Vous êtes sur la page 1sur 41

BAB I

RANCANGAN DRAINASI WILAYAH / SUB DAERAH

1.1. Perkiraan Debit Banjir


Untuk menentukan besarnya debit sungai berdasarkan hujan perlu meninjau
kembali hubungan antara hujan dan aliran sungai. Besarnya aliran sungai sangat
ditentukan oleh besarnya hujan, intensitas hujan, luas daerah pengaliran sungai, lama
waktu hujan dan karakteristik daerah pengaliran itu.
Beberapa cara untuk perkiraan debit banjir yang berdasarkan curah hujan dapat
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) cara sebagai berikut.
1.

menggunakan rumus empiris

2.

cara statistik

3.

menggunakan unit hidrograf.

Cara rumus empiris biasanya digunakan sebagai cara terakhir apabila tidak
terdapat data yang cukup yang digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan
cara yang lain. Cara yang kedua digunakan sebelum cara hidrograf satuan dipakai.
Cara ini sangat teoritis dan mempunyai suatu keuntungan yang besar sebagai cara
peramalan yang berdasarkan data-data yang lalu. Cara hidrograf satuan telah diakui
oleh dunia sebagai cara yang paling dipercaya dalam teknik peramalan debit banjir.
Cara ini dapat diterapkan pada daerah-daerah pengaliran yang kurang dari 25 km2
sampai daerah pengaliran sebesar 5.000 km2. Untuk daerah pengaliran yang lebih besar
dari 5.000 km2, cara ini dapat juga digunakan jika telah dibuatkan hidrograf satuan
yang bersangkutan dengan corak curah hujan dalam daerah pengaliran itu. Cara ini juga
telah pernah dicoba diterapkan pada anak sungai utama dalam daerah pengaliran yang
lebih luas dari 20.000 km2.
Jika tidak terdapat data hidrologi yang cukup, maka perkiraan debit banjir
dihitung dengan rumus-rumus empiris yang telah banyak dikemukakan. Hampir semua
rumus jenis ini adalah jenis yang menyatakan korelasi dengan satu atau dua variabel
yang sangat berhubungan dengan debit banjir. Karakteristik yang tidak diketahui dari
debit banjir yang diperkirakan dengan rumus jenis ini adalah frekuensi rata-rata.
Mengingat ada kira-kira 15-20 variabel yang mempengaruhi debit banjir pada suatu
I-1

frekuensi tertentu, maka perkiraan debit banjir yang hanya mengkorelasikannya dengan
satu atau dua variabel sudah tentu tidak mungkin diperoleh hasil yang keandalannya
100 %. Tetapi rumus-rumus ini dapat memberikan nilai perkiraan yang bermanfaat
untuk tugas perencanaan dan manajemen banjir.

1.2. Rumus Empiris


Rumus empiris digunakan apabila terdapat data hidrologi yang cukup,
mengingat banyak variabel yang mempengaruhi debit. Rumus empiris pada umumnya
merupakan korelasi beberapa variabel, maka dengan sendirinya tidak mungkin
diperoleh hasil yang memberikan keandalan 100 %, akan tetapi cara ini dapat digunakan
untuk menghitung nilai-nilai acuan perencanaan dan pengelolaan.
1.2.1. Metode Rasional
Rumus rasional merupakan rumus yang tertua dan yang terkenal di antara
rumus-rumus empiris. Rumus ini banyak digunakan untuk sungai pada umumnya,
dengan daerah pengaliran yang terbatas, dan juga untuk perencanaan drainase daerah
pengaliran yang relatif sempit, kira-kira 40-80 ha. Rumus rasional ini berorientasi pada
hitungan debit puncak. Bentuk umum rumus rasional adalah :
Q

0,278 . C . I . A

debit maksimum (m3/det)

angka pengaliran

luas daerah pengaliran (km2)

intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)

Dimana :

Contoh 1.1. Hitungan debit maksimum dengan metode rasional.


Suatu daerah pengaliran sungai mempunyai luas 200 ha yang terdiri dari 40 % hutan
dan 60% pertanian. Panjang sungai utama yang telah diukur adalah 2,0 km dengan
kemiringan rata-rata 1,0 %. Apabila diketahui curah hujan mempunyai intensitas 36
mm/jam dengan periode ulang 10 tahun, berapakah debit maksimum yang terjadi pada
periode ulang 10 tahunan ?
I-2

Penyelesaian :
Luas daerah pengaliran sungai, A = 200 ha = 2,0 km2
Koefisien pengaliran, C
40% hutan

0,40 . 0,50

0,20

60% pertanian

0,60 . 0,80

0,48

0,68

C
Intensitas hujan, I = 36 mm/jam
Rumus Rasional :
Q

0,278 . C I A

0,278 . 0,68 . 36 . 2

13,6 m3/detik

Daerah pengaliran yang besar dengan pola drainase yang kompleks


menyebabkan aliran air dari titik terjauh akan terhambat untuk menambah besarnya
banjir. Untuk daerah pengaliran yang kecil dengan pola drainasi yang sederhana, lama
waktu konsentrasi bisa sama dengan lama waktu pengaliran dari titik terjauh. Oleh
karena itu rumus rasional hanya dapat digunakan pada daerah pengaliran yang kecil.
Tipe beberapa bentuk hidrogtaf hasil hitungan dengan rumus rasional adalah
sebagai berikut :

(debit)

(debit)

t (waktu)

(i) durasi hujan = waktu konsentrasi

t (waktu)

(ii) durasi hujan > waktu konsentrasi

I-3

a. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu. Analisa intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan
yang telah terjadi pada masa lampau, baik berupa data curah hujan harian maupun data
curah hujan secara otomatis. Intensitas curah hujan dinyatakan dengan satuan mm/jam.
Beberapa rumus yang dapat dipergunakan untuk menghitung intensitas hujan yaitu :
1.

Rumus Talbot

2.

Rumus Sherman

3.

Rumus Ishiguro

4.

Rumus Dr. Mononobe

1. Rumus Talbot (Suyono Sosrodarsono, 1976)


Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Talbot pada tahun 1881. Rumus ini banyak
digunakan karena mudah diterapkan dimana nila tetapan a dan b ditentukan dengan
harga-harga yang diukur. Bentuk umum rumus Talbot adalah :

I =

a
t+b

dimana :
a

[ I. . t ] [I 2 ] - [I 2 . t ] [ I ]
N [ I2 ] - [ I ] [ I ]

[ I ] [ I. . t ] - N [ I . t ]
N [ I2 ] [ I ][ I ]

intensitas hujan (mm/jam)

lamanya curah hujan (menit)

banyaknya data

[]

jumlah tiap suku

a,b

konstanta

Contoh 1.2. Hitungan rumus Talbot


Dari data pengamatan curah hujan otomatis diperoleh suatu rangkaian data curah hujan
untuk setiap lamanya hujan t (menit) dengan periode ulang tertentu. Berikut data curah
hujan dengan periode ulang 10 tahun.
I-4

lamanya curah hujan t

Intensitas curah hujan I

(menit)

(mm/jam)

169,4

10

135,6

15

112,8

20

113,4

45

59,9

60

49,8

120

28,3

180

19,8

300

10,5

720

5,7

Penyelesaian :
Dari data tersebut dihitung dahulu harga-harga tiap suku yang terdapat dalam rumus
Talbot yaitu N, [ I ] , [ I.t ] , [ I2 ], dan [ I2.t ]

I2.t

169,4

847,0

28.696,4

143.481,8

10

135,6

1.356,0

18.387,4

183.873,6

15

112,8

1.692,0

12.723,8

190.857,6

20

113,4

2.268,0

12.859,6

257.191,2

45

59,9

2.695,5

3.588,0

161.460,5

60

49,8

2.988,0

2.480,0

148.802,4

120

28,3

3.396,0

800,9

96.106,8

180

19,8

3.564,0

392,0

70.567,2

360

10,5

3.780,0

110,3

39.690,0

10

720

5,7

4.104,0

32,5

23.392,8

705,2

26.690,5

80.070,8

1.315.423,9

Jumlah

Rumus Talbot :
a

I.t

I2

No

a
tb

[ It ] [ I 2 ] [ I 2 . t ] [ I ]
N [ I2 ] [ I ][ I ]

26.690,5 X 80.070,8 - 1.315.423,9 X 705,2


10 X 80.070 - 705,2 X 705,2

3,986
I-5

Jadi

[ I ] [ It ] N[ I 2 . t ]
N [ I2 ] [ I ][ I ]

705,2 X 26.690,5 - 10 . 1.315 . 423,9


10 X 80.070,8 - 705,2 X 705,2

18,7

3.986
,
t + 18,7

t sembarang waktu dalam menit.

2. Rumus Sherman (Suyono Sosrodarsono, 1976)


Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman pada tahun 1905. Rumus ini
mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam. Bentuk
umum rumus Sherman adalah :
I =

a
tn

dimana :
log a =

[ log I] [(log t) 2 ] - [log t. log I] [log t]


N [(log t) 2 ] - [log t] [log t]

[log I][(log t)] - N[log t . log I]


N [(log t) 2 ] [log t][log t ]

a, n =

konstanta

intensitas curah hujan (mm/jam)

lamanya curah hujan (menit)

jumlah data

[ ]

jumlah tiap suku

Contoh 1.3. Hitungan rumus Sherman


Gunakan data pada contoh 1.2, untuk menghitung intensitas dengan rumus Sherman.

Penyelesaian :
Menghitung harga tiap suku yang terdapat dalam rumus Sherman,
yaitu N, [ I ] , [ log t ] , [ log I ], [ log t . log I ], dan [ (logt)2 ]

I-6

169,4

0,699

2,229

1,558

0,489

10

135,6

1,000

2,132

2,132

1,000

15

112,8

1,176

2,052

2,414

1,383

20

113,4

1,301

2,055

2,673

1,693

45

59,9

1,653

1,777

2,938

2,733

60

49,0

1,778

1,697

3,018

3,162

120

20,3

2,079

1,452

3,019

4,323

180

19,8

2,255

1,297

2,924

5,086

360

10,5

2,556

1,021

2,610

6,535

10

720

5,7

2,857

0,756

2,160

8,164

705,2

17,356

16,468

25,447

34,568

Jumlah

Rumus Sherman :

log I

[ log I] [(log t) 2 ] - [log t. log I] [log t]


N [(log t) 2 ] - [log t] [log t]

16,468 X 34,568 - 25,447 X 17,356


10 X 34,508 - 17,356 X 17,356

2,87

742

[log I][(log t)] - N[log t . log I]


N [(log t) 2 ] [log t][log t ]

16,468 X 17,356 - 10 X 25,447


10 X 34,508 - 17,356 X 17,356

log t, Log I

a
tn

Log a =

=
Jadi :

I =

log t

(logt)2

No

0,705
742
,
t 0,705

t = sembarang waktu dalam menit

3. Rumus Ishiguro (Suyono Sosrodarsono, 1976)


Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro pada tahun 1953. Bentuk umum
rumus Ishiguro adalah :

I-7

a
t +b

dimana :
a

[ I. t ] [I 2 ] - [I 2 . t ] [I]
N [I 2 ] - [I] [I]

[I][I. t ] - [ I 2 t ]
N [I 2 ] [I][I]

a,b

konstanta

intensitas curah hujan (mm/jam)

lamanya curah hujan (menit)

jumlah data

[ ]

julah tiap suku

Contoh 1.4. Hitungan Rumus Ishiguro


Gunakan data contoh 1.2, untuk menghitung intensitas dengan rumus Ishiguro.

Penyelesaian :
Menghitung harga tiap suku yang terdapat dalam rumus Ishiguro,
yaitu N, [ I ] , [ t ] , [ I2 ], [ I

t ], dan [ I2 .

I2

I.

I2 .

No

169,4

2,24

28.696,4

378,79

64.167,01

10

135,6

3,16

18.387,4

428,80

58.145,94

15

112,8

3,87

12.723,8

436,87

49.279,22

20

113,4

4,47

12.859,6

507,14

57.509,70

45

59,9

6,71

3.588,0

401,82

24.069,10

60

49,8

7,75

2.480,0

385,75

19.210,31

120

28,83

10,95

800,9

310,01

8.773,31

180

19,8

13,42

392,0

265,64

5.259,77

360

10,5

18,97

110,3

199,22

2.091,85

10

720

5,7

26,83

32,5

152,95

871,80

705,1

98,37

80.070,8

3.467,00

289.378,00

Jumlah

t ]

I-8

Rumus Ishiguro :
a

Jadi :

t +b

[ I. t ] [ I 2 ] - [ I 2 . t ] [ I ]
N [ I2 ] - [ I ] [ I ]

3467,00 X 80070,8 289.378 X 705,2


10 X 80070,8 705,2 X 705,2

242,2

[ I ] [ I. t ] - [ I 2 t ]
N [ I 2 ] [I ] [ I ]

705,2 X 3467,00 10.289.378,00


10 . 80070,8 705,2 X 705,2

-1,5
=

242,4
t + 1,5

t = sembarang waktu dalam menit.

Selanjutnya dari ketiga rumus intensitas hujan yaitu Talbot, Sherman dan
Ishiguro dipilih rumus yang cocok dengan data tersebut dengan cara membandingkan
diviasi rerata antara rumus tersebut dengan data intensitas. Rumus dengan deviasi
rerata yang minimum merupakan rumus yang paling mendekati.
Ketiga rumus yang diolah dari data diatas adalah :
1. Talbot

3.986
t + 18,7

2. Sherman

742
t 0,705

3. Ishiguro

242,4
t - 1,5

Dari ketiga hitungan diatas, dihitung intensitasnya sebagai berikut :

I-9

Data

No
t

Talbot
I

Sherman

Ishiguro

169,4

168,3

-1,06

238,6

69,24

320,3

150,91

10

135,6

139,0

3,39

146,4

10,78

144,0

8,42

15

112,8

118,4

5,56

110,0

-2,82

101,3

-11,54

20

113,4

103,1

-10,34

89,8

-23,61

81,0

-32,41

45

59,9

62,6

2,70

50,7

-9,21

46,4

-13,55

60

49,8

50,7

0,87

41,4

-8,42

38,7

-11,12

120

28,3

28,7

0,45

25,4

-2,92

25,6

-2,72

180

19,8

20,1

0,26

19,1

-0,73

20,3

0,50

360

10,5

10,5

-0,03

11,7

1,20

13,9

3,35

10

720

5,7

5,4

-0,30

7,2

1,48

9,6

3,86

Jumlah deviasi

(||)

25,00

(||)

130,00

(||)

238,00

Deviasi rerata

| |

2,50

| |

13,04

| |

23,84

Dari ketiga rumus intensitas tersebut, yang paling mendekati adalah Rumus Talbot,
yaitu :
I

3.986
t + 18,7

Berikut ini grafik intensitas hujan berdasarkan data di atas dari ketiga rumus.
Grafik Intensitas Hujan

Intensitas H ujan (m m /jam )

400
data
300

talbot
sherm an
ishiguro

200

100

0
0

10

15

20

45

60

120

180

360

720

W aktu H ujan (m enit)

I - 10

4. Rumus Dr. Mononobe (Suyono Sosrodarsono, 1976)


Ketiga rumus terdahulu adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah
hujan jangka pendek. Sedangkan rumus Dr. Mononobe adalah rumus untuk menghitung
intensitas curah hujan setiap waktu berdasar data curah hujan harian. Bentuk umum
rumus Dr. Mononobe adalah :
R 24 24

24 t

2/3

Dimana :
I

intensitas curah hujan (mm/jam)

lamanya curah hujan (jam)

R24 =

curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Contoh 1.5. Hitungan intensitas hujan dengan rumusDr. Mononobe.


Apabila dari rangkaian data hujan yang tercatat curah hujan maksimum harian dengan
periode ulang 10 tahun adalah 240 mm, gambarkan grafik intensitas menurut rumus
Mononobe.

Penyelesaian :
Grafik intensitas hujan menurut rumus Mononobe adalah :
I

R 24 24

24 t

24
10.
t

2/3

240 24

24 t

2/3

2/3

Grafik Intensitas Hujan Dr. Mononobe

Intensitas H ujan (m m /jam

150
125
100
75
50
25
0
0

10

15

20

45

60

120

180

360

720

W aktu H ujan (m enit)

I - 11

Waktu konsentrasi adalah lama waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh
pada titik terjauh dari titik pengamatan banjir di sungai. Lama waktu konsentrasi sangat
tergantung pada karakteristik daerah pengaliran, panjang jarak yang ditempuh air hujan,
kemiringan lahan dan lain-lain. Sketsa ilustrasi mengenai waktu konsentrasi dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

HB

HA

Gambar 1.1. Suatu DPS yang menggambarkan waktu konsentrasi


Titik B adalah titik terjauh dari titik pengamatan A yang mempunyai ketinggian
HB. Titik pengamatan A mempunyai ketinggian HA. Jadi H adalah selisih ketinggian
antara titik B dan titik A, yaitu H = HB - HA. Sedangkan L adalah panjang titik terjauh
yaitu jarak yang ditempuh dari titik B ke titik A.
Dapat dimengerti bahwa betapa sulitnya menentukan lama waktu konsentrasi.
Berikut ini adalah suatu rumus empiris untuk lama waktu konsentrasi menurut Kirpich
(Subarkah, 1980):
tc = 0,00013

L0,77
jam
S0,385

atau

L1,155
jam
7700 H 0,385

tc =
Dimana :
t

lama waktu konsentrasi (jam)

panjang jarak titik terjauh di daerah pengaliran sungai sampai titik


pengamatan banjir, diukur menurut jalannya sungai (feet)
I - 12

Selisih ketinggian antara titik terjauh dan titik pengamatan (feet)

Kemiringan rata-rata, yaitu perbandingan selisih ketinggian dengan


panjang jarak titik terjauh (H/L)

Apabila L dan H dinyatakan dalam satuan metrik, L, H dalam meter dan te


dalam menit maka rumusnya akan berubah menjadi :
L
= 0,0195

tc

0 , 77

menit

Debit pengaliran maksimum akan terjadi apabila lama waktu konsentrasi sama
dengan waktu terjadinya hujan.

Contoh 1.6. Hitungan waktu konsentrasi.


Tentukan waktu konsentrasi (tc), apabila suatu daerah pengaliran sungai mempunyai
panjang sungai utama 2 km dan kemiringan sungai rata-rata adalah 1 %.

Penyelesaian :
L

= 2 km = 2000 m

= 1%

= 0,01

Menurut Kirpich :
tc

0,77

0,0195
0,01

2000

0,0195

0,01

0,0195 . 20,0000,77

39,97 menit

2/3 jam

menit
0,77

I - 13

Contoh 1.7. Hitungan intensitas curah hujan untuk menentukan debit maksimum.
Dengan menggunakan data pada contoh 1.5., tentukan pula intensitas hujan untuk
menghitung debit maksimum.

Penyelesaian :
Menurut Dr. Mononobe, intensitas curah hujan (I).
I

R 24
24

24

tc

2/3

R24 =

240 mm (kala ulang 10 tahun)

tc

2/3 jam

Debit maksimum akan terjadi apabila lamanya curah hujan (t) sama dengan waktu
konsentrasi (tc), hingga t = tc.
I

2/3

240 24

24 2/3

10 . 362/3

109 mm/jam

b. Angka Pengaliran
Angka pengaliran ( c ) didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi aliran
dan tinggi hujan untuk jangka waktu yang cukup panjang.
C

h aliran
h hujan

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya aliran sungai adalah : keadaan


hujan, luas dan bentuk DPS, kemiringan DPS, kemiringan sungai, daya infiltrasi dan
perkolasi tanah, kelembaban tanah, klimatologi dan lain-lain.
Menurut Dr. Mononobe, koefisien pengaliran sungai-sungai di Jepang
mempunyai harga f ( f di sini adalah C tersebut di atas) berbeda-beda yang disebabkan
oleh topografi daerah pengaliran, perbedaan penggunaan tanah dan lain-lain.
Perubahan pemanfaatan lahan akibat pembangunan harus ikut dipertimbangkan,
maka akibat pembangunan banjir lebih baik digunakan koefisien yang lebih besar dari
0,70 dan koefisien yang kurang dari 0,50 harus ditiadakan. Tabel 1.1. berikut adalah
koefisien limpasan / pengaliran (oleh Dr Mononobe).
I - 14

Tabel 1.1. Koefisien limpasan menurut Dr. Mononobe.


Kondisi daerah pengaliran sungai

Harga f

Daerah pegunungan yang curam

0,75 - 0,90

Daerah pegunungan tersier

0,70 - 0,80

Tanah bergelombang dan hutan

0,50 - 0,75

Tanah dataran yang ditanami

0,45 - 0,60

Pesawahan yang diairi

0,70 - 0,80

Sungai di daerah pegunungan

0,75 - 0,85

Sungai kecil di dataran

0,45 - 0,75

Sungai besar yang lebih dari setengah daerah

0,50 - 0,75

pengalirannya terdiri dari dataran


Daerah yang tertutup rumput

0,35 - 0,50

Daerah perumahan

0,25 - 0,75

Daerah industri

0,50 - 0,90

Jalan tanah

0,75 - 0,90

Jalan aspal

0,70 - 0,90

Batu

0,75 - 0,85

Sumber : Hidrologi untuk Pengairan, Suyono Sosrodarsono)

I - 15

1.2.2. Metode Melchior ( Imam Subarkah, 1980)


Rumus umum metode Melchior adalah :

Q max = . . I . A

(m 3 /dt)

dimana :
Q max =

debit maksimum (m3/dt)

koefisien pengaliran

koefisien reduksi

intensitas hujan (m3/km2/dt)

luas daerah pengaliran ( km2)

Melchior menetapkan koefisien pengaliran ( ) sebagai angka perbandingan


antara limpasan dan curah hujan total, yang besarnya tergantung dari kemiringan,
vegetasi, keadaan tanah, temperatur angin, penguapan dan lama hujan. Pada umumnya
koefisien pengaliran ini bernilai antara 0,42 - 0,62.
Sedangkan untuk koefisien reduksi didasarkan pada pengamatan hujan di
Bagelen Selatan yang dilakukan oleh Ir. S.J.G. Van Overdelat dan Ir. H.P. Mensinga
pada tahun 1889. Melchior menentukan hubungan antara hujan rata-rata sehari dan
hujan terpusat maksimum sehari, sebagai angka reduksi 1 sebagai berikut :
F

1970
- 3960 + 1720 1
i 0,12

luas ellips yang mengelilingi daerah aliran sungai dengan sumbu

dimana :
F

panjang (a) tidak lebih dari 1,5 kali sumbu pendek (b), dinyatakan
dalam km2 .
Untuk hujan-hujan yang kurang dari 24 jam, presentasi besarnya hujan ini
terhadap hujan maksimum sehari adalah angka reduksi 2. Besarnya 2 dinyatakan oleh
Melchior sebagai fungsi dari F dan lamanya hujan, seperti pada tabel 1.1. sebagai
berikut :

I - 16

Tabel 1.1. Persentase 2 menurut Melchior


F

Lama Hujan (jam)


2

(km )

10

12

16

20

24

44

64

80

89

92

92

93

94

95

96

98

100

10

37

57

70

80

82

84

87

90

91

95

97

100

50

29

45

57

66

70

74

79

83

88

94

996

100

300

20

33

43

52

57

61

69

77

85

93

95

100

12
23
32
42
50
54
66
74
Sumber : Imam Subarkah, Hidrologi untuk bangunan air

83

92

94

100

Jadi besarnya angka reduksi :

1 x 2

Contoh 1.8. Hitungan reduksi hujan rata-rata maksimum metode Melchior.


Diketahui hujan maksimum sehari di Jakarta adalah 200 mm. Luas daerah
pengalirannya seluas 300 km2, dengan lama hujan 4 jam. Hitung besarnya angka
reduksi dan berapa besar hujan rata-rata maksimum untuk daerah Jakarta dan
bagaimana dengan daerah luar Jakarta ?

Penyelesaian :

a
A=300 km

Setelah DPS diplot suatu ellips Melchior :


sumbu panjang, a = 28 km dan
sumbu pendek,
F

b = 20 km

0,25 . . ab

0,25. . 28 . 20

440 km2

a < 1,5 b

I - 17

1970
- 3960 + 1720 1
1 0,12

440 =

1970
- 3960 + 1720 1
1 0,12

1 =

Maka diperoleh :

0,752

Dari tabel di atas :

Jadi

440 km2

4 jam

1 x 2

0,752 x 0,45

0,3384

2 = 45 %

Hujan rata-rata maksimum untuk daerah Jakarta adalah :


0,3384 x 200 mm = 67,68 mm
Untuk daerah luar Jakarta yang memiliki hujan maksimum harian (24 jam) sebesar r,
maka besarnya hujan rata-rata maksimum untuk F = 440 km dan t = 4 adalah:

r
x 83,4 mm
200
Besarnya hujan maksimum dalam 24 jam ( R ) tergantung pada lama waktu
konsentrasi tc, dan besarnya tc ini juga dipengaruhi luas DPS, besarnya aliran langsung,
panjang sungai dan kemiringan dasar sungai.
Dalam metode ini, lamanya hujan (t) diandaikan sama dengan waktu konsentrasi
(tc). Menurut Melchior :
tc

10 L
36 V

dimana :
tc

waktu konsentrasi (jam)

panjang sungai utama (km)

kecepatan rata-rata aliran (m/dt)

1,31 (Q S2)0,2 m/dt


I - 18

H
0,9 L

kemiringan rata-rata dasar sungai

beda tinggi antara titik pengamatan dan titik terjauh.

Untuk menghitung debit maksimum dengan metode Melchior harus diketahui


waktu konsentrasi tc (tc = t) dan untuk mendapatkan harga t ini harus diketahui V.
Sedangkan untuk menghitung V harus diketahui besarnya intensitas hujan harian I
(m3/det/km2) yang justru dicari. Oleh karena itu, I ditentukan dengan cara coba-coba.
Sehingga diperoleh :
I

10 R 24 maks
36.t

(m3/det/km2)

Dimana :
I

R24 maks =

intensitas hujan (m3/det/km2)


hujan harian maksimum (mm)

Hubungan perkiraan intensitas hujan I (m3/det/km2) dengan luas ellips Melchior


(km2) dinyatakan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.2. Perkiraan Intensitas Hujan Harian Menurut Melchior
Luas Ellips

Luas Ellips

Luas Ellips

0,14

29,60

144

4,75

720

2,30

0,72

22,45

216

4,00

1080

1185

1,20

19,90

288

3,60

1440

1155

7,20

14,15

360

3,30

2100

1120

14

11,85

432

3,05

2880

1,00

29

9,00

504

2,85

4320

0,70

72

6,25

576

2,65

5760

0,54

108
5,25
648
2,45
7200
Sumber : Imam Subarkah dalam Hidrologi untuk bangunan air

0,48

Rumus-rumus yang dimukakan di atas adalah rumus untuk daerah Jakarta. Oleh
karena itu untuk daerah luar Jakarta yang mempunyai curah hujan maksimum harian r
mm, maka hasilnya harus dikalikan dengan perbandingan curah hujan maksimum
setempat dengan curah hujan maksimum untuk Jakarta (200 mm) sehingga :

I - 19

Q maks =

.I.A.

r
m3/det
200

Harga I yang didapat dari perhitungan tersebut masih harus ditambah dengan
prosentase tertentu, tergantung pada waktu konsentrasi tc. Besarnya prosentase
penambahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.3. Penambahan Prosentase Melchior
tc (menit)

tc (menit)

tc (menit)

0 - 40

895 - 980

13

1860 - 1950

24

40 - 115

980 - 1070

14

1950 - 2035

25

115 - 190

1070 - 1155

15

2035 - 2120

26

190 - 270

1155 - 1240

16

2120 - 2210

27

270 - 360

1240 - 1330

17

2210 -2295

28

360 - 450

1330 - 1420

18

2295 - 2380

29

450 - 540

1420 - 1510

19

2380 - 2465

30

540 - 630

1510 - 1595

20

2465 - 2550

31

630 - 720

10

1595 - 1680

21

2250 - 2640

32

720 - 810

11

1680 - 1770

22

2640 - 2725

33

810 - 895

12

1770 - 1860

23

2725 - 2815

34

Contoh 1.9. Hitungan debit maksimum dengan metode Melchior


Suatu daerah pengaliran sungai mempunyai luas DPS A = 169 km2, yang mempunyai
panjang sungai utama L = 39,2 km serta beda tinggi titik terjauh dengan titik
pengamatan H = 1700 m. Di DPS tersebut terdapat 4 buah stasiun hujan yang
mempunyai data curah hujan maksimum berturut-turut : 146 mm, 165 mm, 244 mm dan
236 mm. Dari peta DPS diplot ellips Melchior, mempunyai sumbu panjang a =28,4 km
dan sumbu pendek b = 18,9 km.

Penyelesaian :
Luas ellips Melchior,
F

1/4 a. b

1/4 . 28,4 x 18,9

422 km2
I - 20

= 0,52

H
0,9L

1700
0,9 x 39200

0,048

Dicoba nilai I1
F

422 km2

berdasarkan tabel 1.2. diatas dicoba untuk :


I1

3,00 m3/det/km2

Hitung 1
F

1700
- 3960 + 1720 1
1 - 0,12

422

1700
- 3960 + 1720 1
1 - 0,12

Diperoleh : 1 =

0,76

1 . I1 . A (m3/det)

0,76 . 3,00 . 169

385 m3/det

1,31 ( Q . S2 )0,2

1,31 (385 x 0,0482 )0,2

1,28

10 L
36 V

10 x 39,2
36 x 1,28

8,5 jam

510 menit

422 km2

tc

,5 jam

tabel 1.1.

I - 21

70 %

0,76

0,70 x 0,76

0,532

Hitung I sebenarnya
=

10 R 24 maks
(m3/det/km2)
36.t

10 . 0,532 . 2000
36. 8,5

3,50 m3/det/km2

I1

3,00

3,50

I1 I

Dicoba lagi I2, I3 . dan seterusnya sehingga diperoleh :


I

3,95 (m3/det/km2) dan

tc

460 menit.

Untuk tc = 460 menit besarnya koreksi 8 %


R

1,08 x 3,95

4,27 (m3/det/km2)

Curah hujan maksimum DPS tersebut


r

Q mak

(146 + 165 + 244 + 230)/4

198 mm

r
200

.I.A.

0,25 . 4,27 . 169 .

376 m3/det

198
200

I - 22

1.2.3. Metode Weduwen (Imam Subarkah)


Rumus umum untuk metode Weduwen adalah :

Q max = . .I.A (m 3 /dt)


dimana :
Q max =

debit maksimum (m3/dt)

koefisien pengaliran

koefisien reduksi

intensitas hujan (m3/km2/dt)

luas daerah pengaliran ( km2)

Weduwen berpendapat bahwa untuk daerah aliran yang relatif kecil di pulau
Jawa, yang debit maksimum pada umumnya disebabkan oleh hujan-hujan lebat,
koefisien pengaliran yang disampaikan Melchior terlalu kecil. Oleh karena itu
Weduwen menetapkan koefisien pengaliran berdasarkan persamaan :

1-

4,1
I+7

Jadi tergantung pada besarnya intensitas hujan.


Koefisien reduksi ditetapkan dengan persamaan :

t +1
.A
t+9
120 + A

120 +
=

Lamanya hujan t tidak diambil sama dengan waktu konsentrasi, tetapi ditentukan
dengan persamaan :
t

0,476 . A 3/8
(a . . I)1/8 (S)1/4

Intensitas hujan I yang menentukan terjadinya debit maksimum dengan kala


ulang tertentu harus dibandingkan dengan intensitas hujan dengan periode ulang 70
tahun. Nilai intensitas hujan maksimum dengan kala ulang 70 tahun dihitung dengan
rumus :

I - 23

2,4t + 300
6t + 7

Sedang untuk luas DPS yang kurang dari atau sama dengan 100 km2 dan lama
hujan kurang dari sama dengan 12 jam maka nilai I dihitung dengan rumus :
I

07,74
t + 1,45

Cara menghitung dengan metode Weduwen adalah mula-mula menentukan


harga t coba-coba. Dengan mengetahui harga t maka harga dapat dihitung.
Selanjutnya dapat dihitung pula I, dan harga 't'. Apabila harga 't' ini sudah sama atau
hampir sama dengan t coba-coba, itulah harga-harga yang dicari.
Rumus-rumus tersebut berlaku untuk daerah Jakarta. Untuk daerah luar Jakarta
perhitungan dilakukan seperti di atas, kemudian hasilnya dikalikan dengan suatu
koefisien. Suatu DPS mempunyai curah hujan harian maksimum Rmaks dengan masa
pengamatan n tahun sebesar Rn. Dibandingkan dengan hujan harian maksimum 70
tahunan untuk besarnya :
Rn

mn X R70 Jakarta.

Kalau ingin menghitung debit maksimum dengan masa ulang i tahun, besarnya
hujan adalah :
mi X R70 Jakarta, maka :
Ri

mi
x Rn dan
mn

Qi

Ri
.Q
240

koefisien perbandingan curah hujan dengan periode ulang i (Ri)

dimana :
mi

dengan curah hujan dengan periode ulang 70 tahun (R70).


mn

koefisien perbandingan curah hujan dengan periode ulang i (Ri)


dengan curah hujan dengan periode ulang 70 tahun (R70).
(lihat grafik lampiran)

Qi

debit maksimum dengan periode ulang i tahun

I - 24

Contoh 1.10. Hitungan debit maksimum dengan metode Weduwen.


Suatu daerah pengaliran sungai mempunyai luas A = 24 km2 dengan kemiringan dasar
sungai rata-rata S = 0,005. Dari stasiun pengamatan hujan di DPS tersebut diperoleh
data hujan harian maksimum Rn = 205 mm dengan periode ulang 40 tahun. Hitung
debit maksimum yang terjadi dengan keandalan 80 %

Penyelesaian :
Periode pengamatan 40 tahun, mn = 0,915.
R = 2.5 mm,

R70 Jakarta = 240 mm

A = 24 km2,

S = 0,005

Dicoba untuk : ti = 4,5 jam

t +1
.A
t+9
120 + A

120 +
=

4,5 + 1
.24
4,5 + 9
120 + 24

120 +
=

0,90

67,65
t + 1,45

67,65
4,5 + 1,45

11,37

1-

4,1
I+7

1-

4,1
11,37 + 7

0,777

I - 25

0,467.A 3/8

(.I. )1/8 .S1/4

0,467.24 3/8
(0,777 X 0,90 X 11,37.)1/8 .0,0051/4

4,46 jam

ti

4,5 jam

4,46 jam

Selisih waktu perkiraan hanya sedikit

Dicoba lagi untuk ti sehingga diperoleh : ti t


t

4,57 jam

0,90

11,24

0,761

R40

0,91 x R70 Jakarta

R5

0,60 x R70 Jakarta

R5

0,60
. R40
0,94

0,60
. 205
0,94

135 mm

Qmax

R5
R 70

..I.A.

0,761 x 0,90 x 11,24 x 24 x

104 m3/det

135
240

1.2.4. Metode Hasper (Imam Subarkah)


Rumus umum metode Hasper adalah :
Q max = . . I . A (m 3 /dt)
dimana :
I - 26

Q max = debit maksimum (m3/dt)

koefisien pengaliran

koefisien reduksi

intensitas hujan (m3/km2/dt)

luas daerah pengaliran ( km2)

Untuk menentukan koefisien pengaliran (), Hasper memberikan rumus :

1 + 0,012 . A 0,7
1 + 0,075 . A 0,7

Hasper juga menetapkan koefisien reduksi () dengan persamaan :

1+

t + 3,7 . 10 -0,4t A 3/4


.
12
t 2 + 15

Mengenai waktu konsentrasi (tc) Hasper menyatakan bahwa waktu konsentrasi


adalah fungsi dari parameter DPS yaitu panjang sungai dan kemiringan :
=

0,1 . L0,8 . S-0,3

tc

waktu konsentarsi (jam)

panjang sungai utama (km)

kemiringan dasar sungai rerata.

tc
dimana :

Selain itu juga diberikan hubungan antara hujan ( R ) dengan lama hujan tertentu
dan hujan harian maksimum (R24) sebagai berikut :
q"

Untuk t < 2 jam


R

q"

t . R 24
t + 1 - 0,0008 (260 - R 24 ) (2 - t) 2

Untuk 2 jam < t <19 jam


R

q"

t . R 24
t +1

Untuk 19 jam < t < 30 hari


R

0,707 R24 (t + 1)1/2

dengan :
I - 27

curah hujan selama t jam (mm)

lama hujan (jam)

R24

hujan harian maksimum (mm)

Harga intensitas hujan (I) dihitung dengan rumus sebagai berikut :


I

R
86,4 t

R
3,6 t

, t dalam jam, I dalam m3/det/km2


,

t dalam hari, I dalam m3/det/km2

Contoh 1.12. Hitungan debit maksimum dengan metode Haspers.


Suatu DPS mempunyai luas sebesar A = 100 km2. panjang sungai utamanya adalah L =
10 km dengan kemiringan dasar sungai rata-rata S = 0,001. Dari pengamatan oleh
statsiun hujan diperoleh curah hujan harian maksimum adalah 139 mm dengan periode
ulang 23 tahun dan curah hujan maksimum rata-rata tahunan sebesar 96 mm. Hitunglah
debit maksimum yang akan terjadi dengan periode ulang 100 tahun dan gunakan
metode Haspers.
Penyelesaian :
A

100 km2

10 km

0,001

R23 =

139 mm

96 mm

1 + 0,012A 0,7
1 + 0,075A 0,7

1 + 0,012. 100 0,7


1 + 0,075. 100 0,7

0,45

0,1 . L0,8 . S-0,3

0,1 . 100,8 . 0,001-0,3

5 jam

tc

I - 28

1/

1+

t + 3,7 10 0,4t A 3/4


.
12
t 2 + 15

1+

5 + 3,7 10 0,4 . 5 10 3/4


.
12
5 2 + 15

1,33

0,75

Hitung R100; dengan distribusi Gumbel :


S

R 23 R
U 23

U23 =

2,02

139 96
2,02

21,3

R100 =

R + S . U100

U100 =

3,43

R100 =

96 + 21,3 x 3,43

169

5 jam

t . R 100
t +1

5 . 169
5 +1

141 mm

R
, t dalam jam
3,6 t

1,41
3,65

7,83 m3/det/km2

Q100 =

..I.A

0,45 x 0,75 x 7,83 x 100

264 m3/det

I - 29

1.3. Metode Unit Hidrograf


Konsep unit hidrograf ini dikemukakan oleh Sherman pada tahun 1936. Konsep
ini sangat bermanfaat dalam analisa hidrologi. Dalam pemakaian unit hidrograf
anggapan utama yang dipakai adalah bahwa keadaan daerah pengaliran sungai cukup
seragam (geologi, tanaman penutup) dan luas DPS tak boleh terlampau besar + 5.000
km2. Keutamaan unit hidrograf adalah bahwa untuk suatu daerah selalu menghasilkan
suatu hidrograf yang bentuknya tertentu pula.
Jadi kalau ada hujan sebesar r mm selama waktu t tersebar merata, maka ordinat
dari hidrograf aliran yang diakibatkan mudah diperoleh, yaitu dengan mengalikan
ordinat hidrograf satuan dengan n.
Suatu hidrograf satuan untuk lama waktu hujan efektif t hanya berlaku untuk
hujan-hujan yang lamanya sama dengan t tersebut dengan toleransi 20 - 25%.
Analisis hidrograf satuan meliputi analisis data hujan dan analisis penyusunan
hidrograf satuan. Suatu hidrograf banjir terdiri-dari tiga bagian yaitu lengkung
konsentrasi, bagian puncak dan lengkung resesi. Lengkung konsentrasi adalah fungsi
dari 'time area histogram', lama waktu hujan dan keseragaman hujan. Resesi terjadi
setelah semua pengaliran yang masuk ke dalam sungai berhenti dan hidrografnyanya
hanya dari air yang tertampung pada palung sungai dan aliran air tanah.
Pada tahun 1938 Mc. Carthy menulis suatu cara untuk menganalisis hidrograf
satuan.

Analisis ini menghububgkan antara parameter hidrograf dan parameter

karakteristik daerah pengalirannya seperti ukuran, kemiringan permukaan DPS,


banyaknya sungai-sungai utama. Adapun parameter hidrograf tersebut adalah :

time log (tl) adalah waktu antara titik berat hujan dan titik berat hidrograf.

Peak time (tp) adalah waktu antara saat mulainya hidrograf dan saat debit makimum
(puncak hidrograf)

Time base hidrograf (tb) adalah waktu terjadinya aliran base flow.
Hidrograf satuan sintetis merupakan suatu cara yang memungkinkan konsep

hidrograf satuan untuk perencanaan yang tidak tersedia pengukuran-pengukuran


langsung mengenai hidrograf banjir. Adapun hidrograf satuan sintetis yang dibahas
disini adalah hidrograf satuan sintetis dengan metode Snyder Alexeyev dan metode
Nakayasu.
I - 30

1.3.1. Metode Snyder Alexeyer


Snyder (1938) mengemukakan beberapa rumus empiris dengan menghubungkan
tiga parameter penting yaitu waktu kelambatan (time log, basin log) tl, debit puncak
(peak discharge) Qp dan waktu dasar dari hidrograf (base time) tb.
Snyder juga menentukan lama waktu kelambatan daerah aliran (basin log) yaitu
lamanya waktu antara pusat hujan efektif dan puncak hidrograf satuan, tp dinyatakan
sebagai berikut :
tl

Ct (L.Lc)n

dimana :
tl

waktu kelambatan (time log) dalam jam

Ct =

koefisien empiris, nilainya tergantung dari topografi daerah dan


berkisar 0,75 - 300 untuk satuan metrik

panjang sungai utama dalam km

Lc =

panjang sungai utama yang diukur dari titik pengamatan sampai dengan
titik di sungai yang terdekat dengan titik berat DPS, dalam km.

koefisien yang tergantung dari scope basin

Snyder membatasi satuan lama waktu hujan efektif dengan :


tr

tl
jam
5,5

lama hujan satuan dalam jam.

dimana :
tr

Sehingga diperoleh waktu untuk mencapai debit maksimum adalah :


Tp

tl + 0,5 . Tr

waktu untuk mencapai debit puncak (jam)

dimana :
Tp

Apabila satuan lama hujan tr yang lebih besar daripada tr (tr > Tr) maka nilai
kelambatan basin harus dimodifikasi sebagai berikut :
Tp'

tr + (tr - Tr)/4

Tp

Tp' + 0,5 . Tr
I - 31

Waktu dasar (time base) tb dihitung dengan rumus :


tb

3 tl
24

3+

waktu dasar dalam hari

dimana :
tb

Kemudian debit puncak dicari berdasarkan rumus


qp

Cp
tp

275 .

qp

debit puncak per satuan luas (m3/det/km2)

Cp

koefisien antara 0,90 - 1,40

dimana :

Snyder hanya membuat rumus empirik untuk menghitung debit puncak Qp dan
waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak dari suatu hidrograf saja. Untuk
membuat lengkung hidrograf Alexeyer memberikan rumus untuk mengkalibrasi
parameter-parameternya.

mm
tp
q max

Qp

Qt

T (jam)

tr
t
Tp

Gambar 1.2. Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Snyder


I - 32

Persamaan umum Alexeyer adalah :


Q

f(t)

Q
QP

t
Tp
a

(1 X) 2
X

10

Qp . Tp
k.A

1,32 . l2 + 0,15 . l + 0,045

ordinat

Absis

luas DPS dalam km2

tinggi hujan = 1mm

Qp

debit puncak dalam m3/det

dimana :

Contoh 1.14. Hitungan debit maksimum dengan metode HSS Snyder.


Diketahui suatu DPS mempunyai luas 290 km2 dan panjang sungai utama 92 km. Dari
peta DPS diketahui bahwa jarak titik pengamatan dengan titik berat DPS adalah Lc = 44
km. Koefisien n = 0,2, Ct = 1,220 dan Cp = 1,260. Hitung debit maksimum dengan
metode HSS Snyder dan ganbar hidrografnya apabila dipengaruhi oleh 3 buah hujan
efektif 6 mm, 10 mm dan 4 mm yang berselang 1 jam.

Penyelesaian :
Ct

1,220

Cp

1,260

0,20

290 km2

92 km

Lc

44 km
I - 33

tl

Tp

tr

Ct ( L . Lc )n

1,22 (92 x 44)0,2

6,33 jam

tl + Tr/2

6,33 + 1/2

6,83 jam

tl / 5,5

6,33/5,5

1,15 jam

tr > Tr

dikoreksi

Tp'

Tp + 0,25 (tr - Tr)

6,33 + 0,25 (1,15 - 1)

6,37 jam

Tp' + Tr/2

6,37 + 0,5

6,87 jam

0,275 .

Cp
Tp

0,275 .

1,26
6,87

0,05 m3/det/km2/mm

Tp

qp

Debit puncak hidrograf :


Qp

qp . A

0,05 x 290

14,79 m3/det/mm

I - 34

Grafik hidrograf Snyder dengan persamaan Alexeyer :


Y

Q
Qp

Y . Qp

t
Tp
a

(1 - X) 2
X

10

1,32 l2 + 0,15 l + 0,045

Qp. Tp
h.A

14,79 . 6,87
1 X 290

0,35

1,32 X 0,252 + 0,15 X 0,35 + 0,045

0,26

Grafik hidrograf Snyder sebagai berikut :

Hidrograf Banjir Dengan Metode Snyder

D ebit Q (m 3 /dt)

350
300

6mm

250

10 m m
4mm

200

total

150
100
50
0
0

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

W aktu t (m enit)

I - 35

Tabel Perhitungan Hidrograf Dengan Metode Snyder


t

akibat hujan

Q
6 mm

10 mm

Total
4 mm

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,146

0,051

0,752

4,511

0,000

4,511

0,293

0,360

5,320

31,922

7,518

0,000

39,440

0,439

0,651

9,635

57,807

53,203

3,007

114,017

0,586

0,839

12,409

74,456

96,346

21,281

192,083

0,732

0,943

13,947

83,680

124,093

38,538

246,312

0,878

0,990

14,642

87,851

139,467

49,637

276,956

1,025

1,000

14,785

88,708

146,419

55,787

290,914

1,171

0,985

14,570

87,419

147,846

58,568

293,833

1,318

0,955

14,127

84,762

145,698

59,139

289,599

10

1,464

0,916

13,543

81,258

141,270

58,279

280,808

11

1,611

0,871

12,876

77,258

135,430

56,508

269,196

12

1,757

0,823

12,167

73,001

128,763

54,172

255,936

13

1,903

0,774

11,442

68,651

121,668

51,505

241,824

14

2,050

0,725

10,720

64,318

114,418

48,667

227,403

15

2,196

0,677

10,013

60,079

107,197

45,767

213,043

16

2,343

0,631

9,330

55,983

100,132

42,879

198,993

17

2,489

0,587

8,677

52,061

93,305

40,053

185,419

18

2,635

0,545

8,056

48,334

86,769

37,322

172,425

19

2,782

0,505

7,468

44,810

80,556

34,708

160,074

20

2,928

0,468

6,916

41,494

74,684

32,223

148,400

21

3,075

0,433

6,397

38,383

69,156

29,873

137,413

22

3,221

0,400

5,912

35,475

63,972

27,662

127,110

23

3,367

0,369

5,460

32,761

59,125

25,589

117,475

24

3,514

0,341

5,039

30,235

54,602

23,650

108,487

25

3,660

0,314

4,648

27,887

50,392

21,841

100,120

26

3,807

0,290

4,285

25,708

46,479

20,157

92,343

27

3,953

0,267

3,948

23,688

42,847

18,591

85,126

28

4,100

0,246

3,636

21,818

39,480

17,139

78,437

29

4,246

0,226

3,348

20,088

36,363

15,792

72,243

30

4,392

0,208

3,081

18,489

33,480

14,545

66,514

Dan seterusnya .

I - 36

1.3.2. Metode Nakayasu


Nakayasu (1950) telah menyelidiki hidrograf satuan di Jepang dan memberikan
serangkaian persamaan untuk membentuk suatu hidrograf satuan (Van de Griend,
1979).
Waktu kelambatan (time lag) tg dihitung dengan persamaan :
tg

0,4 + 0,058 L ,

untuk L < 15 km

tg

0,21 L0,7 ,

untuk L > 15 km

tg

waktu kelambatan (jam)

panjang sungai utama (km)

dimana :

Selain itu dirumuskan pula persamaan :


t0,3

= . tg

dimana :
t0,3

waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak (jam)

koefisien, nilainya antara 1,5 - 3,5

Waktu puncak dan debit puncak hidrograf sintetis satuan adalah :


tp

tg + 0,8 tr

Qp

1
1
.A.R0
3,6
(0,3tp + t 0,3 )

tp

waktu puncak

Qp

debit puncak (m3/det)

luas DPS (km2)

tr

satuan lama hujan, 0,5 tg - tg

R0

satuan kedalaman hujan (mm)

dimana :

Untuk menggambar grafik hidrograf adalah sebagai berikut :


I - 37

Ro = 1 mm

0,8 Tr
Tg
Q max
Tr

Tp

q"

1,5 T0,3

T0,3

Bagian lengkung naik (0 < t < tp)


Q

t 2,4
)
tp

Qp . (

debit sebelum mencapai debit puncak pada saat t (m3/det)

waktu (jam)

dimana :

q"

Bagian lengkung turun


untuk 1 >

Q
> 0,3
Qp

t - tp
)
Qp . 0,3 ( t
0,3

Q
> 0,09
untuk 0,3 >
Qp

Qp . 0,3

Q
< 0,09
Qp

Qp . 0,3 (

untuk

t - tp + 0,5 t 0,3
1,5 t 0,3
t - tp + 1,5 t 0,3
2 t 0,3

Contoh 1.14. Hitungan debit maksimum dengan metode HSS Nakayasu.


Suatu daerah pengaliran sungai mempunyai luas sebesar 2400 km2 dengan panjang
sungai utama L =75 km. Data intensitas hujan yang diperoleh dari stasiun di DPS
tersebut adalah sebagai berikut :
Waktu (jam)

Intensitas (mm/jam)

20

40

10

Hitunglah debit maksimum dan gambarkan hidrografnya.

I - 38

Penyelesaian :
L

75 km

tg

0,21 . L0,7

tp

Qp

> 15 km
tr

0,75 tg

0,21 . 750,7

0,75 x 4,31

4,31 jam

3,23 jam

tg + 0,8 tr

tg

4,31 + 0,8 x 3,23

2 x 4,31

6,90 jam

8,62

1
1
A . Ro
3,6
0,3 tp + t 0,3

1
1
. 2400 . 1 .
3,6
0,3 x 4,31 + 8,62

67,25 m3/det

t0,3

Hitungan selanjutnya dengan menggunakan tabel.


Bentuk grafik hidrograf Nakayasu sebagai berikut :
tp =

6,90 ;

t0,3 =

8,62 ;

1,5 t0,3 =

12,93
t
)2,4
6,90

1. 0 < t < 6,90

67,25 . (

2. 6,90 < t < (6,90 + 8,62)

t - 6,90
67,25 . 0,3 ( 8,62

3. 15,52 < t < (15,52 + 12,93)

67,25 . 0,3 (

4. 28,45 < t

t - 6,90 + 0,5 . 8,62


1,5 . 8,62

t - 2,59
67,25 . 0,3 ( 12,93

67,25 . 0,3 (

t + 6,03
67,25 . 0,3 17,24
(

t - 6,90 + 1,5 . 8,62


2 . 8,62

I - 39

Tabel Perhitungan Hidrograf Dengan Metode Nakayasu


No

Akibat hujan

Q (m3/det)
20 mm

40 mm

Total (m3/det)
10 mm

0,000

0,000

0,000

0,657

13,143

0,000

13,143

3,469

69,370

26,286

0,000

95,657

9,178

183,566

138,741

6,572

328,878

18,307

366,139

367,132

34,685

767,956

31,275

625,503

732,277

91,783

1.449,563

48,443

968,868

1251,006

183,069

2.402,943

66,810

1336,206

1937,735

312,752

3.586,693

58,101

1162,023

2672,412

484,434

4.318,869

10

50,527

1010,545

2324,045

668,103

4.002,694

11

10

43,941

878,814

2021,091

581,011

3.480,916

12

11

38,213

764,255

1757,628

505,273

3.027,156

13

12

33,231

664,629

1528,510

439,407

2.632,546

14

13

28,900

577,990

1329,259

382,127

2.289,377

15

14

25,132

502,646

1155,981

332,315

1.990,941

16

15

21,856

437,122

1005,291

288,995

1.731,409

17

16

19,437

388,732

874,245

251,323

1.514,299

18

17

17,708

354,169

777,463

218,561

1.350,193

19

18

16,134

322,679

708,338

194,366

1.225,383

20

19

14,699

293,990

645,359

177,085

1.116,433

21

20

13,393

267,851

587,979

161,340

1.017,170

22

21

12,202

244,036

535,702

146,995

926,732

23

22

11,117

222,338

488,072

133,925

844,336

24

23

10,129

202,570

444,677

122,018

769,265

25

24

9,228

184,559

405,140

111,169

700,869

26

25

8,408

168,150

369,119

101,285

638,554

27

26

7,660

153,200

336,300

92,280

581,779

28

27

6,979

139,579

306,399

84,075

530,053

29

28

6,358

127,168

279,157

76,600

482,925

30

29

5,868

117,355

254,337

69,789

441,481

31

30

5,472

109,439

234,709

63,584

407,732

32

31

5,103

102,057

218,878

58,677

379,612

33

32

4,759

95,173

204,114

54,719

354,006

Dan seterusnya .
I - 40

Gambar grafik hidrograf Nakayasu sebagai berikut :


Hidrograf Banjir Dengan Metode Nakayasu
5000
4500

20 mm

Debit Q (m 3 /dt)

4000

40 mm

3500

10 mm

3000

T otal

2500
2000
1500
1000
500
0
0

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

32

Waktu t (menit)

I - 41

Vous aimerez peut-être aussi