Vous êtes sur la page 1sur 4

Aturan Penyusun AMDAL

a. UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungn hidup.


b. PP RI No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL
c. Kepmeneg LH RI No. KEP-30/MENLH/7/1992 tentang Panduan Perlingkupan Untuk
Penyusunan Kerangka Acuan AMDAL
d. Kepmeneg LH RI No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan
Pelaksanaan RKL dan RPL
e. Permeneg LH RI No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
f. Permeneg LH RI No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usah dan/atau
Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;
g. Permeneg, LH RI No,5 Tahun 2008 Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL.
h. Permneneg. LH RI No. 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaia Dokumen
AMDAL;
i. Kep-KaBAPEDAL RI No.56/BAPEDAL/3/1994 Tentang Pedoma Megenai Dampak
Penting
j. Kep-KaBAPEDAL RI No. 299/BAPEDAL/ll/1996 Tentang Pedoma Teknis Kajian
Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan.
k. Kep-KaBAPEDAL RI No. Kep-124/12/Tahun 1997 tentang Panduan Kajian
Kesehatan Masyarakat Dalam Peuyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;
l. Kep-KaBAPEDAL RI No. 08 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
m. Perda Prop.Jambi No. 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat Badan Perencanaan Pembangunan dan Lembaga Teknis Daerah
Provinsi Jambi.
n. Kepgub Prov.Jambi No. 154 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Komisi Penilai
AMDAL Provinsi Jambi
o. Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi No. 17 Tahun
2009 tentang Pembentukan Tim Teknis dan Sekretariat Komisi Penilai AMDAL
Provinsi Jambi

1.3.2. Aturan yang mendssari kegiatan kelistrikan dan bangunan


a. UU RI No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
b. UU RI No. 21 Tahun 2002 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB).
c. UU RI No. 28 Tahun 2002 tgntang Bangunan;
d. PP R1 No. 6 Tahun 1989 tentang Koordinasi Lintas Vertikal;
e. PP RI No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 10
Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
F. PP RI No. 26 Tahun 2006 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. `
g. PP RI No. 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah danKewenangan
Propinsi sebagai Otonom;
h. Keppres RI No. 43 Tahun 1991 tentang Konsep Energi;
i. Perpres RI No. 4 Tahun 2010 Tentang Penugasan Kepada PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) untuk melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga
Listrik yang menggunakan Energi Terbarukan, batubara dan gas.
j. Kep. Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi nomor 75- 12/O08/600.2/1995,
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan atas Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Tenaga Listrik;
k. Kepmen ESDM No 1455 K/40/MEM/200 tentang Pedoman Teknis Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum;
l. Kepmen ESDM No. 1457 K/28/MEM/2000 tentang Pedoman TeknisPengelolaan
Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi
m. Permen ESDM Nomor 0045 Tahun 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan.

Tujuan
Tujuan dari Pembangunan PLTG kapasitas 2 x 50 MW di area Payo Selincah adalah:
a. Memproduksi Energi Listrik untuk kebutuhan pada PT PLN
b. Mengatasi Kekurangan Energi Listrik , Khusunya Provinsi Jambi.
c. Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik dalam negeri yang bersumber dari non BBM

Manfaat
Manfaat pembangunan PLTG kpasitas kapasitas 2 x 50 MW di area Payo
Selincah adalah Peningkatan pendapatan daerah, mendorong pertumbuhan
ekonomi dan pengembangan wilayah setempat serta kesejahteraan masyarakat.

Latar Belakang
Dalam rangka mengatasi krisis energi Iistrik di Indonesia melalui Peraturan
Presiden Republik Indonesia (Perpres RI) Nomor 4 Tahun 2010 pemerintah telah
menugaskan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan percepatan pembangunan
pembangkit tenaga listrik non bahan bakar minyak yaitu mengunakan energi
terbarukan seperti batubara dan gas. permintaan akan listrik terus meningkat
seiring dengan pertumuhan ekonomi mendatang
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Provinsi Jambi saat ini energi
Iistrik yang diproduksi di Provinsi Jambi, meliputi pembangunan berbahan bakar
gas dan minyak (PLTD) 6 X 5,128 Mega Watt (MW) dan pembangkit berbahan bakar
gas (PLTG) 2 x 30 MW. Jumlah di atas belum memenuhi kebutuhan Provinsi Jambi, di
mana saat ini dibantu pasokannya dari sistem interkoneksi Sumatera melalui
Saluran Udara Tegangan Tiuggi 150kV yang terbentang darii Aceh sampai Provinsi
Lampung. Pada saat ini sedang dikerjakan pembangunan PLTG Alsrhom Frame 5
kapasitas daya pasang 20MW.
Secara umum diperkirakan tahun 2015 daerah Provinsi Jambi membutuhkan
beban puncak 273,55 MW, sementara beban puncak tahun 2010 sekitar 160 MW.
Untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik tersebut, maka dalam waktu dekat
PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan (PT. PLN) akan
membangun pembangkit listrik tenaga Gas (PLTG)kapasitas 2 x 50 MW di area
Payo Selincab Sektor Pembangkit Jambi Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi. Dengan
selesainya nanti pembangunan PLTG Alsthom Frame 5 kapasitas 20 MW dan PLTG
kapasitas 2 x 50 MW, Maka PT PLN (Persero) Sektor pembangkit Jambi memiliki
Pembangkit listrik sebesar 210,7 MW
PLTG adalah salah satu jenis pembangkit listrik yang menggunakan turbin as
sebagai penggerak mula (prime mover) sedangkan gas sebagai fluida kerjanya dan
generator sebagai pembangkit listrik, yaitu merubah dari energy mekanik yang
seporos dengan turbin menjadi energy listrik.PLTG terdiri dari empat komponen
utama yaitu: Kompresor, Ruang Bakar, Turbin gas dan Generator
Mekanisme Proyek PLTG ini akan di bangun oleh pihak ketiga secara tender.
Pemenang tender akan melakukan pembangunan PLTG dan setelah layak
oprasional, maka pemenang tender akan mengoperasikan dan memelihara PLTG
selama 7 tahun dengan dana sendiri, kecuali bahan bakar gas di sediakan oleh PT

PLN. PT PLN akan membayar setiap daya yang keluar per bulan dari PLTG kepada
pemenang tender yang harga per KWH-nya akan di tentukan. Kemudian setelah 7
tahun maka PLTG akan diserahkan kepada PT PLN.
PT PLN menyadari bahwa kegiatan pembangunan PLTG yang akan di lakukan
sudah tentu berdampak pada lingkungan hidup dalam arti luas. Untuk itu sesuai
dengan undang-undang NO.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dang pengelolaan
lingkungan hidup bahwa setiap rencana kegiatan yang diduga akan menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Selanjutnya berdasarkan peraturan mentri
Negara lingkungan hidup no. 11 tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL maka rencana kegiatan pembangunan PLTG
kapasitas 2 x 50 MW di lengkapi dengan AMDAL.

Vous aimerez peut-être aussi