Vous êtes sur la page 1sur 22

ASKEP BUMIL DENGAN MOLA

HIDATIDOSA
KELOMPOK VI :
1.DEBY
HAPSARI
MAHARANI
2.IIN NURHASANAH
3.LENI MARIANA
4.NOVITA TIODORA
5.NURUL
RAHMA
TRIYANI
6.SITI ARIFAH
7.TITI DWI ASTUTI

PENGERTIAN

Mola hidatidosa adalah tumor jinak (benigna)


dari chorion. (bagian Obstetri Dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung, 2000).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal,
dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,
vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar
dan edematus itu hidup dan tumbuh terus,
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus
buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 :
339).
Mola hidatidosa merupakan salah satu dari tiga
jenis neoplasma trofoblastik gestasional (ACOG,
1993). Ada dua jenis yang berbeda : komplet atau
klasik, mola dan mola sebagian, yang bisa menjadi
bagian dari penyakit trofoblastik (DePetrillo, dkk,

KLASIFIKASI
1. Koriokarsinoma adalah tumor ganas
(maligna) dari trofoblast dan biasanya
timbul setelah kehamilan mola, kadang
kadang setelah abortus atau persalinan.
2. Mola Destruens (Invasive Mole)
Tumor ini mempunyai daya yang luar biasa
untuk menyerbu ke dalam jaringan dinding
rahim, hingga menyebabkan perforasi, tapi
lebih jarang mengadakan metastase. Secara
patologis chorioadenoma destruens termasuk
jenis choriocarsinoma villosum (itu begitu
ganas).
Diagnosa dibuat hysteerektomi atau karena
klinis ada tanda-tanda perforasi.

Anatomi
...

Kehamilan
dengan Mola

Kehamilan Normal

Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan
janin. Villi korealis diubah menjadi masa gelembunggelembung bening yang besarnya berbeda-beda. Masa
tersebut dapat tumbuh membesar sampai mengisi uterus
yang sama besarnya dengan kehamilan normal lanjut.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin
atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan
patogenesis dari penyakit trofoblast :
a. Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3
5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi
dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
b. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah
abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana
terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi
sehigga timbul gelembung.

Lanjutan .
3. Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa
..
mola hidatidosa
semata-mata akibat akumulasi
cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak
adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke
lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus
dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)
Menurut Sarwono (1994), patofisiologis dari
kehamilan mola hidatidosa yaitu karena tidak
sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi
pada sel telur patologik yaitu hasil pembuahan
dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 5
minggu dan karena pembuluh darah villi tidak
berfungsi maka terjadi penimbunan di dalam
jaringan masenkim villi.

Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti,
namun faktor penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik
sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. Spermatozoa
memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau
dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan
terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
2. Imunoselektif dari trofoblast, yaitu dengan
kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi
jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya
terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa
kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi
yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang diperlukan

Lanjutan ...
4. Paritas tinggi, Ibu multipara cenderung beresiko terjadi
kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat di
identifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti
klomifen atau menotropiris (pergonal).
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk
membangun jaringan bagian tubuh sehubungan dengan
pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluan akan
zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir
lebih kecil dari normal.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas,
infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita
hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak
selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan
tubuh. (Mochtar, Rustam ,1998 : 238)

Tanda
dan
Gejala
Pada pasien dengan amnenorrhe terdapat :
1.
2.
3.
4.

Anemia
Rasa mual dan muntah yang berlebihan
Keram perut
Perdarahan pada vagina berwarna coklat tua atau merah
terang bisa sedikit atau banyak.
5. Perdarahan kadang kadang sedikit, kadang kadang
banyak. Karena perdarahan ini pasien biasanya anemis.
6. Rahim lebih besar daripada sesuai tuanya kehamilan.
7. Hiperemesis, lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih
lama.
8. Mungkin timbul preeklampsi atau eklampsi. Terjadinya
eklampsi dan preeklampsi sebelum minggu ke 24,
menunjuk kearah mola hydatidosa.
9. Tidak ada tanda tanda adanya janin : tidak ada bunyi
jantung anak, dan tidak nampak rangka janin pada
rontgen foto. Pada mola partialis, keadaan yang terjadi,
dapat diketemukan janin.
10.Kadar gonadotropin chorion tinggi dalam darah dan

1. Rontgen foto : kalau ada rangka janin maka


kemungkinan terbesar bahwa kehamilan biasa
walaupun pada mola partialis kadang kadang
terdapat janin. Tidak terlihatnya janin tidak
menentukan.
2. Reaksi biologis, misalnya Galli Mainini : pada
mola hydatidosa kadar gonadotropin chorion
dalam darah dan dalam urine sangat tinggi
maka reaksi Galli Mainini dilakukan kuantitatif.
Kadar gonadotropin yang diperoleh selalu harus
dibandingkan dengan kadar gonadotropin pada
kehamilan biasa dengan umur yang sama. Pada
kehamilan muda kadar gonadotropin naik dan
mencapai puncaknya pada hari ke 100
sesudah kadar tersebut menurun.
3. Pemeriksaan panggul dan fisik dengan frekuensi
sering
4. Pengukuran kadar HCG serum selama min 1
tahun
5. Pemeriksaan ultrasonografi: pada mola akan

Pemeriksaan Diagnostik

Hasil Pemeriksaan USG

SNOW
STORM

1.

PENATALAKSANAAN
Kuretase suctionMEDIS
merupakan suatu cara

evakuasi kehamilan mola yang aman, cepat


dan efektif pada hampir semua wanita (Scott,
dkk, 1990).
2. Pemberian kontrasepsi oral untuk
mengindikasikan koriokarsinoma. Kesembuhan
pada keadaan keganasan ini didefinisikan
sebagai hilangnya semua tanda klinis dan
tanda hormonal selama 5 tahun. Pada pasien
(kehamilan harus dihindari selama 1 tahun).
3. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan
pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada
tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit,
bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan
mola (cara Acosta-Sison)

Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Anemia akibat
perdarahan yang
berulang-ulang
3. Perforasi akibat tindakan
pembedahan dan
keganasan

ASUHAN
KEPERAWA
TAN

Pengkajian
1. Keluhan utama meliputi perdarahan,
menstruasi terakhir untuk
menentukan perkiraan lama gestasi.
2. Tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan fisik meliputi rasa nyeri
unilateral dituba dan ovarium
4. Pemeriksaan laboratorium meliputi
kadar hCG yang rendah
5. Pemeriksaan diagnostik meliputi

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d
perdarahan per vaginam.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d
perdarahan, proses penjalaran
penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
asupan oral, ketidaknyamanan
mulut, mual akibat peningkatan
kadar -hCG
4. Ansietas b.d ancaman intregritas
biologis aktual atau yang dirasa
sekunder akibat penyakit
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d
ketakutan terkaitan perdarahan per
vaginam penyakitnya.

Intervensi
1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan per vaginam.
Tujuan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil : tidak ada perdarahan
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital klien dalam batas normal (TD
120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 22 24 x/menit, suhu 3637 C).
b. Mengawasi turgor kulit rasionalnya juga untuk memonitor
adanya tanda-tanda dehidrasi.
c. Monitor intake dan output rasionalnya kita dapat mengetahui
dengan segera cairan yang masuk dan keluar baik lewat
peroral maupun parental.
d. Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Pantau cairan IV
f. Kolaborasi dokter untuk pemberian therapy rasionalnya
adalah untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan lebih
lanjut sehingga sesegera mungkin diberikan terapi.

Lanjutan ...
2, Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d perdarahan, proses penjalaran
penyakit.
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
a. Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan.
b. Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat.
Intervensi :
c. Pantau intensitas nyeri klien
d. Pantau tanda-tanda vital klien
e. Bicarakan alasan individu mengalami peningkatan atau penurunan nyeri
(misalnya: keletihan/meningkat atau adanya distraksi/menurun)
f. Beri individu kesempatan untuk istirahat siang dan dengan waktu tidur
yang tidak terganggu pada malam hari.
g. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi
serta metode pereda nyeri lain.
h. Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.
i. Ajarkan strategi relaksasi khusus (misal : bernapas perlahan, teratur, atau
nafas dalam, kepalkan tinju)
j. Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol/pijat punggung
k. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Lanjutan...

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual
akibat peningkatan kadar -hCG
Tujuan
: nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan nafsu makannya meningkat
b. Klien terlihat tidak lemah
c. Porsi makan klien habis
Intervensi
:
d. Kaji porsi makan yang dihabiskan klien
e. Beri makanan porsi kecil namun sering
f. Jelaskan alasan mengapa nafsu makan klien menurun
akkibat kemoterapi
g. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat bagi proses
penyembuhan penyakit
h. Beri dorongan klien agar meningkatkan selera makannya
i. Pantau kadar -hCG pasien secara berkala
j. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penetapan asupan nutrisi
klien

Lanjutan ..
4. Ansietas b.d.ancaman intregritas biologis aktual atau yang
dirasa sekunder akibat penyakit
Tujuan : Klien menyatakan dapat menerima penyakitnya dengan
baik
Kriteria Hasil :
a. Klien terlihat tidak cemas akibat penyakitnya
b. Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif.
Intervensi :
c. Beri kenyamanan dan ketentraman hati.
d. Singkirkan stimulasi yang berlebihan.
e. Bila ansietas telah berkurang dan cukup untuk terjadi
pemahaman, bantu klien mengenali ansietas untuk mulai
memahami atau memecahkan masalah.
f. Gali intervensi yang menurunkan ansietas.
g. Beri aktivitas yang dapat menurunkan tegangan.
h. Pantau keadaan umum klien.

Lanjutan ...
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan
perdarahan per vaginam penyakitnya.
Tujuan : Klien mengetahui kapan saja dia bisa melakukan
hubungan seksual
Kriteria Hasil :
a. Pola seksualitas klien normal
b. Klien terlihat tidak cemas terhadap aktifitas seksualnya
c. Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif.
Intervensi :
d. Identifikasi penyebab ketidakefektifan pola seksualitas
e. Jelaskan pada klien waktu untuk melakukan hubungan seksual
sesuai kondisinya
f. Beri edukasi tentang keadaan klien apabila berhubungan seksual
g. Tekankan bahwa penyakitnya tidak mempunyai dampak yang
serius pada fungsi seksualitasnya.

Matur Sembah
Nuwun ..

Vous aimerez peut-être aussi