Vous êtes sur la page 1sur 22

TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
TUGAS MATA KULIAH SISTEM KARDIOVASKULER

DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.

201501122
201501124
201501126
201501128
201501130
201501132
201501134
201501136
201501138
201501140

MOCH. GANDUNG SATRIYA


NOOR ARIEF BAKHTIAR HABIB
NURUL CHOTIJAH
RETNO ASIH PUJI ASTUTI
RULY INDRA ANISTIA
SLAMET HIDAYAT
VIDYA SETYAWATI
WIWIK
YORLI A. NABU
EKO PRASETYO SAPUTRO

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI


PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S-1 KEPERAWATAN

2015
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan
ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan
data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai permasalahan yang
ada. (Aziz Alimul. 2009 : h 85)
PENGUMPULAN DATA
Biodata identitas klien dan penanggung jawab
1. Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, usia, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan, status perkawinan dan
lain-lain.
2. Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
(Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS, ditambah
dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)
P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan menguranginya)
Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana merasakannya sekarang)
R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap)
Riwayat atau gejala sekarang penyakit jantung koroner dan gagal jantung, penyakit
serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer, diabetes mellitus, pirai, dislipidemia, asma
bronkhiale, disfungsi seksual, penyakit ginjal, penyakit nyata yang lain dan informasi obat yang
diminum.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
(Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat
keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit
dan ada waktu proses sembuh).
Lama dan tingkat tekanan darah tinggi sebelumnya dan hasil serta efek sampinng obat
antihipertensi sebelumnya.

Riwayat obat-obatan atau bahan lain yang dapat meningkatkan tekanan darah termasuk
kontrasepsi oral, obat anti keradangan nonsteroid, liquorice, kokain dan amfetamin. Perhatian
juga untuk pemakaian eritropoetin, siklosporin atau steroid untuk penyakit yang bersamaan.
Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium, dan alcohol, jumlah rokok, tingkat
aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan sejak awal dewasa.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
(Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau riwayat penyakit
menular). Riwayat penyakit keluarga hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, penyakit
jantung koroner, stroke atau penyakit ginjal.
e. Pola Aktivitas Sehari-hari
(Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat sakit, untuk
mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak).
4. Pemeriksaan Fisik
(Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik pemeriksaan yang
digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan umum klien. Dan menggunakan
pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
5. Data Psikologis
(Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan konsep diri)
6. Data Sosial
(Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat) lingkungan yang dapat
mempengaruhi hasil pengobatan antihipertensi termasuk situasi keluarga, lingkungan kerja, dan
latar belakang pendidikan.
7. Data Spiritual
(Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan
dalam melaksanakan ibadah)
8. Data Penunjang
(Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani klien, dituliskan
hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya 3 kali pemeriksaan terakhir secara berturutturut. Bila hasilnya fluktuatif, buat keterangan secara naratif)
9. Program dan Rencana Pengobatan
(Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani oleh klien)
PENGKAJIAN DENGAN PENDEKATAN ABCD
Airway
1. Yakinkan kepatenan jalan napas
2. Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3. Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera
mungkin ke ICU
Breathing
1. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan
saturasi >92%.
2. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
3. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask
ventilation
4. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
5. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
6. Lakukan pemeriksan system pernapasan
7. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru
Circulation
1. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
2. Kaji peningkatan JVP
3. Monitoring tekanan darah
4. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:

Sinus tachikardi

Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3

right bundle branch block (RBBB)

right axis deviation (RAD)


5. Lakukan IV akses dekstrose 5%
6. Pasang Kateter
7. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
9. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid
Disability
1. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
2. Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan
pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
Exposure
1. Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
2. Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.
3. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

PENGKAJIAN DATA DASAR


Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah
A. Aktivitas / Istirahat
1. Gejala
Kelemahan Umum
Kelelahan / Letih
Napas Pendek
Gaya Hidup Monoton
2. Tanda
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
B. Sirkulasi
1. Gejala
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung kongesti / katup, penyakit
serebrovaskuler, episode palpitasi.
2. Tanda
Kenaikan TD (Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk
menaikkan diagnosis)
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis
Denyut apical : titik point of maksimum impuls kemungkinan bergeser dan sangat kuat
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur, stenosis valvular
Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi
vertical kiri)
Distensi vena jugularis
Ekstermitas (Perubahan warna kulit pucat / sianosis, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda)
C. Integritas Ego
1. Gejala
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral), marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan,
yang berkaitan dengan pekerjaan)
2. Tanda
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian

Tangisan yang meledak


Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Pernafasan menghela
Peningkatan pola bicara

D. Eliminasi
1. Gejala
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu)
E. Makanan / Cairan
1. Gejala
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Mual, Muntah
Perubahan BB (meningkatkan/menurun)
Riwayat penggunaan diuretik
2. Tanda
BB normal atau obesitas
Edema (mungkin umum atau tertentu)
Kongesti vena
Peningkatan JVP
Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik)
F. Neurosensori
1. Gejala
Keluhan pusing / pening
Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
2. Tanda
Status mental, perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan
Perubahan retinal optik
G. Nyeri / Ketidaknyamanan
1. Gejala
Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai / Klaudasi
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen / massa
H. Pernapasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi
menetap / berat)
1. Gejala
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja
Tachypnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok

2. Tanda
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
I.

Keamanan
1. Gejala : Gangguan koordinasi / cara jalan Hipotesia pastural
2. Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural, Frekuensi jantung
meningkat, Perubahan trauma jantung (takipnea)

J. Pembelajaran / Penyuluhan
1. Gejala
Factor resiko keluarga ; Hipertensi, Aterosklerosis, Penyakit Jantung, DM, Penyakit
Serebrovaskuler, Ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alkohol

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial. Sebagai dasar
seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana menurut
Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan
gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
6. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
III. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien. (Aziz Alimul. 2009 : h 106)
RENCANA KEPERAWATAN
NO DX
1

DIANGOSA
KEPERAWATAN DAN
KOLABORASI
Resiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung
berhubungan
dengan
peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi /
rigiditas
ventrikuler,
iskemia miokard

TUJUAN (NOC)
NOC :
Cardiac Pump effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam rentang
normal (Tekanan darah,
Nadi, respirasi)
Dapat
mentoleransi
aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada asites
Tidak
ada
penurunan
Kesadaran

INTERVENSI (NIC)

NIC :
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada (Intensitas
lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac putput
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang menandakan
Gagal jantung
6. Monitor
abdomen
sebagai
indicato
penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk
atau berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan


bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus
8. Monitor adanya pulsus alterans
9. Monitor jumlah dan irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nad
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari perubahan vita
sign
2

Intoleransi
aktivitasberhubungan
dengankelemahan,
ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen.

NOC :
Energy conservation
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi
dalam
aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas
sehari hari (ADLs) secara
mandiri

NIC :
Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
2. Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan
kelelahan
4. Monitor nutrisi
dan sumber energ
tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istiraha
pasien

Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitas
Medik dalammerencanakan progran terap
yang tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik
psikologi dan social
4. Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan

6.
7.
8.
9.
10.
11.
3

Nyeri akut berhubungan NOC :


dengan
peningkatan Pain Level,
tekanan
vaskuler Pain control,
serebral
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal

aktivitas seperti kursi roda, krek


Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikas
kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang akti
beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritua

NIC :
Pain Management
1. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik
durasi, frekuensi, kualitas dan fakto
presipitasi
2. Observasi
reaksi
nonverbal
dar
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lain tentang ketidakefektifan kontrol nyer
masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencar
dan menemukan dukungan
8. Kontrol
lingkungan
yang
dapa
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyer
(farmakologi, non farmakologi dan inte
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe


dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur

8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah


pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saa
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
4

Cemas
berhubungan
dengan krisis situasional
sekunder
adanya
hipertensi yang diderita
klien

Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction


keperawatan selama 3 x 24 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
jam, cemas
pasien 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
berkurang dengan kriteria hasil:
pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
1. Anxiety Control
dirasakan selama prosedur
2. Coping
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan
3. Vital Sign Status
dan mengurangi takut
5. Berikan
informasi
faktual
mengena
Menunjukan teknik untuk
diagnosis, tindakan prognosis
mengontrol cemas teknik 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
7. Lakukan back / neck rub
nafas dalam
Postur tubuh pasien rileks 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
dan ekspresi wajah tidak 9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang
tegang
menimbulkan kecemasan
Mengungkapkan
cemas
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
berkurang
perasaan, ketakutan, persepsi
TTV dbn
TD = 110-130/ 70-80 mmHg 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
RR = 14 24 x/ menit
13. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
N = 60 -100 x/ menit
5
50
S = 36 37 C

Kurang pengetahuan
NOC :
NIC :
berhubungan
dengan Kowlwdge
:
disease Teaching : disease Process
kurangnya
informasi
1. Berikan
penilaian
tentang
tingka
process
tentang proses penyakit Kowledge : health Behavior
pengetahuan pasien tentang proses penyaki
yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Kriteria Hasil :
bagaimana hal ini berhubungan dengan
Pasien
dan
keluarga
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
menyatakan pemahaman
tepat.
tentang penyakit, kondisi,
3.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prognosis dan program
muncul pada penyakit, dengan cara yang
pengobatan
tepat
Pasien
dan
keluarga
mampu
melaksanakan 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
yang tepat
prosedur yang dijelaskan
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
secara benar
cara yang tepat
Pasien
dan
keluarga
6.
Sediakan informasi pada pasien tentang
mampu
menjelaskan
kondisi, dengan cara yang tepat
kembali
apa
yang
7.
Hindari harapan yang kosong
dijelaskan
perawat/tim
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informas

kesehatan lainnya.

tentang kemajuan pasien dengan cara yang


tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan


11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi d
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pember
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
2. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
3. Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ,
editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd edition. Oxford: Oxford University Press
4. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
5. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
6. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
7. Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
8. Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
9. Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
10. Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan
spesifik pasien serta respons terhadap masalah actual dan resiko tinggi. Menurut Marllyn Doengoes
(2000),
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien
dengan hipertensi adalah :
1.
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi,
iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosis aktual
2.
Nyeri (akut), sakit kepala sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan
hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3.
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.d/d
laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
4.
Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5.
Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d
menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
7.
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
III. INTERVENSI
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien. (Aziz Alimul. 2009 : h 106)
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untik prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan keperawatan dibagi menjadi, mandiri
(dilakukan perawat) dan kolaboratif (dilakukan oleh pemberiperawatan lainnya).
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut Dongoes et al (2000)
adalah
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. :
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia
miokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda
dan gejala yang menetapkan diagnosis actual
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan :
1. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.
2. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.
3. Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung,
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran

TINDAKAN/INTERVENSI

RASIONAL

1. Pantau tekanan darah.

1. Perbandingan dari tekanan memberikan


gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah vaskuler.

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan


sentral dan perifer.

2. Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan


femoralis mungkin diamati atau tekanan
palpasi. Denyutan pada tungkai mungkin
menurun: efek dari vasokontraksi.
3. Bunyi jantung IV umum terdengar pada
hipertensi berat dan kerusakan fungsi adanya
krakels mengi dapat mengindikasi kongesti
paru sekunder terhadap atau gagal jantung
kronik.
4. Mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau
mencerminkan dekompensasi atau penurunan
curah jantung.
5. Mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal
atau vaskuler.
6. Membantu untuk menurunkan rangsangan
simpatis, menurunkan relaksasi.

3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi


nafas.

4. Amati warna kulit, kelembaban suhu,


dan masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum/tertentu.
6. Beri lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktifitas/keributan lingkungan
dan batasi jumlah pengunjung dan
lamannya tinggal.
7. Pertahankan pembatasan aktifitas
(jadwal istirahat tanpa gangguan,
istirahat di tempat tidur/kursi), bantu
pasien melakukan aktifitas perawatan
diri sesuai kebutuhan.
8. Lakukan tindakan yang nyaman
(pijatan
punggung
dan
leher,
meninggikan kepala tempat tidur).
9. Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan
panduan imajinasi.
10. Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah.
11. Kolaborasi dalam pemberian obat-obat
sesuai indikasi seperti:
12. Diuretik
tiazoid:
diuril, esidrix,
bendroflumentiazoid
13. Kolaborasi
dalam
memerikan
pembatasan cairan dan diet natrium
sesuai indikasi.
14. Siapkan untuk pembedahan bila ada
indikasi.

7. Menurunkan stress dan ketegangan yang


mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan
penyakit hipertensi.
8. Mengurangi ketidaknyamanan
menurunkan rangsang simpatis.

dan

dapat

9. Menurunkan rangsangan stress membuat efek


tenang, sehingga akan menurunkan tekanan
darah.
10. Respon terhadap terapi obat tergantung pada
individu dan efek sinergis obat.
11. Dapat memperkuat agen antihipertensi lain
dengan membatasi retensi cairan.
12. dapat menangani retensi cairan dengan respon
hipertensi yang dapat melibatkan beban kerja
jantung.
13. Bila hipertensi berhubungan dengan adanya
fcokromositoma maka pengangkatan tumor
dapat memperbaiki kondisi.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)


DIAGNOSA KEPERAWATAN 2 :
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri
berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan
setelah beberapa waktu
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dihaerapkan :

Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.


Kriteria Hasil :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol dengan menggunakan manajemen
nyeri
Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
INTERVENSI
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut.

RASIONAL
1. Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan
relaksasi.
2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk 2. Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan
menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres
yang memperlambat/ memblok respon
dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher,
simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
tenang, redupkan lampu kamar, tehnik
kepala dan komplikasi.
relaksasi.
3. Hilangnya/minimalkan aktifitas vasokonstriksi 3. Menyebabkan sakit kepala pada adanya
yang dapat menurunkan dan sakit kepala,
tekanan vaskuler serebral karena aktifitas
misalnya: batuk panjang, mengejan saat BAB,
yang meningkatkan vaskonotraksi.
dan lain-lain.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai 4. Pusing dan pengelihatan kabur sering
kebutuhan.
berhubungan
dengan
sakit
kepala,
Meminimalkan penggunaan oksigen dan
aktivitas yang berlebihan yang memperberat
kondisi klien.
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan 5. Menaikkan kenyamanan kompres hidung
mulut yang teratur bila terjadi perdarahan
dapat
mengganggu
menelan
atau
hidung atau kompres di hidung telah dilakukan
membutuhkan
nafas
dengan
mulut,
untuk menghentikan perdarahan.
menimbulkan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan mukosa.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian 6. Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan
obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
rangsangan saraf simpatis serta dapat
mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan
yang diperbuat oleh stress.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
DIAGNOSA KEPERAWATAN 3 :
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen d/d
laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dihaerapkan :
Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur,
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Intervensi
Rasional
1. Kaji respon pasien terhadap aktifitas frekuensi 1. Menyebutkan parameter membantu dalam
nadi, peningkatan tekanan darah yang nyata
mengkaji respon fisiologis stress terhadap

selama/sesudah aktifitas.

aktifitas dan bila ada merupakan indicator


dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktifitas.
2. Instruksikan tehnik penghematan energi 2. Dapat mengurangi penggunaan energi
(menggunakan kursi saat mandi, duduk,
dan membantu keseimbangan antara
menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan
suplai antara suplai dan kebutuhan O2.
aktifitas dengan perlahan).
3. Berikan
dorongan
untuk
melakukan 3. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah
aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat
penurunan kerja jantung tiba.
ditoleransi.
Berikan
bantuan
sesuai
kebutuhan.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
DIAGNOSA KEPERAWATAN 4 :
Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
merabolik, Pola hidup monoton d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dihaerapkan :
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh teratasi
2. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
3. Menunjukkan perubahan pola makan.
4. Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
5. Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat.
Kriteria Hasil :
BB ideal sesuai dengan tinggi dan berat badan
Intervensi
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan
langsung antara hipertensi dan kegemukan.

2.

3.

4.

5.
6.

Rasional
1. Kegemukan adalah resiko tambahan pada
hipertensi karena kondisi proporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitan dengan peningkatan massa
tubuh.
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan 2. Kesalahan kebiasaan makan menunjang
kalori dan batasi masukan lemak, garam, gula
terjadinya aterosklerosis, dan kegemukan
sesuai indikasi.
yang merupakan predisposisi untuk hipertensi
dan komplikasinya.kelebihan masukan garam
memperbanyak volume cairan intra vaskuler
dan dapat merusak ginjal yang lebih
memperburuk
hipertensi,
Penurunan
masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori
per hari secara teori dapat menurunkan BB
0,5 kg/hari.
Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan 3. Motivasi penurunan berat badan adalah
berat badan.
internal. Individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan bila tidak maka
program sama sekali tidak berhasil.
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan 4. Membantu dalam menentukan kebutuhan
diet.
individu untuk penyesuaian/penyuluhan dan
mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam
program diet terakhir.
Instruksikan dan bantu memilih makanan yang 5. Penting untuk mencegah perkembangan
tepat, hindari makanan dengan kejenuhan
aterogenesis.
lemak tinggi dan kolesterol.
Kolaboratif, rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
6. Memberikan konseling dan bantuan dengan

memenuhi kebutuhan diet individual.


Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
DIAGNOSA KEPERAWATAN 5 :
Koping individual, inefektif berhubungan dengan:
Krisis situasional / diaturasional / maturasional.
Perubahan hidup beragam.
Relaksasi tidak adekuat.
System pendukung tidak adekuat.
Persepsi tidak realistic.
Sedikit atau tidak pernah olahraga.
Nutrisi buruk.
Harapan yang tidak terpenuhi.
Kerja tidak berlebihan.
Metode koping tidak efektif.
d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dihaerapkan :
1. Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.
2. Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari /
mengubahnya.
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

1.

2.

3.
4.
5.

Intervensi
Kaji keefektifan strategi koping dengan
mengobservasi
perilaku,
misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan.
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan
keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi atau
menyelesaikan masalah.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor
spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasi atau menyelesaikan masalah.
Libatkan
pasien
dalam perencanaan
perawatan dan berikan dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas
atau tujuan hidup.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)


DIAGNOSA KEPERAWATAN 6 :

Rasional
1. Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah
pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi
kronik, dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2. Manifestasi mekanisme koping maladaptik
mungkin merupakan indicator marah yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama tekanan darah diastolic.
3. Pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang
terhadap stressor.
4. Memperbaiki keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam regimen
teraupetik.
5. Fokus perhatian pasien pada realitas situasi
yang ada relatif terhadap pandangan pasien
tentang apa yang diinginkan.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan


dengan:
Kurang pengetahuan / daya ingat
Misinterpretasi informasi
Keterbatasan kopnitif.
Menyangkal diagnosa.
d/d menyatakan masalah, menerima informasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, dihaerapkan :
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
2. Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
3. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya.
Intervensi
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar,
termasuk orang terdekat.
2. Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah
normal, jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal,
dan otak.
3. Hindari mengatakan tekanan darah normal
dan gunakan istilah terkontrol dengan baik
saat menggambarkan tekanan darah pasien
dalam batas yang diinginkan.
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi factorfaktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah
misalnya obesitas, diet, tinggi lemak jenuh,
kolesterol, pola hidup monoton, dan minum
alcohol, pola hidup stress.
5. Rekomendasikan untuk menghindari mandi air
panas, ruang penguapan, penggunaan alcohol
yang berlebihan.
6. Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan
pemberi perawatan sebelum menggunakan
obat.
7. Instruksikan pasien tentang peningkatan
masukan makanan atau cairan tinggi kalium.

Rasional
1. Mengidentifikasi kemampuan klien dalam
menerima pembelajaran.
2. Meningkatkan pengetahuan klien tentang
tekanan darah normal dan efek hipertensi.
3. Tekanan darah normal pada setiap orang
berbeda tergantung pada banyak faktor.
4. Mencegah meningkatnya tekanan darah
dengan memperhatikan faktor faktor resiko.

5. Dapat menyebabkan tekanan darah berubah


ubah.
6. Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.
7. Mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)


DIAGNOSA KEPERAWATAN 7 :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dihaerapkan :
Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam
batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam
batas normal.
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
2. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri
jika tersedia.
3. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
4. Amati adanya hipotensi mendadak.
5. Ukur masukan dan pengeluaran.
6. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
7. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

IV. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h 11)
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan
mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika
klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama
tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.
Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Tindakan mandiri
2. Tindakan observasi
3. Tindakan health education
4. Tindakan kolaborasi
Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :
Diagnosa keperawatan 1 :
1. Memantau TD Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang
tepat dan teknik yang akurat.
2. Mencatat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
4. Mengamati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler
5. Mencatat edema umum/tertentu
6. Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan, Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat ditempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat
tanpa gangguan; bantu pasian melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
8. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
9. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa keperawatan 2 :
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
3. Batasi aktivitas.
4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
5. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.

6. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 3 :
1. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas
2. Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas
3. Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy
Diagnosa keperawatan 4 :
1. Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan
gula sesuai indikasi
2. Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
3. Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet membantu memilih makanan yang tepat,
hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan
kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
4. Timbang berat badan tiap ha
Diagnosa keperawatan 5
1. Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
2. Mencatat laporan gangguan tidur
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
4. Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh
Diagnosa keperawatan 6
1. Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
2. Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler
4. Membahas pentingnya menghentikan merokok
Diagnosa keperawatan 7 :
1. Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut
2. Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
3. Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
V. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan diri
rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai,
sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria
keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan
keperawatan kesehatan klien dapat diketahui
Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan :
1. Menentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi ,
2. Menentukan bagaimana rumasan tujuan perawatan yang akan dicapai,
3. Manantukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan sumbersumber proses atau hasil, tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan,

4. Menentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang
diperlukan,
5. Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk
evaluasi,
6. Identivikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang
memuaskan,
7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin tujuan
tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang tidak
diatasi.
Macam-macam evaluasi yaitu :
a. Evalusi kuantitatif
Evaluasi ini dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah
dikerjakan. Contoh : jumlah pasien hipertensi yang telah dibina selama dalam perawatan
perawat.
b. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga
diimensi yang saling terkait yaitu :
1. Struktur atau sumber
Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan. Dalam upaya keperawatan hal ini menyangkut antara lain:
Kualifikasi perawat
Minat atau dorongan
Waktu atau tenaga yang dipakai
Macam dan banyak peralatan yang dipakai
Dana yang tersedia
2. Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan. Misalnya : mutu penyuluhan yang diperlukan kepada klien dengan gejala-gejala
yang ditimbulkan.
3. Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan.
Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya
yaitu :
1. Masalah klien dapat dipecahkan .
2. Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.
3. Masalah klien tidak dapat dipecahkan.
4. Dapat muncul masalah baru.
Evaluasi untuk klien dengan hipertensi dapat disesuaikan dengan masalah yang telah
ditanggulangi dengan mengacu pada tujuan yang telah ditentukan.
1. Apakah tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima oleh klien?.
2. Apakah klien dapat beraktifitas secara mandiri ?.
3. Apakah kebutuhan nutrisi klien terpenuhi ?.
4. Apakah klien dapat menggunakan koping yang efektif ?.
5. Apakah pemahaman klien tentang penyakit meningkat ?.
Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :
1. Keadaan fisik
Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun, berat badan naik , perubahan
tanda klinik.
2. Psikologik-sikap
Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap patugas kesehatan.
3. Pengetahuan-perilaku

Misalnya keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikankeluarga dapat menjelaskan


manfaat dari tindakan keperawatan.
Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :
Diagnosa 1
1. Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung
2. Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima
3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Diagnosa 2
1. Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol
2. Mengungkan metode yang memberikan pengurangan
3. Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan
Diagnosa 3
1. Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
2. Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
3. Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi
Diagnosa 4
1. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
2. Menunjukkan perubahan pola makan
3. Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual
Diagnosa 5
1. Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya
2. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif
Diagnosa 6
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
2. Mempertahankan Td dalam perimeter normal

DAFTAR PUSTAKA
1. Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
2. Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta
3. Capernito, Linda Juall. 1993. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, ed 6. Jakarta:
EGC.
4. Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
5. Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999
6. Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
7. Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995
8. Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan,
1996
9. Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
10. Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus
Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
11. Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan,
1995

12. Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi ,
Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
13. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 2. Jakarta: Aesculapius
14. http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/03/kumpulan-asuhan-keperawatanaskep.html

Vous aimerez peut-être aussi