Vous êtes sur la page 1sur 17

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS

A.

DEFINISI
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
atau alkohol (FKAUI, 2006).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler
yang khas (Wening Sari, 2008).
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh
toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada selsel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis
B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama (Smeltzer Suzanne C 2002).

B.

ETIOLOGI
Hepatitis Virus

1.

Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal dan
disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-anak &
dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang),
seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari
pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat
seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah
endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi didalam
feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat
tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV.
Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga
menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki
imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak untuk
melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa

nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase
ikterus.
2.

Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda yang
dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama melalui
darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari
dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual
multipel, pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan,
tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa
timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri
abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai
dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan
dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe
servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg, HbsAg,
HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum
selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus tersebut.

3.

Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai tunggal
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah hubungan seksual
dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya
pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan keehatan, hubungan seksual,
resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi
yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm. Pemeriksaan
imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan negatif-palsu
sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).

4.

Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai
tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian melalui
hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari
yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita hemovilia
dan resipien konsentrat faktor pembekuan.

Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen


permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko
terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada pemeriksaan laboratorium
memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih
cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis
serta sirosis hati.
5.

Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen virus RNA
untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa
muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko
penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih 32-34 nm
dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk
HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.
Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat lain
yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan muntah.
Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini atau kontak dengan
penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan
pendukung.
Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan denagn
cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang dipakai untuk
mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,, psikotropik, antikonvulsan
dan antituberkulosis.

Hepatitis

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsihati. Hati adalah
salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian teratas dalam rongga
abdomen disebelah kanan dibawah diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat
hati rata-rata sekitar 1500 gr 2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi
menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10 ditempati
oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat
yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang
kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobulus (Pearce, 2006).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta. Arteri
hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan
95100% masuk ke hati akan akhirnya keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta
terbentuk dari lienalis dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati
darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan kehati yang telah
diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri hepatica dan saluran
membentuk saluran porta (Syaifuddin, 2003).

Anatomi Hati (Hepar)


Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis
yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti

pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri
dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan atau plate dimana akan masuk ke
dalamnya sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan
jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, arteri
hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya
langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya
ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran
empedu menuju kandung empedu (FKUI, 2006).
2. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta yang
menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam fisiologis hati, mengalirkan
darah yang kaya akan nutrisi dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut
masuk dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang
terbentuk dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan 4/5 darahnya kehati
darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa oksigen telah diambil oleh
limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati zat makanan yang telah di absorbsi oleh
mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior.
Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi keseluruh hati, dua yang masuk yaitu
arteri hepatika dan venaporta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan saluran empedu.
Sinusoia mengosongkan isinya kedalam venulel yang berada pada bagian tengah
masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu
membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan
isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan
darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI, 2006).
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga sangat penting
untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap metabolik tubuh. Adapun fungsi hati
menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut:
1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah. Aliran darah melalui hati sekitar
1100 ml darah mengalir dari vena porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan
sekitar 350 ml lagi mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata
1450 ml/menit.
2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem metabolisme
tubuh. Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidat, mengubah
galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis membentuk banyak

senyawa kimia penting dan hasil perantara metabolisme karbohidrat serta menyimpan
glikogen.
3. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang mengalir
melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5. Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6. Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral (termasuk zat
besi).
7.

Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.

8. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan menyerap
zat gizi penting.
9. Menetralkan dan menghancurkan
memetabolisme alkohol.

substansi

beracun

(detoksikasi)

serta

10. Membantu menghambat infeksi.

D.

PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian
besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan

sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin
indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan
eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi
dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatalgatal pada ikterus.
Pathway

PATHWAY HEPATITIS

E.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:

1. Masa tunas
Virus A

:15-45 hari (rata-rata 25 hari)

Virus B

:40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)


2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7
hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati)
dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa
seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
F.

KOMPLIKASI
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan hati, kadar
bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma hepatikum.
Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien. Komplikasi tersering adalah perjalanan klinis
yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-10% paasien heatitis virus mengalami
kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal.
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat
memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap buruk. Komplikasi lanjut

hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma heatoseluler sekunder.


Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia
2.

serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.


Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

3.

Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut yang terbentuk
dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.

G.
1.

2.

3.

H.
1.
a.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1) urobilirubin direk
2) bilirubun serum total
3) bilirubin urine
4) urobilinogen urine
5) urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
1) protein totel serum
2) albumin serum
3) globulin serum
4) HbsAG
c. Waktu protombin
1) respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1) AST atau SGOT
2) ALT atau SGPT
3) LDH
4) Amonia serum
Radiologi
a. foto rontgen abdomen
b. pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
c. kolestogram dan kalangiogram
d. arteriografi pembuluh darah seliaka
Pemeriksaan tambahan
a. Laparoskopi
b. biopsi hati

PENATALAKSANAAN
MEDIS
Pencegahan
1)

Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi donor

darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.


2) pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang
baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
b.

Obat-obatan terpilih

1)

Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang

berlebihan.
2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c.

Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.

d.

ika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah muntah sebaiknya di berikan infus

glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
e.

Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat obatan yang mengubah

susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa
dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces
berubah menjadi asam.
2.

KEPERAWATAN
a.

Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran hati

kenaikan bilirubin kembali normal.


b.

Nutrisi yang adekuat

c.

Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga sehingga

diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam persepsi sensori.


d.

Pengendalian dan pencegahan


ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1.

Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Malaise
2. Sirkulasi
a. Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b. Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
a. Urine gelap
b. Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
a. Anoreksia

b. Berat badan menurun


c. Mual dan muntah
d. Peningkatan oedema
e. Asites
5. Neurosensori
a. Peka terhadap rangsang
b. Cenderung tidur
c. Letargi
d. Asteriksis
6.

Nyeri / Kenyamanan
a. Kram abdomen
b. Nyeri tekan pada kuadran kanan
c. Mialgia
d. Atralgia
e. Sakit kepala
f. Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
a. Demam
b. Urtikaria
c. Lesi makulopopuler
d. Eritema
e. Splenomegali
f. Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

Laporan Pendahuluan Hepatitis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh.

2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak


mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.

3.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interna ; perubahan kondisi metabolik,


perubahan sirkulasi.

4.

Cemas berhubungan dengan perubahan peran dalam lingkungan sosial

C. RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
1.
Intoleransi aktivitas
NOC :
berhubungan dengan
Emergency conservation
kelemahan menyeluruh. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil ;
- -Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
- -Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari (ADLs) secara
mandiri

2.

Ketidakseimbangan
NOC :
nutrisi kurang dari
Nutritional Status ; food and
kebutuhan tubuh
fluid intake
berhubungan dengan
Kriteria Hasil :
tidak mampu dalam
- - Adanya peningkatan berat
memasukkan,
badan sesuai dengan tujuan
mencerna,
- Berat badan ideal sesuai
mengabsorbsi makanan dengan tinggi badan
karena faktor biologi.
- - Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

Intervensi
NIC :
Energy Management
- Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
Dorong
untuk
mengngkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
Kaji
adanya
faktor
yang
menyebabkan kelalahan
- Monitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
- Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik da emosi secara
berlebihan
- Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas
- Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
- Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten
yang
sesuai
dengan
keampuan fisik, psikologi dan sosial
- Bantu untuk mendapatkan alat bantu
aktivitas
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal
layihan di waktu luang
Bantu
keluarga/pasien
untuk
mengidentivikasi kekurangan dalam
beraktifitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik,emosi, sosial dan
spiritual
NIC :
Nutrition Management
- Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein da vitamin C

- -Tidak ada tanda-tanda


malnutrisi
- -Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti

3.

Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan interna ;
perubahan kondisi
metabolik, perubahan
sirkulasi.

- - Berikan substansi gula


- Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- -Berikan makanan yang terpilih
- Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makaan harian
- -Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
- -Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
- -Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
- - Monitor adanya penurunan berat
badan
- - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- - Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan datindakan
tidak selama jam makan
- - Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- - Monitor turgor kulit
- - Monitor kekeringan, rambut kusam
dan mudah patah
- - Monitor mual dan muntah
- - Monitor kadar albumin, total protein,
Hb dan kadar Ht
- - Montor makanan esukaan
- - Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- - Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- - Monitor kalori dan intake nutrisi
- - Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral
- - Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

NOC : Tissue Integrity ; Skin


and Mucous Membranes
-Integritas kulit yang baik
biasa dipertahankan sensasi, elastisitas, temperature,
hidrasi, pigmentsi)
-Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit -

NIC : Pressure Management


-Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
-Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
-Mobilisasi pasien (ubah poasisi
pasien) setiap 2 jam sekali
-Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak pada

4.

Cemas berhubungan
dengan perubahan
peran dalam lingkungan
sosial
-

dan mencegah terjadinya


cedera berulang
- Mampu melindungi klit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
NOC ;
Anciety control
Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :
- Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
- Mengientifikasi,
mengungkapkan dan
menujukkan teknik untuk
mengontrol kecemasan
Vital sign dalam batas
normal
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

daerah yang tertekan


- - Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
- - Monitor status nutrisi pasien
- - Anjurkan pasien mandi dengan sabun
dan air hangat
NIC :
Anxiety Reduction
- - Gunakan pendekatan yang
menyenangkan
- - Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap perilaku pasien
- - Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
- - Pahami perspektif faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
- - Lakukan back/neck rub
- - Dengarkan dengan penuh perhatian
- - Identifikasi tingkat kecemasan
- - Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan persepsi
- - Insruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
- - Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U. Pendit...
(et. Al.) ; Editor Endah P, Jakarta : EGC
Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC), Mosby.
Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media
Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.
Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses Penyakit.;
alih bahasa, Brahm U. Pendit(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.
Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 20052006, NANDA International.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2,
Jakarta, EGC.

Vous aimerez peut-être aussi