Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. MEDIA REFRAKSI
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca) dan panjangnya bola
mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata
sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan
tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan
akomodasi atau istirahat melihat jauh. (Ilyas S, 2004).
B. FISIOLOGI REFRAKSI
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali
ke sebuah titik peka cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai
sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah
dari satu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.
(Vaughan, 2004).
Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media (semakin besar
perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di
medium kedua (semakin besar sudut, semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam
kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang
dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam refraktif total
karena perbedaan densitas pertemuan udara atau kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan
densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea seseorang
tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan
refraksi lensa dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat
atau jauh. (Wijana N, 1993).
Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus di retina
agar penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau
belum terfokus sebelum mencapai retina,bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya
yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari
sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap
sejajar saat mencapai mata. (Wijana N, 1993).
Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih
besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas
dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu,
jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat
terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk
sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi. (Wijana N, 1993).
C. KELAINAN REFRAKSI
1. ASTIGMATISMA
a. Definisi Astigmatisma
Astigmatisma atau sering disebut juga mata cylindris yaitu suatu kondisi
dengan kurvatura yang berlainan sepanjang meridian yang berbeda-beda pada satu
atau lebih permukaan refraktif mata (kornea, permukaan anterior atau posterior dari
lensa mata), akibatnya pantulan cahaya dari suatu sumber atau titik cahaya tidak
terfokus pada satu titik di retina (Ilyas S, 2004).
kelainan
pada
lensa dimana
terjadi
kekeruhan
pada
lensa.
c. Klasifikasi Astigmatisma
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina maka astigmatisma dibedakan
atas beberapa jenis diantaranya :
1) Astigmatisma Regular
b) Astigmatisma oblique
Suatu bentuk astigmatisma regular dimana garis meridian utamanya
tidak tegak lurus tapi miring dengan axis 450 dan 1350. (Wijana N, 1993).
2) Astigmatisma irregular
Astigmatisma irregular merupakan astigmatisma yang terjadi tidak
mempunyai dua meridian saling tegak lurus. Astigmatisma ini dapat terjadi akibat
kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan
menjadi irregular. Dan astigmatisma irregular terjadi akibat infeksi kornea, trauma
dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.
(Ilyas, 2004).
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme
terdiri dari:
a) Astigmatisma Miopia Simpleks
Astigmatisma jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik
B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias
terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). (Sidarta
I, 2003).
e. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pasien
akan datang dengan gejala klinis seperti yang tersebut di atas. Pada pemeriksaan fisik,
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakkan kartu snellen. Periksa
kelainan refraksi myopia atau hipermetropia yang ada, tentukan tajam penglihatan.
(Morlet N, 2001).
Dengan menggunakan juring atau kipas astigmat, garis berwarna hitam yang
disusun radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih merupakan
pemeriksaan subyektif untuk menilai ada dan besarnya derajat astigmat. (Ilyas S,
2004).
sinar
sejajar
tepat
di
retina,
sehingga
penglihatan
akan