Vous êtes sur la page 1sur 11

Gambar, Nama, dan Fungsi Alat Kesehatan (I)

Tissue Foceps: Untuk menjepit jaringan atau organ

Anatomy pincet: Untuk menjepit kasa, kapas, atau alkes

Operating scissors: Gunting untuk pembedahan

Bandage scissors: untuk menggunting perban/kassa

Needle holder: untuk menjepit jarum operasi/jarum bedah

Disposable tuberculin syringe: alat suntik tuberculine sekali


pakai (1 cc)

Disposable syringe and injection needle: alat suntik lengkap sekali


pakai (3cc, 5cc, dll)

Catgut: benang bedah yang diabsobsi oleh tubuh

Winged needle: untuk menyambung vena

Suture needle: jarum untuk menjahit luka operasi

tongue depressor : alat penekan lidah

scalpel : pisau untuk pembedahan

nelaton catheter: alat bantu kencing melalui saluran kencing

rectal clinical thermometer: untuk mengukur suhu tubuh melalui


rectal/dubur

oral clinical thermometer: untuk mengukur suhu tubuh melalui


oral

paratus case/etui: tempat menyimpan alat suntik


PENGENALAN INSTRUMEN DASAR BEDAH MINOR
Based On Minor Surgery written by Robert Kneebon dan Julia Schofield.
Dokter umum merupakan profesi kedokteran yang melingkupi skala yang cukup
luas dan meliputi semua sistem dalam tubuh manusia, sehingga hanya
menyentuh area superfisial dalam proses pengobatan. Meskipun demikian, peran
dari dokter umum itu sendiri cukup penting oleh karena menduduki posisi primer
dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, itulah sebabnya seorang dokter
umum harus memiliki pengetahuan serta skill tindakan yang memadai sesuai
dengan kompetensinya secara keseluruhan. Salah satu skill yang paling penting
dikuasai dalam praktek keseharian adalah bedah minor. Hal ini dikarenakan
jumlah kasus yang memerlukan tindakan ini cukup tinggi di masyarakat.
Pengalaman penulis mendapatkan bahwa dari 10 pasien yang datang berobat
terdapat 3 kasus yang memerlukan prosedur tindakan ini. Umumnya komplikasi
dari kasus ini tidak begitu banyak, namun jika tidak ditangani secara tepat dapat
berakhir ke kematian khususnya untuk kasus dengan perdarahan yang cukup
besar atau kasus disinfeksi yang tidak sempurna.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh British Medical Association (BMA),
menyebutkan bahwa di Inggris, prosedur tindakan bedah minor telah sering
dilakukan oleh dokter umum dan cukup populer di kalangan pasien serta
memiliki biaya yang cukup tinggi. Berdasarkan Health Authority (1990), dokter
umum telah memiliki kewenangan untuk melakukan bedah minor dan
mendapatkan pembayaran dari tindakan ini. Bahkan pada tahun 2004, dokter
umum di Inggris dapat meningkatkan dan memperluas kompetensi tindakan
bedah minornya dengan cara membayar komisi kepada Pengatur Penambahan
Pelayananan (Directed Enhance Service-DES). Di Indonesia, cakupan pelayanan
bedah minor yang dapat dilakukan oleh seorang dokter umum cukup beragam,
mulai dari tindakan hecting luka terbuka, insisi, eksisi, ekstraksi, kauterisasi dan
lain sebagainya. Umumnya tindakan ini dilakukan dengan anastesi lokal dengan
tehnik anastesi yang sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Pelaksanaan prosedur bedah minor mengharuskan seorang dokter umum
mengetahui beberapa pengetahuan dasar mengenai tindakan ini. Pengetahuan
dasar tersebut berupa instrumen bedah minor, bahan serta tehnik disinfeksi dan
tehnik menjahit jaringan. Artikel ini hanya berbatas pada pengenalan instrumen
bedah minor dasar yang merupakan pengetahuan pertama yang harus dimiliki
oleh seorang dokter dalam melakukan tindakan ini. Untuk pengetahuan lainnya
akan dijelaskan dalam artikel yang berbeda.
Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni
instrumen dengan fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam
jenis gunting), instrumen dengan fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset
cirrhurgis dan klem jaringan), instrumen dengan fungsi menghentikan
perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito), serta instrumen dengan
fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle).

Gambar 1: Instrumen Dasar Bedah Minor


Kesemua intrumen tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut:
A. Instrumen Dengan Fungsi Memotong
1. Pisau Scalpel + Pegangan
Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat
ini bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam.
Selain itu, alat ini juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari
bagian dalam kulit. Setiap pisau scalpel memiliki dua ujung yang berbeda, yang
satu berujung tajam sebagai bagian pemotong dan yang lainnya berujung
tumpul berlubang sebagai tempat menempelnya pegangan scalpel. Cara
pemasangannya: pegang area tumpul pisau dengan needle-holder dan
hubungkan lubang pada area tersebut pada lidah pegangan sampai terkunci
(terdengar bunyi). Cara pelepasan: pegang ujung pisau dengan needle-holder
dan lepaskan dari lidah pegangan, kemudian buang di tempat sampah.
Pegangan scalpel yang sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat
digunakan bersama pisau scalpel dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau
scalpel yang sering digunakan adalah yang berukuran no.15. Ukuran no.11
digunakan untuk insisi abses dan hematoma perianal. Pegangan scalpel
digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal pada waktu pemotongan
dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel biasanya diabaikan
sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini bisa diterima dengan
pertimbangan pisaunya masih dalam keadaan steril (paket baru) dan harus

digunakan dengan pengontrolan yang baik agar tidak menimbulkan kerusakan


jaringan sewaktu memotong.
2. Gunting
Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur.
Mencukur membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu
jari dan anak jari lainnya. Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan
dominan yang bersifat tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya
gunakan ibu jari dan jari manis pada kedua lubang gunting. Hal ini akan
menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen pada waktu memotong
sehingga kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu, penggunaan ibu jari dan
jari telunjuk pada lubang gunting biasanya pengontrolannya berkurang. Jenisjenis gunting berdasarkan objek kerjanya, yakni gunting jaringan (bedah),
gunting benang, gunting perban dan gunting iris.
a.
Gunting Jaringan (bedah)
Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung
tumpul dan berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan
untuk membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat
dipotong secara tajam. Gunting dengan ujung bengkok dibuat oleh ahli pada
logam datar dengan cermat. Pemotongan dengan gunting ini dilakukan pada
kasus lipoma atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri garis batas
lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan
melewati batas lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.
b.
Gunting Benang (dressing scissors)
Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk
lurus dan berujung tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak
untuk jaringan. Gunting ini juga digunakan saat mengangkat benang pada luka
yang sudah kering dengan tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan benang
menggunakan bagian ujung gunting. Hati-hati dalam pemotongan jahitan. Jika
ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat resiko memotong struktur
lainnya.
c.
Gunting Perban
Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang tumpul.
Gunting ini memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk
memudahkan dalam memotong perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan
lister. Bagian dasar gunting ini lebih panjang dan digunakan sangat mudah
dalam pemotongan perban. Ujung tumpulnya didesain untuk mencegah
kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain untuk membentuk dan
memotong perban sesaat sebelum menutup luka, gunting ini juga aman
digunakan untuk memotong perban saat perban telah ditempatkan di atas luka.
(wikipedia)
d.
Gunting Iris
Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil
sekitar 3-4 inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus
khususnya iris. Dalam bedah minor, gunting iris digunakan untuk memotong
benang oleh karena ujungnya yang cukup kecil untuk menyelip saat remove
benang dilakukan. (dictionary online)

B. Instrumen Dengan Fungsi Menggenggam


3. Pinset Anatomi
Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan
oleh ibu jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan
pegas muncul saat jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan
dan menghasilkan kemampuan menggenggam. Alat ini dapat menggenggam
objek atau jaringan kecil dengan cepat dan mudah, serta memindahkan dan
mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam. Pinset Anatomi ini juga
digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan membentuk
pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia)
4. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang).
Pinset bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh
karena dapat merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat
digunakan dengan genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan
pinset anatomi yakni untuk membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan
fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
5. Klem Jaringan
Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling
berhubungan pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada
yang panjang dan adapula yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang
tidak. Alat ini bermanfaat untuk memegang jaringan dengan tepat. Biasanya
dipegang oleh tangan dominan, sedangkan tangan yang lain melakukan
pemotongan, atau menjahit. Cara pemegangannya: klem dipegang dalam
keadaan relaks seperti memegang pulpen dengan posisi di tengah tangan.
Banyak orang yang memegang klem ini dengan salah, yang memaksa lengan
dalam posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan menjadi tegang. Dalam
penggunaannya, hati-hati merusak jaringan. Pegang klem selembut mungkin,
usahakan genggam jaringan sedalam batas yang seharusnya. Klem jaringan
bergigi memiliki gigi kecil pada ujungnya yang digunakan untuk memegang
jaringan dengan kuat dan dengan pengontrolan yang akurat. Hati-hati, kekikukan
pada saat menggunakan alat ini dapat merusak jaringan. Kemudian, klem tidak
bergigi juga memiliki resiko merusak jaringan jika jepitan dibiarkan terlalu lama,
karena klem ini memiliki tekanan yang kuat dalam menggenggam jaringan.
C. Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan Perdarahan
6. Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan
pembuluh darah kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa
menimbulkan kerusakan yang tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan
needle-holder memiliki bentuk yang sama. Perbedaannya pada struktur jepitan
(gambar 2), dimana klem arteri, struktur jepitannya berupa galur paralel pada
permukaannya dan ukuran panjang pola jepitannya sampai handle agak lebih
panjang dibanding needle-holder. Alat ini juga tersedia dalam dua bentuk yakni

bentuk lurus dan bengkok (mosquito). Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih
cocok digunakan pada bedah minor.
Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah
yang menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci).
Ratchet umumnya memiliki tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan
langsung menggunakan derajat akhir karena akan mengikat secara otomatis dan
sulit untuk dilepaskan. Pelepasan klem dilakukan dengan cara pertama harus
ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan handlenya sambil membuka
keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena hal ini akan
menyebabkan jari telunjuk mendukung instrumen bekerja sehingga dapat
memposisikan jepitan dengan tepat.
Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang
membentuk chanel lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif
panjang terhadap handled yang memungkinkan genggaman jaringan lebih halus
tanpa pengrusakan. Jepitan dengan ujung bengkok (mosquito) berfungsi untuk
membantu pengikatan pembuluh darah. Jangan menggunakan klem ini untuk
menjahit, oleh karena struktur jepitannya tidak mendukung dalam memegang
needle.
D. Instrumen Dengan Fungsi Menjahit
7. Needle Holder
Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan
dilakukan. Secara keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk
sama. Handled dan ujung jepitannya bisa berbentuk lurus ataupun bengkok.
Namun, yang paling penting adalah perbedaan pada struktur jepitannya (gambar
2). Struktur jepitan needle holder berbentuk criss-cross di permukaannya dan
memiliki ukuran handled yang lebih panjang dari jepitannya, untuk tahanan yang
kuat dalam menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan menggenggam
jaringan dengan needle holder karena akan menyebabkan kerusakan jaringan
secara serius.
Cara penggunaan: cara menutup dan melepas sama dengan metode ratchet
yang telah dipaparkan pada penggunaan klem arteri di atas. Needle digenggam
pada jarak 2/3 dari ujung berlubang needle, dan berada pada ujung jepitan
needle-holder. Hal ini akan memudahkan tusukan jaringan pada saat jahitan
dilakukan. Selain itu, pemegangan needle pada area dekat dengan engsel needle
holder akan menyebabkan needle menekuk. Kemudian, belokkan needle sedikit
ke arah depan pada jepitan instrumen karena akan disesuaikan dengan arah
alami tangan ketika insersi dilakukan dan tangan akan terasa lebih nyaman.
Kegagalan dalam membelokkan needle ini juga akan menyebabkan needle
menekuk.
Tehnik menjahit: jaga jari manis dan ibu jari menetap pada lubang handle saat
menjahit dilakukan yang membatasi pergerakan tangan dan lengan. Pegang
needle holder dengan telapak tangan akan memberikan pengontrolan yang baik.
Secara konstan, jangan mengeluarkan jari dari lubang handled karena dapat
merusak ritme menjahit. Pertimbangkan pergunakan ibu jari pada lubang
handled yang menetap, namun manipulasi lubang lainnya dengan jari manis dan
kelingking.

Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem arteri dan
Needle Holder
8. Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang
absorbable biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat
pembuluh darah dan kadang digunakan pada bedah minor. Benang nonabsorbable biasanya digunakan untuk jaringan tertentu dan harus diremove.
Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan sintetis. Benang
tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan (black
silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang
non-absorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang
yang absorbable.
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak
digunakan. Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan,
dan menghasilkan luka yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena
saat ini telah banyak benang sintetis alternatif yang memberikan hasil yang lebih
baik. Luka pada kulit kepala yang berbatas merupakan pengecualian, oleh
karena penggunaan jenis benang ini lebih memuaskan.
Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang).
Benang ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis
benang ini cukup halus dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan.
Namun, jenis benang ini lebih sulit diikat dari silk sehingga sering menyebabkan
jahitan terbuka. Masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan tehnik
khusus seperti menggulung benang saat jahitan dilakukan atau mengikat benang

dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen polypropylene) dapat


meningkatkan keamanan jahitan dan lebih mudah diremove dibandingkan
dengan Ethilon (monofilamen polyamide).
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami.
Jenis benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba
dan sapi. Terdapat dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain
catgut memiliki kekuatan selama 7-10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki
kekuatan selama 28 hari. Namun, kedua jenis benang ini dapat menghasilkan
reaksi jaringan.
Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon (polyclycalic
acid) yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih panjang
dari catgut dan memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah
untuk jahitan subkutikuler yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat
digunakan untuk jahitan dalam pada penutupan luka dan mengikat pembuluh
darah (hemostasis).
Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem
metrik dan sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter
benang dalam per-sepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti
memiliki diameter 0.2 mm. Sistem tradisional kurang rasional namun banyak
yang menggunakannya. Ketebalan benang disebutkan menggunakan nilai nol
misalnya 3/0, 4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling besar nilainya, ketebalannya
semakin kecil. 6/0 merupakan nomor dengan diameter paling halus yang
tebalnya seperti rambut, digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0 adalah
ukuran yang paling tebal yang biasa digunakan pada sebagian besar bedah
minor. Khususnya untuk kulit yang keras (kulit bahu). 4/0 merupakan nilai
pertengahan yang juga sering digunakan.
Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan
needlenya secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua
bagian luar, pertama yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover
transaparan. Paket jahitan ini dijamin dalam keadaan steril sampai covernya
terbuka. Oleh karena itu, saat membuka paket, simpan ke dalam wadah steril.
Bagian kedua yakni amplop yang terbuat dari kertas perak yang dibasahi pada
satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan dipisahkan dari kertas
tersebut. Kemudian dengan menggunakan needle-holder, angkat needle tersebut
dari lilitannya dan luruskan secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk tindakan
penjahitan.
Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen
prolene atau Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua
bagian. Monofilamen prolene atau ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan
subkutikuler non-absorbable. Juga dapat digunakan untuk jahitan interuptus
pada kulit yang keras misalnya pada bahu. Vicryl 2 metrik (3/0) digunakan
pada jahitan subkutikuler yang absorbable dan jahitan dalam hemostasis. Vicryl
1,5 metrik (4/0) digunakan untuk jahitan subkutikuler jaringan halus atau
jahitan dalam. Prolene atau Ethilon 0,7 (6/0) untuk jahitan halus pada muka
dan pada anak-anak.
9.

Needle bedah

Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah
jenis atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan
tempat insersi benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan
kerusakan jaringan (trauma). Pada needle model lama memiliki mata dan loop
pada benangnya sehingga dapat menimbulkan trauma. Needle memiliki bagian
dasar yang sama, meskipun bentuknya beragam. Setiap bagian memiliki ujung,
yakni bagian body dan bagian lubang tempat insersi benang. Sebagian besar
needle berbentuk kurva dengan ukuran , 5/8, dan 3/8 lingkaran. Hal ini
menyebabkan needle memiliki range untuk bertemu dengan jahitan lainnya yang
dibutuhkan. Ada juga bentuk needle yang lurus namun jarang digunakan pada
bedah minor. Needle yang berbentuk setengah lingkaran datar digunakan untuk
memudahkan penggunaannya dengan needle holder.

Vous aimerez peut-être aussi