Vous êtes sur la page 1sur 44

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia -Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal karya tulis ilmiah dengan judul Hubungan
Pemakaian Alat Kontrasepsi Implant dengan Peningkatan Berat Badan pada
Akseptor Keluarga Berencana di RT 01 RW 08 Kelurahan Tabing Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun 2015
Proposal karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
melanj utkan penelitian. Dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini,
penulis telah mendapatkan bantum dan bimbingan serta dukuugm moril dari
berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1; Ibu Yani Maidelwita SKM, M.Biomed sebagai pembimbirg yang telah
meluangkan waktu, mlmberi petunjuk, naseha! bimbingan, semangat dan
arahan selamapenyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2; Ibu Devi Syarief S.Si.T, M.Keb sebagai Kefta Prodi D-III Kebidanan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
3; Ibu Hj. Elmiyasna K, SKP, MM

sebagai

ketua

STIKes

MERCUBAKTUAYA Padang.
4; Dosen dan Staf Prodi D-III Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang.
5; Teristimewa kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dukungan moril dan material serta do'a restu dan harapannya
yang selalu menjadi semangat disetiap langkah penulis dalam mencapai
segala harapan dan impian.

6; Serta semua pihak tang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah ikut
memberikan paltisipasi dalam penyustman Proposal Karya Tulis llmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam peryustmafl proposal karya tulis ilmiah
ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesernpurnaim proposal karya tulis ilmiah ini.
Akhimya penulis berharap agar proposal karya tulis ilmiah ini diterima
dan dilanjutkan ke penelitian.

Padang, Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1;................................................................................Latar Belakang
......................................................................................................1
1.2;............................................................................Tujuan Penelitian
......................................................................................................5
1.3;..........................................................................Manfaat Penclitian
......................................................................................................6
1.4;..............................................................Ruang Lingkup Penelitian
......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1;.....................................................................................Berat badan
......................................................................................................8
2.2;.....................................................................................Kontrasepsi
....................................................................................................12
2.3;............................................................................................Implant
....................................................................................................16
2.4;............................................................................Kerangka konsep
....................................................................................................33
2.5;..........................................................................................Hipotesa
....................................................................................................33
2.6;..........................................................................Definisi opresional
....................................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1;...............................................................................Jenis penelitian
....................................................................................................35

3.2;..........................................................Tempat dan waktu Penelitian


....................................................................................................35
3.3;........................................................................Populas dan Sampel
....................................................................................................35
3.4;.............................................Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data
....................................................................................................36
3.5;.................................................................Teknik Pengolahan Data
....................................................................................................38
3.6;...................................................................................Analisa Data
....................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1;

Latar Belakang
Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40

tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai


berkurangnya kemampuan reproduktif Pada masa dewasa ini perhatian lebih
khusus ditujukan pada keterkaitan berat badan, meskipun berat badan dan
keterkaitanya ada di sepanjang siklus kehidupan ini, karena permasalahan
berat badan ini mencapai puncaknya pada masa dewasa (Departemen FKM UI
Gizi dan Kesehatan Masyarakat 2008). Masalah kegemukan bukanlah hal baru
dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan
sebuah kebanggan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk
merupakan mode bagi pejabat atau eksekutif (Anita, 1995 dalam Kurniati,
2012). Istilah Obesitas dengan overweight sering digunakan untuk
menyatakan adanya kelebihan berat badan, akan tetapi sesungguhnya obesitas
dan overweight memiliki arti yang berbeda.
Obesitas (kegemukan) adalah ketidakseimbangan antara jumlah makanan
yang masuk dibandingkan dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Orang yang
kegemukan memiliki berat badan yang berlebihan yang diakibatkan
penimbunan lemak tubuh yang borlebihan (Wikipedia:2013). Sedangkan
overweigtrt adalah kelebihan berat badan dibandingkan berat badan ideal yang
terjadi akibat penimbunan jaringan lemak ataupun non lemak yang meliputi,
otot, tulang, lemak, dan air (Indonesian Nutrition Network;2005).obesitas saat
ini sudah menjadi masalah global. Prevalensinya meningkat tidak saja

dinegara-negara maju tapi juga dinegara-negara berkembang (Mayer,1973


dalam Rahmawati,2009). Memperlihatkan statistic yang menjelaskan 60%
orang dewasa AS memiliki masalah yang sama, yakni kegemukan atau
obesitas. Ditahun 2000 38,8 Juta orang dewasa di AS dapat diklasifikasikan
sebagai penderita obesitas prevalensi obesitas pada laki-laki sekitar 32,2%
dan pada perempuan sebesar 35.5%

(Flegal,et.al.2010). Prevalensi

overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik.


Sebagai contoh, 20% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan
l,5% tergolong obesitas. Di Thailand 16% penduduknya mengalami
overweight dan 4% mengalami obesitas.
Bila dilihat dari kelompok umur, prevalensi kegemukan tertinggi di
Negara-negara berkembang terdapat pada kelompok umur yang lebih muda
(40-50 tahun). Hal ini dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
serius dinegara-negara berkembang yang berpendapatan rata-rata menengah
dan rendah (Low, chin & Deurenberg-yap,2009). Kegemukan dapat
menimbulkan berbagai konsekuensi kesehatan, sosial, dan ekonomi. Review
yang dilakukan Swinburn et al (2004) Menunjukkan, kejadian kegemukan
berhubungan dengan peningkatan resiko diabetes tipe-2,tekanan darah dan
resiko hipertensi, kadar kolesterol-total dan kolesterol-LDl resiko panyakit
jantung coroner dan stroke, resiko penyakit kantung empedu dan insiden
gejala klinis batu empedu, resiko kanker tertentu dan resiko gout. Dari segi
sosial, kegemukan akan berdampak terhadap perasaan rendah diri kelambanan
bergerak kurang fashionable, dan malu bergaul. Adapun segi ekonomi,
kegemukan mengurangi produktivitas kerja, hari produktif, usia produktif dan
meningkatk4n pengeluaran kesehatan (Hardinsyah, 2007 dalam Humayrah,

2009) Pada wanita dewasa terdapat juga beberapa factor yang mempengaruhi
peningkatan berat badan Seperti pada saat menstruasi, kehamilan dan
menyusui, penggunaan alat kontrasepsi, pola makan, dan kehamilan.
Pemakaian kontrasepsi hormonal sangat terlihat disini.
Menurut data kesehatan dunia WHO (World Healtd Organization)
menjelaskan bahwa terjadi peningkatan angka pengguna alat kontrasepsi
terutama kontrasepsi yang mempunyai efektifitas jangka panjang seperti
Implant dan IUD tahun 2011 jumlah pengguna IUD sebanyak 35,7%
meningkat pada tahun 2012 sebanyak 39,13% sedangkan implant tahun 2011
sebanyak 23,4% mcningkat pada tahun 2012 sebanyak26,l7% (WHO, 2013)
Di Indonesia tahun 2Ol2 jumlah akseptor KB sebanyak 6.152.231 adapun
jenis kontrasepsi yang gunakan adalah suntikan 2.949.633 (47,94%), Pll
1.649.256 (26,81yo),Imp1ant 527.569 (8,58%), kondom 462,186 (7.51%) IUD
459.177 (7,49%), MOW S7 .079 (1,42%) dan MOP 17,331 (O,28%)
(BKKBN,2003)
Propinsi Sumatera Barat dalam kurun waktu 2007-2009 terlihat bahwa
realisasi akseptor KB melebihi target yang telah ditetapkan, kecuali pada
tahun 2008 dimana realisasi KB sebanyak 1,22.589 orang tidak mencapai
target akseptor sebanyak 123.000 (BPS Sumbar, 2009). Sepanjang 2A07-2009
propinsi Sumatera Barat jumlah akseptor KB semakin meningkat menjadi
140.343 orang pada tahun 2009.Cara atau alat suntikan masih menjadi pilihan
utama yakni sekitar 48,44Yo (67.975 orang) dari keseluruhan akseptor KB,
sedangkan yang menggunakan pil, kondom, implant, IUD, dan MOW/MOP
masing-masing sebanyak 18,86%, 74,98%,12,13%, 4,73% dan 0,86% (BPS
Sumbar, 2009)

Implant

merupakan

kontrasepsi

bawah

lrulit

yang

mengandung

levonorgestrel yang di bungkus dalam kapsul silastik silicon (polidomenthyl


silixone) yang berisi hormon golongan progesterone (sarwono 2013),
keuntungan

dari

alat

kontrasepsi

implant

adalah

efektifitas

tinggi,

perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), mudah dalam pemakaian tidak


mengganggu pengeluaran ASI, hanya perlu kembali ke klinik jika ada
keluhan, selain itu implant juga mempunyai efek samping salah satunya
adalah kenaikan berat badan per tahun antara 2,3kg-2,9kg, untuk penurunan
rata-rata per tahun 1,6kg-1,9kg pada akseptor KB implant (Koes lrianto,2012).
Di Puskesmas Lubuk Buaya terdapat 6 kelurahan yang memiliki akseptor
KB aktif dengan jumlah total 16.326 yaitu Kelurahan Tunggul Hitam dengan
2613 (75%) KB akti{ Perupuk Tabing 3755 (75%), Bungo Pasang 2450
(75%), Pasia Nan Tigo 2120 (74,9Yo), Batang Kabung Ganting 27:85 (75yo),
Lubuk Buaya 3102 (75%) dari data di atas kunjungan yang paling terbanyak
adalah di Kelurahan Parupuk Tabing 3755 (75Yo) Puskesmas Lubuk Buaya
tahun 2014.
Berdasarkan survey awal yang penulig lakukan di Puskesmas Lubuk
Buaya Padang pada tanggal 20 April 2015 di dapatkan di antara 10 orang
akseptor KB implant yang penulis wawancarai 6 di antaranya mengalami
kenaikan berat badan > 3kg setelah pemakaian kontrasepsi implant, dan 4
orang dari akseptor KB implant tersebut tidak mengalami kenaikan berat
badan.
Dari permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk memilih judul
tentang Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Implant dengan Peningkatan
Berat Badan pada Akseptor Keluarga Berencana di RT 01 RW 08 Kelurahan
Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun 2015.

1.2; Tujuan Penelitian


1.2.1; Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Implant dengan
Peningkatan Berat Badan pada Akseptor Keluarga Berencana di RT 01 RW
08 Kelurahan Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun
2015
1.2.2; Tujuan khusus.
1; Diketahuinya Distribusi frekuensi pemakaian kontrasepsi di RT 01 RW
08 Kelurahan Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada
tahun 2015
2; Diketahuinya Distribusi frekuensi peningkatan berat badan pada
akseptor implant di RT 01 RW 08 Kelurahan Tabing Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun 2015
3; Diketahuinya Hubungan pemakaian alat kontrasepsi implant dengan
peningkatan berat badan pada akseptor implant di RT 01 RW 08
Kelurahan Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun
2015

1.3; Manfaat Penclitian


1.3.1; Bagi peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambahkan pengalaman dan
wawasan dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu
yang telah di dapatkan selama kuliah.
1.3.2; Bagi Puskesmas
Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan masukan guna peningkatan
pelayanan kontrasepsi implant demi terciptanya metode kontrasepsi efe}rif
dan berjangka panjang.
1.3.3; Bagi Institusi

Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan masukan guna peningkatan


pelayanan kontrasepsi implant demi terciptanya metode kontrasepsi efektif
dan berlangka paniang.
1.4;

Ruang Lingkup Penelitian


Dalam peneliti.an ini membahas hubungan pemakaian alat kontrasepsi

implant dengan peningkatan berat badan pada akseptor keluarga berencana di


RT 01 RW 08 Kelurahan Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada
tahun 2015. Populasi dari penelitian ini adalah akseptor KB di RT 01 RW 08
Kelurahan Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun 2015
yang berjumlah 114 orang dengan sampel setiap ibu (PUS) yang datang ke
Puskesmas Lubuk Buaya pada saat penelitian. Desain penelitian yang di
gunakan adalah survey analitik melalui pendekatan cross sectional yaitu
dimana peneliti mengukur variabel independen yaitu peningkatan berat badan
dan variable dependen kontrasepsi implant di kumpulkan pada wakru
bersamaaan (Hidayat, 2011) data yang di kumpulkan adalah data primer. Data
primer di kumpulkan meliputi data nama responden, data peningkata.n berat
badan pada ibu pada pemakaian kontrasepsi implant yang di peroleh langsung
dari responden

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1; Berat badan
2.1.1; Pengertian Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting yang
digunakan sebagai ukuran laju pertumbuhan fisik, disamping itu berat badan
digunakan sebagai ukuran perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan
menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai yaitu parameter yang
baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan
konsumsi makanan dan kesehatan.
2.1.2; Perubahan Berat Badan
Perubahan berat badan adalah berubahnya ukuran berat, baik bertambah
atau berkurang akibat dari konsumsi makanan yang diubah menjadi lemak dan
disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan dibagi menjadi:
1; Berat badan meningkat atau naik jika hasil penimbangan berat badan lebih
besar dibandingkan dengan berat badan sebelumnya.
2; Berat badan menurun jika hasil penimbangan berat badan lebih rendah
dibandingkar berat badan sebelumnya.
Ada beberapa faktor yang memepengaruhi berat badan, diantaranya adalah:
1; Kelebihan makanan
Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdaapat kelebihan
makanan dalam tubuh terutama bahan makanan sumber energi. Dengan
kata lain, jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh.
2; Kekurangan aktifitas dan kemudahan hidup

11

Kegemukan dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih,


tetapi juga karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan
energi. Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya
aktifitas fisik, serta kemajuan tekhnologi diberbagai bidang kehidupan
mendorong

masyarakat

untuk

menempuh

kehidupan

yang

tidak

memerlukan kerja fisik yang berat.


3; Faktor psikologis
Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang
mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya
tekanan psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan
tidak menguntungkan. Saat seseorang merasa cemas, sedih, kecewa, atau
tertekan, biasanya cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk
mengatasi perasaan-perasaan tidak menyenangkan tersebut.
4; Faktor genetic
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada
generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering
menjumpai orangtua gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk
pula.
Dalam hal ini faktor genetik telah ikut campur menentukan jumlah
unsur sel lemak dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran
normal, secara otomatis akan diturunkan kepada bayi yang serlam ini di
dalam kandungan. Maka tidak heran bila bayi yang lahirpun memiliki
unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.
5; Pola konsumsi makanan
Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak
serta rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas.
Masyarakat diperkotaan cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai
mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun

12

mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang terkandung dalam makanan


cepat saji sangat tinggi, dan didalam tubuh kelebihan kalori akan diubah
dan di simpan menj adi I emak tubuh. (Soeharto,200 1 )
6; Kebudayaan
Bayi-bayi yang gemuk biasanya dianggap bayi yang sehat. Banyat
orang tua yang berusaha membuat bayinya sehat dengan cara memberikan
terlalu banyak susu, yang biasa diberikan adalah susu botol atau formula.
Bayi yang terlalu gemuk dalam usia enam minggu pertama akan
cenderung tumbuh menjadi remaja yang gemuk. Beberapa studi
menunjukkan bahwa 80% dari anak-anak yang kegemukan akan tumbuh
menjadi anak-anak dewasa yang kegemukan juga (Hutapea, 1994).
7; Faktor hormonal
Menurut hipotesa para ahli, Depo Medroxy Progetseron Acetat
(DMPA) merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus
yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Hartanto,
2004).
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makanan tuletak pada
suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung
lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain otak, sehingga lebih mudah
dipengaruhi oleh unsur kimiawi darah. Dua bagian hipotalamus yang
mempengaruhi penyerapan makanan yaitu Hipotalamus Lateral (HL) yang
menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan), Hipotalamus
Ventromedial (HVM) yang bertuigas menggerakkan nafsu makan
(pemberian pusat kenyang). Dari hasil suatu penelitian didapat bahwa jika
HL rusak atau hancur makan individu menolak untuk makan atau minum
(diberi infus). Sedangkan kerusakan pada bagian HVM maka seseorang
akan menjadi rakus dan kegernukan (Ndu'tadin, 2002). Pada penggunaan

13

progesteron yang lama fiangka panjang) menyebabkan pertambahan berat


badan akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi nafsu makan.
8; Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi
gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap
gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut
cenderung untuk merijadi gemuk.
2.1.3; Pengaruh KB hormonal lerhadap berat badan
Pemakaian kontrasepsi hormonal mempunyai efek samping utama yaitu
perubahan berat badan. Faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan
akseptor KB suntik adalah adanya hormon progesteron yang lnrat sehingga
merangsang hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus. Dengan adanya nafsu
makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebrhan zat-zat gizi.
Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan
disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan
lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak (Mansjoer,
2003).
2.1.4; Etiologi
Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormone
progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya
dapat menyebabkan berat badan bertambah.
2.2; Kontrasepsi
2.2.1; Pengertian Kontrasepsi

14

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu


dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Sarwono, 2009).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada (Sarwono, 2009).
Pengertian keluarga berencana menurut UU.No 10 tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), Pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum Sujiyatini,
2011)
2.2.2; Tujuan program I(B
Tujuan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas adalah
untuk membina kemandirian dan sekaligus meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan dan ketahanan
keluarga terutama yang di selenggarakan oleh institusi masyarakat di daerah
perkotaan dan perdesaan sehingga membudidaya dan melarnbaganya keluarga
kecil berkualitas. Perlu di ketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut berkaitan erat dan
merupakan kolanjutan dari tujuan program KB tahun 1970 yaitu (Sujiyatini Arum
2011):
1; Tujuan demografis berupa penurunan TFR tahun 2000 sebesar 50% dari
kondisi, tahun 1970
2; Tujuan filosofi berupa kelembagaan dan pembudidayaan norna keluarga
kecil bahagia sejahtera (NKKBS)
a; Perencanaan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum di
inginkan
1; Pengaturan jarak dan usia melahirkan

15

2; Penggunaan kontrasepsi rasional, efektif efisien.


3; Pelayanan KB bagi keluarga miskin
4; Keterlibatan pria dalam perencanaan kehamilan dan keterlibatan
pria dalam KB
5; Penurunan kehamilan di kalangan PUS muda.
6; Meningkatan status kesehatan perempuan dan anak.
a; Pengaturan usia melahirkan yang tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua
b; Pengaturan jarak antara kehamilan.
c; Peningkatan keterlibatan pria dalam kehamilan dan perawatan
anak.
d; Peningkatan menyusui eksklusif
e; Pencegahan dan perlindungan HIV dan AIDS
7; Meningkatkan kesehatan dan kepuasan seksual
a; Kondom fungsi ganda (dual protection)
b; Program universal precaution untuk pencegahan HIV dan AIDS
dalam program KB.
c; Penggunaan kontresepsi pada PUS yang ingin menunda anak
pertama.
d; Pelayanan terintegrasi dan deteksi dini kanker alat reproduksi
2.2.3; Manfaat Program Keluarga Berencana KB
Berikut ini merupakan manfaat dari adanya program Keluarga Berencana
(KB), yaitu :
1; Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan
kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan.
2; Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi
pil kontrasepsi.
3; Memberikan kontribusi

bagi

pembangunan

berkelanjutan

yang

berwawasan kependuiukan. Program keluarga berencana nasional adalah


program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga
untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat
mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuk keluarga berkualitas

16

maka generasi mendatang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas


akan dapat melanjutkan pembangunan.
Program keluarga berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam empat hal, yaitu.
a; Mengendalikan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk juga dengan
peningkatan kualitas penduduk.
b; Peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya yang handal
dilakukan dengan mengarahkan pembangunan pada penurunan kematian
ibu dan bayi dengan menurunkan kelahiran atau kehamilan melalui
penggunaan kontrasepsi'
c; Berusaha dan menjunjung tinggi perwujudan hak-hak asasi manusia dalam
hal kesehatan reproduksi pasangan usia subur untuk merencanakan
kehidupan berkeluarga.
d; Mendukung upaya pemberdayaan

perempuan

dengan

menyadari

sepenuhnya akan hak dan kewajiban perempuan serta sebagai sumber daya
manusia yang tangguh.
Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor
akan mendapatkan tiga manfaat utama optimal baik untuk ibu, anak dan keluarga'
antara lain:
1; Manfaat Untuk Ibu:
a; Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
b; Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
c; Menjaga kesehatan ibu
d; Merencanakan kehamilan lebih terprogram
e; Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendet'
f; Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anah beristirahat dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.

17

2; Manfaat Untuk Anak:


a; Mengurangi risiko kematian bayi
b; Meningkatkan kesehatan bayi
c; Mencegah bayi kekurangan gizi
d; Tumbuh kembang bayi lebih terjamin
e; Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi
f; Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal
3; Manfaat Untuk Keluarga:
a; Meningkatkan kesejahteraan keluarga
b; Harmonisasi keluarga lebih terjaga
2.3; Implant
2.3.1; Pengertian Implant
Susuk Implant adalah. suatu alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung
levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon (polydimethyl
siloxane) yang berisi hormon golongan progesteron yang dimasukkan dibawah
kulit lengan kiri atas bagian dalam yang berfungsi untuk mencegah kehamilan
(Febriana, 2014).
Sedangkan menurut BKKBN implant adalah alat kontrasepsi yang
disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik
(entur) panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang korek api dan dalam
setiap batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah
terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).

2.3.2; Jenis-Jenis Implant


1; Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 rnfi, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel
dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar

18

antara 50-85 mcg pada tahun psrtalna penggunaan, kemudian menurun


sampai 30-35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant
yang paling banyak dipakai (Febriana, 2Ol4).
2; Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi
ketiga, yang dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/
disposable, dengan panjang kira-kira 40 mn, dan diameter 2 mm, terdiri
dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya kecepatan
pelepasan hormonnjrh adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan
turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya (Febriana,2Al4\.
3; Jadena dan lndoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan ?5 mg levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun.
4; Uniplant
Terdiri dari I batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang
mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan
sebesar 100 pg per hari dan lama kerja I tahun.
5; Capronor
Terdiri dari I kapsul biodegradable. Biodegradable implant
melepaskan progestin dari bahan pembawa/ pengangkut yang secara
perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh. Bahan pembawanya sama
sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misalnya pada norplant. Tetapi sekali
bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi.
Tingkat penggunaan kontrasepsi implant dapat diperbaiki dengan
menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul
ini mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton.
Mempunyai diameter 0,24 crn, terdiri dari dua ukuran dengan panjang

19

2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4


cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama keria 12 - 18 bulan.
Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah l0 kali lebih
cepat dibandingkan.slastic.
2.3.3; Cara Kerja Implant
1; Menghalangi terjadinya ovulasi .
Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi pelepasan LH
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing
hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting
untuk ovulasi. (BKKBN, 2003).
2; Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit .
Mengentalkan lendir serviks, kadar levonorgestrel yang konstan
mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut
menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk
penetrasi sperma.
3; Menghambat perkembangan siklis dari endometrium
Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap
maturasi siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya
menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun
terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai
fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implant
4; Mengurangi transportasi sperma.
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan sperma.
2.3.4; Keuntungan dan Kerugian Implant
1; Keuntungan
a; Efektivitas tinggi
b; Perlindungan jangka panjang ( sampai 5 tahun )
c; Mudah dalam Pemakaian
d; Tidak menganggu kegiatan senggama
e; Tidak mengganggu pengeluaran ASI
f; Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
g; Pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan
20

h;
i;
j;
k;

Tidak membutuhkan pemeriksaan dalam


Tidak mengandung zat alrtif yang bersiko (bebas estrogen)
Cara pcnggunanya mudah
Ekonomi

2; Kerugian
a; Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang
terlatih
b; Gangguan pola haid.
c; Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
d; Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena
e;
f;
g;
h;
i;
j;
k;

kurang mengenalnya.
Perubahan libido dan Berat Badan
Nyeri kepala, pusing, pening
Nyeri mamae
Jerawat
Perasaan mual
Anoreksia
Efektifitas turun jika menggunakan obat-obatan tuberkolosis dan

epilepsy
l; Tidak bisa melindungi dari IMS
m; Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan
2.3.5; Kontraindikasi
1; Kehamilan atau disangka hamil.
2; Penderita penyakit hati akut.
3; Riwayat kanker payudara
4; Kelainan jiwa (Psikis, neurosis).
5; Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus.
6; Penyakit trombo emboli.
7; Riwayat kehamilan ektopik.
8; Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
9; Memakai obat-obatan untuk epilepsi / TBC
2.3.6; Indikasi
Merupakan metode kontrasepsi yang sesuai bagi wanita dengan kriteria
scbagai berikut (Febriana, 2014).
1; Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang
lama tetapi tidak tersedia menjalani kontap / menggunakan AKDR.

21

2; Wanita yang tidak boleh menggunakan pi1 KB yang mengandung


3;
4;
5;
6;
7;
8;

estfogen.
Usia reproduksi Perempuan pada usia reproduksi (20-30 tahun).
Punya anak atau belum
Postpartum atau menlrusui
Pasca keguguran
Tekanan Darah < 1801110 mmHg
Wanita yang mengalami kesulitan untuk mempergunakan kontrasepsi

barrier/ merasa kurang disiplin untuk minum pil setiap hari.


9; Menghendaki penjarangan kehamilan jangka panjang (2 Tahun I lebih)
atau telah mempunyai cukup anak sesuai keinginan, tetapi belum siap ikut
program sterilisasi
10; Pasca persalinan dan tidak menyusui
11; Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau
anemie bulan sabit (sickle cell)
12; Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen
2.3.7; Efektivitas
Menurut Hartanto, (2002) efektifitas implant adalah :
1; Efektivitasnya tinggi, angka kegagalan norplant < I per 100 wanita per
tahun dalam tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi
oral, IUD dan metode harrier
2; Efektivitasnya norplant berkurang sedikit setelah sedikit setelah 5 tahun,
dan pada Tahun ke 6 kira-kira2,5-3o/o akseptor menjadi hamil.
3; Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5
tahun tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam
jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6yo.
Penyebabnya belum'jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan
hormonnya.
2.3.8; Efek Samping dan Penanganannya
1; Amenorrhoe
a; Penyebab
1; Hymen imperforate, yaitu selaput dara tidak berlubang sehingga
darah menstruasi terhambat untuk keluar. Keluhan pada kejadian

22

ini biasanya mengeluh sakit perut tiap bulan. Hal ini bisa diatasi
dengan operasi
2; Menstruasi anovulatiore, yaitu rangsangan hormon-honnon yang
tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim
sehingga tidak terjadi haid/ hanya sedikit. Pengobatannya dengan
terapi hormone
3; Amenorrhoe sekunder, yaitu biasanya pada wanita yang pernah
menstruasi sebelumnya. Penyebab amenorrhoe sekunder ini
karena hipotensi, anemia, infeksi atau kelemahan kondisi tubuh
secara umum stress Psikologis.
Penyebab paling umum pada amenore adalah adanya kehamilan,
maka perlu dilakukan tes kehamilan sebagai langkah awal dalam
mengevaluasi gangguan tersebut. Untuk penegakan diagnosa dan
pengobatan selanjutnya, maka perlu adanya evaluasi terhadap fungsi
organ-organ yang terlibat dalam siklus menstruasi, yang meliputi
uterus, ovariurn" hipofisis anterior, dan hipotalamus.
Apabila tidik ada indikasi kehamilan maka ada 5 penyebab
paling

umum

pada

amenore

sekunder,

berdasarkan

urutan

prevalensinya adalah hypothalamic suppression (33%), chronic


anovulation (28%), hyperprolactinemia (l 4%), ovarian fai lure (12%),
and uterine disorders (7%)
b; Penanganan:
Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama
jika terjadi amenorhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak
ditemui masalall jangan berupaya untuk merangsang perdarahan
dengan kontrasepsi oral kombinasi (silfioktafiautami, 20I I).

23

2; Perdarahan bercak (sepotting) ringan


a; Penyebab
Ketidakseimbangan hormon dan diperkirakan karena kerja
enzim plasmin yang terkonsentrasi di jaringan selaput lendir rahim.
Enzim ini bersifat fibrinolitik (menghancurkan fibrin yang berguna
untuk pembekuan darah) dan beban kerja (Hartanto, 2003).
Perdarahan bercak juga diduga terjadi penurunan kadar estrogen
prahaid. Perlu juga dipikirkan adanya polip servik, erosi porsio dan
juga dapat disebabkan oleh insufisiensi korpus luteum (perdarahan
terjadi karena menurunnya kadar estrogen), scdangkan pada masa
pascahaid disebabkan oleh defisiensi estrogen, sehingga regenerasi
endometrium terganggu (Baziad, 1992).
Penanggulangan perdarahan menurut Prawiroharjo, 2003.
Perdarahan/ spotting terus berlanjut/ setelah tidak haid, RamuR
kemudian terjadi perdarahan, maka perlu di cari penyebab perdarahan.
Informasikaa pada klien bahwa pendarahan ringan sering dijumpai,
tetapi hal ini bukanlah serius, dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan.
Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin
melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan.l
siklus pil kontrasepsi kombinsi ( 30-35 mg etiniles-tradiol ), ibuprofen
(sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), ataupun obat jenis lain.
Jelaskan juga pada klien bahwa pemberian pil kontrasepsi hormonal
dapat terjadi perdarahan. Jika terjadi perdarahan, obatilah penyebab
perdarahan dengan cara yang sezuai, bila perdarahan yang terjadi
mengancam kesehatan, maka suntikan jangan di lanjutkan lagi. Bila
terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan di tangani

24

dengan pemberian 2 tablet pil kontra sepsi kombinasi/hari selama 3-7


hari di lanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi
50 mg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 142l hari. Bila perdarahan terus berlanjut atau setelah tidak haid, namun
kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan
itu, bila ditemukan penyakit radang panggu atau penyakit akibat
hubungan seksual, maka perlu diberi pengobatan yang sesuai dan
suntikan dapat terus berlanjut.
b; Penanganan
1; Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 ug EE) selama I siklus 1
2; Ibuprofen (hingga 800mg 3kali sehari x 5 hari) Terangkan pada
klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil
kombinasi.
3; Pertambahan atau kehilangan berat badan
Berat badan bertamah atau menurun secara cepat dalam
beberapa bulan pertama pemasangan implant. Menurut penelitian
depo-provera kenaikan per tahun antara 2,3k9-2,9kg, sedangkan untuk
penurunan rata- rata pertahun 1,6kg-1,9kg.
Hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan
gula menjadi lemak dan merangsang nafsu makan serta menurunkan
aktivitas fisik, sehingga adanya implant dapat menyebabkan berat
badan bertambah.
4; Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain
masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah
insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada

25

ditempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang


berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang
kapsul baru pada lengan yang lain atau ganti cara. Susuk tidak akan
berpindah pindah dari tempat insersinya, dan akan tetap berada di
lokasinya sampai saatnya diangkat dan prosedur pemasangan selalu
disertai pemberian anastesi lokal sehingga tidak akan timbul rasa sakit
yang hebat.
5; Infeksi pada daerah insersi
Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau
mencuci pakaian. Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam
dan biarkan band aid ditempatnya sampai luka insisi sembuh
(umumnya 3-5 hari). Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien
setelah pemasangan maupun pencabutan implan, petugas klinik harus
berupaya untuk menjaga lingkungan dari bebas infeksi. Untuk itu
petugas perlu melakukan hal-hal sbb:
1; Bersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan dipasang
implant dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal
(sisa sabun dapat mengurangi efektifitas beberapa anti septik).
langkah ini sangat penting khususnya bila kebersihan klien sangat
kurang
2; Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk
pemasangan dan pencabr.ltan batang, cuci tangan dengan sabun
selama 5-10 detik kemudian bila dengan air bersih yang mengalir
sudah cukup
3; Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau di DTT
(Gunakan sepasang sarung tangan yang berbeda untuk tindakan
guna menghindari kontaminasi silang

26

4; Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang


telah diberi anti septik: gunakan forsep untuk mengusap kapas
tersebut pada daerah pemasangarl pencabutan implan.
5; Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implan,
dan sebelum malepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen
dengan larutan clorin 0,5%. Sebelum membuang alau merendam
jarum dan alat suntik, isi dahulu dengan larutan clorin. Setelah
pemasangan, pisahkan plunger dari trokar. Darah kering akan
menyulitkan waktu memisahkan plunger dari trokar. Rendam
selama l0 menit; kemudian bilas segera dengan air bersih6; Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum digunakan kembali.
Setelah dipakai, taruh pada wadah kering dan bertutup
7; Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan
terkontaminsi (kassa, kapas, dll) kedalam wadah tertutuprapat atau
kantong plastik yang tidak bocor. Jarum dan alat suntik sekali
pakai (disposable) harus dibuang kedalam wadah yang tahan
tusuk.
8; Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan clorin 0,5ys. Lepaskan sarung tangan dari dalam
ke luar (silfi Oktafia Utami, 201l)
2.3.9; Waktu pemasangan Implant
1; Sewaktu haid berlangsung
2; Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil
3; Bila menyusui . 6 minggu-6 br.rlan pasca salin
4; Saat ganti cara dari metode yang lain
5; Pascakeguguran
2.3.10; Prosedur Pemasangan dan Pelepasan Implant
1; Prosedur Pemasangan
a; Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang
selengkap mungkin mengenal norplant ini sehingga calon akseptor
betul-betul mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi

27

yang akan dipakai dan berikan informed cansent untuk ditanda


tangani oleh suami istri.
b; Persiapan alat-alat yang diperlukan :
1; Sabun antisepti.c
2; Kasa steril
3; Cairan antiseptic (betadine)
4; Kain steril yang mempunyai lubang
5; Obat anestesi local
6; Semprit dan jarum suntik
7; Trokar no. l0
8; Sepasang sarung tangan steril
9; Satu set kapsul norplant (6 bulan)l0) Scalpel yang tajam.
c; Teknik pemasangan
1; Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
2; Pasien dibaringakan di tempat tidur dan lengan kiri diletakkan
di atas meja kecil di samping tempat tidur pasien.
3; Daerah tempat pemasangan (lengan kiri atas) dicuci denagan
sabun antiseptic kemudian diberi cairan antiseptic.
4; Daerah tempat pemasangan implant di tutup dengan kain steril
yang berlubang.
5; Lakukan injeksi obat anastesi kira-kira 6-10 cm di atas lipatan
siku
6; Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5cm dengan
scalpel yang tajam
7; Troika dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada
jaringan bawah kulit.
8; Kemudian kapsul dimasukan kedalam trojkar dan dido:ong
dengan plunger sampaim kapsul terletak dibawah kulit.
9; Kemudian dilakukan secara berturut-turut sampai kapsul
keenam. Keenam kapsul dibawah kulit diletakkan sedemikian
rupa sehingga susunanya seperti kipas.
10; Setelah semua kapsul berada dibawh kulit, troikar ditarik
pelan-pelan keluar.
11; Control luka apakah ada perdarahan atau tidak.
12; Jika tidak ada perdarahan tutup luka dengan kasa steril,
kemudian diplester, umumnya tidak diperlukan jahitan.

28

13; Nasehati pasien agar luka jangan basah selama lebih kurang 4
hari dan datang kembali jika ada keluhan-keluhan yang
mengganggu
2; Prosedur Pencabutan I Ekstraksi
a; Alat-alat yang diperlukan
Selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul
implant diperlukan satu forceps lurus dan satu forceps bengkok.
b; Tentukan letak posisi kapsul implant (kapsul 1-6) kalau perlu
kapsul didorong kearah tempat insisi akan di lakukan.
c; Daerah insisi didisinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril
yang berlubang.
d; Lakukan anastesi local, jangan menyuntikkan anastesi local di atas
Implant karena pembengkakan kulit dapat menghalangi pandangan
dari letak implantnya. Kemudian lakukan insisi selebar lebih
kurang 5-7 mm ditempat yang paling dekat dengan kapsul implant.
e; Forsep dimasukkan melalui lubang insisi dan kapsul didorong
dengan jari tangan ke arah ujung forceps.
f; Forceps dibuka" lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps Kapsul
yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalau perlu dapat
dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain.
Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan disekitarnya.
Dalam hal ini lakukanlah insisi pada jaringan yang membungkus
kapsul tersebut pelan-pe1an sampai kapsul menjadi bebas sehingga
mudah menariknya keluar.
Lakukanlah prosedur ini berturut-turut untuk mengeluarkan kapsul
lainnya. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul implant terjadi perdarahan,
hentikanlah perdarahan terlebih dahulu umpama dengan menekan daerah yang
berdarah tersebut dengan kain kasa steril.

29

Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak di jumpai lagi perdarahan,


tutuplah luka insisi dengan kasa steril, kemudian diplester.
Umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit, apabila akseptor ingin
dipasang implant yang baru ini dapat segera dilakukan.
Nasehati pasien agar luka tidak basah dan selalu dalam keadaan bersih
selama lebih kurang 4 hari
(Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2008 dan KB dan dr.Hanafi Hartanto.2004)
Selain itu Sampai saat ini dikenal 4 carapencabutan implant :
1; Cara POP - OUT (Darney, Klaise dan Walker), merupakan teknik pilihan
bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak selalu mudah
untuk mengerjakannya. Dorong ujung proksimal "kapsul" (arah bahu) ke
arah diistal dengan ibu jari sehingga mendekati lubang insisi, sementara
jari telunjuk menahan bagian tengah "kapsul", sehingga ujung distal
kapsul menekan kulit.
2; Cara standard, jepit ujung distal "kapsul" dengan klem mosquito, sampai
kira-kira 0,5 -1 cm dari ujung kiemnya, masuk dibawah kulit melalui
lubang insisi. Putar pegangan klem pada posisi 180 di sekitar sumbu
utamanya mengarah ke dagu akseptor. Bersihkan jaringan-jaringan yang
menempel di sekeliling klem dan kapsul dengan skalpet atau kasa steril
sampai "kapsul" terlihat dengan jelas. Tangkap ujung "kapsul" yang sudah
terlihat dengan klem orile lepaskan klem mosquito dan keluarkan "kapsul"
dengan klem orile.
3; Cara U, Teknik ini dikembangkan oleh Dr Untung prawiroharjo dari
semarang dibuat insisi memanjang selebar 4 mm kira-kira 5 mm proksimal
dari ujung distal "kapsul" di antara kapsul ke-3 dan kapsul ke-4. "kapsul"

30

yang akan dicabut difiksasi dengan meletakkan jari telunjuk tangan kiri
sejajar di pmping "kapsul". "kap$ul" dipegang dengan klern (Norplant
holding forceps) kurang lebih 5 mm dari ujung distalnya. Kemudian klem
diputar ke arah pangkal lengan atas I bahu akseptor sehingga "kapsul
terlihat di bawah lubang insisi dan dapat dibersihkan dari jaringanjaringan yang menyelubunginya dengan memakai skalpel untuk seterusnya
dicabut keluar.
4; Cara Tusuk "Ma", Dikembangkan oleh Dr. IBG Manuaba dari Denpasar
memakai alat bantu kawat atau jari roda sepeda satu ujung di lengkungan
sepanjang 0,5-0,?5 cm dengan sudut 90 dan diperkecil serta diruncingkan,
sedangkan ujung yang lain dilengkungkan dalam satu bidang dengan
lengkungan runeing tadi dan dipakai untuk pegaogan operator setelah
"kapsul" dijepit dengan pinset atau klem afieri, jaringan ikat dibersihkan
dengan pisau sampai. "kapsul" tampak putih. Kemudian alat tusuk "ma"
ditusukkan pada "kapsul" serta terus diikat keluar. Berikan anestesi lagi
bila diperlukan untuk mengeluarkan implant yang lain.
2.3;

Kerangka konsep
Variable independen

Variabel dependen

Pemakaian Kontrasepsi
implant

Peningkatan berat badan

Gambar 2,1
kerangka konsep variable independen dan dependen
2.4;

Hipotesa

31

Hipotesa merupaka jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.


Hipotesa berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesa ini
merupakan pernyataan yang harus di buktikan(notoadmojo,20 1 0)
Ha :

Ada hubungan pemakaian alat kontrasepsi implant dengan


peningkatan berat badan pada akseptor keluarga berencana

Ho :

Tidak ada hubungan pemakaian alat kontrasepsi implant dengan


peningkatan berat badan pada akseptor keluarga berencana.

2.5;
No
1;

Definisi opresional
Definisi
Alat ukur
Cara ukur
operasional
Peningkatan Perubahan
Timbang
1; Wawancara
BB1;
berat badan peningkatan berat badan
sebelum pemakaian
berat badan
KB implant.
pada akseptor
2; Observsi
KB implant,
peningkatan
BB2;
dinilai
dari
sekarang
setelah
BB
pemakaian implant
sebelumnya
yaitu
dan
saat
a; Peningkatan
pemakaian
berat badan > 2
Variabel

32

Hasil ukur

Skala ukur

Meningkat Ordinal
apabila
peningkatan
BB > 3 kb
Tidak
meningkat
apabila
peningkatan
BB < 2 Kg

alat
implant
2;

Pemakaian
kontrasepsi
implant

KB

b; Peningkatan
berat badan < 2
kg
Suatu pilihanPertanyaan Dengan
mengisi1; Memakai
Nominal
yang
kuesioner
masing- apabila
dilakukan
masing
dengan memakai
oleh akseptor
jawaban
kontrasepsi
KB
aktif
Iya : 2
implant
dalam
Tidak : 2
2; Tidak
pemilihan alat
memakai
kontrasepsi
apabila tidak
implant
memakai
kontrasepsi
implant

33

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1;

Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat analitik dengan

rancangan penelitian cross sectional yaitu dimana peneliti mengukur variable


independen yaitu kontrasepsi implant dan variable dependen peningkatan berat
badan, dikumpulkan pada waktu bersamaan (hidayat,20l1)
3.2;

Tempat dan waktu Penelitian


Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus di RT 01 RW 08 Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2015


3.3; Populas dan Sampel
3.2.1; Populasi
Populasi dalam'irenelitian ini adalah seluruh ibu akseptor KB aktif yang ada
di RT 01 RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2015
dengan jumlah populasi 114 orang
3.2.2; Sampel
Sampel adalah'sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang akan
diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi(notoatmojo,2010).
Penelitian ini di ambil dengan menggunakan rumus:
d
1+ N ( 2)
N
n=
Keterangan :
Keterangan : N : Besar populasi
n : Besar sampel

34

d : Tingkat kepercyaan yang diinginkan ( 0,1 )


Maka jumlah sampel :
n=

114
1+114 ( 0,1 )2

n=

114
1+114 ( 0,01 )

n=

114
1+1,14

n=

114
2,14

n = 53,27
n = 53 orang
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 53 orang.
Pengambilan di lakukan dengan cara accidental sampling dimana setiap ibu
(PUS) yang datang ke Puskesmas Lubuk Buaya pada saat penelitian.
Dengankriteria:
1;
2;
3;
4;

Ibu bersedia
Datang kepuskesmas lubuk Buaya pada saat penelitian.
Ibu akseptor KB yang telah menggunakan KB implant selama 6 bulan.
Ibu peningkatan berat badan sebelum pemakaian alat KB implant.

3.4; Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data


3.4.1;Jenis data
1; Primer
Data yang di kumpulkan adalah data primer. Data primer di kumpulkan
meliputi data nama responden, data peningkatan berat badan pada
akseptor keluarga berencana pada pemakaian kontrasepsi implant yang
di peroleh langsung dari responden yaitu ibu akseptor KB aktif di RT 01
RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2015.
2; Sekunder
Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden. Data di
kumpulkan denan menggunakan dalam bentuk pertanyaan yang
35

berkaitan dengan peningkatan berat badan pada akseptor keluarga


berencana pada pemakaian kontrasepsi implant di RT 01 RW 08 Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2015.
3.4.2;Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan instrument berupa format panduan wawancara dan timbangan
berat badan. Pengumpulan data di lakukan pada semua akseptor KB implant
yang ada di RT 01 RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun
2015 dengan melakukan penimbangan berat badan pada ibu akseptor KB
implant dan wawancara dengan ibu yang memakai KB Implant
a; Perubahan berat badan
Data tentang perubahan berat badan ibu akseptor KB aktif dalam
penelitian ini di peroleh melalui penimbangan BB sekarang dan yang
lalu diperoleh dengan menanyakan BB sebelum yang menggunakan alat
KB dengan bantuan format panduan wawancara.

b; Pemilihan Kontrasepsi implant


Data tentang pemilihan kontrasepsi implant di peroleh dengan
menggunakan pertanyaan mengenai alat KB yang di gunakan oleh
3.5;

responden ,dan berapa lama pemakaian kontrasepsi tersebut.


Teknik Pengolahan Data
Data diolah secara SPSS, setelah data terkumpul kemudian di olah dengan

langkah-langkah sebagai berikut :


a; Pemeriksaan data (editing)
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isisan formulir atau
kuesioner.
b; Pengkodean data (coding)
Memberikan kode jawaban dengan angka pada setiap pertanyaan dalam
format wawancara untuk mempermudah dalam mengolah data.

36

(Menggunakan implant)
Iya
:1
(Tidak menggunakan implant)
Tidak : 0
(Meningkat= >3kg)
(Tidak meningkat= <2kg)
c; Pemindahan data (transfering)
Memindahkan jawaban atau kode jawaban kedalam mastertabel.
d; Pembersihan data (cleaning)
Pembersihan data (cleaning) adalah apabila semua data dari setiap sumber
data atau responden selesai di masukan, perlu di cek kembali untuk
melihat kemungkinan ada kesalahan kode, ketidak lenggkapan, dan
sebagainya.
e; Tabulating (tabulasi data)
Data di tabulasi dalam bentuk table distribusi frekuensi.
3.6; Analisa Data
3.6.1; Analisa univariat
Analisa univariat di lakukan untuk mengetahui distribusi &ekuensi,
preseiltase dan meandari variable indepen maupun variable dependen yang
mengetahui hubungan peningkatan berat badan dan perubahan siklus
menstruasi dengan pemakaian kontrasepsi implant
3.6.2; Analisa bivariat
Analisa bivariate dilakukan secara komputerisasi,untuk mengetahui
hubungan antara var.iable independen dan variable dependen dengan
menggunakan chi square. Untuk melihat kemaknaan cr:0,05 sehingga bila
nilai p<0,O5berarti Ho ditolak dan Ha di terima ini berarti ada hubungan
antara variabel dependen dcngan variabel independen, tapi jika p
value>A,A5 berarti tidak ada hubungan antara variable dependen dengan
variable independen (Notoadmojo,20 I 2)
Aturan yang berlaku padachi square adalah sebagai berikut:
1; Bila tabel 2x2 dijumpai nilai expected kurang dari 5 maka yang di
gunakan adalah fishers exact test.
2; Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai E< 5, maka uji yang di pakai
sebaiknya continuity correction .

37

3; Bila tabelnya lebih dari 2x2 maka di gunakan person chi square.
4; Uji likelihood rasio dan linear by linear assciation biasanya di gunakan
untuk keperluan lebih spesifik.
PERSETUJUAN PENGUJI
Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul Hubungan Pemakaian Alat
Kontrasepsi Implant dengan Peningkatan Berat Badan pada Akseptor
Keluarga Berencana di RT 01 RW 08 Kelurahan Tabing Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun 2015 ini telah diterima/ disetujui oleh
Dewan Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Tahun Ajaran 2014-2015

Tim Penguji,
Ketua

Yani Maidelwita, SKM, M.Biomed


NIP. 19820512 200501 2 014

Anggota I

Widya Lestari, S.SiT, M.Keb


NIDN: 1007098301
Anggota II

38

Putri Nelly Syofiah, S.SiT


NIDN: 1003028401
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul Hubungan Pemakaian Alat


Kontrasepsi Implant dengan Peningkatan Berat Badan pada Akseptor
Keluarga Berencana di RT 01 RW 08 Kelurahan Tabing Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun 2015 ini telah diterima/ disetujui untuk
diseminarkan dihadapan Dewan Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah

Padang, Agustus 2015


Pembimbing

Yani Maidelwita, SKM, M.Biomed


NIP. 19820512 200501 2 014

Mengetahui
Prodi DIII Kebidanan
Ketua

Devi Syarief, S.SiT, M.Keb

39

NIDN: 1015037501

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DENGAN PENINGKATAN


BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI RT 01 RW 08
KELURAHAN TABING WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA
PADA TAHUN 2015

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan ke Penelitian

Oleh:
UTARI ZULMA
NIM : 12211266

40

PRODI STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
DUMMY TABEL
a; Analisa Univariat
1; Pemakaian Kontrasepsi
Tabel 1
Distribusi frekuensi pemakaian kontrasepsi di RT 01 RW 08 Kelurahan Tabing
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya pada tahun 2015
2; Penambahan Berat Badan
b; Analisa Bivariat

41

Lamopiran 9
FORMAT PENGUMPULAN DATA
HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DENGAN PENINGKATAN
BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI RT 01 RW 08
KELURAHAN TABING WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA
PADA TAHUN 2015
No Nama Umur Pendidikan Alamat

Alat
Lama
Bb
Bb
Kontrasepsi Pemakaian Sebelum Sekarang

42

43

44

Vous aimerez peut-être aussi