Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ANASTESI UMUM
Disusun oleh :
NOVIA RIZKY Z.A 1102010211
Pembimbing :
dr. UUS RUSTANDI Sp.An
dr. RUBY SATRIA NUGRAHA Sp.An, M.Kes
DEFINISI
ANESTESI
UMUM
TRIAS ANESTESI
HIPNOTIK
ANALGESI
RELAKSAN
Pentothal
Parenteral
Metode
pemberian
anestesi
umum
Perektal
Ketalar
(Ketamine)
Induksi
halotan
Perinhalasi
Induksi sevofluran
Induksi dengan enfluran (ethran),
isofluran ( foran, aeran
Faktor yang
mempengaruhi
anestesi
Faktor respirasi
(untuk obat
inhalasi)
Faktor sirkulasi
Makin tinggi
perbedaan tekanan
parsiel makin cepat
terjadinya difusi
pengangkutan gas
anestesi dari paru
ke jaringan dan
sebaliknya
Faktor jaringan.
Faktor obat
anestesI
stadium analgesi
atau stadium
disorientasi.
Dimulai sejak
diberikan anestesi
sampai hilangnya
kesadaran
Stadium I
Stadium II
stadium delirium
atau stadium
exitasi. Dimulai
dari hilangnya
kesadaran sampai
nafas teratur
Disebut juga
stadium operasi.
Dimulai dari
nafas teratur
sampai paralise
otot nafas.
Stadium III
Stadium IV
Dari
paralisis
diafragma
sampai
apneu dan
kematian
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk diketahui apakah
akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan
laringoskopi intubasi.Pemeriksaan rutin secara sistemik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua system organ tubuh pasien.
Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang
dicurigai. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan
dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien diatas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan
foto thoraks.
Masukan oral
Refleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang
terdapat dalam jalan napas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesia. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesia
harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selamaperiode tertentu sebelum induksi anestesia.
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak
berlemak diperbolehkan 5 jam sebeluminduksi anestesia. Minuman bening, air putih teh manis sampai 3
jam dan untuk keperluan minumobat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi
anestesia.
PREMEDIKASI
Analgesik narkotik
Analgesik non
narkotik
Hipnotik
Sedatif
Diazepam/valium/stesolid
( amp 2cc = 10mg), dosis
0,1 mg/kgBB
Ponstan
Tramol
Toradon
Ketamin ( fl 10cc =
100 mg), dosis 1-2
mg/kgBB
Pentotal (amp 1cc =
1000 mg), dosis 4-6
mg/kgBB
Midazolam/dormicum
(amp 5cc/3cc = 15
mg),dosis 0,1mg/kgBB
Propofol/recofol/diprivan
(amp 20cc = 200 mg),
dosis 2,5 mg/kgBB
Dehydrobenzperidon/DBP
(amp 2cc = 5 mg), dosis
0,1 mg/kgBB
S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau daun
(blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T : Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan
balon (cuffed).
II. persiapan
induksi anestesi
A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak
menyumbat jalan napas.
T : Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokan
untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S : Suction
C. Sungkup muka
Mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi atau system anestesi ke jalan napas
pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan untuk bernapas
spontan atau dengan tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat mulut
atau hidung.
Komplikasi intubasi
Selama intubasi
Trauma gigi geligi
Laserasi bibir, gusi,
laring
Merangsang saraf
simpatis
Intubasi bronkus
Intubasi esophagus
Aspirasi
Spasme bronkus
Setelah ekstubasi
Spasme laring
Aspirasi
Gangguan fonasi
Edema glottis-subglotis
Infeksi laring, faring,
trakea
Kesulitan intubasi
Leher pendek berotot
Mandibula menonjol
Maksila/gigi depan
menonjol
Uvula tak terlihat
Gerak sendi temporomandibular terbatas
Gerak vertebra servikal
terbatas
Ekstubasi
Ekstubasi ditunda sampai
pasien benar-benar sadar,
jika:
Intubasi kembali akan
menimbulkan kesulitan
Pasca ekstubasi ada
risiko aspirasi
Ekstubasi dikerjakan pada
umumnya pada anestesi
sudah ringan dengan
catatan tak akan terjadi
spasme laring.
Sebelum ekstubasi
bersihkan rongga mulut
laring faring dari sekret
dan cairan lainnya.
Respirasi spontan
yaitu penderita
bernafas sendiri
secara spontan.
berdasar respirasinya,
anestesi umum dibedakan
dalam 3 macam
Respirasi
kendali/respirasi
terkontrol /balance
anestesi:
pernafasanpenderi
ta sepenuhnya
tergantung
bantuan
kita.
Assisted
Respirasi:
penderita
bernafas spontan
tetapi masih kita
berikan sedikit
bantuan.
Berdasarkan sistem aliran udara pernapasan dalam rangkaian alat anestesi, anestesi
dibedakan menjadi 4 sistem, yaitu :
System
Rebreath
Reservoir
Sodalim
Tingkat
Tingkat
ing
bag
polusi kamar
keborosan
operasi
obat
Open
++++
+++
Semi open
+++
++
Semi
++
closed
Closed
Pemulihan anestesi
Nilai
Kesadaran:
Sadar penuh
terus
Respirasi:
Apnoe
Perbedaan +- 20
Perbedaan +- 50
perintah:
4 ekstremitas
2 ekstremitas
Tidak dapat
Warna kulit
Normal
Cyanotic
diobservasi
Aldrettes
dipindahkan
score
ke
dengan
nya,
ruang
cara
nilai
8-10
bisa
perawatan,
5-8
menilai
dari 5
TERIMAKASIH