Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Nama
TTL
Umur
: 28 tahun
Alamat
Masuk RS
: 12 November 2015
No. Kamar
: 735
No. RM
: 00900526
Dokter
ANAMNESIS
Keluhan utama
Pasien mengeluh badan kaku sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan Tambahan :
Nyeri saat berkemih dan frekuensi berkemih sering, mual, tidak ada muntah, buang
air besar lancar.
banyak yang keluar. Buang air besar tidak ada gangguan dan feses tidak cair maupun
berlemak dan tidak ada darah. Pasien tidak mengeluhkan adanya demam maupun
sesak, dan pasien tidak merasa ada luka maupun digigit binatang.
buahan)
Pasien tidak merokok
Jarang berolahraga
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
Status Gizi
BB
: 50 kg
TB
: 160 cm
Kesimpulan
TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
RR
: 14 x/menit
Suhu
: 36,6 C
STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Pupil
Refleks cahaya
Konjungtiva
Sklera
: Isokhor
: +/+
: Anemis -/: Ikterik -/-
Septum deviasi
Sekret
Hiperemis
:: -/: -/-
Leher
Normochest
Bentuk dada simetris
Tidak ada retraksi dinding dada
Torax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Perut tampak supel, tidak ada skar, tidak ada spider nevi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan elektrolit tanggal 13 November 2015 pukul 15.30 WIB
Pemeriksaan
Natrium (Na) Darah
Kalium (Ka) Darah
Klorida (Cl) Darah
Hasil
140
2,0
112
Satuan
mEq/L
mEq/L
mEq/L
Nilai Rujukan
135-147
3.5 5.0
94 111
Hasil
15,0
Satuan
g/dL
Nilai Rujukan
11,7- 15,5
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Ertitrosit
MCV
MCH
MCHC
16,1
40
475
5.26
76
29
37
10/uL
%
10/uL
10^/uL
fL
pg
g/dL
3.6- 11,00
35-47
150-440
3.80-5.20
80-100
26-34
32-36
Hasil
3,2
Satuan
mEq/L
Nilai Rujukan
3.5 5.0
RESUME
Pasien wanita 28 tahun, datang ke IGD RSIJCP dengan keluhan seluruh badan kaku
dan tidak bisa digerakkan sama sekali, keluhan ini dirasakan 1 hari SMRS. Keluhan kaku ini
sampai pasien harus dibantu untuk bangun dari posisi tidur. Keluhan kaku ini pernah dialami
sebelumnya dan pasien di rawat. 2 hari SMRS pasien mengeluhkan mual tetapi tidak disertai
dengan muntah. Pasien mengatakan kerika mual, nafsu makan sangat berkurang, satu harian
hanya makan beberapa sendok. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat berkemih, warna urine
kuning jernih tidak pekat dan tidak berwarna kemerahan. Frekuensi urine sering, dan urine
banyak yang keluar. Buang air besar tidak ada gangguan dan feses tidak cair maupun
berlemak dan tidak ada darah. Pasien tidak mengeluhkan adanya demam maupun sesak, dan
pasien tidak merasa ada luka maupun digigit binatang.
Pada Pemeriksaan Fisik : kaku ekstrimitas
Pada pemeriksaan Lab : Kalium darah 2,0 mEq/L
Leukosit 16.100 uL
DAFTAR MASALAH
1. Hipokalemia
2. Aritmia
3. Infeksi Saluran Kemih
ASSESMENT
1. Hipokalemia
S : Badan terasa kaku dan sulit digerakkan
O : Kadar kalium darah 2,0 mEq/L
A : Hipokalemia e.c. intake inadekuat
P : Infus KAEN 3B 2000ml + KCL 25 mEq/kolf
ECG
2. Artimia
S : Kekakuan pada otot
O : Ditemukan jarak R-R 4 kotak besar (Aritmia Bradikardi)
A : Aritmia Bradikardi e.c. Hipokalemia
P : KCL 25 mEq/kolf
3. Infeksi Saluran Kemih
S : Nyeri saat berkemih, kadang berkemih nyeri tapi urine banyak
O :Dipasang folley kateter
A : Infeksi Saluran Kemih e.c. Assending Infection
P : atasi faktor pencetus Infeksi Saluran Kemih
Pemberian analgetik, Ketorolac 500 mg 3x1
Pemberian antibiotik, Ceftriaxon 2x1 gr
FOLLOW UP
Tanggal
S
13/11/2015 Lemas dan
O
TD: 120/70 mmHg
kaku masih
N : 82x/menit
terasa, nyeri
RR: 14x/menit
P
-
Hipokalemia
Aritmia
Infeksi
2000ml + KCL
Saluran
-
saat berkemih
Suhu: 36,6C
Infus KAEN 3B
25 mEq/kolf
Ceftriaxon 2x1
Kemih
gr
Paru :
wheezing -/ronkhi -/K darah : 2 mEq/L
Urine : 800 cc
TD: 120/70 mmHg
Hipokalemia
Infus RL + KCL 25
terasa lemas,
N : 80x/menit
mEq/2000/hari
kekakuan sudah
RR: 20x/menit
tidak. Nyeri
Suhu: 36,5C
berkemih sudah
Paru :
tidak
lemas, nafsu
sedang
makan
Kesadaran: CM
membaik
TD : 110/80 mmHg
Hipokalemia
Infus RL
Terkontrol
Makan buah-buahan
(pisang)
Nadi : 82x/meit
RR : 21x/menit
Suhu: tidak diukur
Kalium Darah : 3,2
16/11/2015 Badan masih
mEq/L
KU: tampak sakit
lemas, tapi
sedang
lemasnya
Kesadaran: CM
semakin
TD: 110/70
berkurang
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,6C
Hipokalemia
Lepas Infus
Terkontrol
Perbaikan gizi
Pasien Pulang
TINJAUAN PUSTAKA
Hipokalemia
Kadar konsentrasi kalium yang rendah merupakan kelainan elektrolit yang paling
sering ditemukan pada pasien yang berkunjung ke rumah sakit. Kadar konsentrasi potassium
yang rendah didefinisikan apabila kurang dari 3,6 mmol/liter. Hipokalemia dapat ditemukan
pada 20% dari pasien rawat inap di rumah sakit. Sebagian besar dari pasien rawat inap ini
adalah mereka yang mempunyai kadar potassium berkisar anatara 3.0 sampai 3.5 mmol/liter.
Kadar konsentrasi potassium yang rendah dapat ditemukan antara 10 sampai 40% pada
pasien yang mengkonsumsi thiazide diuretik.
Hipokalemia biasanya dapat ditoleransi pada orang dengan keadaan tubuh yang sehat,
tetapi harus diterapi pada orang sakit. Hipokalemia sedang maupun berat dapat meningkatkan
angka morbiditas dan mortalitas pasien dengan penyakit kardiovaskular. Ketika diagnosis
hipokalemia ditegakkan, penyebab-penyebab terjadinya hipokalemia harus segera di terapi.
Pengaturan Keseimbangan Kalium didalam Tubuh
Keseimbangan kalium didalam tubuh diatur oleh beberapa hormon. Distribusi
transelular kalium normal ( rasio dari intraselular ke ekstraseluler) diatur oleh sekurangnya
dua hormon yang memberikan sinyal kepada sel. Kedua hormon tersebut adalah insulin dan
- adrenergik katekolamin.
Insulin dan -adrenergik katekolamin meningkatkan potassium selular uptake dengan
menstimulasi membran sel Na+/K+-ATPase. Bagi insulin, mekanisme kerja Na +/K+-ATPase
merupakan mekanisme umpan balik. Dimana hiperkalemia menstimulasi sekresi insulin dan
hypokalemia menghambat sekresi insulin. Tidak ada mekanisme umpan balik yang dihasilkan
oleh - adrenergik, tetapi -blokade meningkatkan kadar serum kalium dan -agonist
menurunkan kadar serum kalium sebagai mekanisme pengaturan kadar kalium didalam
tubuh.
Sintesis Na+/K+-ATPase juga distimulai oleh hormon thyroid, yang juga dapat
menyebabkan hypokalemia pada pasien yang didiagnosis dengan hyperthyroidism. Alkali
dapat menyebabkan pergeseran kalium kedalam sel, tetapi respon yang didapat masih sangat
bervariasi. Pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir, pemberian bikarbonat hanya
memiliki sedikit efek pada distribusi transselular kalium.
kelumpuhan otot, yang apabila tidak segera diterapi akan menyebabkan kelumpuhan otot
pernapasan. Gejala-gejala yang timbul bersinergi dengan penurunan kadar serum kalium.
Pada pasien tanpa penyakit jantung, kelainan pada konduksi jantung seperti aritmia,
jarang ditemui walaupun kadar kalium pasien kurang dari 3.0 mmol/L. Tetapi pada pasien
dengan kelainan jantung seperti iskemia, gagal jantung, maupun hypertrofi ventrikel kiri,
hipokalemia dapat menyebabkan aritmia. Penurunan kadar kalium didalam tubuh dapat
meningkatkan tekanan darah sistolik maupun diastolik saat asupan natrium tidak dibatasi
dengan meningkatkan retensi natrium di ginjal.
Hipokalemia jarang didiagnosis berdasarkan presentasi klinis, tetapi didiagnosis
melalui pemeriksaan kadar kalium didalam serum. Kadar kalium yang rendah menandakan
terjadinya gangguan regulasi homeostatis didalam tubuh.
Hipokalemia hampir selalu merupakan kehilangan abnormal kalium didalam tubuh,
dan lebih jarang disebabkan karena pergeseram kalium dari ekstraseluler ke dalam sel. Dalam
kedua kasus, obat yang diresepkan dokter dan dikonsumsi oleh pasien adalah penyebab
paling umum terjadinya hipokalemia. Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
meninjau riwayat pengobatan pasien. Apabila riwayat konsumsi obat pada pasien tidak ada,
harus dipikirkan apakah suatu alkalosis metabolik melalui ginjal, ataupun pengeluaran kalium
melalui feses yang diinduksi oleh diare.
Aritmia
Bingung
Anxietas
Kelemahan otot
Kekakuan otot
Mual
Muntah
Konstipasi
Distensi abdomen
kedalam tubulus ginjal yang akan menyebabkan reabsorbsi natrium dan eksresi kalium ke
dalam urin. Derajat hipokalemia berhubungan dengan dosis tiazid yang diberikan. Semakin
besar dosis tiazid yang diberikan, semakin berat derajat hipokalemia pada pasien.
Kombinasi dari furosemid atau bumetanid dengan metolazone dapat menyebabkan
hipokalemia yang bervariadi dari sedang ke berat walapun dengan penggunaan suplemen
kalium.
Diuretik yang menyebabkan hipokalemia biasanya tidak dihubungkan dengan sedang
sampai berat alkalosis metabolik (konsentrasi serum bikarbonat 28-36 mmol/L).
Asetozolamid dapat meningkatkan eksresi kalium dengan menghambat hidrogen-natrium
reabsorbsi, sehingga memungkinkan terjadinya hipokalemia bersamaan dengan asidosis
metabolik.
Penyebab Pergeseran Kalium dari Ekstraseluler yang disebebkan Selain dari ObatObatan
Hipokalemia yang berat (kadar kalium dalam serum < 3 mmol/L) juga dapat
ditemukan pada pasien dengan hyperthyroidism dengan gejala klinis yaitu kelemahan otot
dan paralisis yang terjadi secara tiba-tiba. Gejala ini terjadi 2 sampai 8 % dari pasien di
negara Asia dengan hyperthyroidism. Tanda dan gejala dari hyperthroidism biasanya ditandai
dengan kelemahan otot dan paralisis yang terjadi secara tiba-tiba, tetapi dapat ditanyakan
apakah di keluarga ada yang merasakan gejala yang sama. Karena hypokalemia yang
disebabkan oleh hypertiroidism dapat menyerupai dengan Hipokalemia Familial Periodik
Paralisis.
Hipokalemia Familial Periodik Paralisis merupakan kelainan autosomal dominan
yaitu mutasi dari gen yang menkode dihidropiridin (sebuah voltaged-gade calcium chanel).
Kelainan ini ditandai dengan paralisis otot yang terjadi secara tiba-tiba dengan berkurangnya
kadar potassium di dalam serum kurang dari 2.5 mmol/L. Paralisis yang terjadi secara tibatiba juga dapat diinduksi dengan tingginya intake karbohidrat dan natrium dan biasanya otot
yang paralisis dapat kembali seperti semula dalam waktu kurang dari 24 jam.
Terapi pada anemia pernisiosa (kadar hematokrit < 20%) dengan vitamin B12 juga
dapat menyebabkan penurunan kadar potasium secara tiba-tiba karena cepatnya pengambilan
potasium bagi sel darah merah yang baru saja menerima transfusi sel darah merah.
Hipokalemia terjadi karena pengambilan potasium pada sel darah merah yang baru saja
ditransfusi.
Kehilangan Melalui Ginjal
Kehilangan banyak kalium dapat terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal.
Alkalosis Metabolik
Bentuk umum yang paling sering terjadi pada alkalosis metabolik adalah hilangnya
kadar klorida dalam tubuh karena muntah atau bilas lambung. Hipokalemia juga dapat terjadi
pada pasien dengan cushing syndrom amupun hyperaldosteronism.
Asidosis Metabolik
Hipokalemia merupakan gejala kardinal pada pasien dengan renal tubular asidosis tipe
I. Derajat hipokalemia tidak berkorelasi dengan derajat asidosis, tetapi lebih menyerupai
hipokalemia yang disebabkan kekurangan intake natrium dan kalium serta konsesntrasi
aldosteron. Hipokalemia dapat mengancam kehidupan pada pasien dengan kadar kalium
serum yang sangat rendah (< 2.0 mmol/L ) yang biasanya ditemukan pada pasien dengan
renal tubular asidosis yang tidak diobati. Supplemen kalium diperlukan untuk terapi seumur
hidup pada pasien ini. Tipe II, yakni renal tubular asidosis proksimal, hipokalemia timbul
pada pasien yang tidak diobati atau karena pemberian sodium bikarbonat.
KOREKSI HIPOKALEMI
Hipokalemi adalah penurunan kadar Kalium (K+) serum < 3,5 mEq/L.Koreksi dilakukan
menurut kadar Kalium :
1. Kalium 2,5 3,5 mEq/L
Berikan 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi tiga dosis.
2. Kalium < 2,5 mEq/L
Ada 2 cara, berikan secara drip intravena dengan dosis :
a) [(3,5 kadar K+ terukur) x BB (kg) x 0,4] + 2 mEq/kgBB/24 jam, dalam 4 jam
pertama.
[(3,5 kadar K+ terukur) x BB (kg) x 0,4] + (1/6 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam
20 jam berikutnya.
b) (3,5 kadar K+ terukur) + (1/4 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam 6 jam.
Keterangan :
Kalium diberikan secara intravena, jika pasien tidak bisa makan atau hipokalemi berat.
Pemberian kalium tidak boleh lebih dari 40 mEq per L (jalur perifer) atau 80 mEq per L (jalur
sentral) dengan kecepatan 0,2 0,3 mEq/kgBB/jam.
Jika keadaan mengancam jiwa dapat diberikan dengan kecepatan s/d 1 mEq/kgBB/jam (via
infuse pump dan monitor EKG).
ATAU
Koreksi kalium secara intravena dapat diberikan sebanyak 10 mEq dalam 1 jam, diulang s/d
kadar K+ serum > 3,5 mEq/L.
Jika keadaan mengancam jiwa, kalium diberikan secara intravena dengan kecepatan
maksimal 20 mEq/jam.
Pemberian kalium sebaiknya diencerkan dengan NaCl 0,9% bukan dekstrosa. Pemberian
dekstrosa menyebabkan penurunan sementara K+ serum sebesar 0,2 1,4 mEq/L.
Pemberian kalium 40 60 mEq dapat menaikkan kadar K+ serum sebesar 1 1,5 mEq/L
DAFTAR PUSTAKA
Basak, Ramen C., Sharkawi,KM.,Rahman,MM. &Swar MM. (2011). Distal Renal Tubular
Acidosis, Hypokalemic Paralysis, Nephrocalcinosis, Primary Hypothroidism, Growth
Retardation, Osteomalacia and Osteoporosis Leading to Pathological Fracture : A
Case Report. Oman Medical Journal, 26(4) July, pp. 271-274.
National Institue of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. (2005). Renal Tubular
Acidosis, 05(4696) Agustus, pp.1-4.
Sherwood,Lauralee. (2001). Sistem Kemih : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tanagho,Emil A & McAnnich, Jack W. (2008). Anatomy of the Genitorinary Tract : Smiths
General Urology. United States of America : McGraw-Hill Companies,Inc.