Vous êtes sur la page 1sur 11

ANTENNA SERANGGA

Oleh :
Nama

: Moch Iqbal Sufyan A

NIM

: B1J013025

Rombongan

: II

Kelompok

:4

Asisten

: Rahmah Puji Astuti

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Entomologi adalah cabang ilmu zoologi yang mempelajari serangga. Serangga
merupakan kelompok terbesar dari filum Arthropoda. Ciri umum serangga yaitu
memiliki 6 kaki dan tubuhnya dibagi menjadi 3 bagian yaitu kaput, toraks, dan
abdomen. Serangga hidup di daerah terestrial dan perairan, kecuali perairan laut
(Byrd dan Castner, 2010).
Serangga termasuk filum Arthropoda yaitu kelompok hewan yang mempunyai
kaki beruas-ruas, tubuh bilateral simetris dan dilapisi oleh kutikula yang keras
(exosceleton). Serangga digolongkan dalam kelas insecta (hexapoda), karena
memiliki 6 buah (3 pasang) kaki yang terdapat di daerah dada (thorax). Jumlah kaki
menjadi ciri khas serangga yang membedakannya dengan hewan lain dalam phylum
Arthropoda seperti laba-laba (arachnida), kepiting (decapoda), udang (crustacea),
lipan dan luwing (myriapoda), Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta
tahun (zaman devonian). Kira-kira 2 - 3 juta spesies serangga telah terindentifikasi.
Diperkirakan, jumlah serangga sebanyak 30-80 juta spesies yang meliputi sekitar
50% dari keanekaragaman spesies di muka bumi (Sri, 1994).
Beberapa jenis serangga juga berguna bagi kehidupan manusia seperti lebah
madu, ulat sutera, kutu lak, serangga penyerbuk, musuh alami hama atau serangga
perusak tanaman, pemakan detritus dan sampah, dan bahkan sebagai makanan bagi
mahluk lain, termasuk manusia. Tetapi sehari-hari kita mengenal serangga dari aspek
merugikan kehidupan manusia karena banyak di antaranya menjadi hama perusak
dan pemakan tanaman pertanian dan menjadi pembawa (vektor) bagi berbagai
penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Walaupun demikian sebenarnya
serangga perusak hanya kurang dari 1 persen dari semua jenis serangga. Dengan
mengenal serangga terutama biologi dan perilakunya maka diharapkan akan efisien
manusia mengendalikan kehidupan serangga yang merugikan ini (Riordi, 2009).
B. Tujuan
Menjelaskan tipe-tipe antenna pada serangga dan menjelaskan bagian-bagian
antenna pada serangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling
dominan di antara spesies hewan lainnya dalam filum Anthropoda. Mula-mula
perkembangan Anthropoda dimulai dari bentuk tubuhnya, yaitu dimulai dengan
terbentuknya alat-alat tambahan pada bagian ventral tubuh, terbentuknya sepasang
mata dan antenna pada bagian prostomium, terjadinya ruas-ruas pada pasangan kaki,
serta terjadinya persatuan antara prostomium dan segmen postoral membentuk
struktur caput yang disebut procephalon, kemudian tiga pasang alat tubuh berikutnya
(segmen 4, 5, dan 6) yang mengalami modifikasi bentuk yang memendek dan hanya
berfungsi untuk mendorong makanan ke mulut. Bentuk hewan ini termasuk ke dalam
Class Trilobita (berupa fosil). Serangga tergolong dalam Filum Arthrophoda, Sub
Filum Mandibulata, Kelas Insecta. Ruas yang membangun tubuh serangga terbagi
atas tiga bagian yaitu, kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen).
Sesungguhnya serangga terdiri dari tidak kurang dari 20 segmen. Enam Ruas
terkonsolidasi membentuk kepala, tiga ruas membentuk thoraks, dan 11 ruas
membentuk abdomen Jumar (2000). Selanjutnya Brotowidjoyo (1994), serangga
dapat dibedakan dari anggota Arthropoda lainnya karena adanya 3 pasang kaki
(sepasang pada setiap segmen thoraks).
Serangga memiliki skeleton yang berada pada bagian luar tubuhnya
(eksoskeleton). Rangka luar ini tebal dan sangat keras sehingga dapat menjadi
pelindung tubuh, yang sama halnya dengan kulit kita sebagai pelindung luar. Pada
dasarnya, eksoskeleton serangga tidak tumbuh secara terus-menerus. Pada tahapan
pertumbuhan

serangga

eksoskeleton

tersebut

harus

ditanggalkan

untuk

menumbuhkan yang lebih baru dan lebih besar lagi (Voshell, 2003).
Antena serangga berjumlah dua atau sepasang, berupa alat tambahan yang
beruas-ruas dan berpori yang berfungsi sebagai alat sensor. Bagian-bagian antena
adalah antenifer, soket, scape, pedicel, meriston, dan flagelum. Bentuk antenna
serangga sangat bervariasi berdasarkan jenis dan stadiumnya (Hidayat, 1990).

III. MATERI DAN METODE


A. Materi
1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak preparat, pinset,
mikroskop cahaya, mikroskop binokuler, gunting, botol pembunuh dan cawan petri.
1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kloroform, alkohol 70%,
kapas dan Belalang kayu (Valanga nigricornis), Kupu-kupu (Saturnia sp.), Lebah
madu (Apis mellifera), Lalat rumah (Musca domestica), Nyamuk (Anopheles sp.),
dan Kumbang Tanduk (Xylotrupes gideon)
B. Metode

Alat dan bahan dipersiapkan

Serangga dimatikan dengan cara


memasukkan serangga ke dalam botol
yang berisi campuran kloroform :
formalin (1:1)

Serangga dimasukkan ke dalam alkohol


70 %
C
Amati antenna dari serangga dibawah
mikroskop

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Gambar 4.1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)

Gambar 4.2. Lalat rumah (Musca domestica)

Gambar 4.3. Kumbang Tanduk (Xylotrupes gideon)

Gambar 4.4. Kupu-kupu (Saturnia sp.)

Gambar 4.5. Nyamuk (Anopheles sp.)

Gambar 4.6. Lebah madu (Apis mellifera)

B. Pembahasan
Pada umumnya antena serangga terbagi menjadi 3 ruas utama yaitu scape
yang merupakan ruas pertama melekat pada kepala, ruas kedua disebut dengan
pedisel, dan dan ruas ketiga disebut dengan flagellum. Bentuk dan ukuran antena
pada setiap jenis serangga berbeda beda. Berdasarkan bentuknya antena serangga
dapat dibedakan menjadi 14 tipe yaitu:
1. Filiform: menyerupai benang, tiap-tiap segmen yang membentuk antenna
ukurannya sama, misalnya antenna pada belalang (Valanga nigricornis)
2. Moniliform: seperti manik-manik, ruas-ruas antenna berukuran sama dan
berbentuk bulat, misalnya Rhysodidae.
3. Setaseous: seperti rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas antenna makin
ramping, misalnya Isoptera.
4. Clavate: seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya, misalnya
Oryzaephilus sp., Tribolium sp.,
5. Capitate: seperti clavate tetapi perbesaran ruas-ruas terakhir tiba-tiba membesar,
misalnya Nitidulidae.
6. Serate: tiap-tiap segmennya berbentuk seperti gigi, misalnya Cryptolestes sp.
7. Geniculate: segmen pertama berukuran panjang diikuti oleh satu segmen yang
lebih kecil yang membentuk sudut dengan segmen pertama, misalnya
Formicidae.
8. Pectinate: setiap segmen memanjang ke arah samping seperti sisir, misalnya
Pyrochoroidae.
9. Bipectinate: setiap segmen memiliki satu pasang rambut.
10. Stylate: segmen terakhir runcing dan agak panjang, misalnya Asilidae.
11. Aristate: seakan-akan dari segmen antenna keluar lagi antenna, misalnya
Muscidae.
12. Plumose: setiap segmen berambut lebat dan panjang, misalnya nyamuk jantan
(Culexx sp.)
13. Lamellate: segmen paling ujung membesar dan menjadi lempengan, misalnya
Sitophilus sp. (Rahman et al., 2012).
14. Flabellate: semua segmen setelah pedicel bentuknya seperti lempengan,
misalnya Rhipiceridae (Jumar, 2000).
Adapun fungsi antenna pada setiap jenis serangga sangat beragam, namun pada
umumnya fungsi utama dari antena tersebut adalah sebagai alat peraba dan pencium.
Selain dua fungsi utama antena yang telah disebutkan diatas beberapa fungsi lain dari
antena serangga yang sama pentingnya adalah sebagai alat untuk mengetahui tempattempat makanan (mangsa) (Jumar, 2000).

Adapun preparat yang digunakan adalah Belalang kayu (Valanga


nigricornis), Kupu-kupu (Saturnia sp.), Lebah madu (Apis mellifera), Lalat rumah
(Musca domestica), Nyamuk (Anopheles sp.), dan Kumbang Tanduk (Xylotrupes
gideon).
Adapun klasifikasi dari Belalang kayu (Valanga nigricornis) yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class

: Insecta

Order

: Orthoptera

Family : Acridoidea
Genus

: Valanga

spesies

: Valanga nigricornis.
Adapun klasifikasi dari Kupu-kupu (Saturnia sp.), yaitu :

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class

: Insecta

Order

: Lepidoptera

Family : Saturniidae
Genus

: Saturnia

spesies

: Saturnia sp.
Adapun klasifikasi dari Lebah madu (Apis mellifera), yaitu :

Kingdom :Animalia
Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Orde

: Hymenoptera

Family

: Apidae

Genus

: Apis

Species

: A. mellifera

Adapun klasifikasi dari Lalat rumah (Musca domestica), yaitu :


Kingdom : Animalia
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Familia

: Muscidae

Genus

: Musca

Spesies

: Musca domestica

Adapun klasifikasi dari Nyamuk (Anopheles sp.), yaitu :


Kingdom : Animalia
Phylum

: Arthropoda

Class

: Hexapoda / Insecta

Ordo

: Diptera

Familia

: Culicidae

Genus

: Anopheles

Spesies

: Anopheles sp.

Adapun klasifikasi dari Kumbang Tanduk (Xylotrupes gideon), yaitu :


Kingdom : Animalia
Phylum

: Arthropoda

Class

: Hexapoda / Insecta

Ordo

: Coleoptera

Familia

: Scarabaeidae

Genus

: Xylotrupes

Spesies

: Xylotrupes gideon

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Bagian-bagian antenna serangga terdiri dari skape (2 ruas), pedikel (3 ruas), dan
flagellum (banyak ruas).
2. Tipe antenna serangga menurut para ahli sangat beragam, namun pada umumnya
digolongkan menjadi sepuluh, yaitu setaseus, filiform, moniliform, serata,
pektinata, clavata, kapitata, genikulata, plumose dan aristata.
B. Saran
Diharapkan asisten dapat menyediakan mikroskop perkelompok agar lebih
efektif dan efisien dalam mengamati alat mulut serangga.

DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Byrd, J., Castner., 2010. Forensic Entomology : The Utility of Arthropods in Legal
Investigation. New York : CERC Press.
Hidayat. 1990. Entomologi Pertanian. Bandung : Orbsa Sakti
Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta : Rineka Cipta.
Rahman, Dj.M., Dien, M.F., & Mamahit, J.E. 2012. Komunitas Serangga Hama pada
Komoditi Jagung di Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo Provinsi
Gorontalo. Eugenia, 18(3): 178-186.
Riordi, 2009. Dasar dasar Perlindungan Tanaman. Bandung : Tri ganda karya.
Sri, S., 1994. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta : Raja
Grafindo Persaja.
Voshell dan J. Reese. 2003. Sustaining Americas Aquatic Biodiversity: Aquatic
Insect Biodiversity and Conservation. Department of Entomology. Virginia
Tech. www.ext.vt.edu. Diakses Oktober 2015.

Vous aimerez peut-être aussi