Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
1.2 Anatomi dan Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
sangat penting dalam tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen
yaitu komponen padat dan komponen cair. Fungsi transportasi darah adalah
membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus dan paru-paru kepada
sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ
pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar hormon-hormon dari
kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer,
elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena
dengan cara konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas
untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke permukaan tubuh yang pada
akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostatis suhu (termoregulasi).
Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan seseorang. Rata-rata
jumlah darah adalah 70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri dari eritrosit, leukosit
dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah,
55% adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.
Neutrofil (65%-75%)
Eosinofil (2%-5%)
Basofil (0,5%-1%)
Limfosit (20%-25%)
Monosit (3%-8%)
Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel darah merah,
1.3 Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan fisiologis
akan menuntun apakah defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh efek
3
produksi sel darah merah atau (anemia hipoproliferatifa ) atau oleh dekstruksi sel
darah merah (anemia hemolitika).
1.3.1 Anemia hipoproliferatif\
A. Anemia aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan precursor dalam sumsum
tulang dan penggantian sumsu tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara
congenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik (dalam hal ini, tanpa penyebab
yang jelas), dan merupakan penyebab utama. Berbagai macam infeksi dan
kehamilan dapat mencetuskannya, atau dapat pula disebabkan oleh obat. Bahan
kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia sumsum
tulang meliputi benzene dan turunan benzene (misalnya perekat pesawat terbang),
obat anti tumor seperti nitrogen mustard, anti metabolic termasuk meotrexate dan
6-merkaptopurin, dan berbagai bahan toksit seperti arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan
kimia masuk dalam jumlah toksit. Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada
dosis yang dianjurkan untuk pengobatan. Kasus terakhir dapat dianggap sebagai
reaksi obat idiosinkrasia pada orang yang sangat peka dengan alasan yang tidak
jelas. Apabila pejanannya segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan yang
segera dan sempurna.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, asprirasi
sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu
dilakukan biopsy untuk menentukan beratnya penurunan element sumsum normal
dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem,
perkursor granulosit, eritrosit, dan trombosit. Akibatnya, terjadi pansitopenia
( defisiensi semua komponen element darah)
Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap, ditandai oleh
kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan, dan manifestasi anemia lainnya.
Perdarahan abnormal akibat trombositopenia merupakan gejala satu satunya
pada sepertiga pasien. Apabila granulosit juga terlibat, pasien biasanya mengalami
demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan. Tanda
fisik selain pucat dan perdarahan kulit, biasanya tidak jelas. Pemeriksaan hitung
darah menunjukan adanya defisiensi berbagai jenis sel darah. Ada 2 metode
penanganan yang saat ini sering dilakukan yaitu : transplantasi sumsum tulang
dan pemberian terapi imuno supresif dengan globulin anti timosit ( ATG )
B. Anemia pada penyakit ginjal
Derajat anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap
akhir sangat berfariasi, tetapi secara umum terjadi pada pasien dengan nitrogen
urea darah yang lebih dari 10mg/dl. Hematokrit biasanya menurun sampai antara
20 % dan 30%, meskipun pada beberapa kasus jarang mencapai dibawah 15%.
Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritropoetin. Beberapa eritropoetin terbukti diproduksi diluar
ginjal, karena terdapat eritropoesis yang masih terus berlangsung, bahkan pada
pasien yang ginjalnya telah diangkat
C. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyait inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik ( sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
abnormal ). Kelainan ini meliputi arthritis rematoid, abses paru, osteomielitis,
tuberculosis, dan berbagai keganasan.
Anemia biasanya ringan, berkembang secara bertahap selama 6- 8 minggu dan
normal kembali pada kadar hematokrit kurang dari 25%. Hemoglobin jarang turun
sampai dibawah 9 g/dl dan sumsum tulang mempunyai peningkatan selularitas
normal dengan peningkatan cadangan besi.
Pasien tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
anemia nya. Dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya besi
sumsum tulang digunakan untuk membuat darah, sehingga hemoglobin meningkat
pria dan wanita pasca menopouese adalah perdarahan atau malabsorpsi, terutama
setelah reseksi gaster. Pada wanita premenopouse adalah menoragia atau
pendarahan menstruasi berlebih. Pasien dengan alkoholisme kronis sering
mengalami ketidak cukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat kehilangan
darah dari traktus gastrointestinal dan menimbulkan anemia.
Orang yang mengalami defisiensi besi mengalami penurunan angka
hemoglobin dan sel darah merah. Nilai hemoglobin berkurang dibanding hitung
sel darah merah, oleh sebab itu sel darah merah cendrung lebih kecil dan relative
kurang pigment nya, artinya hipokromik. Hipokromia merupakan penanda
defisiensi besi. Penyebab defisiensi besi adalah kegagalan pasien mencernakan
atau mengabsorpsi besi diet yang adekuat untuk mengkompensasi kebutuhan besi
sehubungan dengan pertumbuhan tubuh atau untuk menggantikan kehilangan
darah setelah pendarahan, baik pendarahan yang fisiologis, maupun patologis.
E. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defisiensi B12 dan asam folat menunjukan perubahan
yang sama antara sumsum tulang dan darah tetapi kedua vitamin tersebut esensial
bagi sintesis DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang,
dan precursor eritroid dan myeloid besar dan aneh; beberapa mengalami multi
nukleasi. Tetapi, beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel
matang yang
menimbulkan
pansitopenia. Pada keadaan lanjut, hb dapat turun 4-5g/dl, hitung se darah putih
2000-3000 per mm3, dan hitungan trombosit kurang dari 50000 mm3 .sel darah
merah besar dan PMN hipersegmen.
F. Defisiensi vitamin B12
Dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang sebagai akibat
asupan diet yang tidak addekuat, namun dapat terjadi pada vegetarian yang tidak
makan daging sama sekali. Gangguan absorpsi traktus GI lebih sering terjadi.
G. Defisiensi asam folat
Perdarahan hebat
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
7
o.
p.
q.
r.
s.
t.
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Penyakit sel sabit
1.5 Patofisologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.
1.6 Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering
pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung.
1.7 Pemeriksaan Diasnotik
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih
pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan
GI
1.8 Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
1.
2.
3.
4.
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
10
11
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
12
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,
tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
13
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi :
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
2.3 Intervensi/Implementasi keperawatan
Implementasi
adalah
pengelolaan
dan
perwujudan
dari
rencana
14
dan
kelemahan,
anjurkan
pasien
melakukan
aktivitas
adanya
proses
inflamasi/infeksi
membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
e. Berikan antiseptic topical ; antibioticsistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan
dengan nilai laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
c. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster.
d. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada
organ.
e. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
16
mulut
khusus
mungkin
diperlukan
bila
jaringan
17
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002.Buku Ajar Keperwatan Medikal
Bedah.Penerbit Buku Kedokteran:Jakarta.
http://www.google.co.id/images.hl=id&source=imghp&biw=1366&bih=521&q=a
natomi.
Diposkan oleh kristian Aarisandy di 08:30
19