Vous êtes sur la page 1sur 4

Edisi Agustus 2008 http://www.ajrc-aceh.

org

Mahkamah Syar’iyah dan Peradilan Agama


Kedudukan Mahkamah Syar’iyah dalam Sistem Peradilan Nasional

Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung Mahkamah Syar’iah yang dimaksudkan dalam Pasal
meliputi badan peradilan umum, peradilan agama, peradi- 25 tersebut terdiri atas Mahkamah Syar’iyah kabu-
lan militer, dan peradilan tata usaha negara. Sementara paten/Kota yang berada di setiap kabupten/kota
pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah dan Mahkamah Syar’iyah Propinsi yang merupakan
satu lingkungan peradilan tersebut. Peradilan Tingkat Banding yang terdapat di ibu kota

Di Aceh, Peradilan Agama sejak tahun 2003 digantikan propinsi. Sementara untuk pelaksanaan peradilan

oleh Mahkamah Syar’iyah, keberadaannya diakui UU No. tingkat kasasi seperti peradilan-peradilan lainnya

4 Tahun 2004. Dalam Pasal 2 ayat (3) Qanun No 10 Ta- tetap dilaksanakan pada Mahkamah Agung Republik

hun 2002 disebutkan “Mahkamah Syar’iyah adalah Lem- Indonesia (Pasal 26 UU No. 18 Tahun 2001).

baga Peradilan yang dibentuk dengan qanun untuk melak- Jika kita kembali pada Pasal 15 ayat (2) UU No 4
sanakan Syariat Islam dalam Propinsi Nanggroe Aceh Da- Tahun 2004 terlihat yurisdiksi dari Mahkamah
russalam dan ia merupakan pengembangan dari Pengadi- Syar’iyah lebih luas dari Pengadilan Agama. Peradi-
lan Agama yang telah ada . lan Syariat Islam merupakan pengadilan khusus

Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No 11 Tahun 2003 disebutkan dalam lingkungan peradilan agama sepanjang kewe-

pula “Pengadilan Agama yang ada di Propinsi Nanggroe nangannya menyangkut kewenangan peradilan

Aceh Darussalam diubah menjadi Mahkamah Syar’iyah”. agama, dan merupakan pengadilan khusus dalam

Sementara Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh, lingkungan peradilan umum sepanjang kewenan-

berubah menjadi Mahkamah Syar’iyah Propinsi Nanggroe gannya menyangkut kewenangan peradilan umum.

Aceh Darussalam (Pasal 3 ayat (3) UU No 11 Tahun 2003. Penyebutan ini kurang tepat karena pengadilan
khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu ling-
Bisa disimpulkan, Peradilan Syariat Islam di Propinsi NAD
kungan peradilan sebagai mana dimaksud dalam
yang pelaksanaannya dijalankan oleh Mahkamah Syar’i-
Pasal 10. Mahkamah Syar’iyah sama sekali tidak
yah merupakan bagian dari sistem peradilan nasional.
dibentuk dalam lingkungan peradilan agama me-
Pasal 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang
lainkan kedudukannya dapat dikatakan mengganti-
Otonomi khusus bagi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
kan keberadaan Pengadilan Agama dengan kewe-
secara tegas menyebutkan “Peradilan Syariat Islam di
nangan yang lebih luas. Begitu juga jika dilihat
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai bagian dari
hubungannya dengan peradilan umum, kedudukan
sistem peradilan nasional dilakukan oleh Mahkamah
antara Mahkamah Syar’iyah dan Peradilan Umum
Syar’iyah yang bebas dari pengaruh pihak manapun”.
adalah setingkat atau sama dan mereka berada di
bawah lingkungan peradilan yang berbeda.
Page 2

Tugas dan Fungsi Mahkamah Syar’iyah dalam Menjalankan Peradilan di NAD

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Di bidang justisial Mahkamah Syar’iyah mempunyai
Tahun 2003 tentang Mahkamah Syar’iyah dan tugas untuk menerima, memeriksa, dan menyelesai-
Mahkamah Syar’iyah di Propinsi Nanggroe Aceh kan perkara antar orang Islam di bidang al-ahwal al-
Darussalam menetapkan bahwa peradilan syariat syakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (perdata)
di NAD akan dijalankan oleh sebuah lembaga dan jinayah (pidana) Pasal 49 Qanun No 10 Tahun
dalam hal ini Mahkamah Syar’iyah. Dalam melak- 2002 tentang Peradilan Syariat Islam.
sanakan kewenangannya Mahkamah Syar’iyah Perkara bidang al-ahwal al-syakhshiyah meliputi ma-
akan melaksanakan kewenangan yang tadinya salah perkawinan, kewarisan dan wasiat. Bidang mua-
dilaksanakan oleh Pengadilan Agama, dengan malah antaranya meliputi masalah jual beli, utang piu-
demikian perkara yang tadinya diselesaikan oleh tang, qiradh (permodalan), bagi hasil, pinjam memin-
Pengadilan Agama, sekarang menjadi kewenan- jam, perkongsian, wakilah, penyitaan, gadai, sewa
gan Mahkamah Syar’iyah. menyewa, perburuhan. Untuk perkara jinayah terma-
Pengakuan pemberian kewenangan kepada suk perbuatan yang dapat diancam dengan jenis hu-
Mahkamah Syar’iyah untuk menjalankan syariat kuman hudud, qishas, dan ta’zir. Di bidang jinayah
juga diatur dalam Pasal 128 ayat (2) Undang- kita telah mempunyai tiga qanun jinayah yaitu:
Undang No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan 1. Qanun No 12 Tahun 2003 tentang Minuman
Aceh yang menyebutkan: “Mahkamah Syar’iyah Khamar dan sejenisnya;
merupakan pengadilan bagi setiap orang yang ber- 2. Qanun No 13 Tahun 2003 tentang Maisir
agama Islam dan berada di Aceh. (perjudian);
Adapun tugas dan fungsi dari Mahkamah Syar’iyah 3. Qanun No 14 Tahun 2003 tentang Khalwat
meliputi tugas dan fugsi di bidang justisial dan (mesum);
bidang non justisial. Pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang non yustisial
meliputi pengawasan terhadap jalannya Mahkamah
Syar’iyah (Pasal 52 Qanun No 10 Tahun 2002).
Mahkamah Syar’iyah juga mempunyai tugas memberi-
kan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan
awal bulan pada bulan tahun Hijriah (Pasal 52 A, UU
No 3 Tahun 2006). Selain itu, menyaksikan pengang-
katan gubernur/wakil gubernur, dan bupati/wakil bu-
pati serta memberi nasehat dan pertimbangan hukum
bagi lembaga pemerintahan yang memerlukan (bila
diminta).
Page 3

Kewenangan Mengadili Mahkamah Syar’iyah


Tugas pokok pengadilan dalam menjalankan kekuasaan “Kekuasaan dan kewenangan Mahkamah
kehakiman adalah menerima, memeriksa, serta mengadili Syar’iyah dan Mahkamah Syar’iyah Propinsi
setiap perkara yang diajukan kepadanya. Pengadilan mana adalah kekuasaan dan kewenangan Pengadi-
yang berwenang untuk mengadili ditentukan oleh kewenan- lan Agama dan pengadilan Tinggi Agama, di-
gan mengadili dari setiap pengadilan tersebut, baik itu tambah dengan kekuasaan dan kewenangan
menyangkut dengan kewenangan mengadili secara absolut lain yang berkaitan dengan kehidupan
maupun relatif. masyarakat dalam ibadah dan syiar Islam yang
ditetapkan dalam qanun.
Setiap badan peradilan yang ada di Indonesia mempunyai
batas kewenagan masing-masing dalam mengadili, begitu Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik
halnya untuk Mahkamah Syar’iyah di Nanggroe Aceh Da- Indonesia tentang Pelimpahan sebagian Kewe-
russsalam. Dalam Pasal 128 ayat (2) UU Pemerintahan nangan dari Peradilan Umum kepada
Aceh disebutkan Mahkamah Syar’iyah merupakan pengadi- Mahkamah Syar’iyah di Propinsi Nanggroe
lan bagi setiap orang yang beragama Islam dan berada di Aceh Darussalam Nomor : KMA/070/SK/
Aceh. Pasal ini mengandung dua asas yaitu asas personali- X/2004 mengatur melimpahkan sebagian
tas keislaman dan asas teritorial yang akhirnya melahirkan kewenangan Peradilan Umum kepada
empat pedoman dalam memperlakukan Hukum Syar’iyah Mahkamah Syar’iyah dalam perkara-perkara
yaitu: muamalat dan jinayah yang ditetapkan dalam
qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
1. Untuk masyarakat muslim NAD yang melakukan tin-
Hanya saja untuk perkara muamalat belum
dak pidana di NAD secara otomatis Hukum Islam
ada qanun yang mengatur, sehingga perkara
(qanun) diperlakukan bagi mereka.
muamalat yang diselesaikan di Mahkamah
2. Untuk masyarakat muslim lainnya (masyarakat mus-
Syar’iyah sampai hari ini lebih kepada perkara-
lim bukan Aceh) yang melakukan tindak pidana di
perkara yang tadinya merupakan kewenangan
NAD tetap diberlakukan Hukum Islam.
peradilan Agama.
3. Untuk masyarakat NAD non muslim yang melakukan
tindak pidana di NAD ataupun di luar NAD tidak diper-
lakukan Hukum Islam sama sekali.
4. Untuk masyarakat muslim NAD yang melakukan tin-
dak pidana di NAD juga tidak diberlakukan Hukum
Islam.

Lebih lanjut untuk melihat Kewenangan mengadili MS harus


dilihat Pasal 3 ayat (1) UU No 11 Tahun 2003 menyebutkan
Aceh Justice Resource Centre

Jl. Putroe Phang No.1 KOPELMA Darussalam


Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh 23111
Telp/Fax 0651 7555165 | http://www.ajrc-aceh.org | Email: ajrc@ajrc-aceh.org

Pembatasan Remisi Bagi Terpidana Korupsi

Langkah Pemerintah membatasi pemberian remisi Karena pembatasan remisi hanya ditujukan terhadap
terhadap narapidana kasus korupsi patut diberi terpidana kasus korupsi yang melakukan tindak pi-
apresiasi. Menteri Hukum dan HAM hanya memberi- dana korupsi yang memenuhi kriteria:
kan remisi untuk 339 narapidana korupsi (dari 525 1. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
narapidana korupsi) pada peringatan hari ulang tahun negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan
Proklamasi kemerdekaan RI ke-63, tanggal 17 Agus- tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat
tus 2008. Remisi hanya diberikan kepada terpidana penegak hukum atau penyelenggara negara;
korupsi yang menjalani pidana sebelum tahun 2007. 2. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
Mereka hanya memperoleh remisi umum 1 (RU1), ti- dan/atau
dak ada yang memperoleh RU2 (pembebasan lang- 3. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp
sung), 126 narapidana korupsi lainnya tidak mem- 1.000.000.000,00 (satu milyar
peroleh remisi, karena belum menjalani sepertiga rupiah).” (Penjelasan umum PP 28 Tahun 2006)
masa hukumannya (Suara Karya 19/8/ 2008). Ada kemungkinan munculnya subyektivitas yang tinggi
Dasar hukum yang digunakan pemerintah dalam pem- dalam menentukan tindak pidana korupsi sesuai den-
batasan pemberian remisi tersebut adalah Peraturan gan kriteria tersebut, misalnya ukuran tindak pidana
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Peruba- korupsi yang “mendapat perhatian yang meresahkan
han atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun masyarakat”. Dengan kata lain ketentuan PP 28 Ta-
1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak hun 2006 dalam membatasi pemberian remisi masih
Warga Binaan Pemasyarakatan. memiliki keterbatasan pula, karena tidak dapat dit-
Pasal 34 ayat (3) menentukan bahwa: “Bagi Narapi- erapkan terhadap semua terpidana korupsi.
dana yang dipidana karena melakukan tindak pidana Romli Atmasasmita, Guru Besar Hukum Pidana Inter-
terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, keja- nasional UNPAD (Kompas 31/7/2008), memandang
hatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak perlu peninjauan kembali ketentuan tentang remisi,
asasi manusia yang berat, dan kejahatan transna- cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, dan jadwal kun-
sional terorganisasi lainnya, diberikan remisi apabila jungan di rumah tahanan dan LP terutama bagi pe-
memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berkela- laku kejahatan serius termasuk korupsi.
kuan baik; dan b. telah menjalani 1/3 (satu per tiga)
masa pidana”.

Pembatasan pemberian remisi dengan menggunakan


dasar hukum PP 28 Tahun 2006 sepertinya masih be-
Aceh Justice Resource Centre (AJRC) adalah lembaga
lum cukup efektif jika dimaksudkan untuk memberi hasil kerjasama United Nations Development
efek jera terhadap semua koruptor. Programme (UNDP), Fakultas Hukum Universitas Syiah
Kuala, dan Fakultas Syari'ah IAIN AR-RANIRY yang
didukung oleh Uni Eropa

Vous aimerez peut-être aussi