Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
C. Manifestasi Klinis
1. Hilangnya ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi, lupa akan alamat rumah, istri, anak,
sahabat, dll.
2. Menaruh barang-barang ditempat yang tidak seharusnya, misalnya meletakkan sepatu di meja
makan, atau menaruh makanan di kamar mandi.
3. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti melakukan personal hygiene, berpakaian,
nyisir, dll
4. Gangguan kejiwaan seperti depresi, cemas serta halusinasi.
5. Penderita biasanya menjadi tidak senang melakukan hobinya dan berkurangnya interaksi sosial.
6. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
7. Sulit belajar terhadap hal yang baru dan sering mengajukan pertanyaan secara berulang-ulang.
8. Bila penyakit berlanjut penderita mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
D. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropoatologi yang di jumpai pada
penyakit Alzheimer, antara lain : serabut neuron yang khusus dan neuritis deposit protein beta amiloid
bagian dari suatu protein besar, protein precursor amiloid. Kerusakan neuron tersebut terjadi secara
primer pada korteks cerebri, dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak, perubahan serupa juga
dijumpai pada tonjolan kecil jaringan otaknormal lansia. Sel utama yang terkena penyakit ini adalah
yang menggunakan neurotransmitter asetilkolin. Secara biokimia produksi asetil kolin yang
dipengaruhi aktivitas enzim menurun.
E. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan
rasa puas pada penderita dan keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum
mempunyai efek yang menguntungkan.
1. Inhibitorkolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar
asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase
yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian
obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk
penampilan intelektual pada organ normal dan penderita Alzheimer .
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan penurunan
thiamin pyrophosphatase dependent enzyme yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase
(45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nucleus basalis. Pemberian thiamin
hidrochloryda dengan dosis 3gr/hari selama tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan
bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi
dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000mg pada penderita
Alzheimer tidak menunjukan perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alpha 2
reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 mgg, didapatkan hasil yang
kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif.
5. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 mgg akan memperbaiki
gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti
depressant (aminitryptiline25-100 mg/hari).
6. Acetyl L- Carmitine (ALC).
Merupakan suatu substrate endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan
enzim ALC transferace. Penelitian ini menunjukan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas
asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberiaan dosis 1-2 gr /hari/oral selama 1
tahun dalam pengobatan, disimpulakan bahwa dapat memperbaiki atau menghambat
progresifitas kerusakan fungsi kognitif.
F. Komplikasi
1. Infeksi
2. Malnutrisi
3. Pneumonia
4. Dehidrasi
G. Prognosis
1. Kematian dapat terjadi akibat komplikasi seperti pneumonia, malnutrisi, dan dehidrasi.
2. Pasien biasanya tidak mampu bergerak dan memerlukan perawatan total, terkadang dapat
mengenali keluhan.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Data Dasar Pengkajian
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
Aktifitas istirahat
Gejala
: merasa lelah
Tanda
: siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur Letargi dan gangguan
keterampilan motorik.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik.hipertensi,episode emboli
Integritas ego
Gejala : curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan,
Tanda : menyembunyikan ketidakmampuan, duduk dan menonton yang lain, aktivitas
pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil
Eliminasi
Gejala : Dorongan berkemih
Tanda : Inkontinensia urine/feaces
Makanan/cairan
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia, perubahan dalam pengecapan, nafsu makan,
kehilangan berat badan.
Tanda : kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan.dan tampak
semakin kurus.
Higene
Gejala : Perlu bantuan tergantung orang lain
Tanda : kebiasaan personal yang kurang, lupa untuk pergi kekamar mandi dan kurang
berminat pada waktu makan
Neurosensori
Gejala : Peningkatan terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif, kehilangan
sensasi propriosepsi dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/ sistemik serta aktifitas
kejang.
Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius,
trauma kecelakaan
Tanda : Ekimosis laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
Integritas social
Gejala : Mersa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. EEG
2. CT Scan dan MRI. Pemeriksaan non invasif ini dapat menilai luasnya atropi otak.
3. Otopsi
C. Patoflodiagaram (terlampir).
D. Dignosa keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dan
R/ : karena aktivitas dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa astimulasi yang
berlebihan yang meningkatkan waktu tidur
Hindari penggunaan pengikatan secara terus-menerus
R/ : Resiko gangguan sensori, meningkatkan asitasi dan menghambat waktu istrirahat
Evaluasi tingkat stress atau orientasi sesuai perkembangan hari demi hari
R/ : Peningkatan kebingungan,discrentasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif (syndrome
sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
Lengkapi jadwal tidur dan ritual secara teratur. Katakan pada pasien bahwa saat ini adalah
waktu tidur
R/ : Penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan
catatan:
Anjurkan untuk minum adekuat selama siang hari (paling sedikit 2 liter sesuai dengan
toleransi) diet tinggi serat dan sari buah. Batasi minum saat menjelang malam dan waktu
tidur.
R/ : menurukan resiko konstipasi/dehidrasi.pembalasan minum pada sore menjelang malam
hari dapat menurunkan seringnya berkemih/inkotenensia selama malam hari.
Hindari perasaan yang diburu-buru.
R/ : hal yang terburu-buru tersebut dapat diterima sebagai suatu instruksi yang
menimbulkan keadaan marah dan tidak kooperatif dengan aktivitas
Sadari tanda-tanda non verbal seperti gelisa, memegang sendiri,atau membuka-buka baju.
Kaji tipe/derajat disfungsi,seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami
kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.
R/ : membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan
kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses kemunikasi pasien
mungkin mempunyai kesulitan memahami kata yang diucapkan (afasia
sensorik/kerusakan pada area wernick),mengucapkan kata-kata dengan benar
(afasia akspresi/kerusakan pada area bicara broca)atau mengalami kerusakan
pada kedua daerah tersebut
10
R/ :intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya afasia adalah gangguan
dalam menggunakan dan menginterpertasikan symbol-simbol bahasa dan
mungkin melibatkan komponen sensorik dan/atau motoric,seperti ketidak
mampuan untuk memahami tulisan/ucapan atau menulis kata, berbicara seseorang
dengan disatria dapat memahami membaca, dan menulis bahasa tetapi mengalami
kesulitan membentuk/ mengucapkan kata sehubungan dengan kelemahan dan
paralysis dari otot-otot daerah oral.
ucapannya.
Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti buka mata, tunjuk kepintu)
ulangi dengan kata/kalimat yang sederhana .
R/ : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensori (afasia sensorik).
Tunjukan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut,
R/ : melakukan penilaoan terhadap adanya kerusakan motoric (afasia motorik), seperti
pasien mungkin mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya.
Mintalah pasien untuk megucapkan suara sederhana seperti Sh atau Pus
R/ : mengidentifikasi adanya disartria seduai komponen motoric dari bicara (seperti lidah,
gerakan bibir, kontrol napas) yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga
(aleksia) juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.
Tempatkan tanda pemberitahuan pada ruang perawat dan ruangan pasien tentang adanya
gangguan bicara, berikan bel khusus bila perlu.
R/ : menghilangkan ansietas pasien sehubungan dengan ketidakmampuannya untuk
berkomunikasi dan perasaan takut bahwa kebutuhan pasien tidak akan terpenuh dengan
segera. Penggunaan bel yang diaktifkan dengan tekanan minimal akan bermanfaat
11
mendasarinya.
Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien.
R/ : bermanfaat dalam menurunkan frustasi bila tergantung pada orang lain dan tidak dapat
berkomunikasi secara berarti.
Katakana secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang, gunakan
pertanyaan terbuka dengan jawaban ya/tidak, selanjutnya kembangkan pada pertanyaan
yang lebih kompleks sesuai dengan respon pasien.
R/ : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan berespon pada
informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu. Sebagai proses latihan kembali
untuk lebih memngembangkan komunikasi lebih lanjut dan lebih kompleks akan
frustasi dan mungkin menyebabkan pasien terpaksa untuk bicara otomatis, seperti
dengan pasien, seperti membaca surat, diskusi tentang hal-hal terjadi pada keluarga.
R/ : mengurangi isolasi sosial pasien dan meningkatkan penciptaan komunikasi yang efektif.
Diskusikan mengenai hal-hal yang dikenal pasien, seperti pekerjaan, keluarga dan hobi
(kesenangan).
R/ : meningkatkan percakapan yang bermakna dan memberikan kesempatan untuk
keterampilan praktis.
Hargai kemmapuan pasien sebelum terjadi penyakit, hindari pembicaraan yang
merendahkan pada pasien atau membuat hal-hal yang menentang kebanggan pasien.
R/ : kemampuan pasien untuk merasakan harga diri sebab kemampuan intelektual pasien
12
Isyarat
13
Berikan distraksi, bicarakan mengenai orang-orang atau kejadian yang sebenarnya ketika
pasien mulai merenungkan (mengungkapkan) ide-ide yang salah, jika hal tersebut tidak
meningkatkan kecemasan/agitas.
R/ : lamunan membantu dalam meningkatkan disorientasi.
respon individu.
R/ : menguatkan tingkah laku yang benar dan sesuai. Karena sentuhan secara teratur bertujuan
menggantikan ungkapan verbal (memberikan kehangatan penerimaan, dan balita) maka
individu mungkin akan salah interpretasi terhadap arti dari sentuhan tersebut. Gangguan
dalam lingkup personal dapat mengancam alam perasaan pasien.
Hormati individu dan evaluasi kebutuhan secara spesifik.
R/ : seorang yang mengalami satu penurunan kognitif sepantasnya mendapatkan
penghormatan, penghargaan dan kebahagiaan sebagai individu.
belakang pasien merupakan satu hal yang penting dalam mempertahankan konsep diri
perencanaan aktivitas, komunikasi dan sebagainya.
Berikan kesempatan untuk rasa saling memiliki dan dimiliki secara personal.
R/ : kekeluargaan meningkatkan keamanan dan menurunkan perasaan dan kehilangan atau
deprivasi.
Izinkan untuk mengumpulkan benda-benda yang tidak aman.
R/ : memelihara keamanan dan membuat kehilangan yang tidak pasti.
Ciptakan aktifitas yang sederhana dan tidak bersifat kompetitif yang berdasarkan pada
kemampuan individu.
R/ : memotifasi pasien dalam cara yang akan menguatkan kegunaannya dan kesenangannya
dan kesenangan diri dengan merangsang realita.
Buat aktivitas yang bermanfaat dan gerakan yang berulang, seperti membuat koleksi prangko,
membuat kliping, melipat linen, memantulkan bola, membersihkan debu dan kotoran,
menyapu lantai dan sebagainya.
R/ : dapat menurunkan kegelisahan dan memberikan pilihan terhadap aktifitas yang dapat
menyenangkan.
14
15
C. Patoflodiagram
Trauma kepala virus lambat
genetic
factor neurotransmiter
Gangguan sensori
Agitasi
RAS meningkat
Mengganggu hubungan intersuler dan
menurunnya respon peredaran darah
REM menurun
Klien terjaga
Gangguan persepsi
Kehilangan memori
Kerusakan neuron
Gangguan rangsangan
pada saraf cranial
Peristaltic menurun
Intake berkurang
ATP menurun
Elergi berkurang
Alzheimer
kelemahan
Intoleransi aktivitas
16
Perubahan pola
eliminasi BAB
konstipasi
17