Vous êtes sur la page 1sur 7

AQIDAH IMAM SYAFII RAHIMAHULLAH TENTANG ASMA DAN SIFAT ALLAH

Oleh
Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin

Imam Syfi rahimahullah adalah Muhammad bin Idrs bin al-'Abbs bin Utsmn bin Syfi' bin as-Sib
bin 'Ubaid bin 'Abdi Yazd bin Hsyim bin al-Mutthalib bin 'Abdi Manf bin Qushay bin Kilb bin Murrah
bin Ka'ab bin Luay bin Ghlib*1+. Lahirkan di Gaza, tahun 150 H. dan wafat pada tahun 204 H. dalam
umur 54 tahun.
Imam Syfii rahimahullah merupakan salah seorang Imam Ahlu Sunnah wal Jama'ah yang amat
dikagumi diseluruh penjuru dunia Islam. Maka memahami bagaimana aqidah, manhaj, sepak terjang dan
keilmuan beliau rahimahullah akan semakin mengangkat kebesaran pribadi beliau rahimahullah .
Berikut ini adalah salah satu di antara keyakinan beliau rahimahullah tentang masalah aqidah, yaitu
aqidah tentang Asm' dan Sifat Allah Azza wa Jalla .
Dalam kitabnya ar-Rislah yang merupakan juz 1 dari al-Umm, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu 'Ali
al-Hasan bin Habb bin 'Abdul Mlik tahun 337 H di Dimasyq, dengan sanadnya dari ar-Rab' bin
Sulaimn, Imam Syfii rahimahullah mengawali Kitabnya dengan memuji Allh Azza wa Jalla, di
antaranya beliau rahimahullah mengatakan:



Dan para makhluk yang mensifati Allh, dengan pensifatan yang diberikannya tidak akan bisa sampai
pada hakikat keagungan yang seharusnya bagi Allh, tidak sebagaimana ketika Allah sendiri yang
mensifati diriNya. Dan sifat Allh lebih mulia dari sifat yang disebutkan oleh makhlukNya.[2]
Perkataan Imam Syfi'i di atas menegaskan bahwa beliau rahimahullah mengimani sifat-sifat Allh Azza
wa Jalla serta menetapkannya sebagaimana yang ditetapkan sendiri oleh Allh Azza wa Jalla , tanpa
mentahrf (mengubah makna), tanpa menta'thl (menolak), tanpa mentakyf (menggambarkan bentuk
sesungguhnya) dan tanpa mentamtsl (menyerupakan dengan sifat makhluk). Itulah pemahaman seluruh
Salafus Shalih dan Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Sebab sifat Allh Azza wa Jalla jauh lebih agung, lebih besar
dan lebih mulia dari apa yang disebutkan oleh manusia.
Imam Syfii rahimahullah selanjutnya juga mengatakan:

Aku memuji Allh dengan pujian yang banyak, sebagaimana yang seyogyanya bagi kemurahan wajahNya
dan keperkasaan keluhuranNya.[3]

Perkataan beliau rahimahullah ini semakin mempertegas sikap beliau rahimahullah dalam menetapkan
sifat-sifat Allh sebagaimana yang Allh Azza wa Jalla tetapkan sendiri untuk diri-Nya, tanpa mengubah
makna, tanpa menolak, tanpa menggambarkan bagaimananya dan tanpa menyerupakan, sebagaimana
dijelaskan di atas.
Al-Qdh Abu al-Husain Muhammad bin Ab Ya'l rahimahullah , dalam Kitab karyanya, Thabaqt alHanbilah,[4] menyebutkan: Aku membaca di hadapan al-Mubrak, aku bertanya kepadanya: (Apakah)
Muhammad bin 'Al bin al-Fath membawa berita kepada engkau? Beliau menjawab, 'Al bin Mardak
telah berkata mengkhabarkan kepada kami (bahwa): 'Abdurrahmn bin Ab Htim telah berkata
mengkhabarkan kepada kami (bahwa): Ynus bin 'Abdul A'l al-Mishr telah berkata menceritakan
kepada kami (bahwa): Aku mendengar Ab 'Abdullh Muhammad bin Idrs asy-Syfi'i (maksudnya: Imam
Syfii rahimahullah pen) ketika ditanya perihal sifat-sifat Allh dan perihal apa saja yang seharusnya
di imani tentang Allh-, beliau rahimahullah mengatakan, " Allh Tabraka wa Ta'la memiliki namanama dan sifat-sifat yang telah dijelaskan dalam Kitab-Nya, dan telah diberitakan oleh Nabiyyullh n
kepada umatnya, dimana hal itu tidak memberikan keleluasaan[5] kepada siapapun di antara makhluk
Allh (untuk bersikap lain-pen). Hujjah telah tegak baginya, bahwa al-Qurn sudah turun kepada beliau,
dan juga hal itu jelas shahh berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melalui periwayatan
perawi yang adil. Jika seseorang menyelisihi hal ini sesudah tegaknya hujjah baginya secara pasti, maka
ia kafir kepada Allh Azza wa Jalla . Adapun bila hujjah belum pasti baginya karena beritanya masih
samar baginya, maka karena ketidak mengertiannya ia termaafkan. Sebab persoalan nama-nama dan
sifat-sifat Allh Azza wa Jalla tidak bisa dijangkau dengan akal, rasio dan fikiran.
Yang semacam itu misalnya adalah berita-berita tentang Allh Subhanahu wa Taala. Telah datang berita
kepada kita bahwa Allh Maha Mendengar, dan sesungguhnya Dia memiliki dua tangan, berdasarkan
firman-Nya:



Bahkan dua tangan Allh terbentang kedua-duanya, Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. [AlMidah/5:64+
Dan Dia sesungguhnya memiliki tangan kanan, berdasarkan firman-Nya:



Dan langit-langit di lipat pada tangan kananNya. [Az-Zumar/39:67]
Diapun sesungguhnya memiliki wajah, berdasarkan firman-Nya:

Segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya. [Al-Qashash/28:88]


Demikian pula firman-Nya:



Dan tetap kekal abadilah wajah Rabbmu yang wajahNya itu Maha Luhur dan Maha Mulia. [ArRahmn/55:27]
Sesungguhnya Allh Subhanahu wa Taala juga memiliki kaki, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam :
( )

Sampai Allh meletakkan kakiNya di atas Jahannam.
Allh Azza wa Jalla pun tertawa terkait dengan hamba Mukmin yang terbunuh di jalan Allh,
berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang menjelaskan bahwa orang Mukmin itu
menghadap Allh (meninggal dunia) sedangkan Allh Azza wa Jalla tertawa terhadapnya.
Demikian juga Allh Subhanahu wa Taala turun ke langit dunia pada setiap (sepertiga) malam (terakhir),
berdasarkan berita Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Allh Azza wa Jalla tidak buta sebelah mataNya (a'war), berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam ketika menyebutkan tentang Dajjal. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya, sedangkan Rabbmu tidak buta sebelah mataNya.
Dan bahwa kaum Mukminin kelak di hari akhirat akan melihat Allh Subhanahu wa Taala secara jelas
dengan mata kepala mereka, sebagaimana jelasnya mereka melihat bulan pada saat purnama. Allh
Azza wa Jalla juga memiliki jari jemari, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam :




Tidak ada sebuah hatipun kecuali ia berada di antara dua jari dari jari jemari Allh Yang Maha Rahmn
'Azza wa Jalla.
Sesungguhnya ma'na-ma'na sifat di atas, yang dengannya Allh Subhanahu wa Taala telah mensifati
diriNya, dan dengannya Rasulullh telah mensifati Allh, adalah termasuk perkara yang tidak bisa
diketahui hakikatnya berdasarkan akal pikiran dan rasio. Maka seseorang tidak menjadi kafir karena

kebodohan terhadap masalah itu kecuali jika berita (nash) tentang itu telah sampai secara tuntas
kepadanya.
Apabila yang sampai tentang itu adalah berita yang jelas hingga bagi pendengaran seakan-akan
merupakan sesuatu yang terlihat dengan mata, maka wajib bagi pendengarnya untuk menjadikannya
pegangan dalam beragama sesuai dengan hakikatnya dan sesuai dengan kenyataannya. Seola-olah ia
melihat dan mendengar langsung dari Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam . Tetapi sifat-sifat Allh
Azza wa Jalla ini harus ditetapkan dengan meniadakan keserupaan (antara sifat Allh dengan sifat
makhlukNya-pen). Sebagaimana Allh Subhanahu wa Taala telah meniadakan keserupaan itu.
Allh Azza wa Jalla berfirman:


Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allh, sedangkan Dia Maha Mendengar dan Maha melihat.
[Asy-Syr/42:11][6]
Berdasarkan penjelasan di atas, maka jelas Imam Syfii rahimahullah menetapkan sifat-sifat Allh Azza
wa Jalla sebagaimana termaktub dalam Kitabullh dan Sunnah Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam
tanpa penolakan, tanpa mengubah maknanya, tanpa membayangkan bentuk sesungguhnya dari sifatsifat tersebut dan tanpa menyerupakannya dengan sifat-sifat makhlukNya. Itulah cara para Salafush
Shlih dalam menetapkan sifat-sifat Allh Azza wa Jalla .
Artinya, sudah barang tentu beliau mengimani sifat-sifat Allh bukan secara lafazh saja, tetapi juga
mengimani maknanya, karena beliau seorang Ulama yang terkenal sangat mendalam menguasai bahasa
arab.
Berikut ini adalah nash-nash hadits tentang beberapa sifat Allh Azza wa Jalla yang maknanya telah
beliau rahimahullah paparkan di muka:
1. Hadits yang menjelaskan bahwa Allh Azza wa Jalla meletakkan kaki-Nya di atas Jahannam, ialah
sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam :
:


: .
Penghuni neraka Jahannam terus dimasukkan ke dalamnya, dan neraka Jahannam itu berkata
(memohon tambahan penghuni kepada Allh) : "Apakah masih ada tambahannya?". Sampai Allh
Rabbul 'Izzati meletakkan kaki-Nya di atas Jahannam. Maka sebagian sisi Jahannam merepat ke sisi
lainnya seraya mengatakan: "cukup, cukup". [HR. al-Bukhr dan Muslim. Lafadz di atas adalah lafadz
Muslim][7]
2. Hadits yang menjelaskan bahwa Allh tertawa antara lain, sabda Raslullh Shallallahu alaihi wa

sallam :




.


:

Allh tertawa pada dua orang laki-laki. Yang satu membunuh yang lainnya, namun kedua-duanya masuk
surga. (Karena) orang yang satu (yang terbunuh pertama) berperang di jalan Allh, maka ia terbunuh.
Kemudian pembunuhnya bertaubat dan Allh menerima taubatnya, kemudian iapun mati syahid di jalan
Allh. *Muttafaq 'alaih+*8+
Maksudnya, dua orang yang saling bunuh, tetapi keduanya masuk surga. Sebab kedua orang itu terlibat
dalam pertempuran. Yang satu Muslim, berperang di jalan Allh, ia terbunuh oleh lawannya, maka iapun
masuk surga. Sedangkan lawannya yang kala itu kafir, berperang dipihak pasukan kafir. Tetapi kemudian
ia bertaubat dan masuk Islam, ia kemudian berperang di jalan Allh. Orang ini kemudian terbunuh, dan
iapun masuk sorga. Maka Allh Azza wa Jalla tertawa melihat keadaan dua orang ini.
3. Hadits yang menjelaskan bahwa Allh Azza wa Jalla turun ke langi dunia pada tiap sepertiga malam
terakhir, adalah sabda Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam :


:



Rabb kita Tabarakallh wa Ta'l turun ke langit dunia setiap malam pada saat tersisa sepertiga malam
yang terakhir. Dia berfirman: Barangsiapa yang berdoa kepadaKu niscaya Aku kabulkan doanya,
barangsiapa yang memohon kepada-Ku niscaya Aku berikan permohonannya, barangsiapa yang
memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku ampunkan dosanya. [Muttafaq 'Alaih][9]
4. Hadits yang menjelaskan bahwa Allh tidak buta sebelah mata-Nya yaitu dalam sebuah riwayat
dinyatakan
Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhum mengatakan: Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam pernah berdiri di
hadapan umatnya. Lalu Beliau Shallallahu alaihi wa sallam memuji Allh dengan pujian yang Allh
berhak mendapatkannya. Kemudian Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menyebut-nyebut tentang
Dajjal, lalu bersabda:

:



Sesungguhnya aku benar-benar mengingatkan kalian akan Dajjal. Tidak ada seorang nabipun kecuali ia
pasti mengingatkan kaumnya akan Dajjal. Sesungguhnya Nabi Nh juga benar-benar telah mengingatkan
kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian apa yang belum pernah dikatakan oleh seorang
nabipun kepada kaumnya, yaitu: kalian mengetahui bahwa Dajjal buta sebelah matanya. Sedangkan
sesungguhnya Allh tidak buta sebelah mataNya. *Muttafaq 'Alaih+*10+

5. Hadits yang menjelaskan bahwa kaum Mukminn akan melihat Allh Azza wa Jalla secara langsung
dengan mata kepalanya ialah

:
:










Dari Jarr, ia mengatakan: Kami duduk di hadapan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , ketika itu Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam memandang bulan pada saat purnama. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: "Sesungguhnya kalian benar-benar akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat
bulan ini. Kalian tidak akan mengalami kesulitan ketika melihat-Nya. Maka jika kalian mampu agar
jangan sampai terkalahkan untuk melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari dan melaksanakan
shalat sebelum terbenamnya matahari, maka lakukanlah.[Muttafaq 'Alaih][11]
6. Dan hadits tentang Allh Subhanahu wa Taala memiliki jari jemari ialah sabda Raslullh Shallallahu
alaihi wa sallam :







Sesungguhnya hati-hati Bani Adam seluruhnya berada di antara dua jari dari jari jemari Allh Yang Maha
Rahmn, sebagaimana layaknya sebuah hati. Allh membolak-balikkannya menurut apa yang Dia
kehendaki. [HR. Muslim][12]
Demikianlah aqidah Imam Syfii rahimahullah tentang Asm dan Sifat Allh Azza wa Jalla, aqidah yang
dianut oleh seluruh Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Wallhu a'lam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVIII/1436H/2014M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Lihat Siyar A'lm an-Nubal, karya Imam adz-Dzahabi, Muassasah ar-Rislah, cet. XI, 1422 H/2001
M. Isyrf: Syu'aib al-Arnath, dan tahqiq: Muhammad Na'm al-'Asqsy, X/5. Lihat pula Muqadimah
Tahqiq al-Umm karya Imam asy-Syfi'i, Tahqiq: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Mutthalib, Dar al-Waf', cet. III,
1426 H/2005 M. Juzu ar-Rislah I/6
[2]. Al-Umm, karya Imm Muhammad bin Idrs asy- Syfi'i t , tahqq wa takhrj: Dr. Rif'at Fauzi 'Abdul
Mutthalib (yang memiliki sanad kepada Imam Syfi'i, dalam juz ar-Rislah, yaitu I/ 1, Dr al-Waf, cet.
III, 1426 H/2005 M
[3]. Ibid
[4]. Lihat Thabaqt al-Hanbilah, Dr al-Ma'rifah, Beirut, tanpa tahun (di Perpustakaan Ma'had al-'Ulm
al-Islmiyyah wa al-Lughah al-'Arabiyyah F Indonesia dengan nomor umum: 22584, no tashnf:
217,5092), Jld. I/283-284, tentang Muhammad bin Idrs bin al-'Abbs Abu 'Abdullh asy-Syfi'I al-Imm
(no. 389).

[5]. Dalam kitab asli tertulis ( ), mungkin itu tash-hf (salah cetak), yang benar adalah ( ) yang
artinya, berita itu tidak memberi keleluasaan kepada siapapun. Ini di dasarkan pada riwayat lain dari
Imam adz-Dzahab, dalam Siyar A'lm an-Nubal, Muassasah ar-Rislah, cet. 11, 1422 H/2001 M,
tahqq : Muhammad Nu'ain al-'Arqass, Isyrf : Syu'aib al-Arnath, pada pembahasan no 1 tentang
Imam Syfi'i, X/79-80. Wallhu a'lam.
[6]. Lihat Thabaqt al-Hanbilah, Dr al-Ma'rifah, Beirut, op.cit. Jld. I/283-284, tentang Muhammad bin
Idrs bin al-'Abbs Abu 'Abdullh asy-Syfi'I al-Imm (no. 389).
*7+. Lihat Shahh Bukhr dalam Fathu al-Br, XIII/369, Bab 7 no. 7384 dan Shahh Muslim bi Syarhi anNawaw tahqq : Khall Mamn Syh, op.cit. XVII/182 Bab 13/14, no 7108.
*8+. Shahh Bukhr dalam Fathu al-Br, op.cit. VI/39, Bab 28, no. 2826. Lafadz ini adalah lafadz Bukhr
dan Shahh Muslim bi Syarhi an-Nawaw tahqq : Khall Mamn Syh, op.cit. XIII/38, Bab, 35/8, no.
4869
[9]. Ibid Fathu al-Br, op.cit. XIII/464, no. 7494, Kitb at-Tauhd, Bb 35 dan Shahh Muslim bi Syarhi anNawaw op.cit. VI/279, Kitb Shalti al-Musfirn, Bb 24/132, no. 1769
[10]. Ibid Fathu al-Br, op.cit. VI/370, no. 3337 dan Shahh Muslim bi Syarhi an-Nawaw op.cit.
XVIII/260, penggalan dari hadits no. 7283, Kitb al-Fitan, Bb Dzikri Ibni Shayyd.
*11+. Shahh Bukhr dalam Fathu al-Br, op.cit. II/33, Kitb Mawqt ash Shalti, Bb 16, no. 554. Lafadz
ini adalah lafadz Bukhr, dan Shahh Muslim bi Syarhi an-Nawaw tahqq : Khall Mamn Syh, op.cit.
V/135, Bab 37/90, no. 1432
[12]. Shahh Muslim bi Syarhi an-Nawaw tahqq : Khall Mamn Syh, op.cit. XVI/419-420, Bab 3/3
Kitb al-Qadar, no.6692

Vous aimerez peut-être aussi