komplain
yang
mampu
Eksistensi
mendorong
mekanisme
kebijakan-
komplain
dan
sudah diatur salah satu tugas dan fungsinya adalah penanganan pengaduan.
availabilitas
pengelolaan
ada
komplain
yang efektif?
menerima
pengaduan
dari
kepala
lingkungan
maupun
menampung
semua
keluhan
masyarakat
dan
akan
Sejauhmana kemampuan
Komplain
kelurahan/desa
Dalam hal ini ada komitmen bersama antara pemda dan BULOG untuk
Efektivitas
menangani
Kebijakan
komplain
Page 23
raskin.
Pada
kenyataannya
masyarakat
biasanya
Komplain Akses
dalam
ke Masyarakat
komplain
menyampaikan
di
tingkat
kelurahan/desa
terkait
dengan :
- Kemampuan
mengakses
Page 24
Eksistensi Kebijakan
Skor
Efektivitas Kebijakan
Skor
Akses Masyarakat
Skor
Distribusi
Pelaporan
Mekanisme
Komplain
Sejauhmana kemampuan
kelurahan/desa menangani
komplain tentang kualitas
raskin?
Transfer
4. Interpretasi Skor
Interpretasi skor adalah proses menempatkan setiap komponen penilaian apakah
masuk kategori tinggi, sedang, atau rendah berdasarkan skor yang diperolehnya. Masingmasing kategori akan dibedakan berdasarkan warna. Warna PUTIH menunjukkan skor tinggi,
warna ABU-ABU menunjukkan skor sedang, dan warna HITAM menunjukkan skor rendah.
Penjelasan masing-masing kategori akan dijelaskan dalam tabel berikut :
Kategori
Rendah
Skor
1
Sedang
belum dilakukan.
Kondisi integritas dari sistem/institusi sedang, dimana diperkirakan bahwa
Page 25
sistem sudah mulai mengarah pada tercapainya tujuan program dan good
governance, namun masih terdapat komponen yang dalam jumlah signifikan
belum mendukung. Perbaikan yang diperlukan mungkin cukup banyak dan
signifikan. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka tujuan program dan good
Tinggi
3-4
Berdasarkan hasil skoring dan disesuaikan dengan tabel interpretasi data, maka
diperoleh matriks penilaian sebagai berikut :
Komponen Penilaian
Transfer
Distribusi
Pelaporan
Mekanisme Komplain
Eksistensi
Efektivitas
Akses
Kebijakan
Kebijakan
Masyarakat
1
1
1
3
2
3
3
1
1
Page 26
pelaksanaan distribusi raskin pada tingkat kelurahan dan lingkungan, sehingga dapat
menjadi acuan bagi Kelurahan/Lingkungan dalam pelaksanaan distribusi raskin.
b. Efektivitas pelaksanaan untuk rantai distribusi dan mekanisme komplain adalah tinggi.
Walaupun tidak ada peraturan yang melandasi, tetapi pelaksanaan distribusi raskin secara
umum dapat berjalan dengan baik, begitu pula dengan pengaduan dari masyarakat yang
ditampung dan ditindaklanjuti dengan baik oleh pihak Kepala Lingkungan, Kelurahan dan
DOLOG. Peran aktif masyarakat, Kepala Lingkungan, Kelurahan, dan DOLOG sangat
mendorong efektifitas pelaksanaan mekanisme pengaduan. Sejauh ini belum terlihat peran
pihak Kabupaten dalam menerima maupun menindaklanjuti pengaduan dari masyakarat,
dan hal tersebut harus mendapat perhatian. Walaupun masuk kategori tinggi, tetapi masih
banyak hal yang harus diperbaiki, khususnya terkait dengan perbedaan antara data
penerima raskin dan realita penerima raskin di lapangan. Ketidaksesuaian data
menyebabkan timbulnya permasalahan yang lain seperti pembagian jumlah beras yang
tidak sesuai ketentuan.
Efektivitas pelaksanaan untuk rantai pelaporan adalah sedang, hal ini disebabkan tidak ada
ketentuan yang mengatur pertanggungjawaban dengan jelas baik dari sisi mekanisme
maupun jenis laporan yang harus dibuat masing-masing titik pertanggungjawaban. Namun
kesadaran untuk membuat pertanggungjawaban sudah diwujudkan dalam bentuk
penyampaian berita acara serah terima raskin dan laporan nama-nama penerima raskin.
c. Akses masyarakat untuk rantai nilai pelaporan dan mekanisme komplain masih sangat
rendah. Pemerintah belum memberi ruang kepada masyarakat untuk mengakses laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan distribusi raskin. Pemerintah juga tidak memberikan
informasi mengenai mekanisme komplain secara memadai.
Page 27
Namun akses masyarakat untuk rantai nilai distribusi sudah cukup tinggi. Hal ini
disebabkan pihak Kepala Lingkungan memiliki kesadaran untuk secara aktif
menyampaikan segala informasi terkait distribusi raskin kepada masyarakat.
d. Rantai pelaporan memiliki skor rendah untuk eksistensi kebijakan dan akses masyarakat,
dan memiliki skor sedang untuk efektivitas pelaksanaan. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaporan pertanggungjawaban distribusi raskin masih belum berjalan dengan baik.
Pemerintah perlu melakukan pembenahan dengan segera, baik dari sisi peraturan,
penyusunan dan penyampaian laporan maupun penyediaan fasilitas bagi masyarakat untuk
mengakses laporan pertanggungjawaban tersebut.
Page 28
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Simpulan
Berdasarkan hasil skoring, interpretasi skor dan analisis deskriptif di atas, dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
a. Secara umum pelaksanaan distribusi raskin di Kabupaten Lombok Tengah sudah berjalan
dengan baik, walaupun dengan alasan
lapangan tidak sesuai dengan daftar penerima sehingga jumlah raskin yang diterima lebih
sedikit dari jumlah yang sudah ditentukan (bagi rata).
b. Distribusi raskin yang belum sesuai dengan ketentuan menyebabkan pelaksanaan program
raskin belum tepat sasaran, tepat harga, tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu dan tepat
administrasi.
c. Pelaksanaan distribusi raskin yang belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan
memperlihatkan bahwa integritas para pelaksana program raskin belum dapat diacungi
jempol. Masih banyak peraturan yang dimainkan dengan alasan sosial, tentu saja
mengurangi manfaat yang diterima oleh masyarakat.
d. Peraturan dan akses masyarakat harus mendapat prioritas utama dalam pembenahan dan
perbaikan program. Hasil skoring pada komponen penilaian peraturan memperlihatkan
bahwa akuntabilitas pelaksanaan program raskin masih sangat buruk. Akses yang lemah
terhadap peraturan membatasi pengawasan terhadap pelaksanaan program raskin.
e. Penguatan dan pengembangan kapasistas pelaksana raskin seharusnya mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Namun jika menilik hasil skoring, maka pendidikan
andragogi bagi para pelaksana distribusi raskin belum terlihat. Permasalahan yang stagnan
dan terus berulang menunjukkan bahwa para pelaksana distribusi raskin belum belajar dari
pengalaman tahun-tahun sebelumnya.
Audit Social Multi Stakeholder
Page 29
2. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan di atas, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagi
berikut :
a. Pihak Kabupaten harus menunjukkan peran yang lebih baik, antara lain dengan membuat
peraturan yang dapat menjadi payung hukum dalam pelaksanaan program RASKIN. Hal
ini untuk meningkatkan integritas dan akuntabilitas pelaksanaan program raskin,
meminimalisir penyalahgunaan kewenangan serta mewujudkan good governance.
b. Pemerintah harus secara terbuka memberikan segala informasi yang berkaitan dengan
program RASKIN dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk dapat mengakses segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program, seperti informasi distribusi dan
pelaporan pertanggungjawban distribusi raskin, serta memberikan fasilitas pengaduan bagi
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mendirikan komunitas pada level masyarakat
dan memfasilitasi dialog antara masyarakat sebagai penerima manfaat program dengan
pemerintah sebagai penyelenggara program serta stakeholder lain yang terlibat.
c. Data yang digunakan sebagai dasar penetapan RTS-PM adalah data BPS tahun 2008.
Sebaiknya penetapan RTS-PM dievaluasi setiap 2-5 tahun sekali, untuk meningkatkan
ketepatan penerima RTS-PM.
d. Fungsi pengawasan baik dari Tim Pelaksana Raskin tingkat Kabupaten, LSM, maupun
masyarakat sebaiknya mulai dijalankan lagi untuk menjamin pelaksanaan distribusi raskin
dapat mencapai target 6T.
Page 30