Vous êtes sur la page 1sur 7

ASPEK REHABILITASI MEDIK PADA PASCA STROKE

PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di dunia setelah penyakit jantung dan
kanker. Menurut American Heart Association diperkirakan setiap tahunnya terdapat 780.000
penderita baru dan lama, 60.000 penderita serangan pertama, dan 180.000 penderita serangan
ulangan. Stroke merupakan kecacatan terberat dari penyakit manapun. Menurut National
Stroke Association sekitar 10% stroke hidup pulih sempurna tanpa mengalami kecacatan,
25% sembuh dengan sedikit kecacatan, 40% mengalami kecacatan tingkat sedang sampai
berat hingga memerlukan perawatan vegetatif di rumah dengan perawatan jangka panjang,
15% meninggal segera setelah stroke dan kira-kira 14% mengalami serangan kedua pada
tahun pertama.
Kecacatan yang dapat ditimbulkan stroke meliputi gangguan mobilisasi, perawatan
diri, komunikasi, kemampuan kognisi, dan sosialisasi. Menurut World Health Organization
(WHO), kecacatan dibagi menurut tingkatan yaitu impairment, disabilitas, dan handicap.
Impairment adalah kecacatan pada tingkat organ misal hemiplegia, hemianestesia; disabilitas
adalah kecacatan pada tingkat fungsi manusia misalnya tidak dapat berjalan, sulit
berkomunikasi; sedangkan handicap adalah kecacatan pada tingkat lingkungan misal menarik
diri dari lingkungan.
Tujuan rehabilitasi penderita stroke adalah meningkatkan status fungsional dengan
jalan meminimalkan tingkat ketergantungan dengan orang lain dan memaksimalkan pola
hidup, dan harga diri. Hal tersebut berarti bahwa usaha rehabilitasi harus dipandang dari
sudut fisik,perilaku, kognitif, sosial, vokasional, adaptif, dan reedukasi. Stroke yang
berdampak multidimensional tersebut harus ditangani secara multidisipliner keilmuan dalam
bentuk tim rehabilitasi.
FALSAFAH REHABILITASI MEDIK
Pada awalnya Rehabilitasi medik didefinisikan oleh AAPMR (Academy of Physical
Medicine and Rehabilitation) sebagai berikut:
PHYSICAL MEDICINE and REHABILITATION IS A BRANCH OF MEDICINE
CONCERNING WITH THE COMPREHENSIVE MANAGEMENT OF DISABILITIES
ARISING FROM DISEASE OR INJURY OF THE NEURO-MUSCULO-SKELETAL AND
CARDIORESPIRATORY

SYSTEM

AND

DISRUPTION CONCOMITANT WITH THEM

THE

PSYCHO-SOCIO-VOCATIONAL

Kemudian pada beberapa tahun terakhir ini definisi tersebut menurut ABPMR
(American Board of Physical Medicine and Rehabilitation) dirubah redaksinya menjadi:
PHYSICAL MEDICINE and REHABILITATION (PM&R), ALSO REFFERED TO AS
PHYSIATRY, IS A MEDICAL SPECIALITY CONCERNED WITH DIAGNOSIS,
EVALUATION AND MANAGEMENT OF PERSONS OF ALL AGES WITH PHYSICAL
AND/ OR COGNITIVE IMPAIRMENT AND DISABILITY. THIS SPECIALITY
INVOLVES DIAGNOSIS AND TREATMENT OF PATIENT WITH PAINFUL OR
FUNCTIONALLY

LIMITING

CONDITION,

THE

MANAGEMENT

OF

COMORBIDITIES AND CO-IMPAIRMENT, DIAGNOSTIC AND THERAPEUTIC


INJECTION PROSEDURES, ELECTRODIAGNOSTIC MEDICINES AND EMPHASIS
ON PREVENTION OF COMPLICATION OF DISABILITY FROM SECONDARY
CONDITIONS.
Berdasarkan definisi tersebut jelas untuk menangani seorang pasien harus berfikir secara
Logiko-Hipotetico-Verivikatif untuk melakukan pemeriksaan dengan menganalisis semua
data yang ada mulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis penyakit dan diagnosis kecacatan(impaiment, Disability, handicap)
dan selanjutnya menentukan program dan manajemen yang komprehensif dengan tepat dan
profesional dan terbukti benar secara medis (eviden based).
TIM REHABILITASI MEDIK
Tim rehabilitasi medik terdiri dari:
1.

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

2.

Perawat Rehabilitasi

3.

Psikolog

4.

Fisioterapis

5.

Terapis Okupasi

6.

Terapis wicara

7.

Ortotik prostetik

8.

Pekerja sosial medik

DEFINISI STROKE

Stroke adalah defisit neurologis akut akibat oklusi atau ruptur pembuluh darah otak yang
menimbulkan gejala fokal maupun global lebih dari 24 jam.
FAKTOR RESIKO STROKE
Faktor resiko stroke dibagi menjadi yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat
dimodifikasi . Yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur, ras, genetik. Sedangkan yang dapat
dimodifikasi adalah hipertensi, diabetes, merokok, hiperlipidemia, dan penyakit jantung.
TIPE STROKE
Berdasar patofisiologi, stroke diklasifikasikan menjadi iskemik dan perdarahan. Stroke
iskemik disebabkan trombosis serebral, emboli serebral, dan stroke lakuner. Angka kejadian
trombosis serebral sekitar 30%, emboli serebral 30%, dan stroke lakuner 20% dari angka
kejadian stroke. Stroke perdarahan meliputi perdarahan intrasetrebral dan subarachnoid.
Angka kejadian intraserebral sekitar 11%, sedangkan subarachnoid 7%.
MASALAH REHABILITASI MEDIK PASCA STROKE
Jenis dan derajat berat ringan masalah rehabiliasi medik pasca stroke tergantung pada lokasi
dan luas area otak yang terkena. Umumnya masalah yang terjadi berupa:
1. Paralisis
Penderita stroke dengan hemiplegia atau hemiparesis akan mengalami gangguan aktivitas
hidup sehari-hari seperti berjalan, menggenggam objek, gangguan menelan, ataksia,
gangguan kandung kencing.
2. Gangguan sensorik
Penderita mungkin mengalami gangguan rasa, nyeri, suhu, atau posisi. Gangguan sensorik
juga dapat menyebabkan gangguan mengenali suatu objek atau bahkan tubuhnya sendiri
3. Gangguan bahasa
Gangguan berbahasa ini dalam bentuk afasia baik afasia ekspresif yaitu tidak dapat
mengekspresikan kata-kata atau tulisan dan afasia reseptif yaitu tidak dapat mengerti
bahasa tulis maupun verbal dan sering bicara inkoheren. Afasia paling berat yaitu afasia
global. Gangguan lain adalah gangguan bicara yaitu disartria yang ditandai dengan bicara
pelo.

4. Gangguan proses berfikir dan memori

Penderita dapat kehilangan kemampuan untuk menbuat rencana, memahami suatu arti,
belajar masalah baru.
5. Gangguan emosi.
Penderita stroke merasa takut, cemas, frustasi, sedih, dan merasa sedih akibat kehilangan
kemampuan fisik dan mental.
KOMPLIKASI PASCA STROKE
komplikasi yang dapat terjadi adalah:
- Fase awal: ulkus decubitus, retensi kandung kencing, atau inkontinensia, konstipasi,
infeksi traktus urinarius, gangguan fungsi seksual, depresi, deep venous thrombosis, dan
pneumonia.
- Fase lanjut: spastisitas, kontraktur, shoulder hand syndrome, central pain, kejang.
ASSESSEMENT dan EVALUASI
Mengingat tingkat masalah dan disabilitas penderita stroke sangat bervariasi pada masingmasing individu, maka tatalaksana rehabilitasi harus realistik, layak dan sesuai kemampuan
dan kebutuhan penderita. Pemeriksaan meliputi
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan neurologi
3. Pemeriksaan status medis umum
4. Pemeriksaan status fungsional
5. Pemeriksaan status emosional dan psikologis
PENATALAKSANAAN REHABILITASI
Tujuan program rehabilitasi adalah:
1. Mencegah komplikasi imobilisasi lama seperti kontraktur, ulkus dekubitus, pneumonia
2. Mengajari kembali kemampuan melakukan aktifitas hidup sehari-hari seperti makan,
berpakaian, merawat diri, cebok, dan mandi.
3. Melatih kembali ambulasi
4. Membantu penderita kembali berintegrasi dengan lingkungannya.

Rehabilitasi dibagi menjadi dua fase yaitu fase awal dan fase lanjut.
1. Fase awal.
Selama fase awal, rehabilitasi ditujukan untuk mencegah komplikasi tirah baring lama.
Penempatan posisi yang benar penting untuk mencegah kontraktur dan ulkus decubitus.
Prinsip penempatan posisi penderita stroke sebagai berikut:
a) Posisi berbaring terlentang

b) Posisi berbaring miring ke sisi yang sehat

c) Posisi berbaring miring ke sisi yang sakit

d) Posisi duduk di kursi atau kursi roda.

Latihan lingkup gerak sendi juga perlu dilakukan untuk mencegah kontraktur dan
kekakuan sendi. Penting juga untuk pencegahan infeksi kandung kencing. Jika penderita
mengalami inkontinensia dan jika sfingter kandung kencing flaksid, kateter kondom
digunakan pada pria dan kateter indwelling pada wanita. Kateter kondom diganti tiap hari
sedangkan kateter indwelling diganti dua minggu sekali.
2. Fase lanjut
Pada fase ini penderita dilatih lebih aktif. Mula-mula penderita dilatih diatas matras yang
meliputi latihan turning, rolling, sitting, dan kneeling. Reedukasi motorik harus
berdasarkan:

Sisi sakit harus diaktifkan dengan cara postur yang benar melaui gerakan pasif dan
aktif

Penderita harus diposisikan pada postur pola antispastik

Latihan aktif dan pasif pada otot yang lumpuh harus dimulai sejak awal dan berlanjut
hingga fase lanjut

Perbaiki righting reaction, equilibrium reaction. Teknik neuromuscular facilitation


digunakan untuk menstimulasi gerakan
Latihan ambulasi dilakukan setelah keseimbangan duduk tercapai. Latihan dapat
dimulai di paralel bar. Beberapa alat bantu jalan yang dapat diberikan untuk penderita
stroke berupa quad cane atau tripod cane

Latihan aktivitas kegiatan sehari-hari seperti berpakaian, menyisir rambut, mandi,


cebok, memakai sepetu, menulis

Baru-baru ini dikembangkan constrain induced movement therapy dan mirror therapy

Terapi gangguan bahasa tergantung kemampuan kognitif dan linguistik penderita.

Terapi pada gangguan menelan berupa perbaikan postur dan posisi saat menelan,
belajar menelan dan perubahan tekstur makanan. Rangsangan otot-otot menelan dapat
dilakukan dengan stimulasi listrik (vital stim)

PENUTUP
Tujuan rehabilitasi penderita stroke adalah meningkatkan status fungsional dengan jalan
meminimalkan tingkat ketergantungan dengan orang lain dan memaksimalkan pola hidup,
dan harga diri. Hal tersebut berarti bahwa usaha rehabilitasi harus dipandang dari sudut
fisik,perilaku, kognitif, sosial, vokasional, adaptif, dan reedukasi. Stroke yang berdampak
multidimensional tersebut harus ditangani secara multidisipliner keilmuan dalam bentuk tim
rehabilitasi. Keberhasilan program rehabilitasi pada stroke tergantung motivasi diri yang kuat
dari pasien dan keluarga, fungsi sensorik yang masih baik, tingkat kesadaran yang baik, body
image yang baik, dan komorehensi serta kemampuan berkomunikasi.
REFERENSI
1. Laswati H, Andriati, Pawana A, Arfianti L. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Edisi 3. Surabaya: Sagung Seto; 2015

Vous aimerez peut-être aussi