Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Henti jantung merupakan kondisi kegawat daruratan dari penyakit jantung
yang sering terjadi, World Health Organization (WHO) mencatat sekitar
17 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler dan sekitar 32
juta mengalami serangan jantung dan stroke setiap tahunnya.
Sejak tahun 1992 penyakit jantung dan pembuluh darah secara konsisten
menduduki peringkatpertama penyebab kematian di Indonesia. Angka
kematian yang disebabkan penyakit jantung bisa mencapai 4-6 kali
lebih tinggi dari kematian yang disebabkan oleh kanker payudara yang
mencapai 89 persen pada usia menopause.
Menurut MONICA ( Multinational Monitoring of Trends and Determinant In
Cardiovascular Disease) dari research yang dilakukan The World
Health Organization yang mengevaluasi kematian karena penyakit
jantung koroner terbanyak berada pada kelompok usia 35-64 tahun.
Menurut penelitian ini, sepertiga dari penderita yang mengalami infark
miocard acut meninggal sebelum mencapai rumah sakit.
Penelitian di AS menunjukkan bahwa sekitar 400.000-460.000 kasus henti
jantung setiap tahun terjadi diluar rumah sakit. Insiden henti jantung
yang cukup tinggi inilah yang mendasari pentingnya pengetahuan
tentang penatalaksanaan awal pasien henti jantung, tidak hanya oleh
tenaga kesehatan tetapi juga oleh masayarakat awam secara luas.
Pendidikan dan pelatihan entang bantuan hidup dasar ( Basic cardiac life
support) pada masyarakat awam menjadi hal yang penting untuk

menurunkan

angka

kematian

henti

jantung,

American

Heart

Association (AHA) memperkenalkan concept chain of survival ( konsep


rantai kehidupan) untuk meningkatkan angka kelangsungan hidup bagi
korban henti jantung. Tindakan yang paling baik untuk mengobati
pasien henti jantung adalah dengan mengembalikan fungsinya,
tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan segera memberikan
bantuan hidup dasar, bntuan hidup dasar harus diberikan dalam
hitungan menit pertama setelah pasien collap untuk meningkatkan
kelangsungan hidup korban henti jantung.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Jantung
a.
Struktur Jantung
Jantung terletak di rongga thorax anterior, tepat di belakang sternum.
Beberapa

organ

terletak

di

belakang

jantung,

termasuk

esophagus,aorta, vena cava, dan kolumna vertebra. Posisi jantung di


dalam dada sedemikian rupa sehingga ventrikel kanan menyumbang

mayoritas dri permukaan anterior dan dinding inferior. Ventrikel kiri


membentuk permukaan anterolateral dan posterior.
b.
lapisan jantung
1. pericardium
2. epicardium
3. myocardium
4. endocardium
c.
katup jantung
1. katup atrioventrikuler
2. katup semiluner
d.
system konduksi
1. nodus sinoatrial
2. nodus atrioventrikuler
3. bundle of his, cabang bundle of his, dan serabut purkinje
e.
sirkulasi sistemik
kontraksi jantung bertujuan untuk memberikan tekanan yang cukup untuk
memompa darah, sementara itu fungsi dari struktur vaskuler adalah
sebagai saluran untuk membawa oksigen dan nutrient ang penting
bagi sel dan juga membuang produk sisa. Kepentingan primer lainnya
adalah kemampuan untuk pertukaran oksigen dan nutrisi pada tingkat
sel, system vaskuler bertindak tidak hanya sebagai system konduksi
bagi darah tapi juga sebagai mekanisme kontrol tekanan jantung dan
pembuluh darah.
B. Henti Jantung
a.
Pengertian
Henti jantung muncul ketika jantung tidak memompa dengan efektif atau
bahkan tidak memompa sama sekali disertai tidak adanya denyut nadi
yang teraba. Jantung tidak menunjukkan kontraksi yang halus/ lancer,
melainkan muncul tipe aktivitas yang berbeda, yang paling sering
adalah sentakan-sentakan yang tidak terkoordinasi yang disebut
ventrikel fibrilasi.

b.

Penyebab Henti Jantung


a) Serangan jantung: aritmia jantung , khususnya fibrilasi ventrikel dan
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)

ventrikel tachycardia tanpa nadi


Sumbatan jalan nafas oleh benda asing
Tenggelam
Stroke /CVA
Overdosis obat-obatan
Tercekik
Trauma inhalasi
Tersengat listrik
Reaksi alergi yang hebat(anakfilasis)
Trauma hebat, missal kecelakaan kendaraan bermotor
Keracunan

c.
Tanda dan Gejala
Serangan jantung dapat datang secara tiba-tiba dan berat, sehingga
penderita tidak sadar apa yang dialaminya. Akan tetapi tidak jarang
gejala serangan jantung berawal dari yang ringan , berupa nyeri ringan
atau ketidaknyamanan pada dada. Korban yang mengalami sering
tidak menyadari ia mendapat serangan jantung dan menunggu lama
sebelum akhirnya memutuskan untuk mencari pertolongan
a) Gejala yang paling umum
1. Perasaan tertindih yang tidak nyaman, diremas, berat, sesak, atau
nyeri
2. Lokasinya biasanya di tengah dada di belakang sternum
3. Dapat menyebar ke bahu, leher, rahang bawah atau kedua lengan dan
4.
b)
1.
2.
3.
4.
5.

jarang menjalar ke perut bagian atas


Biasanya bertahan selama lebih dari 20 menit
Gejala lain :
Berkeringat
Nausea atau mual
Sesak nafas
Kelemahan
Tidak sabar

d.
Faktor resiko serangan jantung
Terdapat beberapa kondisi yang dianggap sebagai faktor resiko terjadinya
serangan jantung. Seluruh faktor resiko ini dapat dimodifikasi sehingga
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya serangan jantung.
a) Faktor resiko yang tida dapat diubah:
1. Keturunan
2. Jenis kelamin laki-laki
3. Bertambahnya usia
b) Faktor resiko yang dapat diubah
1. Merokok
Merokok meningkatkan 2 sampai 3 kali lipat resiko kematian akibat penyakit
jantung dan pembuluh darah . resiko orang yang berhenti merokok
mengalami gangguan penyakit jantung dan pembuluh darah berkurang
50%.
2. Tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus
The American Heart Association menganggap diabetes mellitus dan tekanan
darah tinggi sebagai faktor utama resiko penyakit kardiovaskuler yang
diidap sekitar 150 juta orang di seluruh dunia, dan prevalensinya,
terutama pada usia muda, terus meningkat dalam 25 tahun kedepan.
3. Kadar kolesterol darah tinggi
Kolesterol adalah faktor kunci dari proses aterosklerosis, yang menjadi dasar
meningkatnya penyakit kardiovakuler.
c) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
1. Kegemukan
Kecenderungan pola makan masyarakat di dunia beralih pada makanan siap
saji dan mulai meninggalkan pola makan tradisional, yang kaya sayur,
buah dan padi-padian.
2. Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan diabetes tipe 2
melalui beberapa cara: aktifitas fisik memperbaiki metabolisme
glukosa, mengurangi lemak tubuh, menurunkan berat badan.

C. Resusitasi Jantung Paru


Langkah resusitasi jantung paru dewasa 1 orang penolong
1. Mengkaji lokasi kejadian
Perhatikan lingkungan tempat kejadian henti jantung, apakah lokasi aman
untuk melakukan pertolongan
2. Kaji tingkat kesadaran
Segera kaji dan tentukan apakah korban sadar. Penolong harus menepuk
atau menggoyangkan bahu
3. Aktifkan bantuan Gawat Darurat (Emergency Medical Services)
Jika korban tidak berespon, tidak bernafas atau bernafas tidak normal
(gasping) segera panggil bantuan gawat darurat dengan menghubungi
118. Penolong harus segera mengaktifkan bantuan gawat darurat dan
mencari automated external defibrilatiaon (AED) jika dekat rumah
mudah didapatkan baru melakukan bantuan pada korban. Jika ada
orang lain, perintahkan untuk mengaltifkan bantuan gawat darurat dan
mendapatkan defibrilasi sedangkan kita harus segera memulai
melakukan kompresi dada.
Saat memanggil ambulan 118, beritahu :
a. Lokasi kejadian
b. Apa yang terjadi
c. Jumlah korban
d. Pertolongan yang sudah dilakukan di kejadian
e. No telpon yang dipakai
f. Minta bantuan dating segera
g. Tutup telepon jika diminta petugas
4. Posisikan korban
Atur posisi korban, telentang di tempat yang mempunyai permukaan datar,
rata, keras agar resusitasi jantung paru dapat dilakukan dengan
efektif.
5. Memeriksa nadi karotis
Periksa nadi karotis korban dengan cara

a. Raba jakun di tengah tengah leher korban dengan jari telunjuk dan
jari tengah
b. Geser jari tangan anda turun ke sisi leher korban yang dekat dengan
anda
c. Tekan dengan lembut dan rasakan denyit nadi karotis paling lama 10
detik
d. Jika tidak teraba denyut nadi (jika tidak yakin adanya denyut nadi )
lakukan kompresi dada
Pemeriksaan nadi karotis tidak boleh lebih dari 10 detik untuk meminimalisir
keterlambatan melakukan kompresi dada. Jika dalam 10 detik tidak
merasakan adannya nadi penolong harus memulai melakukan
kompresi dada
6. Melakukan kompresi dada, membukan jalan nafas dan bantuan nafas
Kompresi dilakukan secara serial dan ritmis pada tengah tulang dada, yang
dilakukan dengan :
a. Letakkan telapak tangan anda pada tengah tulang sternum dan
telapak tangan lain diatasnya
b. Kaitkan jari tangan anda yang diatas ke jari tangah yang dibawah dan
angkat jari tangan anda yang dibawah dari dinding dada korban
c. Luruskan kedua siku anda dan pastikan mereka terkunci dalam
posisinya
d. Posisikan bahu anda tepat tegak lurus diatas dada korban
e. Gunakan berat badan anda untuk menekan dada korban dengan
kedalaman minimal 5 cm atau 2 inchi
f. Hitung kompresi dada :
1,2,3,4,5
1,2,3,4,10
1,2,3,4,15
1,2,3,4,20

1,2,3,4,25
1,2,3,4,30
g. Lakukan kompresi dengan kecepatan minimal 100 kali per menit
h. Setelah melakukan kompresi dada 30 kali, lanjutkan
dengan
membuka jalan nafas
i. Membuka jalan nafas dilakukan dengan teknik head tit chin lift
j. Periksa adanya benda asing rongga mulut, jika terlihat ada benda
asing lakukan finger swab,
k. Setelah membuka jalan nafas lanjutkan dengan melakukan bantuan
nafas (ventilasi) sebanyak 2 kali.
l. Perbandingan kompresi dada dengan ventilasi adalah 30 kompresi : 2
m. Lakukan 5 siklus yang terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi atau 2
menit
Panduan melakukan RJP yang berkualitas
a. Pertahankan posisi tangan tetap di atas sternum selama melakukan
kompresi dada
b. Kompresi dada dilakukan dengan kecepatan minimal 100x per menit
c. Kompresi dada dilakukan dengan kedalaman 5 cm atau 2 inchi
d. Memberikan kesempatan pada dinding dada untuk mengembang
kembali sebelum kompresi berikutnya
e. Meminimalkan interupsi kompresi dada selama RJP
f. Menghindari pemberian bantuan nafas yang berlebihan.

7. Pengkajian Ulang
a. Kaji denyut nadi korban, setiap 5 siklus 30 : 2 resusitasi jantung paru.
Pemeriksaan nadi ini tidak boleh dilakukan lebih dari 10 detik untuk
meminimalkan interupsi kompresi dada

b. Jika tidak teraba denyut nadi, lanjutkan resusitasi jantung paru 30 : 2,


lakukan sampai nadi korban muncul spontan atau bantuan gawat
darurat yang anda panggil dating
c. Jika teraba denyut nadi, periksa pernafasan korban. Jika korban tidak
bernafas atau bernafas tidak kuat lakukan rescue brathing.
8. Rescue Breathing
a. Lakukan rescue breathing 8 10 kali per menit ( satu tiupan setiap 6
8 detik ) dengan menghitung 1 ribu. 2 ribu, 3 ribu, 4 ribu, 5 ribu
setelah tiap hembusan. Ulangi sampai anda mendapatkan total 10
tiupan dalam 1 menit
b. Lakukan pemeriksaan ulang nadi karotis setiap 2 menit melakukan
rescue breathing
c. Jika denyut nadi dan nafas sudah muncul spontan, posisikan korban
dalam posisi recovery
d. Lanjutkan memonitor denyut nadi korban dan pernafasan setiap 2
menit.
9. Posisi recovery pada orang dewasa
Posisi recovery digunakan dalam penatalaksanaan korban yang tidak sadar
namun bernafas, ada denyut nadi dan tanda sirkulasi. Ketika korban
yang tidak sadar berbaring terlentang, ada kemungkinan jalan nafas
tersumbat oleh lidah, lendr, atau muntah. Masalah ini dapat dicegah
dengan memberikan korban posisi recovery, karena cairan dapat
dengan mudah keluar dari mulut.
Jika tidak ada bukti terjadinya trauma, beri korban posisi recovery. Posisi ini
menjaga jalan nafas tetap terbuka. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a.
Langkah 1
Memposisikan Korban

Letakkan tangan korban yang dekat dengan anda dalam posisi lengan

lurus dan telapak tangan menghadap ke atas kearah paha korban.


Letakkan lengan yang jauh dari anda menyilang di atas dada korban

dan letakkan punggung tangannya menyentuh pipinya


Dengan menggunakan tangan anda yang lain, tekuk lutut korban yang

jauh dari anda sampai membantuk sudut 90 derajat.


b.
Langkah 2
Gulingkan korban kearah penolong
Sentuh telapak tangan korban yang terletak di pipinya dengan telapak
tangan anda dan pertahankan posisi tersebut. Dengan menggunakan
tangan yang lain, pegang pinggang/panggul korban yang dari anda

dan gulingkan korban kea rah anda sampai korban berbaring miring.
Gunakan lutut anda untuk menahan tubuh korban saat anda

menggulingkan korban agar tidak berguling terlalu jauh ke depan.


c.
Langkah 3
Akhir posisi recovery
Pastikan pipi dan kepala korban benar-benar menyentuh punggung

tangannya.
Pastikan tangan korban yang lain terbebas (tidak tertekuk) di sisi
tubuhnya dengan dengan posisi telapak tangannya menghadap ke

atas.
Kaki yang berada di depan harus tertekuk dalam sudut 90 derajat.
Lanjutkan untuk memonitor denyut nadi korban, tanda sirkulasi dan
pernafasan setiap beberapa menit karena jantung dan nafas bisa
berhenti mendadak.

BAB III
PEMBAHASAN
Update BLS 2015 memberikan beberapa perubahan yang tidak signifikan
namun ada beberapa rekomendasi agar pertolongan hidup dasar menjadi
lebih efektif berikut ini beberapa rekomendasi dari jurnal American Heart
Association :
Dispatcher
2010 Review
Pasien yang tidak bernafas pada suatu kejadian dicurigai atau memiliki
kemungkinan memiliki penyakit jantung, instruksi dari dispatcher kepada penolong
CPR akan memberikan peluang meningkatkan kelangsungan hidup dari pasien yang
menderita henti jantung
2015 Rekomendasi
Direkomendasikan kepada dispatcher emergency setelah memperoleh informasi
terkait lokasi kejadian pasien henti jantung, dispatcher diharapkan untuk
menanyakan pernafasan pasien. Jika pasien tidak berespon dengan pernapasan
abnormal atau tidak ada, maka operator wajib berasumsi behwa pasien mengalami
serangan jantung. Untuk itu hendaknya diberikan pendidikan untuk mengetahui
kesimpulan kondisi pasien secara cepat berdasarkan respon pasien di lapangan.
Pulse Check
2010 Review

Seperti yang direkomendasikan dalam Pedoman 2010. Penolong akan tmemeriksa


denyut nadi tidak lebih dari 10 detik ini dilakukan untuk menghindari keterlambatan
dalam melakukan CPR
2015 Rekomendasi
Idealnya, cek denyut nadi dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan pernafasan
baik ketika pasien tidak bernafas maupun ketikah pasien terengah-engah, hal ini
dilakukan untuk meminimalkan penundaan dalam mendeteksi serangan jantung dan
inisiasi CPR. Penolong awam sering melupakan cek nadi sebelum melakukan CPR .

Early CPR
2010 Review
Pedoman 2010 mencakup perubahan besar untuk Penolong terlatih, yang
diperintahkan untuk memulai urutan CPR dengan penekanan dada daripada napas
(CAB vs ABC) untuk meminimalkan waktu untuk memulai kompresi dada.
2015 Rekomendasi
Serupa dengan 2010 Pedoman Penolong untuk memulai CPR dengan penekanan
dada. Karakteristik kompresi dada yang efektif adalah dijelaskan pada bagian berikut
pada keterampilan BLS. Seperti pada 2010 urutan, setelah kompresi dada telah
dimulai, penyelamat terlatih memberikan napas penyelamatan oleh mulut ke masker
atau alat bag-mask untuk memberikan oksigenasi dan ventilasi. Rekomendasi
mengenai durasi setiap nafas dan kebutuhan untuk membuat kenaikan dada tidak
diperbarui pada tahun 2015

Untrained Rescue
2010 Review
CPR dapat mencegah VF dari semakin memburuk menjadi asistole, dan juga
berkontribusi untuk memelihara jantung dan fungsi otak, dan meningkatkan
kelangsungan hidup dari pasien. Namun bagi penolong awam untuk memberikan
CPR dengan kualitas yang baik belum maksimal.
2015 Rekomendasi
Penyelamat tak terlatih sebaiknya memberikan kompresi-hanya dengan atau tanpa
bantuan Dispatcher. Penyelamat harus terus kompresi-hanya CPR sampai
kedatangan AED atau penyelamat yang sudah terlatih.

Trained Rescue
2010 review
Pedoman
harus

2010

memberikan

merekomendasikan
bantuan

nafas

selain

penyelamat
melakukan

yang
kompresi

terlatih
dada

karena mereka mungkin menghadapi pasien dengan asfiksia yang menyebabkan


cardiac arest.
2015 Rekomendasi
Semua

penyelamat

awam

harus,

minimal,

memberikan

penekanan

dada

untuk korban serangan jantung. penekanan dada dilakukan dengan rasio 30 : 2 ,


hingga AED dan bantuan datang.

Alogaritma terbaru BLS 2015

2015 Rekomendasi-New
Untuk pasien yang diketahui atau diduga overdosis opioid dan teraba nadi namun
tidak ada pernafasan yang normal selain diwajibkan memberikan bantuan hidup
dasar. Maka perugas kesehatan harus mengelola pemberian naloxon intranasal.

Namun pemberian obat ini tidak akan efektif tanpa pemberian CPR secara
bersamaan Untuk pasien jantung.
Teknik: Kompresi Dada Diperbarui 2015
Chest Compretion Rate
Pada pedeoman tahun 2015 telah diperbarui bahwa kompresi dada pada usia
dewasa dapat dilakukan antara 100x/ menit sampai 120 x per menit.

Vous aimerez peut-être aussi