Vous êtes sur la page 1sur 4

Anamnesa adalah sebuah wawancara yang dilakukan oleh seorang dokter ke pasiennya

dengan tujuan untuk mencari masalah pasien dan meningkatkan kondisi pasien sehingga
menjadi lebih baik. Anamnesa yang baik dilakukan dengan cara mendengar aktif dan
membentuk suatu hubungan dokter-pasien yang didasari dengan kepercayaan. Proses
anamnesa membutuhkan empati, komunikasi efektif, dan kemampuan untuk merelasikan
keluhan-keluhan serta perasaan pasien. Keterangan yang didapat dari pasien kemudian akan
dituangkan dalam bentuk tulisan maupun lisan yang memberikan informasi spesifik terkait
dengan keadaan pasien pada saat itu.
Anamnesa dilakukan untuk membantu pemeriksa menemukan kebutuhan pasien dengan
menggali keluhannya. Untuk pasien baru, anamnesa dilakukan secara menyeluruh atau
komprehensif (comprehensive health history). Pada pasien lama yang memberikan keluhan
spesifik seperti batuk atau dysuria, anamnesa difokuskan pada masalah (problem oriented
history). Pada pasien-pasien yang dating untuk kontrol terhadap penyakit kronik, anamnesa
diarahkan untuk mengetahui bagaimana self-management, respon pengobatan, kapasitas
fungsional dan kualitas kehidupannya.
Anamnesa dapat dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa. Autoanamnesa adalah
anamnesa yang dilakukan dengan menanyakan langsung pada pasiennya. Alloanamnesa
adalah anamnesa yang dilakukan dengan bertanya pada orang lain, biasanya dilakukan pada
pasien anak ataupun yang memiliki masalah dalam komunikasi.
Anamnesa meliputi identitas pasien, keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat kebiasaan pasien.
Keluhan utama adalah gejala utama yang menyebabkan pasien datang ke dokter dan keluhan
tambahan adalah keluhan-keluhan lain yang menyertai keluhan utama. Riwayat penyakit
sekarang adalah penjelasan lebih rinci mengenai keluhan utama dan keluhan-keluhan
tambahan. Riwayat penyakit sekarang dapat dipengaruhi oleh persepsi pasien terhadap
penyakitnya. Pada anamnesa mencari riwayat penyakit sekarang, perlu diperhatikan tentang
pengobatan yang sedang dijalani pasien, riwayat alergi dan kebiasaan seperti alcohol dan
merokok.
Riwayat penyakit dahulu mencakup riwayat penyakit yang pernah di derita pada saat pasien
masih kecil atau remaja, yang diklasifikasikan dalam setidaknya 4 kateogori yaitu medis,
bedah, obs-gyn, dan psikiatri. Riwayat imunisasi gaya hidup dan keamanan rumah juga
masuk ke dalam riwayat penyakit dahulu. Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat tentang

penyakit-penyakit yang berada di dalam keluarga pasien untuk mengetahui ada tidaknya
faktor risiko genetik terhadap penyakit tertentu.
Pada bagian ini, akan dibahas anamnesa yang lebih spesifik pada bidang THT-KL, dimulai
dari kepala-leher, telinga, hidung dan tenggorok.
ANAMNESA KEPALA
Sakit kepala adalah salah satu gejala yang paling sering muncul pada praktek klinis dan
muncul pada sebanyak 30% populasi. Jenis sakit kepala yang paling banyak muncul adalah
migrain (+ 80%). Sakit kepala diklasifikasikan atas sakit kepala primer (migrain, tension type
headache, cluster-type headache) dan sakit kepala sekunder seperti pada hipertensi,
glaucoma dan sinusitis. Evaluasi nyeri kepala perlu dilakukan dengan seksama untuk
menyingkirkan adanya kemungkinan penyebab meningitis, perdarahan subaraknoid atau
adanya massa.
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk membantu deskripsi pasien terhadap nyeri kepalanya
adalah apakah nyeri tersebut unilateral atau bilateral, muncul tiba-tiba atau perlahan-lahan,
apakah berdenyut atau seperti tertekan, apakah nyeri tersebut bersifat kontinyu atau hilang
timbul (intermiten) dan faktor-faktor yang memperingan maupun memperberat nyeri seperti
batuk, bersin dan perubahan posisi kepala. Pertanyaan paling penting pada keluhan nyeri
kepala adalah derajat keparahannya (severity) dan pola kronologis nyeri kepala. Dokter dapat
meminta pasien untuk menunjukan lokasi yang paling nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Keluhan lain yang terkait dengan nyeri kepala adalah adanya mual dan muntah, gejala
prodromal seperti euphoria, rasa ingin makan, mudah lelah dan pusing. Adanya gejala
neurologis (perubahan penglihatan, rasa baal dan kelemahan) juga sebaiknya ditanyakan.
ANAMNESA TELINGA
Pertanyaan terkait dengan telinga biasanya diawali dengan bagaimana pendengaran pasien
atau apakah pasien memiliki masalah pada telinganya. Pada keluhan adanya penurunan
pendengaran, perlu digali lebih lanjut apakah terjadi pada salah satu atau kedua telinga,
apakah terjadi secara tiba-tiba atau mendadak, dan apakah ada gejala-gejala penyerta. Dari
anamnesa, pemeriksa harus dapat membedakan tuli konduksi dan tuli sensorineural. Pasien
dengan tuli sensorineural memiliki kesulitan dalam mengerti pembicaraan, sering mengeluh
orang lain bicara dengan tidak jelas (mumble) dan semakin buruk dengan lingkungan yang
bising. Pada pasien dengan tuli konduksi, lingkungan bising akan membantu meringankan

gejala. Perlu ditanyakan riwayat pengobatan pasien terkait dengan adanya obat-obat ototoksik
seperti aminoglikosida, aspirin, NSAID, quinine, dan furosemide.
Gejala nyeri pada telinga atau otalgia sering terkait dengan adanya demam, nyeri tenggorok,
batuk dan riwayat infeksi saluran napas atas yang berulang. Tanyakan apakah terdapat
discharge yang keluar dari telinga atau otorhea atau trauma pada sekitar telinga sebelum
munculnya nyeri.
Tinitus adalah persepsi adanya bunyi tanpa stimulus eksternal. Bunyi yang terdengar seperti
adanya nada tinggi atau bising pada satu atau kedua telinga. Tinnitus dapat diikuti dengan
adanya penurunan pendengaran. Pasien juga dapat mengeluh adanya bunyi pop pada daerah
temporomandibular atau bunyi pembuluh darah dari sekitar leher.
Gejala pusing biasanya non-spesifik dan perlu ditanyakan apakah terkait dengan vertigo,
kelemahan, ketidakseimbangan atau adanya penurunan kesadaran. Vertigo adalah persepsi
pasien akan lingkungan sekitarnya yang berputar. Vertigo dapat disebabkan oleh adanya
masalah pada labirin telinga dalam, lesi pada nervus VIII atau lesi pada jaras pendengaran
pada otak.
ANAMNESA HIDUNG DAN SINUS PARANASAL
Rhinorhea adalah adanya secret yang keluar dari hidung dan biasanya terkait dengan adanya
kongesti hidung atau rasa penuh/obstruksi pada hidung. Gejala ini biasanya terkait dengan
adanya bersin-bersin, mata terasa berair, nyeri tenggorok, serta adanya rasa gatal pada mata,
hidung dan tenggorok. Pada gejala kongesti hidung perlu ditanyakan apakah kongesti terjadi
pada salah satu hidung atau kedua hidung.
Pemeriksa perlu menanyakan apakah gejala tersebut terkait dengan adanya alergi, muncul
pada saat dingin dan berapa lama gejala tersebut muncul. Riwayat penggunaan obat-obat
dekongestan juga perlu ditanyakan pada pasien untuk menyingkirkan kemungkinan Rhinitis
Medikamentosa.
Riwayat penyakit infeksi saluran napas atas dapat menyebabkan kongesti pada hidung dan
sinus paranasal. Gejala-gejala yang mengarah ke penyakit sinus paranasal antara lain adanya
discharge purulent, hilangnya kemampuan penghidu (hiposmia/anosmia), nyeri pada sekitar
wajah terutama pada saat terjadi penekanan, batuk, dan demam.
Episktaksis adalah perdarahan dari hidung. Perdarahan dapat disebabkan dari sinus paranasal
atau daerah nasofaring. Adanya perdarahan pada bagian struktur posterior hidung biasanya

akan memasuki tenggorok daripada hidung. Pemeriksa harus meminta pasien untuk
membedakan sumber perdarahan, apakah betul dari hidung atau apakah ternyata pasien
muntah atau batuk darah. Keluhan mimisan juga perlu ditanyakan apakah berulang dan
disertai dengan adanya perdarahan dibagian tubuh lainnya.
ANAMNESA RONGGA MULUT, FARING DAN LEHER
Nyeri tenggorok atau faringitis merupakan gejala yang sering dikeluhkan oleh pasien, dan
kebanyakan terkait dengan adanya infeksi akut saluran napas bagian atas. Nyeri tenggorok
dapat diakibatkan oleh adanya lesi lokal pada faring atau merupakan hasil penyebaran dari
penyakit sistemik. Hoarseness atau adanya perubahan pada kualitas suara menjadi lebih serak
dan lebih rendah, dapat disebabkan oleh berbagai masalah pada laring dan lesi ekstralaring
yang menekan nervus rekuren laryngeal. Keluhan dapat berkaitan dengan adanya alergi,
refluks asam lambung, eksposur dengan rokok atau inhalasi iritan.
Pada daerah leher, pemeriksa perlu menanyakan apakah terdapat pembesaran pada kelenjar
atau apakah terdapat benjolan pada leher (limfonodus atau tiroid). Bila curiga pasien
memiliki penyakit terkait dengan kelenjar tiroid, maka perlu ditanyakan tentang toleransi
terhadap panas, keringat , dan penurunan berat badan (untuk mengetahui fungsi tiroid).

Vous aimerez peut-être aussi