Vous êtes sur la page 1sur 21

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAUPETIK

OLEH :
RIKA ARIANI
01301055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes AMANAH PADANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah dalam
pembelajaran KOMUNIKASI KEPERAWATAN ini, shalawat dan salam tak lupa
pula penulis aturkan kepada baginda rasulullah Muhammad SAW , yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan ke era yang penuh dengan
pengetahuan.
Ucapankan terimakasih kepada semua teman-teman yang telah ikut dalam
membantu penulisan makalah ini dan telah banyak memberikan dukungan
sepenuhnya kepada kami dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul KOMUNIKASI TERAUPETIK
Penulis

menyadari

bahwa

sebagai

manusia

yang

memiliki

keterbatasan.Tentu hasil karya tulis ini tidak luput dari kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan.Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan,
pengalaman penulis dan informasi yang didapatkan .Oleh karna itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin yarabbalalamin.

Padang, September 2015

( Penulis )

BAB I
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Dalam

kehidupan

sehari-hari

kita

tidak

mungkin

lepas

dari

berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan


berarti dalam hubungan antar manusia. Salah satu kajian ilmu komunikasi
adalah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara
tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan
dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program
yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang
lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku
sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus
dan kepedulian sosial yang lebih besar (Abdalati, 1989). Oleh karena hal
tersebut, perawat membutuhkan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang mencakup kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang
tercermin dari perilaku kasih sayang dan cinta dalam berkomunikasi dengan
orang lain (Johnson, 1989).
Seorang

perawat

penting

sekali

untuk

menguasai

kemampuan

komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik jika dikuasai dengan baik oleh


seorang perawat, maka ia akan lebih mudah menjalin hubungan saling
percaya dengan pasien. Tak hanya hal itu saja, dengan kemampuan
komunikasi terapeutik yang baik maka perawat dapat mengatasi masalah
legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan
meningkatkan citra perawat.
Komunikasi yang baik dari seorang perawat, khususnya komunikasi
terapeutik, dapat memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini
ditekankan bahwa seorang perawat harus mampu berbicara banyak serta bisa

menunjukkan kesan low profile pada pasiennya. Dalam tulisan ini, kami
membahas mengenai komunikasi terapeutik yang meliputi pengertian,
tahapan/fase-fase dalam komunikasi terapeutik, serta tekniknya.
B; Rumusan Masalah
1; Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
2; Bagaimanakah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan
komunikasi terapeutik?
3; Apa saja teknik-teknik dalam melakukan komunikasi terapeutik?\
C; Tujuan Penulisan
Karya tulis ini kami susun untuk :
1; Memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dalam keperawatan.
2; Membahas lebih lanjut tentang komunikasi terapeutik.
D; Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode studi pustaka, browsing internet, dan
diskusi kelompok dalam penulisan karya tulis.
E; Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah:
1; Agar para mahasiswa keperawatan dan pembaca mengetahui serta
memahami komunikasi terapeutik, tahapan, dan macam-macam tekniknya.
2; Membekali kami agar nantinya dapat menerapkan komunikasi terapeutik
yang baik pada pasien.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A; Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal di mana perawat
dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki

pengalaman emosional klien yang negative (Stuart Laraia, 2000). Sieh A.,
Louise K., dan Brenti, (1997) mengemukakan komunikasi terapeutik sebagai
segala bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan
pasien atau menghilangkan distress psikologis. Komunikasi terapeutik
ditujukan dengan empati, rasa percaya, validasi, dan perhatian.
B; Fase-fase Hubungan dalam Komunikasi Terapeutik
Terdapat beberapa fase dalam hubungan terapeutik, yaitu :
1; Tahap Persiapan (Prainteraksi)
Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien
mengenai kelebihan serta kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan
oleh seorang perawat adalah memahami keberadaan dirinnya agar siap
berintreraksi dengan pasien. Adapun tugas yang harus dilakukan oleh
perawat dalam tahap prainteraksi adalah :
a; Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan, pasien. Sebelum
melangsungkan komunikasi, penting bagi seorang perawat untuk
melakukan pengkajian terhadap perasaannya sendiri, yaitu berkenaaan
dengan kesiapannya dalam berinteraksi dengan pasien.
b; Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang
terdapat dalam diri sendiri. Semisal, seorang perawat memiliki
kekuatan dalam memulai pembicaraan dan sensitive terhadap perasaan
orang lain. Tentunya, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang
perawat guna memudahkan dirinya dalam membuka pembicaraan
sekaligus membina hubungan saling percaya dengan pasien.
c; Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut
berfungsi untuk mengetahui informasi tentang pasien, sekaligus media
guna memahami pasien. Paling tidak,seorang perawat bisa mengetahui
identitas pasien, yang bisa digunakan ketika hendak melangsungkan
interaksi.
d; Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum
bertemu, perawat sudah merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu
kapan, di mana,dan strategi yang hendak dilakukan dalam pertemuan
tersebut.
2; Tahap Perkenalan

Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan


memperkenalkan diri kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat
telah bersikap terbuka terhadap pasien. Diharapkan, hal itu mampu
membuat pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun tujuan
dari tahap perkenalan adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus
rencan yang sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh
seorang perawat dalam tahap perkenalan :
a; Membina rasa saling percaya.
Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan
terapeutik. Sebab tanpa adannya saling percaya maka keterbukaaan
antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal yang mustahil terjad.
Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa
membina hubungan saling percaya dengan pasien. Dalam hal ini
perawat harus bersikap terbuka, jujur, menerima apa adanya, menepati
janji, dan menghargai pasien.
b; Merumuskan kontrak dengan pasien.
Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan
interaksi antara perawat dengan pasien. Saat merumuskan kontrak,
seorang perawat harus menjelaskan mengenai peranannya supaya
pasien tidak salah paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari
penjelasan fungsi perawat adalah menghindari harapan yang terlalu
tinggi dari pasien karena menempatkannya sebagai dewa penolong
yang serba bisa dan serba tahu. Dalam merumuskan sebuah kontrak,
perawat

harus

menegaskan

bahwa

kehadirannya

semata-mata

membantu, sementara kekuatan dan keinginan untuk berubah tetap


sepenuhnya ada pada diri pasien.
c; Menggali pikiran dan perasaan pasien.
Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong pasien guna
mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan
oleh seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan pertannyaan
terbuka sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien.

Efek lainnya adalah dihrapkan pasien merasa terdorong untuk


mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
d; Merumuskan metode keperawatan bersama pasien.
Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan pasien dalam keperawatan tujuan
yang hendak dicapai mungkin menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan
setelah perawat melakukan identifikasi terhadap pasien.
Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan
dari fase orientasi adalah memvalidasi keakuratan data mengenai rencana
yang sebelumnnya sudah dibuat dan mengevaluasi hasil tindakan yang
sudah dilakukan.
3; Tahap Kerja
Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan
prosesnya adalah tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien
bekerja sama mengatasi permasalahan yang ada. Perawat dituntut
memfungsikan

kemampuannya

dalam

mendorong

pasien

untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya perawat juga dituntut memiliki


kepekaan dan tingkat analisis yang mempunyai kepekaan dan tingkat
analisis yang baik terhadap perubahan pasien.
Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui
active listening perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah
yang sedang dihadapi sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinnya.
Diharapkan perawat memiliki kemampuan dalam menyimpulkan kondisi
pasien secara tepat dan benar. Teknik menyimpulkan adalah satu bentuk
usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam
percakapan sekaligus menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan
membantu pasien.
4; Tahap Terminasi
Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat
dan dengan pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu :
a; Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan
dengan pasien.
b; Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses
keperawatan secara keseluruhan.

Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus


diperhatikan sekaligus diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh
perawat, yaitu :
a; Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah
dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut sebagai evaluasi objektif, di
mana dalam melakukan evaluasi, seorang perawat tidak diperbolehkan
menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang
perawat menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b; Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai
melakukan interaksi, yaitu dengan menanyakan perasaan pasien
setelah melakukan interaksi, yaitu apakah interaksi yang dilakukan
bisa mengurangi kecemasan atau tidak ?
c; Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut
bisa disebut sabagai pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang
diberikan harus relevan dengan rencana interaksi berikutnya.
d; Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang
dibuat mencangkup tempat, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang
hendak dilakukan.
C; Teknik Komunikasi Terapeutik
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar
dalam melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami
sekaligus dijadikan pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah
ke pemahaman teknik komunikasi terapeutik, yaitu :
1; Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2; Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan
sebelum memberikan saran, informasi, maupun masukan.
Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik
komunikasi terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah
tingkat pemahaman masing-masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian,
maka dibutuhkan teknik komunikasi yang berbeda-beda pula. Maka secaa
substansia teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi dalam
pelaksanaanya bisa berbeda-beda.

Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik


komunikasi terapeutik meliputi :
1; Mendengakan dengan penuh perhatian
Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan
verbal maupun non verbal yang datang dari pasien guna menegaskan
bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya.
Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh
keperhatian adalah:
a; Pandang pasien saat bicara
b; Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam
mengeluarkan segala keluh kesahnya
c; Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan
d; Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan
e; Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau
membutuhkan umpan balik
f; Condongkan tubuh kearah lawan bicara.
2; Menunjukkan penerimaan
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui.
Menerima yang dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan maupun tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah
menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa menerima segala bentuk
perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan untuk
menghilangkan

ekspresi

wajah

maupun

gerakkan

tubuh

yang

menunjukkan tanda tidak setuju, semisal menggerutkan kening atau


menggelengkkan kepala.
Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang
perawat dalam hal ini adalah:
a;
b;
c;
d;

Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.


Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian
Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan
Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba

mengubah pikiran pasien.


3; Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan
Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan
terhadap pasien adalah guna memperoleh informasi yang bersifat spesifi.
Maka , akan menjai lebih baik apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan

dengan topik yang sedang dibicarakan serta gunakan perkataan dalam


konteks sosial budaya yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai
catatan, selama dalam pengkajian, ajukan pertanyakan yang berurutan.
4; Mengulang Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri
Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik
terhadap pasien. Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan
perawat dimengerti dan berlanjut. Dalam hal ini perawat berhati-hati
karena daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang bukan hanya
menyampaikan ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang
disimpulkan oleh perawat mengenai kondisi pasien.
5; Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting
bagi

seorang

perawat

untuk

menghentikan

pembicaraan

guna

mengklarifikasi serta menyamakan persepsi. Sebab, keberadaan informasi


sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien.
Supaya pesan bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus
memberikan contoh yang konkret dan mudah dimengerti oleh pasien.
6; Memfokuskan
Komunikasi

yang

membias

justru

akan

sulit

dimengerti.

Memfokuskan tujuan komunikasi merupakan salah satu metode yang


dapat

dilakukan

guna

membatasi

pembicaraan,

sehingga

mudah

dimengerti oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak boleh
memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan keluhannya, terkeculi
apabila pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan.
7; Menyampaikan Hasil Observasi
Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil
pengamatannya. Dalam hasil pengamatan, perawat harus berkomunikasi
dengan jelas dan akurat, sehingga perawat menjadi paham mengenai
kondisi yang diperlukan.
8; Menawarkan Informasi
Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan
informasi mengenai tips yang bisa membuat pasien percaya diri serta

menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat. Pemberian informasi berguna


untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat. Maka, apabila
terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan
klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya.
9; Diam
Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan
kepada perawat dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode
diam membutuhkan ketrampilan dan ketepatan waktu. Diam dapat
membuat

pasien

berkomunikasi

dengan

dirinya

sendiri

dalam

mengorganisasi pikiran dan memproses informasi yang disampaikan


perawat. diam sangat berguna bagi pasien saat harus mengambil
keputusan.
10; Meringkas
Meringkas

adalah

pengulangan

ide

utama

yang

sudah

dikomunikasikan secara singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi.

11; Menawarkan Diri


Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang
lain, perawat harus mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang
bisa mencairkan suasana, seperti menawarkan bantuan. Sehingga pasien
menjadi

rileks

dalam menghadapi kenyataan yang

terjadi, lalu

menceritakan permasalahannya pada perawat.


12; Refleksi
Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya
sebagai bagian dari dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa
yang harus dikerjakan, perawat bisa menjawabnya dengan berdiskusi
dengan pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan demikian,
perawat mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan
bahwa pasien memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga
memunculkan pikiran bahwa dirinya merupakan manusia yang memiliki
kapasitas dan kemampuan.

BAB III
KASUS NARASI TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
A; Contoh Komunikasi Terapeutik (1)
1; Tahap Pre-Interaksi
a; Mengumpulkan data tentang klien : Ditinjau dari catatan medis/rekam
medis.
1; Kondisi klien adalah post partum (anak pertama).
2; Diagnosa Keperawatan dalam rangka perawatan luka operasi
caesar.
3; Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam
rangka melaksanakan perawatan luka.
4; Tindakan keperawatannya adalah perawatan luka post partum.
5; DS : klien mengatakan lemas.
Klien mengatakan lembab pada luka operasinya.
6; DO: Klien tampak lemas.
Perban tampak lembab.
TTV: suhu: 375 oC.
Nadi: 74x/menit.

TD

: 120/70 mmHg.

b; Mengeskplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan.


Saya siap berinteraksi dengan klien (Ny. Dina) dengan tindakan
perawatan luka post operasi.
c; Membuat rencana pertemuan dengan klien.
Saya telah membuat kontrak untuk melakukan perawatan luka hari
ini pukul 10 pagi.
2; Tahap Orientasi
(Dialog)
Perawat

: Assalamualaikum ibu, selamat pagi.

Klien

: Walaikum salam, pagi juga suster.

Perawat

: Saya perawat Ratna, apakah benar ini dengan ibu


Dina?.

Klien

: Iya suster.

Perawat

: Ibu Dina, ibu lebih suka saya panggil apa ibu?.

Klien
Perawat

: Ibu Dina saja supaya lebih akrab, Suster.


: Baik ibu Dina, saya Ratna, hari ini saya yang akan
merawat ibu dari pukul 07.00 -14.00 siang nanti Bu,
jadi kalau ada masalah atau keluhan ibu dapat
berbicara kepada saya, Bu.

Klien

: Oke baik suster Ratna.

Perawat

: Baiklah, Ibu bagaimana keadaannya hari ini setelah


operasi caesar kemarin?.

Klien

: Alhamdulillah Suster, saya senang sekali dengan


kelahiran

anak pertama saya. Tapi saya masih

merasa lemas dan sulit bergerak.


Perawat

: Alhamdulillah saya turut senang atas kelahiran anak


pertama ibu, karena ibu melahirkan anak pertama
melalui caesar jadi wajar kalau ibu sulit bergerak
karena ada luka operasi yg masih rentan, selain lemas
apakah yg ibu rasakan?

Klien

: Oh begitu ya Suster. Tidak, hanya lemas dan sulit


bergerak saja

Perawat

: Baik Bu, sesuai dengan perjanjian kita kemarin, saya


akan mengganti perban luka ibu, supaya tidak terjadi
infeksi dan supaya ibu bisa segara beraktivitas
kembali

Klien

: Baik Suster, berapa lama?

Perawat

: Hanya sekitar 15 menit, ibu Dina

Klien

: Iya Suster

3; Tahap kerja
(Dialog)
Perawat

:Baiklah Bu, sebelumnya ada yang ingin ibu


tanyakan?

Klien

:Apakah perawatan luka ini penting, Sus? Dan berapa


frekuensi penggantian perban, Sus?

Perawat

: Iya Ibu, perawatan luka ini sangat penting karena


jika luka kotor akan menimbulkan infeksi dan dapat
menyebabkan kematian, perban itu harus diganti
minimal 1x sehari, Bu

Klien

: Baik, Suster

Perawat

: Oke ibu Dina, pertama maaf ibu bajunya sedikit saya


singkapkan ya, Bu. Nanti jika sudah di rumah atau
saat ibu sudah merasa tidak nyaman, ibu atau dengan
bantuan keluarga dapat melakukan secara mandiri

Klien

: Alat-alatnya apa saja, Suster?

Perawat

: Sarung tangan, pinset, gunting, plester, kasa steril,


cairan pembersih. Ibu dapat menggunakan aquabides
sudah ada yang menjual di apotek, Bu

Klien
Perawat

:Lalu caranya bagaimana, Sus?


:Pertama-tama kita buka balutan yang lama namun
jangan memegang dengan tangan telanjang, kita
harus memakai sarung tangan, lalu kita bersihkan
luka dengan aquabides yang dicelupkan ke kasa dan
dikeringkan dengan kasa kering

Klien

: Apakah kasa tidak boleh dipakai berulang-ulang,


Sus?

Perawat

:Benar sekali ibu, setiap kali kita membersihkannya


kita tukar dengan kasa yang baru dan jangan lupa ibu
kita

harus

membersihkan

luka

dari

daerah

yang bersih kedaerah yang kotor


Klien

:Lalu apa lagi sus ?

Perawat

:Lalu Bu, kita tutup luka dengan kasa steril, dan


direkatkan dengan plester, lalu ditutup dengan
pakaian ibu kembali dan semua bekas balutan
dibuang ketempat sampah medis

Klien

:Saya rasa saya sudah bias melakukannya, Sus

4; Tahap terminasi
(Dialog)
Perawat

: Baik ibu Dina, perawatan lukanya sudah selesai dan


ibu pun sudah mengerti bagaimana cara melakukan
perawatan luka. Sekarang bagaimana rasannya
bu, apakah sudah lebih nyaman bu sekarang?

Klien

: Iya suster sudah lebih nyaman

Perawat

: Baik ibu kalau begitu nanti jika sudah waktunya ibu


mengganti perban, ibu bisa dibantu dengan keluarga,
atau biasa juga didampingi saya atau perawat
lainnya

Klien

: Iya suster, terimakasih

Perawat

: Iyah ibu Dina. Apakah ada yang ingin ibu tanyakan?

Klien

: Tidak, Sus. Saya rasa cukup dan saya sudah paham,


Sus

Perawat

: Baik ibu sekarang ibu dapat beristirahat kembali

Klien

: Iyah Suster, terimakasih yah, Sus

Perawat

: Sama-sama ibu Dina. Semoga lekas sembuh ya, Bu

(Sumber : Makalah Komunikasi Terapeutik oleh Ratna Widyasari)


B; Contoh Komunikasi Terapeutik (2)
1; Tahap Pra-Interaksi

a; Seorang pasien bernama Mr. Bram, menderita sakit dirawat di rumah


sakit 5 hari KU sadar, tensi 120/70 mmHg, nadi 88X/menit, suhu 37
derajat Celcius, badan kurus, sulit tidur, tidak mau makan sayur, tidak
mengerti menu makan 4 sehat 5 sempurna, suka merokok, pakaian
tampak kusut, dan kurang menjaga kebersihan.
b; Perawat bernama Johns saat itu bertugas jaga di rumah sakit tempat
pasien Bram dirawat ingin menyampaikan pendidikan kesehatan
terkait dgmasalah yang dihadapi pasien Bram.

2; Tahap Orientasi (Perkenalan)


Perawat

: Permisi....siang bapak.....(mengetuk pintu)

Pasien

: Iya, siang mas silahkan masuk.

Perawat

: Benar

Ini

dengan

Pak

Bram?

(memandang

Pasien/mempertahankan kontak mata pasien)


Pasien

:Iya mas.....saya Bram.

Perawat

: Baik pak perkenalkan nama saya Johns sebagai


perawat yang akan merawat bapak selama di rumah
sakit ini, disini saya di tugaskan untuk membantu dan
memberikan masukan atau saran terhadap keluhan
bapak.Privasi atau kerahasiaan bapak akan saya jaga
dengan sebaik-baiknya. Nanti untuk durasi waktunya
kurang lebih 10 menit saja, apakah bapak bersedia?

Pasien

:Iya mas saya bersedia.

3; Tahap Kerja
Perawat

: Baiklah,apa yang bapak rasakan saat ini.?

Pasien

: Saya merasakan kepala saya pusing mas, dan saya


juga sulit untuk tidur,

Perawat

: apakah ada lagi yang bapak rasakan selain itu?

Pasien

:Iya mas, kenapa ya saya merasa berat badan saya itu


turun?

Perawat

: Apakah bapak suka merokok ?

Pasien

: Iya mas, saya seorang perokok aktif.

Perawat

: Seberapa sering bapak merokok?

Pasien

: Setiap hari saya merokok , saya tidak bisa lepas dari


rokok.

Perawat

: "Kalau boleh saya sarankan, bapak tolong kurangi


kebiasaan merokok bapak, karena rokok sangat
membahayakan

bagi

kesehatan

bapak,

karena

didalam rokok banyak mengandung zat-zat kimia


yang berbahaya.
Pasien

: Iya mas saya pernah mencoba untuk meninggalkan


kebiasaan merokok tapi saya tidak bisa, lidah saya
tersa pait apabila sehari tidak merokok.

Perawat

: Iya memang pak kebiasaan itu sangat sulit


dihilangkan,tapi bapak bisa mengganti kebiasaan
tersebut dengan aktifitas yang lain selain merokok
seperti membaca koran atau berolah raga.

Pasien

: Iya, baiklah mas saya akan mencobanya.

Perawat

: Oh iya pak apakah pada saat makan sehari-hari


bapak kurang suka mengkonsumsi sayuran, seperti
wortel, bayam, kol dan lainnya?

Pasien

:Iya mas saya tidak suka makan sayur-sayuran, apakah


itu berpengaruh untuk berat badan saya?

Perawat

: Iya pak itu juga faktor yang mempengaruhi berat


badan menjadi turun.Karena pada sayuran terdapat
gizi dan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
dan sayuran sangat penting untuk pertumbahan dan
daya tubuh agar tetap stabil."

Pasien

: Makanan yang bergizi dan mempunyai prtoein


seperti apa mas contohnya?

Perawat

: Bapak harus mengkonsumsi sayur-sayuran, ikan laut,


daging telur tahu tempe, untuk lebih baiknya bapak

juga saya sarankan untuk minum susu,apakah sudah


jelas pak untuk penjelasan saya?
Pasien

: Iya mas sudah jelas kok, terima kasih atas saransaranya mas.

Perawat

: Dan disamping itu bapak juga harus menjaga


kebersihan badan bapak dan lingkungan sekitar
bapak.

Pasien

: Maksud nya mas....?

Perawat

: Misalnya dalam hal pakaian yang bapak kenakan,


setiap kita akan memakai pakaian, lebih baik pakaian
tersebut dicuci dengan bersih. Setelah itu anda setrika
pak karena pakaian tersebut kemungkinan besar
terdapat kuman yang tersembunyi, dengan bapak
menyetrika pakaian tersebut kuman akan mati selain
itu bapak pasti akan kelihatan rapi dan bersih, apakah
bapak berniat untuk melakukan hal tersebut?

Pasien

: Iya Mas Insyalloh saya berniat untuk melakukan hal


tersebut makasih ya mas atas saran nya.

Perawat

: Iya pak sama-sama.

Perawat

: Apakah masih ada keluhan atau hal yang ingin anda


sampaikan pak?

Pasien

: Tidak mas, terima kasih.

4; Tahap Terminasi
Perawat

: Baiklah kalau memang sudah tidak ada keluhan lagi,


saya akan melajutkan pekerjaan saya yang lain dan
jika bapak perlu bantuan anda cukup memencet
tombol di sebelah anda maka saya akan datang dan
menyiapkan keperluan yang anda inginkan.

Pasien

: Iya terima kasih mas.

Perawat

: Terima kasih juga atas waktunya, Pak. Silahkan


bapak kembali beristirahat dan lekas sembuh.
Permisi, Pak.

(Sumber: Makalah Asuhan Keperawatan oleh Febri S).

BAB IV
PENUTUP
A; Kesimpulan
1; Komunikasi terapeutik adalah komunikasi secara sadar yang dilakukan
oleh seorang perawat untuk kesembukan pasien.
2; Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik:
a; Membantu klien/pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah
situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
b; Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c; Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
3; Tahapan dalam komunikasi terapeutik:
a; Fase prainteraksi
b; Fase orientasi
c; Fase kerja
d; Fase terminasi
4; Teknik-teknik komunikasi terapeutik:
a; Mendengarkan dengan penuh perhatian
b; Menunjukkan penerimaan
c; Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
d; Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri
e; Klarifikasi
f; Focusing
g; Menyampaikan hasil observasi
h; Menawarkan informasi
i; Diam
j; Meringkas
k; Memberi penguatan
l; Menawarkan diri

m; Memberi kesempatan klien untuk memulai pembicaraan


n; Refleksi
B; Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya
komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan. Khususnya bagi pembaca
yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat
berkomunikasi yang baik sehingga dapat menjalin kerjasama dengan pasien
dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan
siapapun yang terdapat di lingkungan kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Zen, Pribadi.2013.Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan
Profesional.Yogyakarta:D-Medika
Nasir et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.

Vous aimerez peut-être aussi