Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI
ABSTRAK
MUH. IMRAN JAYADI. L211 07 019. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari
(Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841) di Tempat Pelelangan Ikan Paotere
Makassar. Dibimbing oleh JOEHARNANI TRESNATI sebagai Pembimbing
Ketua dan SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR sebagai Pembimbing Anggota.
Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841 merupakan spesies ikan pari
(Chondrichthyes: Dasyatidae) yang paling umum ditemukan di Tempat
Pelelangan Ikan Paotere Makassar. banyaknya manfaat dari ikan ini
membuatnya rentan akan eksploitasi berlebihan. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui beberapa aspek biologi reproduksi ikan pari yang kemudian
digunakan sebagai bahan informasi bagi pengelolaan sumberdaya ikan pari
(Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841)
Didapatkan selama penelitian Juni Juli 2011 ikan pari jantan sebanyak 29 ekor
dan ikan pari betina sebanyak 43 ekor dengan nisbah kelamin 1.00 : 1,48. Ikan
pari yang telah matang gonad mendominasi hingga >50% dimana ikan pari yang
telah matang gonad berjumlah 40 ekor sedangkan 32 ekor untuk ikan pari yang
belum matang gonad. Ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan pari jantan
adalah 569 (n 29, 506 - 784 mm) dan 617 (n 43, 599 - 784 mm) untuk betina.
Ikan pari mempunyai siklus reproduksi pertahun dengan masa kehamilan
sembilan bulan dengan jumlah telur bekisar 4 9 butir yang akan dilahirkan
secara keseluruhan pada satu musim pemijahan.
Oleh:
MUH. IMRAN JAYADI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Stambuk
: L211 07 019
Program Studi
Anggota
Mengetahui :
Dekan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
RIWAYAT HIDUP
Anak
kelima
dari
lima
bersaudara
ini
di
Universitas
Hasanuddin
Makassar
pada
Program
Studi
Manajemen
KATA PENGANTAR
Halaman
I.
DAFTAR TABEL......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Tujuan dan Kegunaan...............................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika dan Morfologi Ikan Pari......................................
B. Habitat dan Persebaran Ikan Pari ............................................
C. Aspek Biologi Reproduksi Ikan..................................................
1. Nisbah Kelamin..
2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)...
3. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad.
4. Indeks Kematangan Gonad (IKG). .
5. Fekunditas..
6. Diameter Telur. . .
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat....................................................................
B. Alat dan Bahan ........................................................................
C. Metode Pengambilan Sampel...................................................
D. Analisis Data.............................................................................
1. Nisbah Kelamin.
2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)...
3. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad.
4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)..
5. Fekunditas..
6. Diameter Telur.. .
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Nisbah kelamin...........................................................................
Tingkat Kematangan Gonad.......................................................
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad..........................................
Indeks Kematangan Gonad........................................................
Fekunditas.................................................................
Diameter Telur.............................................................................
1
2
3
5
5
5
6
7
8
8
9
11
11
11
13
13
13
14
14
15
15
16
16
18
20
21
23
25
25
DAFTAR PUSTAKA......
26
LAMPIRAN..
28
DAFTAR TABEL
Nomor
1
Halaman
13
14
Jumlah (ekor) Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Mller & Henle, 1841)
jantan dan Betina yang diperoleh selama peneliti..
16
17
18
20
21
22
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1
Halaman
4
19
20
23
24
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram),
bobot Gonad (gram), panjan klasper (mm), tingkat matang
gonad (TKG) dan indeks Kematangan gonad (IKG) ikan pari
(Dasyatis kuhlii Mller & Henle, 1841) jantan..
29
30
32
33
35
37
38
39
40
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan Selat Makassar merupakan salah satu daerah yang memilki
potensi sumberdaya laut ikan demersal yang cukup besar, salah satu di
antaranya adalah ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller & Henle, 1841). Ditinjau dari
aspek biofisik maupun kimia airnya, perairan Selat Makassar memungkinkan
untuk spesies ini dapat hidup dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu,
keberadaan spesies ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya
sebagai sumber pendapatan dan bahan makanan (Anonim, 2011).
Ikan pari merupakan tangkapan utama nelayan di Sulawei Selatan karena
ikan ini sangat digemari khususnya masyarakat Kota Makassar. Selain
dagingnya yang enak, kulit ikan pari dapat dijadikan bahan baku dalam
pembuatan tas bagi sebagian masyarakat di Indonesia sehingga membuat ikan
ini benilai ekonomis tinggi. Ikan ini mudah ditangkap dan dapat ditangkap
sepanjang tahun (Anonim, 2010). Berdasarkan data Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan (2009), produksi tangkapan ikan pari dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2009,
produksi ikan pari mencapai lebih kurang 5.186 ton.
Untuk memenuhi permintaan ikan pari yang meningkat setiap tahunnya,
maka para nelayan sering melakukan penangkapan tanpa memperhatikan
kelestarian sumberdaya salah satunya yaitu, seringnya nelayan menangkap ikan
pari yang masih berukuran kecil atau belum dewasa. Sangat diperlukan sistem
pengelolaan pada aspek biologi reproduksi ikan pari guna mempertahankan
kelestarian spesies tersebut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebut
sting-rays. Mata ikan pari umumnya terletak di bagian samping kepala. Posisi
dan bentuk mulutnya adalah terminal dan umumnya bersifat predator. Ikan ini
bernapas melalui celah insang (gill openings atau gill slits) yang berjumlah 5-6
pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di bagian bawah (ventral). Ikan
pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut clasper letaknya di
pangkal ekor. Ikan pari betina umumnya memijah secara melahirkan anak
(vivipar) dengan jumlah anak antara 5-6 ekor.
Gambar 1. Morfologi ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller & Henle, 1841)
Last dan Stevens (2009) menyatakan bahwa Ikan pari (famili Dasyatidae)
mempunyai variasi habitat yang sangat luas dengan pola sebaran yang unik.
Daerah sebaran ikan pari adalah perairan pantai dan kadang masuk ke daerah
pasang surut. Ikan pari biasa ditemukan di perairan laut tropis. Di perairan tropis
Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, Papua Nugini) dan Amerika Selatan (Sungai
Amazon).
Di perairan laut, ikan pari mempunyai peran ekologis yang sangat
penting, terutama sebagai predator bentos. Namun beberapa aspek biologi
(misalnya: reproduksi, diet dan fisiologi) ikan pari belum dikaji secara menyeluruh
(Allen, 2000).
Jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pari adalah
jaring dogol (danish seine), jaring liongbun (big mesh size bottom gillnet) dan
pancing senggol (bottom long line without bait). Jaring dogol termasuk alat
tangkap yang tidak selektif menangkap ikan pari. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
tangkapan yang umumnya (50 % dari total hasil tangkapan) berukuran kecil dan
belum dewasa. Jaring liongbun dan pancing senggol tergolong alat tangkap yang
selektif terhadap ikan pari yang ditunjukkan dengan 50 % total tangkapan berupa
ikan ukuran besar dan telah dewasa (Anonim, 2003).
1. Nisbah kelamin
ikan
perlu diketahui
karena
dapat
digunakan
untuk
membedakan antara ikan jantan dengan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan
yang dapat menghasilkan spermatozoa, sedangkan ikan betina adalah ikan yang
dapat menghasilkan sel telur atau ovum (Effendie, 1997).
Ikan jantan dapat dibedakan dari ikan betina dengan melihat ciri-ciri
seksual primer dan sekunder. Ciri seksual primer adalah organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seksual sekunder
adalah dengan melihat warna tubuh (sexual dichromastism), morfologi dan
bentuk tubuh (sexual dimorphism) yang digunakan untuk membedakan jenis
kelamin pada ikan. Testis beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan
jantan, sedangkan ovari beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan
betina (Effendie, 1997). Menurut Andy Omar (2004), nisbah ikan jantan dan ikan
betina diperkirakan mendekati 1 : 1, berarti jumlah ikan jantan yang tertangkap
relatif sama banyaknya dengan jumlah ikan betina yang tertangkap.
saat pertama kali matang gonad, untuk menentukan apakah organisme tersebut
sudah memijah atau belum, masa pemijahan, dan frekuensi pemijahan. Effendie
(1997) mengemukakan bahwa bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan
sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan
komposisi tingkat kematangan gonad yang terdiri dari berbagai tingkat dengan
persentase yang tidak sama, dan tingkat kematangan yang tertinggi akan
didapatkan pada saat pemijahan akan tiba.
Sjafei et al. (1991) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi
kematangan gonad ikan di daerah subtropis adalah suhu dan makanan. Pada
suhu dibawah optimum maka proses pemijahan tidak dapat berlangsung
walaupun kedua induk telah matang gonad.
Eber dan Cowley (2009) menyatakan bahwa TKG untuk ikan pari dibagi
menjadi tiga klasifikasi yaitu ikan juvenile (TKG I), ikan muda (TKG II) dan
Dewasa (TKG III). Untuk ikan jantan, dianggap juvenile (TKG I) apabila memiliki
klasper yang pendek yaitu tidak melampaui tepi posterior sirip dubur. Ikan muda
(TKG II) adalah ikan yang panjang klasper melampaui tepi posterior sirip dubur,
tetapi tidak memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan terminal. Ikan
dewasa (TKG III) ketika panjang klasper mencapai 6-9 cm melampaui tepi
posterior sirip dubur dan memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan
terminal. Ikan betina dianggap juvenile (TKG I) apabila kurang memiliki
diferensiasi ovarium atau tidak terlihat jelas, dan kelenjar oviducal tidak terlihat di
dalam rahim. Ikan muda (TKG II) memiliki telur yang lebih kecil dan terlihat jelas
tetapi tidak memiliki oosit matang. Kelenjar oviducal itu belum berkembang, uteri
sempit dan terbatas. Ikan dewasa (TKG III) yaitu terdapat oosit yang berwarna
kuning, berdiameter 1,5 - 2,0 cm, kelenjar oviducal yang terlihat jelas, ataukah
sudah terdapat embrio yang berkembang di dalam rahim.
Indeks Kematangan Gonad ikan betina lebih tinggi dari ikan jantan pada
TKG yang sama, disebabkan karena IKG sangat dipengaruhi oleh bobot gonad
dan bobot tubuh. Gonad yang berisih telur (betina) lebih berat dibandingkan
gonad yang berisih sperma (jantan), sehingga IKG ikan betina lebih tinggi
dibanding ikan jantan (Galib, 2002).
5. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata
masa hidupnya. Pada umumnya fekunditas meningkat dengan meningkatnya
ukuran ikan betina. Semakin banyak makanan maka pertumbuhan ikan semakin
cepat dan fekunditasnya semakin besar (Nikolsky, 1963 dalam Syamzam, 2006).
Effendie (1997) menyatakan bahwa fekunditas secara tidak langsung
digunakan untuk menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan
menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam
hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan
sangat
erat
hubungannya
dengan
strategi
reproduksi
dalam
rangka
vivipar
dan
ovovivipar
biasanya
berfekunditas
kecil
dan
dan
ovovivipar
lebih
modern
dari
pada
ikan
ovipar
dalam
6. Diameter telur
Semakin berkembang gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin
besar garis tengahnya, sebagai hasil dari pengendapan kuning telur, hidrasi dan
pembentukan butir-butir minyak. Sebaran garis telur akan semakin besar seiring
dengan perkembangan gonad. Sebaran garis tengah telur mencerminkan pola
pemijahan ikan tersebut. Effendie (1997) menyatakan bahwa masa pemijahan
tiap-tiap spesies ikan berbeda, ada yang pemijahannya berlangsung dalam
waktu singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang dan
pemijahan sebagian demi sebagian (partial spawner/heterochronal) yang
berlangsung sampai beberapa hari.
ukuran spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan pakan, suhu air dan
musim) (Lagler et al., 1977 dalam Syamzam, 2006). Menurut Fujaya (2001),
ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan
merawat telur dan anak. Ikan yang memiliki telur-telur kecil biasanya memiliki
jumlah telur yang banyak, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang
rendah.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan pari sebagai
sampel yang diteliti, larutan Gilson untuk mengawetkan telur, dan kertas label
untuk memberi tanda pada gonad.
C. Metode Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang beroperasi di
perairan Selat Makassar, Sulawesi Selatan, yang didaratkan di Tempat
Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Pengambilan sampel tersebut dilakukan
sebanyak delapan kali dimana tiap minggu dilakukan pengambilan sampel pada
saat hasil tangkapan nelayan meningkat selama dua bulan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan mengambil seluruh hasil tangkapan nelayan dengan kondisi
ikan yang masih segar dan telah mati karena jumlah hasil tangkapan nelayan
untuk ikan pari sangat kurang. Jumlah sampel yang diperoleh selama penelitian
adalah 72 ekor. Pengukuran sampel dilakukan di laboratorium meliputi bobot
tubuh dengan menggunakan timbangan gantung (kg) yang berketelitian 10 g dan
panjang total tubuh yang diukur dimulai dari ujung terdepan bagian kepala
sampai ujung ekor yang paling belakang dengan menggunakan mistar ukur yang
berketelitian 1 mm.
Untuk penentuan jenis kelamin ikan pari yaitu dengan memperhatikan
kehadiran klasper pada setiap inividu. Individu yang memiliki klasper digolongkan
sebagai ikan jantan sedangkan yang tidak memiliki klasper adalah betina. Nisbah
kelamin diduga dengan uji Chi-square menggunakan Koreksi Yates (Sudjana,
1992).
Selanjutnya, ikan dibedah untuk menentukan tingkat kematangan gonad
(TKG). Tingkat kematangan gonad ditentukan berdasarkan metode klasifikasi
yang dibuat Eber dan Cowley (2009). Ukuran pertama kali matang gonad
dianalisis dengan metode Spearmen-karber (Udupa, 1986). Untuk penentuan
indeks kematangan gonad (IKG) dianalisis dengan cara yang dilakukan oleh
Johnson (1971 dalam Effendie, 1997).
Faktor
kesatu
Taraf 1
Taraf 2
Total
Taraf 1
a+b
Taraf 2
c+d
Total
a+c
b+d
1
n |adbc| n 2
2
2
x=
( a+b ) ( a+ c ) ( b+ d )( c +d )
Ho = Jumlah ikan jantan dan betina tidak berbeda (nisbah kelamin 1:1)
H1 = Jumlah ikan jantan dan betina berbeda (nisbah kelamin bukan 1:1)
Pengambilan Keputusan:
Tabel 2. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller &
Henle, 1841) menurut Eber dan Cowley (2009)
TKG
Betina
Jantan
Ovarium
kurang
memiliki
diferensiasi atau tidak terlihat
jelas dan kelenjar oviducal tidak
terlihat dalam rahim.
Ovarium terlihat jelas tetapi tidak
memiliki oosit matang, kelenjar
oviducal itu belum berkembang.
Klasper
melampaui
tepi
posterior sirip dubur (3-6 cm),
tetapi tidak memiliki kalsifikasi
dari unsur-unsur tulang rawan
terminal.
Terdapat oosit yang berwarna Panjang klasper mencapai 6-9
kuning dan berdiameter 1,5-2,0 cm melampaui tepi posterior
cm, kelenjar oviducal yang sirip dubur dan memiliki
terlihat jelas, ataukah sudah kalsifikasi dari unsur-unsur
terdapat
embrio
yang tulang rawan terminal.
berkembang di dalam rahim.
II
III
X
2
Log m = xk +
( X pi )
anti log m =
m 1,96 x
( piqi
n 1 )
i
dimana : xk = logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad, X = selisih
logaritma nilai tengah, M = logaritma nilai tengah, pi = ri/ni, ri = jumlah ikan
matang gonad pada kelas ke-I, ni = jumlah ikan pada kelas ke-I, qi = 1-pi
IKG
BG
100
BT
Jantan
(ekor)
Betina
(ekor)
Jumlah
(ekor)
Juni 2011
14
19
33
Juli 2011
15
24
39
Jumlah
29
43
72
sebesar 3,84 dan X2(0,1)(1) sebesar 6,63 (Lampiran 3). Berdasarkan hasil
tersebut maka diketahui nilai X2 hitung < X2 tabel, sehingga dapat dikatakan
bahwa jumlah ikan pari jantan dan betina tidak berbeda nyata pada setiap bulan.
Hal ini menunjukkan kemungkinan bagi ikan pari untuk melakukan pembuahan
lebih besar karena persaingan untuk memperoleh pasangan jauh lebih besar.
B. Tingkat Kematangan Gonad
Selama penelitian (Juni-Juli 2009) didapatkan ikan-ikan dengan tingkat
kematangan gonad (TKG) I sampai III untuk jantan dan betina. Persentase ikan
pari jantan dan betina pada masing-masing TKG dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase komposisi ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller & Henle, 1841)
jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan gonad
Jantan
Waktu pengambilan
sampel
Juni
Juli
Jumlah
TKG
I
II
III
I
II
III
n
(ekor
)
7
3
4
4
6
5
29
Frekuensi
(%)
24.14
10.34
13.79
13.79
20.69
17.24
100.00
Betina
n
(ekor)
9
6
4
12
10
2
43
Frekuensi
(%)
20.93
13.95
9.30
27.91
23.26
4.65
100.00
menunjukkan ikan pari yang telah matang gonad mendominasi (>50%) hasil
tangkapan. Sama halnya yang didapatkan oleh Capape (1993) dimana ikan pari
yang telah matang gonad mendominasi (>50%) hasil tangkapan pada bulan April,
Juni, Juli dan Agustus. Berkaitan dengan kelas Chondrichthtyes, ChavertAlmeida et al. (2005) juga menyatakan Freswater stingrays (Patomatrygonidae)
yang telah matang gonad mendominasi (>50%) dari hasil tangkapan pada bulan
Juli, Agusutus, September dan Okrober. Berdasarkan hasil analisis ini, pada saat
pengambilan sampel (Juni Juli) ikan pari memasuki musim puncak untuk
melakukan pemijahan. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian dimana
didapatkan ikan yang matang gonad (TKG II dan III) lebih banyak. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa ikan yang mempunyai satu musim
pemijahan yang pendek dalam setahun atau saat pemijahannya panjang, akan
ditandai dengan peningkatan presentase tingkat kematangan gonad yang tinggi
pada setiap akan mendekati musim pemijahan. Oleh karena itu, dari segi aspek
pengaturan pengelolaannya penangkapan ikan pari sebaiknya dikurangi pada
bulan Juni juli karena telah memasuki musim puncak pemijahan dimana
terdapat banyak ikan yang telah matang gonad.
Tingkat kematangan gonad ikan jantan maupun betina pada setiap waktu
pengambilan sampel tidak sama atau beragam sehingga memungkinkan ikan
pari memijah lebih dari satu kali setahun. Akan tetapi masa kehamilan ikan pari
menurut Eber dan Cowley (2009) adalah masa kehamilan sembilan bulan karena
ikan pari memerlukan waktu yang cukup lama dalam merawat embrio sehingga
embrio berkembang dan dapat dilahirkan. Hal ini berarti ikan pari mempunyai
siklus pemijahan tahunan dengan masa mengandung sembilan bulan.
C. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Kisaran ukuran ikan pari jantan pertama kali matang gonad yang didapat
selama penelitian adalah panjang total tubuh 506 - 784 mm dan panjang total
tubuh 599 - 784 mm pada ikan betina (Tabel 5.).
Tabel 5. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii
Mller & Henle, 1841) jantan dan betina berdasarkan kisaran panjang
tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian
Panjang total
(mm)
Jantan
I
II
III
Betina
Total
320 412
II
III
Total
413 505
506 598
599 691
13
14
11
15
692 784
10
Jumlah
18
29
21
16
43
100
80
60
Panjang klasper (mm)
TKG I
40
TKG II
20
0
550
TKG III
600
650
700
750
800
Gambar 2. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii
Mller & Henle, 1841) jantan berdasarkan kisaran panjang tubuh
(mm) yang didapatkan selama penelitian
8
6
Bobot gonad (gram) 4
TKG I
TKG II
TKG III
0
200 300 400 500 600 700 800 900
Panjang total tubuh (mm)
Gambar 3. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii
Mller & Henle, 1841) betina berdasarkan kisaran panjang tubuh
(mm) yang didapatkan selama penelitian
Hasil penelitian yang menunjukkan ukuran rata-rata pertama kali matang
gonad untuk ikan jantan dan betina berbeda. Hal ini berkaitan dengan perbedaan
jenis kelamin dan pertumbuhan ikan itu sendiri. Lagler et al. (1997) menyatakan
beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad
antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifat-sifat fisiologi
individu yang berbeda jenis kelamin dan juga berpijah yang sesuai.
D. Indeks Kematangan Gonad
Kisaran nilai indeks kematangan gonad (IKG) ikan pari berdasarkan
tingkat kematangan gonad (TKG) dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7 serta
Lampiran 1 dan 2.
Tabel 6. Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) ikan pari (Dasyatis kuhlii
Mller & Henle, 1841) jantan berdasarkan tingkat kematangan gonad
dan jenis kelamin.
TKG
Jantan
Kisaran
Rataan
Jumlah
0.0455 - 0.5818
0.2085 0.1840
II
0.2862 - 0.4079
0.3374 0.0631
III
0.2167 - 1,0167
0.3994 0.2261
18
Jumlah
29
Tabel 7. Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) ikan pari (Dasyatis kuhlii
Mller & Henle, 1841) betina berdasarkan tingkat kematangan gonad
dan jenis kelamin.
TKG
Betina
Kisaran
Rataan
Jumlah
0.0383 - 0.1393
0.1136 0.0917
21
II
0.0209 - 0.2453
0.1160 0.0709
16
III
0.2417 - 0.5243
0.1398 0.1095
Jumlah
43
Berdasarkan Tabel 5 dan 6 diperoleh nilai kisaran IKG ikan pari yang
tertinggi pada TKG III yaitu 0,2167 - 1,0467% dengan nilai rataan 0,3994
0,2261 untuk ikan jantan dan 0,2417 0.5243% dengan nilai rataan 0,1398
0,1095 untuk ikan betina. Berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa
nilai kisaran IKG ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina pada TKG
yang sama. Hai ini sesuai dengan hasil penelitian Chavert-Almeida et al. (2005)
dan White (2003) yang menyatakan bahwa, ikan Freshwater stingrays
(Patomatrygonidae) dan Nervous shark (Carcharhinus cautus) pada kelas
chondrichthyes, IKG ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina. Diduga
karena oosit yang berada didalam ovari memiliki endapan kuning telur yang
sudah sangat tereduksi, disebabkan ketika telur telah dibuahi sperma kemudian
menjadi embrio tidak memiliki cadangan makanan dari kuning telur melainkan
langsung dari induknya.
E. Fekunditas
Fekunditas ikan pari dianalisis dengan menggunakan data fekunditas
(TKG II dan III) dapat dilihat pada Tabel 8 dan Lampiran 8.
Tabel 8. Fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller & Henle, 1841) pada
berbagai kisaran panjang total.
Kisaran panjang
total ikan (mm)
Jumlah ikan
(ekor)
Kisaran
fekunditas
(butir)
Rataan
fekunditas
(butir)
570 612
46
5,00 1,15
613 655
47
5,40 1,34
656 698
57
5,67 1,03
699 741
58
7,00 1,73
742 784
79
8,00 1,15
semakin besar pula fekunditasnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Capape
(1993) yang menduga fekunditas Thorny stingrays (Dasyatis centroura) berkisar
1 - 13 butir pada kisaran lebar cakram/tubuh D w 170 720 mm. Eber dan Cowley
menyatakan fekuditas ikan pari memiliki kolerasi positif berdasarkan panjang
tubuh. Selanjutnya Effendie (1997) menyatakan, fekunditas sering dihubungkan
dengan panjang dari pada bobot tubuh ikan karena panjang penyusutannya
relatif kecil sekali tidak seperti bobot tubuh yang dapat berkurang dengan mudah.
Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan Fujaya (2001) bahwa, ukuran dan
jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan merawat
telur dan anak.
10
8
6
Fekunditas (butir)
4
2
0
550
600
650
700
750
800
Gambar 4. Hubungan fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller & Henle, 1841)
berdasarkan panjang total tubuh
F. Diameter Telur
Hasil pengukuran diameter telur ikan pari berdasarkan frekuensi jumlah
telur dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada histogram menunjukkan bahwa
diameter telur ikan pari yang telah matang gonad (TKG II dan III) berkisar 1,0
22,4 mm. Kisaran diameter telur pada TKG II 1,0 9.5 mm. Kisaran diameter
pada TKG III berkisar antara 5,3 22,4 mm. Kisaran diameter telur tersebut
menunjukkan bahwa pada fase ini gonad ikan semakin berkembang besar. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa semakin berkembang
gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin besar garis tengahnya,
sebagian hasil dari hidrasi dan pembentukan butir telur minyak berjalan secara
bertahap terliput dalam perkembangan tingkat kematangan gonad.
Berdasarkan Gambar 8 dan 9. dapat dilihat bahwa distribusi diameter
telur dalam ovari ikan pari yang telah matang gonad (TKG II dan III) terdapat satu
puncak atau mempunyai satu modus. Hasil penelitian Eber dan Cowley (2009)
menyatakan bahwa kelahiran ikan pari terjadi seluruhnya di satu musim
pemijahan yaitu pada bulan Januari hingga April. dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ikan pari memijah secara total spawner. Effendie (1997)
menyatakan bahwa, pememijahan yang berlangsung sekali atau dua kali dalam
satu musim pemijahan disebut total spawner.
TKG II
100
80
60
40
Fekunditas (butir)
20
0
TKG III
45
40
35
30
25
20
Fekunditas (butir) 15
10
5
0
Gambar 5. Histogram sebaran diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller &
Henle, 1841) pada tingkat kematangan gonad (TKG) II dan III
bulan.
Ikan pari telah memasuki musim puncak pemijahan pada bulan Juni Juli
dan memiliki siklus pemijahan tahunan dimana masa kehamilan sembilan
bulan.
Ukuran pertama kali matang gonad ikan pari jantan adalah 569 mm dengan
kisaran panjang total tubuh 506 - 784 mm sedangkan untuk ikan pari betina
meningkatnya TKG.
Fekunditas ikan pari semakin meningkat dengan meningkatnya panjang
tubuh.
Ikan pari memijah secara keseluruhan atau satu kali dalam satu musim
pemijahan (total spawner).
B. Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan tentang aspek biologi reproduksi ikan
pari (D. kuhlii Mller & Henle, 1841) dengan jangka waktu yang lebih lama (satu
tahun), guna mengetahui musim pemijahan dan puncak pemijahan.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. 2000. Marine Fishes of South and East Asia. A Field Guide for Anglers
and Diversi. Western Australia.
Andy Omar, S. Bin. 2004. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Jurusan
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Anonim.2003.http://www.litbang.kkp.go.id/basisdata/index.php?
com=riset&task=view&id=452&PHPSESSID=ff918135e2a33928d8cc445
3832faba4 (artikel online, 14 Maret 2011).
Anonim. 2010. Dasyatis. http://www.google.com/20g?search=dasyatis (artikel
online, 5 Maret 2011).
Anonim. 2011. Potensi Selat Makassar.http.//www.zwani.com/graphics/welcome
(artikel online, 3 Maret 2011)
Capape, C. 1993. New data on the reproductive biology of thr thorny stingrays
(Dasyatis centroura) from of the Tunisian coasts. Environmental Biology
of Fishes, 38:73-80
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot
gonad (gram), panjang klasper (mm), tingkat matang
gonad (TKG) dan indeks kematangan gonad (IKG) ikan pari
(Dasyatis kuhlii Mller & Henle, 1841) jantan
N
o
1
Panjang
(mm)
415
Bobot T
(gram)
280
P. Klsper
(mm)
20
B. Gonad
(gram)
TK
G
I
415
300
15
0.30
460
440
23
0.20
550
560
15
0.48
515
640
25
0.95
550
440
45
2.56
547
900
35
2.61
548
840
30
1.75
IKG
(%)
0.10
00
0.04
55
0.08
57
0.14
84
0.58
18
0.29
00
0.20
83
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
580
660
45
2.10
II
610
856
58
2.45
II
580
760
45
3.10
II
650
1000
70
5.87
III
660
900
70
5.09
III
660
900
75
9.15
III
670
1200
80
5.67
III
680
1100
75
5.18
III
600
989
65
2.50
III
605
1040
75
6.57
III
610
969
65
2.10
III
630
1100
65
4.50
III
655
1000
65
2.65
III
660
1100
70
7.11
III
660
1200
70
3.72
III
660
1220
70
6.03
III
710
1069
75
2.70
III
710
1120
90
8.35
III
730
960
70
3.10
III
730
1200
72
8.46
III
755
1240
70
4.31
III
0.31
82
0.28
62
0.40
79
0.58
70
0.56
56
1.01
67
0.47
25
0.47
09
0.25
28
0.63
17
0.21
67
0.40
91
0.26
50
0.64
64
0.31
00
0.49
43
0.25
26
0.74
55
0.32
29
0.70
50
0.34
76
Lampiran 2. Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot
Gonad (gram), tingkat matang gonad (TKG) dan Ideks
Kematangan gonad (IKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller &
Henle, 1841) betina
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Panjang
(mm)
435
580
550
555
655
570
540
600
320
340
360
410
450
480
485
490
500
530
550
580
600
640
670
615
640
640
645
665
670
680
685
690
720
700
710
720
700
Bobot T
(gram)
320
1160
1000
1180
1240
1200
1000
1080
400
440
200
460
280
500
380
400
600
560
340
880
1100
1020
1260
800
1110
1200
1000
1100
1200
1060
1110
1340
1600
1160
1260
1800
1220
Bobot G
(gram)
1.11
0.45
0.50
0.17
0.50
0.39
0.32
0.18
0.27
0.23
0.22
0.36
1.00
0.44
1.80
2.63
0.52
1.38
1.41
2.40
0.23
0.84
2.60
0.50
1.16
0.70
1.60
1.00
1.00
1.70
TKG
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
II
II
II
II
II
II
II
II
II
II
II
II
II
II
II
II
IKG (%)
0.1028
0.1125
0.1136
0.0850
0.1087
0.1393
0.0640
0.0474
0.0675
0.0383
0.0393
0.1059
0.1136
0.0400
0.1765
0.2087
0.0650
0.1243
0.1175
0.2400
0.0209
0.0700
0.2453
0.0450
0.0866
0.0438
0.1379
0.0794
0.0556
0.1393
38
39
670
770
1260
1120
3.84
3.54
III
III
0.3048
0.3161
Lampiran 2. Lanjutan
40
740
1110
5.82
III
0.5243
41
770
1240
3.16
III
0.2548
42
710
1640
5.86
III
0.3573
43
770
1800
4.35
III
0.2417
Jantan
(ekor)
14
15
29
Betina
(ekor)
19
24
43
Jumlah
(ekor)
33
39
72
1
72 |(14 ) ( 24 ) (19 )( 15 )| 72
2
X 2=
=0,01
( 33 )( 29 )( 39 ) (43)
Lampiran 4. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rat
Ikan pari (Dasyatis kuhli Mller & Henle, 1841) jantan
Kelas
Panjang
41
50
5
0
50
58
1
6
58
67
7
2
67
75
3
8
Jumlah
Jumlah
Tengah
kelas
Log
tengah
kelas
(Xi)
Belum
matang
Matang
gonad
Proporsi ika
matang
sampel
(ni)
(mm)
gonad
(ri)
gonad (pi
3.0000
457.5
2.6604
0.0000
7.0000
543.5
2.7352
0.2857
13.0000
629.5
2.7990
13
1.0000
6.0000
29
715.5
2.8546
0
8
6
21
1.0000
2.2857
Lampiran 4. Lanjutan
Jantan kelas panjang
m=xk +
X
( X pi )
2
m=2,8556+
0,0556
( ( 0.0556 ) ( 2,2857 ) )
2
m=2,8546+ 0,02780,1271
m=2,7553
m=antilog 2,7577=569 mm
Dengan selang kepercayaan 95% maka:
( piqi
1 )]
Lampiran 5. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan ra
ikan pari (Dasyatis kuhli Mller & Henle, 1841) betina
Kelas
Panjang
320
433
546
659
Jumla
h
43
2
54
5
65
8
77
1
Jumlah
Tengah
kelas
Log
tengah
kelas
(Xi)
Belum
matang
Matang
gonad
sampel
(ni)
(mm)
376.0
Proporsi ika
matang
gonad
(ri)
gonad (pi)
2.5752
0.0000
489.0
2.6893
0.0000
602.0
2.7796
14
0.3571
715.0
2.8543
17
17
1.0000
43
21
22
1.3571
Lampiran 5. Lanjutan
Betina kelas panjang
m=xk +
X
( X pi )
2
m=2,8543+
0,0747
( ( 0.0747 ) ( 1,3571 ) )
2
m=2,8443+0,03740,1014
m=2,7903
m=antilog 2,5650=617 mm
Dengan selang kepercayaan 95% maka:
( piqi
1 )]
0,293047532
0,085876856
0,052020443
0,817363988
29
ANOVA
df
Regression
Residual
27
Total
28
Coefficients
Intercept
0,110466711
SS
1,694596
07
18,03826
501
19,73286
108
Standard
Error
0,431183
685
MS
1,69459607
0,66808388
9
t Stat
0,25619408
F
2,5365019
22
Significanc
eF
0,12288232
9
P-value
0,7997429
19
Lower 95%
0,99518254
Upper
95%
0,7742491
21
Lower
95,0%
0,995182
Upper
95,0%
0,77424912
1
7
X Variable 1
0,274121577
0,172117
736
1,59263992
2
0,1228823
29
3
0,07903484
1
1
34
SS
0,143781
316
0,331779
MS
0,1437813
16
0,0097582
F
14,73436
299
Significanc
eF
0,00051307
6
0,6272779
96
54
0,079034
84
0,62727799
6
Total
35
Intercept
X Variable 1
Coefficients
0,00666349
4
0,08882813
8
849
0,475561
164
Standard
Error
0,044311
922
0,023141
147
31
t Stat
0,1503769
98
3,8385365
69
P-value
0,881355
777
0,000513
076
Lower 95%
0,09671615
4
0,04179967
No
1
2
3
4
5
6
7
L
580
600
615
640
640
645
665
F
4
4
7
4
6
4
5
Log L
2.7634
2.7782
2.7889
2.8062
2.8062
2.8096
2.8228
Log F
0.6021
0.6021
0.8451
0.6021
0.7782
0.6021
0.6990
Log L+LogF
3.3655
3.3802
3.6340
3.4082
3.5843
3.4116
3.5218
Log2 F
7.6365
7.7181
7.7778
7.8746
7.8746
7.8936
7.9683
Upper
95%
0,083389
166
0,135856
606
Lower
95,0%
0,096716
15
0,041799
67
Upper
95,0%
0,0833891
66
0,1358566
06
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Jumla
h
670
680
685
690
725
740
750
775
780
570
595
640
680
710
770
5
7
5
5
8
5
7
7
9
6
6
6
7
8
9
13
4
2.8261
2.8325
2.8357
2.8388
2.8603
2.8692
2.8751
2.8893
2.8921
2.7559
2.7745
2.8062
2.8325
2.8513
2.8865
62.201
2
0.6990
0.8451
0.6990
0.6990
0.9031
0.6990
0.8451
0.8451
0.9542
0.7782
0.7782
0.7782
0.8451
0.9031
0.9542
16.9558
5
3.5250
3.6776
3.5347
3.5378
3.7634
3.5682
3.7202
3.7344
3.8463
3.5340
3.5527
3.5843
3.6776
3.7543
3.8407
7.9867
8.0231
8.0411
8.0591
8.1815
8.2325
8.2660
8.3481
8.3642
7.5948
7.6979
7.8746
8.0231
8.1297
8.3318
79.1570
175.8981
Lampiran 9. Persentase diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Mller & Henle,
1841) pada tingkat kematangan gonad II dan III
Diameter telur
1,0-5.2
5.3-9.5
9.6-13.8
13.9-18.1
18.2-22.4
Jumlah
Jumlah
82
15
23
9
5
134
Frekuensi (%)
61.1940
11.1940
17.1642
6.7164
3.7313