Vous êtes sur la page 1sur 2

Komentar terhadap Buku

Audit Kinerja pada Sektor Publik


Penulis: I Gusti Agung Rai
1. Buku sejenis ini sangat ditunggu-tunggu. Buku tentang sektor publik
sudah mulai bermunculan. Namun buku tentang audit sektor publik,
apalagi audit kinerja pada sektor publik, boleh dikatakan belum ada untuk
kasus Indonesia.
2. Buku ini bagus, menarik, dan baru. Selain itu, buku ini juga ditulis oleh
orang yang berkecimpung dan sangat berpengalaman di bidangnya.
Kekayaan perspektif praktis sangat terlihat dengan jelas.
3. Pengertian sektor publik di Bab I terlalu fokus pada pemerintahan. Dalam
glossary juga pengertian sektor publik hanya yang terkait dengan
organisasi yang didanai melalui pajak atau penerimaan negara lainnya.
Pengertian sektor publik bisa dilihat dari berbagai perspektif, misalnya:
penyelenggaran (pemerintah atau swasta), sumber dana (pajak atau dari
masyarakat), bentuk (pemerintahan, BUMN, BUMD, rumah sakit,
perguruan tinggi, dan berbagai bentuk yayasan lain).
4. Sampling (dalam kasus ini diidentifikasi sebagai uji petik) adalah bagian
penting dari suatu pengauditan. Pembahasan tentang sampling sebaiknya
ada dan dibuat pada bab tersendiri.
5. Satu hal perbedaan pokok antara audit keuangan dengan audit kinerja
terletak pada laporan audit. Bentuk laporan audit kinerja tidak standar
dan formal. Ketidakstandaran dan ketidakformalan tersebut menuntut
pembahasan mendalam dalam berbagai kemungkinan bentuk dan isi
laporan audit. Karena alasan tersebut, dan juga sesuai dengan bagianbagian pokok dalam standar audit kinerja, sebaiknya ada bab tersendiri
yang membahas laporan audit. Hal-hal yang dibahas meliputi bentuk, isi,
dan unsur-unsur laporan. Perlu juga diuraikan bahwa laporan audit tidak
berisi opini, melainkan kesimpulan dan rekomendasi.
6. Ada baiknya ada satu bab tersendiri yang fokus membahas: bukti audit,
prosedur audit untuk memperoleh bukti, dan kertas kerja (tidak ada
uraian tentang jenis, bentuk, dan isi kertas kerja). Ketiga hal ini dibahas
tersebar seolah tidak berkaitan.

1 | Page

7. Survei banyak disinggung. Sebaiknya dibuat contoh kongkrit sebuah


survei dalam audit sektor kinerja sektor publik.
8. Studi kasus masih terlalu normatif, seperti pembahasan pada bab-bab.
Studi kasus perlu menggambarkan apa yang nyata dilakukan pada audit
sebuah instansi atau proyek. Misalnya dalam studi kasus tersebut:
Apa ukuran kinerja di KPA.
Sejauh mana ukuran kinerja tersebut tercapai.
Setiap prosedur audit dilakukan dengan teknik apa (Tabel 7.1. hal
359)? Sebaiknya tidak kosongan.
Penentuan kualifikasi dan skor area kunci, yaitu 1,2, dan 3 pada empat
aspek (risiko manajemen, signifikansi, dampak audit, dan auditabilitas)
berdasarkan pedoman apa. Karena ini inti dalam kasus, maka perlu
penjelasan hal ini dalam bab sebelumnya. Apakah ada pedoman lain
yang lebih objektif?
Kedua rekomendasi (dalam hal ini dibuat bulet 3 dan 4, mana bulet 1
dan 2?) pada halaman 376 berasal dari temuan apa di kertas kerja
yang mana?
9. Berbagai alinea hanya terdiri atas satu kalimat, misalnya pada halaman 3.
Sebuah alinea yang utuh berisi minimal dua kalimat.

2 | Page

Vous aimerez peut-être aussi