Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH:
KELOMPOK III
ANDI NUR RAHMAD
ANDI JUNAIDA
MARIA GORETY BAHI
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di
masyarakat dan golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul
akibat reaksi imunologis terhadap alergi lingkungan. Walaupun faktor
lingkunan merupakan faktor penting, faktor genetik dalam manifestasi alergi
tidak dapat di abaikan. Adanya alergi terhadap suatu alergi tertentu
menunjukkan bahwa sesorang pernah terpajan dengan alergi bersangkutan
sebelumnya. Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering
dijumpai di masyarakat
Rhinitis
alergi
(hay
fever,polinosis)merupakan
bentuk
alergi
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
1. Mahasiswa mengetahui tentang berbagai alergi yang dapat
ditimbulkan, terutama padaRhinitis Alergi dan Urtikaria. Mulai
dari
penyebabnya,
gejala-gejala
apa
yang
timbul,
serta
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada
pasien
Urtikaria
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan Rinitis
alergi dan Urtikaria
3. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan Rinitis alergi
dan Urtikaria
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan
rencana keperawatan Rinitis alergi dan Urtikaria
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan Rinitis
alergi Urtikaria
BAB II
TINJAUN TEORI
3
Definisi
Rhinitis alergi adalah suatu bentuk inflamasi pada mukosa hidung
dan merupakan gangguan tersering pada orang dewasa yang menyerang
bagian hidung dan sinus ( Stedman, 2003 )
Rhinitis alergi adalah salah satu bentuk rhinitis yang mekanismenya
secara umum melaluisystem imun,atau IgE secara khusus.
Rhinitis alergi (hay fever,polinosis)merupakan
bentuk alergi
gejala,
rhinitis
alergi
diklasifikasikan sebagai
1. Rinitis Alergi Intermiten; yaitu bila gejala berlangsung kurang dari 4 hari
per minggu dan lamanya kurang dari empat minggu.
2. Rinitis Alergi Persisten; yaitu bila gejala berlangsung lebih dari 4 hari
per minggu dan lamanya lebih dari empat minggu.
3. Derajatnya dikatakan sedang atau berat bila gejalanya mengganggu
2.2
ilalang
Bulu binatang
Bahan pakaian (mis:wool)
Makanan
Benda-benda berdebu
Asap
2.3
Pathofisiologi
Beberapa orang memiliki kecenderungan alergik. Alergi semacam ini disebut
alergi atopik karena disebabkan oleh respon sistem imun yang tidak lasim.
Kecenderungan alergi ini diturunkan secara genetis dari orangtua ke anak dan ditandai
dengan adanya sejumlah besar antibodi IgE dalam darah. Antibodi ini disebut reagen
atau antibodi tersensitisasi untuk membedakannya dengan antibodi IgE yang lebih
umum. Bila suatu alergen ( yang didefinisikan sebagai suatu antigen yang bereaksi
secara spesifik dengan antibodi reagin IgE tipe spesifik ) memasuki tubuh, maka terjadi
reaksi alergen reagin dan kemudian terjadi reaksi alergi.
Sifat khusus antibodi IgE adalah adanya kecenderungan yang kuat untuk
melekat pada sel mast dan basofil. Satu sel mast dapat mengikat sampai setengah juta
molekul antibodi IgE. Bila suatu alergen berikatan dengan dengan beberapa antibodi
IgE yang melekat pada sel mast atau basofil, maka ini menyebabkan perubahan segera
pada membran sel mast atau basofil, mungkin disebabkan oleh efek fisik molekul
antibodi yang dapat mengubah membran sel. Pada setiap saat, banyak sel mast dan
basofil yang pecah, ada juga yang segera melepaskan substansi khusus sperti histamin.
Substansi ini menyebabkan beberapa efek seperti dilatasi pembuluh darah setempat,
penarikan eosinofil dan neutrofil menuju tempat yang reaktif, peningkatan
permeabilitas kapiler dan hilangnya cairan kedalam jaringan dan kontraksi otot polos
lokal. Oleh karena itu terjadi berbagai respons jaringan, tergantung tempat reaksi
alergen reagin terjadi.
Pada rhinitis, reaksi alergen reagin terjadi dalam hidung. Histamin yang
dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi, menimbulkan dilatasi pembuluh darah
stempat, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan
permeabilitas kapiler. Kedua efek ini menimbulkan kebocoran cairan yang cepat
kedalam rongga hidung dan kedalam jaringan hidung yang lebih dalam, dan saluran
hidung menjadi bengkak dan penuh dengan sekret, terjadi iritasi dan bersin bersin
yang khas.
2.4
Manifestasi Klini
1. Sakit kepala
2. Iritasi hidung
3. Sekret hidung yang encer dan
4.
5.
6.
7.
2.5
jernih
Kongesti nasal
Mata berair
Bersin-bersin
Batuk kering
8. Suara parau
9. Nyeri pada sinus para nasal
10. Epitaksis
11. Rasa gatal pada hidung,kadang
pula
pada
tenggorokan
dan
palatum
12. mole
Pemeriksaan Penunjang
1. In vitro
Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian
pula pemeriksaan IgE total (prist-paper radio imunosorbent test) sering kali
menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu
macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau
urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau
ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test). Pemeriksaan sitologi hidung,
walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan
pelengkap.
Ditemukannya
eosinofil
dalam
jumlah
banyak
menunjukkan
atau
intradermal
yang
tunggal
atau
berseri
(Skin
End-point
usaha
harus
dilakukan
untuk
adekuat.
2. Farmakoterapi
a. Antihistamin
Merupakankelompok utama obat yang diprogramkan untuk mengatasi
gejala rhinitis alergi.Efek samping utama dari kelompok ini adalah
sedasi.Antihistamin oral mudah diserap.Paling efektif jika diberi pada keadaan
c.
terpajan allergen.
Kortikosteroid
Preparat kortikosteroid intranasal merupakan indikasi bagi kasuskasus alergi yang lebih berat dan kasus rhinitis persisten yang tidak bisa
diatasi dengan terapi konvensionalseperti dekongestan,antihistamin,dan
kromolin intranasal. Contoh: beklometason,dexametason, flunisolid,
d.
triamnisolon.
Imunotherapy
Indikasi hanya jika hipersensitivitas IgE ( hipersensitivitas tipe I )
terlihat pada alergen inhalan yang spesifik yang tidak dapat dihindari oleh
2.7
2.8
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Kaji dan dokumentasikan hal hal berikut ini :
a. Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
b.
Keefektifan obat resep
c. Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mukus kental dan
d.
e.
keletihan.
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan
atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.
Pengisapan jalan napas
Tentukan kebutuhan pengisapan oral atau thrakea`
c.
d.
e.
Aktivitas kolaboratif
a.
b.
c.
pendukung.
Berikan udara atau oksigen yang telah dihumidifikasi ( dilembabkan ) sesuai
d.
e.
Aktivitas lain
a.
b.
c.
kontraindikasi
d.
Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan sekret
2. Ansietas berhubungan dengan terpajannya alergen
Hasil NOC :
a. Tingkat ansietas : keparahan manifestasi kekhawatiran, ketegangan atau
b.
perasaan tidak tenang yang muncul dari sumber yang tidak dapat diidentifikasi
Pengendalian diri terhadap ansietas : tindakan personal untuk menghilangkan
atau mengurangi perasaan khawatir, tegang atau perasaan tidak tenang akibat
sumber yang tidak dapat diidentifikasi
c.
d.
sumber individu.
Tujuan / kriteria evalusi ( NOC )
a. Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai
sedang, dan selalu menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas,
b.
c.
d.
e.
peran hidup.
Dukungan emosi : memberikan penenangan, penerimaan, dan bantuan atau
ansietas.
Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
d.
b.
c.
dipelajari.
Informasikan tentang gejala ansietas
Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panik dan
gejala penyakit fisik.
Aktivitas kolaboratif
Penurunan ansietas : berikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.
Aktivitas lain
a.
Pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang dan berikan
b.
c.
d.
ansietas.
Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan serta terapi okupasi
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Definis
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi
oleh haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau berfigurata, dan
seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang
terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine
selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi.
Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis, kanker atau
gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang ditandai
dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembekakan kulit yang dapat hilang
tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. Pada umumnya kita semua pernah
merasakan salah satu bentuk urtikaria akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal.
Gambaran patologis yang utama adalah didapatkannya edema dermal akibat
terjadinya dilatasi vascular, seringkali sebagai respons terhadap histamine (dan
mungkin juga mediator-mediator yang lain) yang dilepas oleh sel mast.(Tony, 2005)
2.10
Etiologi
Etiologi urtikaria. (Harrison, 2005):
1. Gangguan Kulit Primer
a. Dermatografisme
b. Urtikaria solaris
c. Urtikaria dingin
d. Penyakit sistemik
2. Obat-obatan atau Bahan kimia; Penisilin dan derivatnya kemungkinan merupakan
penyebab obat paling sering dari urtikaria akut, tetapi obat-obatan lainnya, apakah
melalui oral, injeksi, inhalasi, atau, topikal juga dapat menyebabkan reaksi
urtikaria.
3. Makanan; Makanan merupakan penyebab yang umum dari urtikaria akut.
Terutama adalah makanan seafood, sedangkan makanan lainnya yang sering
dilaporkan adalah strawberry, cokelat, kacang, keju, telur, gandum, dan susu.
4. Gigitan dan sengatan serangga; Gigitan serangga, sengatan nyamuk, kutu, atau
laba-laba, dan kontak dengan ngengat, lintah, dan ubur-ubur dapat menyebabkan
timbulnya urtikaria.
5. Inhalan; Nasal spray, insect spray, inhalasi dari debu, bulu-bulu binatang atau
karpet, dan serbuk merupakan beberapa faktor pencetus melalui inhalasi.
6. Sindroma Urtikaria Kontak; Respon yang tidak lazim ini dapat diakibatkan karena
kontak antara kulit dengan obat-obatan, bahan kimia, makanan, serangga, hewan,
dan tanaman.
2.11
Patogenesis
Sel mast adalah sel efektor utama pada kebanyakan bentuk urtikaria, meskipun
tipe-tipe sel lainnya juga dapat terlibat. Sel mast kutaneus melepaskan histamin dalam
respon terhadap C5a, morfin, dan kodein. Neuropeptida substansi P (SP), vasoactive
intestinal peptide (VIP), dan somatostatin, neurokinin A dan B, bradikinin, dan
calcitonin generelated peptide (CGRP), kesemuanya dapat mengaktivasi sel-sel mast
untuk mensekresi histamin. Tidak semua produk biologik potensial tersebut
diproduksi ketika sel mast kutaneus terstimulasi. Permeabilitas vaskuler di kulit
diakibatkan secara predominan oleh reseptor histamin H 1, meskipun reseptor
histamin H 2 juga dapat berperan. Urtikaria disebabkan karena pelepasan histamin,
bradikinin, leuketrien C4, prostaglandin D2, dan substansi vasoaktif lainnya lainnya
dari sel mast dan basofil di kulit. Substansi-substansi tersebut menyebabkan
ekstravasasi cairan ke kulit, mengakibatkan timbulnya lesi urtikaria. Intensitas
pruritus dari urtikaria adalah hasil dari pelepasan histamin ke kulit. Aktivasi reseptor
histamin H1 pada sel-sel endotel dan otot polos menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Sedangkan aktivasi reseptor histaminH2 menyebabkan
vasodilatasi arteriol dan venula.
Proses ini disebabkan oleh beberapa mekanisme. Respon alergi tipe I IgE
diinisiasi oleh kompleks imun antigen-mediated IgE yang mengikat dan cross-link
reseptor Fc pada permukaan sel-sel mast dan basofil, hal tersebut menyebabkan
pelepasan histamin. Respon alergi tipe II dimediasi oleh sel-sel T sitotoksik,
menyebabkan deposit Ig, komplemen, dan fibrin di sekitar pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan vaskulitis urtikaria. Penyakit kompleks imun tipe III berhubungan
dengan SLE dan penyakit autoimun lainnya yang dapat menyebabkan urtikaria.
Komplemen-mediated urtikaria disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, serum
sickness, dan reaksi transfusi. Reaksi transfusi urtikaria terjadi ketika substansi
alergenik dalam plasma dari produk darah donor bereaksi dengan antibodi Ig E resipien.
Beberapa obat-obatan (opioids, vecuronium, succinylcholine, vancomycin, dan lainlain) juga agen-agen radiokontras menyebabkan urtikaria karena degranulasi sel mast
melalui mekanisme mediasi non-Ig E. Urtikaria fisik pada beberapa stimulus fisik yang
menyebabkan urtikaria meliputi immediate pressure urticaria, delayed pressure
urticaria, cold urticaria, dan cholinergic urticaria. Terakhir, urtikaria kronik dimana
penyebabnya tidak dapat ditemukan secara signifikan, merupakan idiopatik.
2.12
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis urtikaria yaitu berupa munculnya ruam atau lesi kulit berupa
biduran yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan atau elevasi berbatas tegas dengan
batas tepi yang pucat disertai dengan rasa gatal (pruritus) sedang sampai berat, pedih,
dan atau sensasi panas seperti terbakar. Lesi dari urtikaria dapat tampak pada bagian
tubuh manapun, termasuk wajah, bibir, lidah, tenggorokan, dan telinga. Diameter lesi
dapat bervariasi dari sekitar 5 mm (0,2 inchi) sampai dapat sebesar satu piring makan.
Ketika proses oedematous meluas sampai ke dalam dermis dan atau subkutaneus dan
lapisan submukosa, maka ia disebut angioedema. Urtikaria dan angioedema dapat
terjadi pada lokasi manapun secara bersamaan atau sendirian. Angioedema umumnya
mengenai wajah atau bagian dari ekstremitas, dapat disertai nyeri tetapi jarang
pruritus, dan dapat berlangsung sampai beberapa hari. Keterlibatan bibir, pipi, dan
daerah periorbita sering dijumpai, tetapi angioedema juga dapat mengenai lidah dan
faring. Lesi individual urtikaria timbul mendadak dan jarang persisten melebihi 24-48
jam, dan dapat berulang untuk periode yang tidak tentu.
2.13
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik Urtikaria:
1. Urtikaria akut; Uji laboratorium pada umumnya tidak diperlukan
2. Urtikaria kronik; jika penyebab agen fisik telah disingkirkan, maka penggunan
pemeriksaan laboratorium, radiografik dan atologik berikut ini dapt memberian
petunjuk untuk diagnosis penyakit sistemik yang samar.
Uji Rutin:
1. Pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi
yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam
2. Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen
methotrexate,
colchicine,
dapsone,
indomethacin,
dan
Anamnesis
Informasi mengenai riwayat urtikaria sebelumnya dan durasi rash / ruam serta
gatal dapat bermanfaat untuk mengkategorikan urtikaria sebagai akut, rekuren, atau
kronik. Untuk urtikaria kronik atau rekuren, penting untuk mempertimbangkan faktorfaktor penyebab sebelumnya dan keefektifan berbagai pilihan terapi.
1. Tanyakan tentang faktor presipitan, seperti:
a. Panas
b. Dingin
c. Tekanan
d. Aktivitas berat
e. Cahaya matahari
SLE,
polimiositis,
amiloidosis, polisitemia
vera,
karsinoma,
limfoma).
2. Tanyakan tentang penyakit lain yang dapat menyebabkan pruritus, seperti:
a. diabetes mellitus (DM)
b. insufisiensi ginjal kronik
c. sirosis bilier primer
d. kelainan kulit nonurtikaria lainnya (misalnya, eczema, dermatitis kontak).
3. Tanyakan tentang riwayat angioedema pada keluarga dan pribadi, dimana urtikaria
pada jaringan yang lebih dalam dan dapat mengancam nyawa jika mengenai laring
dan pita suara. Penyebab spesifik angioedema diantaranya hereditari angioedema
(defisiensi C1-inhibitors) dan acquired angioedema (berhubungan dengan
angiotensin-converting enzyme [ACE] inhibitor dan angiotensin receptor blockers
(ARBs). Karakteristik dari angioedema meliputi di bawah ini:
1) Vasodilatasi dan eksudasi plasma ke jaringan yang lebih dalam daripada yang
tampak pada urtikaria.
2) Pembengkakan yang nonpitting dan nonpruritic dan biasanya terjadi pada
permukaan mukosa dari saluran nafas (bibir, lidah, uvula, palatum molle, dan
laring ) dan saluran cerna (pembengkakan usus menyebabkan nyeri abdomen
berat).
3) Suara serak, merupakan tanda paling awal dari oedem laring (tanyakan pasoen
bila ia mengalami perubahan suara serak)
Untuk urtikaria akut, tanyakan tentang kemungkinan pencetus/presipitan, seperti
di bawah ini:
4. Penyakit sekarang (misalnya, demam, nyeri tenggorokan, batuk, pilek, muntah,
diare, nyeri kepala)
5. Pemakaian
obat-obatan
meliputi
penisilin,
sefalosporin,
sulfa,
diuretik,
11. Kontak dengan bahan nikel (ex, perhiasan, kancing celana jeans), karet (ex,
sarung tangan karet, elastic band), latex, dan bahan-bahan industri
12. Paparan panas atau sinar matahari
2.16
Pemeriksaan Fisik
Urtikaria mempunyai karakteristik ruam kulit pucat kemerahan dengan elevasi
kulit, dapat linier, annular (circular), atau arcuate (serpiginous). Lesi ini dapat terjadi
pada daerah kulit manapun dan biasanya sementara dan dapat berpindah.
Dermographism dapat terjadi (lesi urtikaria yang berasal dari goresan ringan).
Pemeriksaan fisik sebaiknya terfokus pada keadaan yang memungkinkan
menjadi presipitasi urtikaria atau dapat berpotensi mengancam nyawa. Di antaranya :
1. Faringitis atau infeksi saluran nafas atas, khususnya pada anak-anak
2. Angioedema pada bibir, lidah, atau laring
3. Skleral ikterik, pembesaran hati, atau nyeri yang mengindikasikan adanya
hepatitis atau penyakit kolestatik hati
4. Pembesaran kelenjar tiroid
5. Lymphadenopati atau splenomegali yang dicurigai limfoma
6. Pemeriksaan sendi untuk mencari bukti adanya penyakit jaringan penyambung,
rheumatoid arthritis, atau systemic lupus erythematosus (SLE)
7. Pemeriksaan pulmonal untuk mencari pneumonia atau bronchospasm (asthma)
8. Extremitias untuk mencari adanya infeksi kulit bakteri atau jamur
2.17
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Hasil
Keperawatan
Tujuan :
Potensial terjadinya
Kriteria hasil :
Perencanaan
Intervensi
1. Lakukan teknik aseptic dan antiseptic
dalam melakukan tindakan pada pasien
normal.
- RR :12-24 x/menit
- N : 70-82 x/menit
- T : 36-37 OC
- TD : 120/85 mmHg
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
(kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)
Hasil pemeriksaan laboratorium dalam
batas normal Leuksosit darah : 4.400
11.300/mm
luka akibat gangguan Hasil pengukuran tanda vital dalam batas 2. Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
integritas
Rasional
1. Dengan teknik septik dan aseptik
meningkatkan urtikaria.
1. Ajari klien menghindari atau menurunkan 1. Menghindari alergen akan
paparan terhadap alergen yang telah
diketahui.
2. Baca label makanan kaleng agar terhindar 2. Menghindari dari bahan makanan
dari bahan makan yang mengandung
alergen
alergen
3. Hindari binatang peliharaan.
3 Perubahan rasa
Tujuan :
di lingkungan.
1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan 1. Dengan mengetahui proses
penyebabnya (misal keringnya kulit) dan
Kriteria hasil :
gatal-garuk-gatal-garuk.
pelembut pakaian.
nyaman
pabrik.
3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian 3. Bahan yang tertinggal (deterjen)
untuk memastikan sudah tidak ada sabun
yang tertinggal.
menyebabkan iritasi.
terpapar alergen.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
1. Mengembangkan peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
Aisah. Urtikaria. Dalam : Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2.
Jakarta : FKUI. 2005: 169-76.
Bruner & Sudarth ( 2002 ) Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3 Edisi 8, Jakarta ;
EGC
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing diagnosis
manual planning, individualizing, and documentary client care edition 3.
Philadelphia: F.A.davis company.
Guyton & Hall. 2014. Buku Ajar fisiologi Kedokteran Edisi keduabelas.Elseiver:
Singapur
Linscott. Urticaria. www.emedicine.com. Diupdate pada tanggal 15 Oktober 1015
Stedman. ( 2001 ) Medical Dictionary Edisi 5, Baltimore ; Walter Healtha
Company
Urticaria. www.wikipedia.com. Diupdate pada tanggal 15 Oktober 1015.
Ahern, Nancy R & Wilkinson, Judith M . 2011.Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Edisi 9. 2011. Jakarta; EGC