Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
.1.
Latar Belakang
Gangguan pada system pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau congenital,
infeksi pada saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system
organ tubuh lain.
Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya
dengan penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan
paru-paru yang tidak sempurna dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian
paru-paru yang terserang tidak mengandung udara dan kollaps. Atelektasis adalah
pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
( bronkus maupun bronkeolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi
subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan
dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda
daripada anak yang lebih tua dan remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan
atelektasis (atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu
bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir
selalu ada pula kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara daripada lobus dan
posisi yang disebabkannya daripada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.
Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan khusus lainnya seperti bronkoskopi dan
bronkografi, dapat menentukan atau menegakkan diagnosis dari atelektasis.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang
Atelektasis.
1.2.
Tujuan
1.2.1. Tujuan Umun
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Atelektasis.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kosep dasar teoritis penyakit Atelektasis..
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan Atelektasis, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
dan intervensi.
3. Untuk
mengetahui
asuhan
keperawatan
pada
klien
dengan
1.3.
Manfaat
1. Dalam pembuatan makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Atelektasis.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Atelektasis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna
dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps. (Keperawatan Medikal Bedah,vol.2,penerbit buku
kedokteran.EGC.2002).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak
mengandung udara.
2.1.2
Etiologi
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan
juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa
disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke
dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar,
seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.
Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam
aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang
mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan
mengalami infeksi.
Atelektasis merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan:
a. Bronkus tersumbat
penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan
sekresi yang massif) dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus
akibat penengkanan dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).
b. Tekanan ekstrapulmoner
Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma,
herniasi alat perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner
(tumor mediastinum).
c. Paralisis atau paresis gerak pernapasan,
2.1.4. Patofisiologi
Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara
ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah terdapat
dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan
alveolus kolaps. Untuk mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan
udara yang lebih besar, seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada
waktu mulai mengembangkan balon.
5
itu sendiri, yang menekan dan melipat pembuluh darah sehingga volume paru
berkurang. Selain itu, hipoksia pada alveoli yang kolaps menyebabkan vasokonstriksi
bertambah.
Akibat vasokonstriksi pembuluh darah, maka aliran darah yang melalui paru
atelektasis menjadi sedikit kebanyakan darah mengalir melalui paru yang terventilasi
sehingga tejadi aerasi dengan baik. Pada keadaan diatas lima per enam darah mengalir
melalui paru yang teraerasi dan hanya satu per-enam melalui paru yang tidak teraerasi.
Sebagai akibatnya, rasio ventilasi/perkusi seluruhnya hanya sedang saja, sehingga darah
aorta hanya mempunyai sedikit oksigen yang tidak tersaturasi walaupun terjadi
kehilangan ventilasi total pada satu paru.
Sekresi dan fungsi surfaktan dihasilkan oleh sel-sel epitel alveolus spesifik ke
dalam cairan yang melapisi alveoli. Zat ini menurunkan tegangan permukaan pada
alveoli 2 sampai 10 kali lipat, yang memegang peranan penting dalam mencegah
kolapsnya alveolus.
Tetapi, pada berbagai keadaan, seperti penyakit membrane hialine (juga disebut
sindrom gawat napas), yang sering terjadi pada bayi-bayi premature yang baru lahir,
jumlah surfaktan yang disekresikan oleh alveoli sangat kurang. akibatnya tegangan
permukaan cairan alveolus meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan paru bayi
cenderung mengempis, atau menjadi terisi cairan, kebanyakan bayi ini mati lemas
karena bagian paru yang atelektasis menjadi semakin luas.
.
Pada atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian
paru atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolpas. Sebab-sebab yang paling sering adalah efusi pleura, pneumotoraks, atau
peregangan abdominal yang mendorong diapragma keatas. Atelektasis tekanan lebih
jarang terjadi di bandingkan dengan atelektasis absorbsi.
Berbeda dengan atelektasis absorpsi, pada atelektasis kompresi (tekanan) terjadi
akibat adanya tekanan ekstrinsik pada bagian paru, sehingga mendorong udara keluar
dan menyebabkan bagian tersebut kolaps. Tekanan ini biasa terjadi akibat efusi pleura,
pneumotoraks atau peregangan abdominal yang mendorong diafragma ke atas.
2.1.5 WOC
Penyumbatan
bronkus
Hambatan gerak
pernafasan
Penengkanan dari
luar tubuh
Sputum,
tumor
Menghambat
pengeluaran
sekret
Jaringan paru-paru
terisi seldarah dan
lendir
Obstruksi
bronkusintrinsik
Inspirasi dangkal
infeksi
Obstruksi jalan
nafas
Mengurangi nafsu
makan
Alveolus terisi
cairan odema
Atelektasis
Peningkatan
denyut jantung
Gangguan suplai
O2
sesaknafa
s
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Lemah,
penuruna
n energi
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
9
Kerusakan
pertukaran gas
gangguan pernafasan
nyeri dada
batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung,
kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Manifestasi klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya
atelektasis.
Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,
neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,
bronkopmeumonia, dan lain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali
jika ada obstruksi pada bronkus utama.
Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi :
10
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan.Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama
sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Jika disertai infeksi, bisa terjadi :
5. Kolaps lingula
a. Gambaran radiologi mirip dengan gambaran kolaps lobus tengah kanan
b. Proyeksi frontal perbatasan jantung kiri menjadi kabur.
e. Elevasi hilus
f. Trakea sering menyimpang ke kiri
13
14
2.1.8
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
h. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena
mungkin perlu diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut
ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
1. Medis
Pemeriksaan bronkoskopi
Pemberian oksigenasi
Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan
kortikosteroid)
Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
Pemeriksaan bakteriologis
2. Keperawatan
2.1.9
KOMPLIKASI
Pada pasien yang mengalami atelektasis maka akan terjadi :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan
udara ke dalam rongga pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara
lingkungan keluar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara
melalui mediastinum yang disebabkan oleh trauma.
2. Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru
yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau
(jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat
menyebabkan hipoksemia.
16
3.
4.
5.
6.
17
: Tn. H
Ruang Rawat
: Kemuning
Diagnosa medic
: Atelektasis
Diagnosa
keperawatan
Tujuan
a. Bersihan
Keriteria hasil
Setelah
Jalan
nafas
atau
jalan
dilakukan
bebas
nafas
intervensi
dahak dapat
tidak
keperawa
dikeluarkan .
Dispnea dan
efektif
tan
takan
tidak ada.
Penggunaan
bisa
kenyam
mengemban
anan
pasien
nafas
produksi
paten/
otot
sekret
kembali
pernapasan
( bronko
efektik,
spasme )
dahak
, lemah,
dapat
tidak ada.
TTV DBN:
TD:120-
energi.
tidak sulit
yang
sehat
kembali
atan
dan
yang
bernapas
an
posisi
mencip
peningk
an
paru-paru
terkena
diharapka
dikeluark
ng pada
akan
dengan
penurun
sisi
yang
3x 24 jam
pada
Berbari
akan
tidak ada.
Kesulitan
Berbaring
paru-paru
ngan
jalan
sehat
selama
Rasional
sehingga
takipnea
berhubu
Intervensi
bantu
130/8085mmHg
ND;60100x/i
dalam
18
Perkusi
akan
Perkusi
mengen
(menepuk-
cerkan
nepuk) dada
dahak
bernafas
RR:16-24x/i
Berpartisipas
Melaui
bronko
dalam
i
Kerusakan
Menghilang
scopy
Setelah di
program
kan
akan
pertukaran
lakukan
pengobatan
penyumbata
bisa
gas
intervensi
dalam
n,
melihat
berhubunga
keperawa
tingkat
melalui
penyu
tan
kemampuan/
bronkoskopi
matan (
obstruksi
selama 3
maupun
obstruk
jalan
x 24 jam
situasi
Dispnea
prosedur
si jalan
lainnya
nafas
dengan
nafas
oleh sekresi,
di
spasme
harapkan
bronchus.
pertukara
takipnea
tidak ada.
Kesulitan
bernafas
n gas atau
oksigenas
i
ade
kuat,
&
baik
tidak ada
tidak ada.
Gelisah tidak
ada.
TTV DBN :
TD : 120130/80-85
lagi
mmHg
ND : 80-100
obtruksi
jalan
x /i
RR
nafas
:16-24
x/i
Hb : 14 -18
dr/dL
Menunjukka
nkan
n
3
Menuru
peningkatan
nafsu makan
19
Jadwalkan
efek
pengobatan
mual
Setelah di
Mempertaha
pernapasan
yang
nutrisi,
lakukan
nkan/mening
sedikitnya 1
berhub
kurang dari
intervensi
katkan berat
jam sebelum
ungan
kebutuhan
keperawa
makan
dengan
tubuh, risiko
tan
badan.
Klien tidak
tinggi
selama 3
terhadap
x 24 jam
mual lagi.
BB
stabil
anoreksia
di
yang
harapkan
berhubunga
kebutuha
menghabiska
n nutrisi
n - 1 porsi
muntahan
terpenuhi
dan bau.
Auskultasi
mungki
makan yang
di berikan.
Mukosa bibir
bunyi usus.
Observasi/
menuru
lembab.
Nilai
palpasi
n/
distensi
ada bila
abdomen.
proses
Perubahan
dengan
/tidak
intake
ade kuat.
pengob
atan
ini.
turun
atau naik.
Klien dapat
lab
DBN :
Hb : 14-18
gr/dL
Albumin
Bunyi
usus
tak
infeksi
:
3,5-5,5 gr/dL
Protein total :
6,0-8,0 gr/dL
berat/
memanj
ang.
Distensi
abdome
n terjadi
sebagai
akibat
menelan
udara
atau
menunj
ukkan
pengaru
h toksin
20
Berikan
bakteri
makan porsi
pada
kecil
saluran
dan
GI.
sering
termasuk
makanan
kering
atau
makanan
yang
menarik
untuk
pasien.
Tindaka
n
ini
dapat
mening
katkan
masuka
n
meskipu
n nafsu
makan
mungki
n
lambat
untuk
kembali
.
BAB III
TINJAUAN KASUS
21
3.1 Pengkajian
Format Pengkajian
1. Data Biografi
Identitas Klien:
Nama
: Tuan H
Umur
: 51 th
Suku/bangsa
: Rejang
Status Perkawinan
: kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Jl.Padang harapan
Tanggal masuk RS
: 02 April 2011
Tanggal Pengkajian
: 04 April 2011
Catatan kedatangan
: Tn E/ 30
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Jl lingkar barat
22
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
1) Keluhan utama/alasan masuk RS:
Tn H datang ke RS pada tanggal 02 April 2011 dengan keluhan utama
nyeri dan sesak nafas.
Lamanya Keluhan:
Nyeri dirasakan 3 hari sebelum masuk RS.
Diagnosa medik :
Obstruksi saluran napas ( polip Tanggal: 03 April 2011
hidung )
TBC
Obat-obatan
Dosis
Dosis Terakhir
Frekuensi
12,5 mg
12,5 mg
3x sehari
(Resep/obat
bebas)
Salbutamol
Tidak ada.
Penggunaan :
Tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berhenti) :
Pasien adalah seorang perokok. Pasien biasanya merokok sebanyak 1
bungkus perhari. Pasien mulai merokok sejak umur 18 tahun. Pasien
belum berniat untuk berhenti.
Alkohol (jenis, jumlah/hari/minggu/bulan):
Pasien mengkonsumsi alkohol jenis anggur merah, sebanyak 1 botol
dalam seminggu.
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien alergi terhadap
antibiotik yaitu penisilin.
Reaksi alergi:
Gatal-gatal seluruh badan dan timbul ruam merah.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Diet/suplemen khusus: pasien biasa mengkonsumsi minuman berenergi
seperti hemaviton, kartingdeng, extra joss.
Intruksi diet sebelumnya: belum ada intruksi diet sebelumnya.
Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
25
3) Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi
: 1x/hari
Warna
: kuning
Konsistensi: lunak
: 4-6x/hari
Kesulitan
: tidak ada
0 = Mandiri
Makan/minum
Mandi
Berpakaian/ berdandan
Toileting
Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
: masih lemah
Kemampuam ROM
: mampu
Lain-lain
:-
Waktu
: 22.00-04.00 Wib
: ya ( ), tidak ( )
28
:-
Masalah menstruasi
:-
:-
:-
: Tidak komposmentis
BB
: 55 Kg
TB
: 167 Cm
b. Tanda-tanda vital :
TD
: 100/80 mmHg
ND
: 50/menit
RR
: 14/menit
: 36,5 C
c. Kulit
Warna kulit (sianosis,ikterus,pucat,eritema,dll) : Warna kulit pucat.
Kelembapan: Kering
Turgor kulit: Elastis
Ada/tidaknya oedema: Tidak ada
d. Kepala/ rambut
Inspeksi
e. Mata
Fungsi pengelihatan : Baik, visus 6/6.
30
Ukuran pupil
: 2mm
Konjungtiva
: anemis
Lensa/iris
Oedema palpebra
Palpebra
: Terbuka
Skelera
: Tidak ikterik
f. Telinga
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan
: bersih
Daun telinga
mastoiditis
Fungsi keseimbangan : baik
Secret
: tidak ada
Fungsi penciuman
Pembengkakan
Kebersihan
: bersih
Perdarahan
: tidak ada
Sekret
: ada
31
Keadaan gigi
: Lengkap
: tidak ada
Trismus
Kesulitan menelan
i. Leher
Trakea(simetris/tidak) : Simetris saat dilakukan palpasi
Carotid bruid
JVP
: 5-2 cm H2O
Kelenjar limfe
Kelenjar toroid
Kaku kuduk
dada
j. Thorak/paru
Inspeksi
Bantu pernafasan
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: vesikuler
k. Jantung
Inspeksi
Paspasi
Perkusi
batas kanan
batas kiri
batas bawah
Auskultasi
tidak ada
Auskultasi
: B.U, 12x/i
Perkusi
: Tympani
Palpasi
: hepar dan limfa tidak teraba, tidak ada pembesaran hepar dan
limfa
n. Rectal
: haemoroid tidak ada, lesi atau kemerahan tidak ada, massa tidak
ada
o. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas
Ekstrimitas bawah
ROM
Kekuatan otot
: otot lemah
33
p. Vascular perifer
Capilari refille
: tidak normal
Clubbing
: tidak menonjol
Perubahan warna(kuku,kulit,bibir)
q. Neurologis
Kesadaran(GCS)
Status mental
: compos mentis/15
Motorik
Sensorik
:-
l: normal
Saraf cranial
: normal
Refleks fisiologis
Refleks patologis
:-
34
Nama klien
: Tn. H
Ruang Rawat
: Kemuning
Diagnosa medic
: Atelektasis
No
Data
Etologi
Klien
produksi
dan
sulit energy
dikeluarkan.
Klien mengatakan kesulitan
bernafas.
Do
Bersihan
bernafas
TTV: TD : 120/80
ND : 40 x/i
RR : 30 x/i
Do : pernafasan cuping hidung
: Takipnea (+)
: dispnea (+)
: pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantupernafasan (
+)
35
jalan
mengatakan bronkospasme,
Masalah
penurunan
suplai Resiko
akibat kerusakan
klien
mengatakan
oksigen
tinggi
bernafas
oleh
secret,
dan
lengket
di kelemahan,
tenggorokan
sehingga tidak nafsu untuk makan
klienmengatakan
mual, kurang
produksi sputum
Perubahan
iahanyabisa
menghabiskan porsi
: klien mengatakan BB nya turun 4
kg dalam bulan terakhir
DO : klien tampak lemah
: BB turun 4 kg
: HB : 10,5 gr/dl
Albumin : 3,2 gr/dl
Protein total : 5,78 gr/dl
36
nutrisi,
dari
kebutuhan tubuh
Nama klien
: Tn. H
Ruang Rawat
: Kemuning
Diagnosa medic
: Atelektasis
Diagnosa
o
1
keperawatan
Bersihan
jalan
Tujuan
Keriteria hasil
Setelah
Jalan
nafas
atau
nafas
dilakukan
bebas
tidak efektif
intervensi
dahak dapat
berhubunga
keperawa
tan
dikeluarkan .
Dispnea dan
dengan
Berbaring
pada
sisi
Berbarin
g
pada
paru-paru
posisi
yang
yang
sehat
paru-paru
akan
yang
akan
terkena
mencipta
bernapas
kembali
kan
tidak ada.
bisa
kenyama
produksi
3x 24 jam
sekret
diharapka
tidak ada.
Kesulitan
( bronkospa
jalan
sehat
selama
Rasional
sehingga
takipnea
peningkatan
Intervensi
37
sme
),
nafas
Penggunaan
lemah,
paten/
otot
penurunan
kembali
pernapasan
energi.
efektif,
dahak
dapat
dikeluark
an
dan
tidak sulit
mengemban
nan
pasien
bantu
tidak ada.
TTV DBN:
TD:120-
Perkusi
akan
Perkusi
mengenc
130/80-
(menepuk-
erkan
85mmHg
ND;60-
nepuk) dada
dahak
100x/i
RR:16-24x/i
dalam
bernafas
Berpartisipas
i
dalam
bronkosc
program
Menghilang
opy akan
dalam
kan
bisa
tingkat
penyumbata
melihat
kemampuan/
n,
penyuma
situasi
Dispnea
melalui
tan
bronkoskopi
( obstruk
pengobatan
Setelah di
Melaui
Kerusakan
lakukan
pertukaran
intervensi
gas
keperawa
berhubunga
tan
selama 3
takipnea
maupun
si
obstruksi
x 24 jam
prosedur
nafas
jalan
di
tidak ada.
Kesulitan
dengan
nafas
&
oleh sekresi,
harapkan
bernafas
spasme
pertukara
bronchus.
n gas atau
tidak ada.
Gelisah tidak
oksigenas
i
ade
ada.
TTV DBN :
TD : 120-
kuat,
130/80-85
tidak ada
mmHg
ND : 80-100
lagi
obtruksi
jalan
x /i
RR
38
:16-24
lainnya
baik
jalan
nafas
x/i
Hb : 14 -18
dr/dL.
Menunjukka
n
peningkatan
Perubahan
nutrisi,
kurang dari
kebutuhan
tubuh, risiko
tinggi
terhadap
anoreksia
yang
berhubunga
n
dengan
muntahan
dan bau.
nafsu makan
Mempertaha
kan efek
Setelah di
nkan/mening
lakukan
katkan berat
intervensi
badan.
Klien tidak
mual lagi.
BB
stabil
keperawa
tan
selama 3
/tidak
x 24 jam
di
harapkan
Jadwalkan
mual
pengobatan
yang
pernapasan
berhubun
sedikitnya 1
gan
jam sebelum
dengan
makan
pengobat
an ini.
turun
atau naik.
Klien dapat
n - 1 porsi
n nutrisi
intake
ade kuat.
Bunyi
usus
makan yang
terpenuhi
/
menghabiska
kebutuha
Menurun
mungkin
di berikan.
Mukosa bibir
menurun/
Auskultasi
tak
bunyi usus.
bila
DBN :
Hb : 14-18
Observasi/
proses
gr/dL
Albumin
palpasi
infeksi
distensi
berat/
abdomen.
memanja
lembab.
Nilai
lab
3,5-5,5 gr/dL
Protein total :
6,0-8,0 gr/dL
ada
ng.
Distensi
abdomen
terjadi
sebagai
39
akibat
menelan
udara
atau
menunjuk
kan
pengaruh
toksin
bakteri
Berikan
pada
makan porsi
saluran
kecil
GI.
dan
sering
termasuk
makanan
kering
atau
makanan
yang nenarik
untuk
pasien.
Tindakan
ini dapat
meningka
tkan
masukan
meskipun
nafsu
makan
mungkin
lambat
untuk
kembali.
Nama klien
: Tn. H
Ruang Rawat
: Kemuning
40
Diagnosa medik
Hari/tanggal
Rabu,
: Atelektasis
Diagnosa keperawatan
05 Bersihan
April 2011
tidak
jalan
efektif
Implementasi
Evaluasi
Jam : 14.00
dengan
produksi
Mengkaji
secret (bronkospasme),
frekuensi/kedalama
mengatakan sudah
lemah,
peningkatan
penurunan
klien
mengeluarkan
gerakan dada
energy
dahaknya
x
Hasil : RR : 24 /i
:
Mengauskultasikan
klienmngatakan
sesaknya
sudah
dan
nafas
ada
Menganjurkan
O : klien dapat
sementara
:
dispnea
posisi duduk tinggi
berkurang
Misal
:
klien
dapatmendemontras
ikan batuk efektif
dan
: penggunaan otot
bantu tidak ada
dapat
mengeluarkan
dahak
Menganjurkan
kesulitan
TTV DBN :
TD : 120/80
2500 ml/hari.
Hasil : pasien mau
mmHg
ND : 90 x /i
RR :24 x/i
indikasi, A
mukolitik
masalah
teratasi
ekspektoran,
bronkodolator,
Intervensi
analgesik.
Memberikan
dihentikan
oksigen tambahan 2
liter / hari
Kerusakan
Memberikan
pertukaran
pengobatan
pernapasan
kepada
obstruksi
pasien
dengan
oleh
jalan
sekresi,
nafas
spasme
latihan nafas
bronchus.
Klien
mengatakan sudah
tidak sulit nafas
lagi
: klien mengatakan
BB stabil
O : pasien sudah
tidak sulit bernafas
lagi
S
Klien
mengatakan sudah
tidak mual lagi
A
teratasi
42
masalah
intervensi
dihentikan
Perubahan
memberikan makan
porsi
nutrisi,
sering
memberikan
risiko
tinggi
dan S
klien
mengatakan sudah
menghabiskan
kecil
dengan
pasien.
sudah
tidakmual
lagi
O : pasien sudah
tidak muntah lagi
:
pasien
bias
menghabiskan
porsi
:
BB
pasie
nstabil/tidak
naik dan tidak
turun
A
masalah
teratasi
P
intervensi
dihentikan
TTD Perawat
43
BAB IV
PENUTUP
2.2 KESIMPULAN
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.
Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran
pernafasan. Sedangkan penyebab non-obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi
jaringan paru atau pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami
kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan
fisik. Secara radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus.
4.2 SARAN
Atelektasis merupakan penyakit yang harus ditangani dengan cepat dan tepat
karena sebagian angka mortalitas dari penyakit gangguan pola nafas adalah penyakit
atelektasis. Penanganan yang baik dan pendiagnosaan yang tepat akan memberikan
ketepatan dalam pencegahan penyakit ini.
44
DAFTAR PUSTAKA
45