Vous êtes sur la page 1sur 54

Skizofrenia

Paranoid
Eka Fitri Maharani
20100310070

Identitas
Nama : Tn. SW
Usia : 31 tahun
No.RM : 0018 ** 67
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :Banyuurip
Pekerjaan : Polisi
Agama : Islam
St. Pernikahan : Menikah
Pendidikan: Secaba
Tanggal periksa : 12 November 2015

Anamnesis
Keluhan utama

Takut, pendiam

Riwayat Perjalanan
Penyakit
Pada tahun 2003

Pasien bekerja sebagai seorang polisi di


POLDA Kalimantan Tengah selama 6 tahun.
Pasien tinggal di Kalimantan di rumah kakak
ketiganya yang juga berpofesi sebagai polisi.

Pada tahun 2006

Pasien menikah muda, pada usia 21 tahun.


Lalu pasien tinggal dengan istrinya di asrama
polisi. Dalam hal pekerjaan pasien merasa
baik-baik saja, begitupun dalam
pernikahannya.

Pada tahun 2007

Pasien mendapatkan seoang anak laki-laki.


Hubungan pernikahan mulai tidak harmonis,
ditambah tekanan dari istri soal kebutuhan yang
meningkat dengan adanya anak. istri pasien
cenderung menuntut pasien tentang status
sosialnya, karena mereka masih tinggal di
asrama dan belum punya rumah sendiri. Istri
pasien cenderung membandingkan kehidupannya
dengan kehidupan teman-temannya yang kondisi
sosial ekonominya lebih tinggi.

Pada tahun 2009

Konflik rumah tangga semakin berat


sejalan dengan pertumbuhan anak.
tekanan dari istri semakin menjadijadi. Pasien mulai merasa tidak
nyaman dengan lingkungan rumah dan
pekerjaan. Ketika bekerja pasien
cenderung mulai membandingkan
keadaan dirinya dengan temantemannya dalam hal sosial ekonomi.
Pasien semakin tertekan dengan
kondisi ini. Tugasnya di kantor juga
banyak, sehingga pasien semakin

Pada tahun 2010


Pasien semakin tertekan dengan pekerjaan

dan ambisi istrinya. Pasien mulai mengeluh


tidak bisa tidur, emosinya tidak stabil dan
cenderung tidak bisa mengontrol diri. Pasien
menjadi cenderung pendiam, bingung dan
suka melamun. Pasien selalu merasa minder,
malu, merasa dibicarakan oleh orang
sekitarnya, orang-orang seakan-akan ingin
mencelakakan dan menyakiti dia. Pasien
mengaku sering melihat pocong. Kegiatan
pasien langsung menurun drastis.

Keadaan semakin memburuk ketika istri pasien meminta

bercerai dan berkeinginan membawa anaknya untuk


tinggal bersama. Pada saat itu istri pasien pergi ke rumah
ibunya meninggalkan pasien sendirian. Pasien menjadi
sangat pendiam, selalu ingin dirumah. Pasien merasa
dibicarakan oleh orang sekitarnya, orang-orang seakanakan ingin mencelakakan dan menyakiti dia. Pasien
mengaku sering melihat pocong, Pasien mulai tidak
masuk kerja.
Kakak pasien berinisiatif untuk mengajukan cuti dan
menyarankan pasien untuk berobat. Pasien pulang ke
Purworejo lalu dibawa ke RSUD Purwerojo oleh keluarga.
Pasien rajin melakukan kontrol.

Pada tahun 2011


Kondisi pasien mulai membaik, pasien bisa

mengendalikan emosinya. Lalu


pasienmemutuskan untuk kembali ke
Kalimantan untuk bekerja lagi. Pasien mulai mau
ke kantor untuk bekerja.
Mei 2011 tahun, pengadilan memutuskan pasien
bercerai dengan istrinya. Pasien kembali tinggal
bersama dengan kakaknya, karna tidak mau
tinggal sendirian. Pasien masih beraktivitas
seperti biasa.

Setelah itu kondisi pasien kembali memburuk. Pasien

kembali mulai pendiam dan menarik diri. Pasien mengalami


tekanan dengan pendapat keluarganya terutama ayahnya
yang cenderung menyalahkan pasien karna perceraiannya.
Pasien selalu merasa minder, malu, merasa dibicarakan
oleh orang sekitarnya, orang-orang seakan-akan ingin
mencelakakan dan menyakiti dia. Pasien mengaku sering
melihat pocong, dan mendengar seseorang menyuruhnya
untuk bunuh diri. Pasien pernah mencoba untuk gantung
diri namun ditemukan oleh kakaknya. Pasien lalu
disarankan untuk pindah oleh keluarga. Kemudian pasien
mengajukan pindah dan di pindah ke POLDA Semarang.
Pasien rutin kontrol di RSJ Magelang.

Pada tahun 2012


Pasien sudah kooperatif, dan emosinya sudah mulai bisa

dikendalikan. Pasien menikah dengan Ny. AN. Istri pasien


sudah tau kondisinya dan memaklumi. Istri bekerja
sebagai guru. Tidak ada masalah dalam rumah tangga.
Pasien tinggal bersama istri, ibu dan ayahnya.
Pasien masih mengeluhkan minder, merasa dibicarakan
dan selalu merasa akan dilukai. Pasien mulai merasa
sering bingung. Pasien kemudian dipindahkan ke Polres
Purworejo karena kondisi pasien yang belum membaik.
Pasien masih cenderung diam dan tidak berinteraksi.
Namun, pasien masih mau pergi ke kantor.

Kemudian pasien dipindahkan lagi ke Polsek

Banyuurip karena fungsi sosial pasien yang terus


menurun. Pasien masih mau ke kantor dan bekerja.
Pasien kembali tidak bisa mengendalikan emosinya,
karena intimidasi teman-temannya. Pasien masih
bersikap baik terhadap teman-temannya namun
pasien akan meluapkan emosinya begitu sampai di
rumah kepada istrinya atau kepada orangtuanya.
Pasien tinggal dengan istrinya di asrama polisi. Jika
emosinya naik pasien datang ke rumah orang
tuanya dan ngamuk-ngamuk.

Pada tahun 2013


Kondisi pasien semakin menurun. Pasien

mengeluhkan takut dan sakit hati. Lingkungan


di luar rumah merupakan momok menakutkan
bagi pasien. Sehingga pasien cenderung
mengurung diri. Pasien tidak bisa pergi bekerja
dan emosinya kembali naik. Pasien tidak teratur
minum obat. Kemudian pasien opname di RSJ
Magelang selama satu minggu karena ngamuk
di rumah orang tuanya dan mulai merusak
barang.

Seminggu kemudian pasien kabur dari RSJ

Magelang dan sampai rumah. Emosi pasien


masih naik turun dan sulit dikendalikan.
Pasien tidak mau bersosialisasi. Pasien juga
mulai mengeluhkan didatangi pocong, dan
mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk
bunuh diri.
Dua bulan setelah itu pasien mulai mengalami
perbaikan kondisi. Pasien sudah mau keluar
rumah untuk bersosialisasi. Namun, pasien
masih sering berbicara sendiri dan merasa
didatangi pocong.

Pada tahun 2014


Kondisi pasien mulai membaik. Tapi pasien

masih pendiam dan tidak ceria. Pasien mau


bekerja bila diantar, emosi pasien mulai stabil
dan bisa diarahkan.

Pada tahun 2015


Kondisi pasien semakin membaik. Pasien

kontrol di RSUD Purworejo. Rawat diri bisa


dilakukan oleh pasien tanpa bantuan istrinya.
Namun interaksi pasien menurun. Pasien tidak
mau bekerja karena merasa malu. Pasien
hanya mau tinggal di rumah. Bila ada tamu
pun pasien cenderung mengurung diri di
kamar dan tidak keluar rumah. Pasien
cenderung lebih diam bila bertemu temannya
ketika kontrol diRSUD Purworejo karena
merasa malu dan minder.

Grafik Perjalanan
Penyakit
120
100
80
60
40
20
0

Fungsi
Penyakit

Hubungan pasien dengan

kedua orang tua, kakak dan


adik baik, saling
berkomunikasi, saling
membantu, dan saling
menyanyi. Tapi hubungan
pasien dengan kakak
tertuanya sedikit bermasalah
sejak kecil. Hal ini
disebabkan karena pola asuh
ayah dan ibunya yang
memanjakan pasien,
sehingga kakaknya
cenderung memusuhi
pasien. Bila ada suatu
masalah diselesaikan
dengan kekeluargaan.
Pasien merupakan orang
yang tertutup, bila ada
masalah cenderung
menyimpan sendiri.

Riwayat Keluarga
Pola Asuh Keluarga
Pasien merupakan anak ke
delapan dari delapan
bersaudara. Pasien diasuh oleh
kedua orang tuanya di
Purworejo. Ayah pasien adalah
seorang polisi. Ibu pasien
adalah ibu rumah tangga.
Ayahnya mendidikik semua
anaknya dengan disiplin
kecuali pada pasien. Pasien
cenderung dimanjakan karna
merupakan anak bungsu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan
gangguan jiwa disangkal pada
kakak kedua pasien.

Silsilah Keluarga

Riwayat 0 3 tahun (masa kanak

awal)
Pasien diasuh oleh kedua orang tua.
ASI diberikan selama 2tahun,
dibarengi dengan pendamping sejak
usia 6bulan. Pertumbuhan dan
perkembangan baik, seperti anak
sebayanya.
Riwayat 3 11 tahun (masa
kanak pertengahan)
Pasien bersekolah SD dengan pestasi
di sekolah biasa-biasa saja.
Pergaulan dengan teman-temannya
baik. Pertumbuhan dan
perkembangan baik seperti anak
sebayanya.
Kakak pasien mulai memperlihatkan
sikap permusuhan.
Riwayat kanak akhir (pubertas
remaja)
Pasien melanjutkan pendidikan ke
SMP dan SMA.

Riwayat Pribadi
Riwayat Prenatal dan
Perinatal
Pasien merupakan anak
yang diharapkan kedua
orangtuanya. Sewaktu
hamil, ibu pasien dalam
keadaan sehat, ibu tidak
mengkonsumsi alkohol
dan tidak merokok. Tidak
ada penyulit dan
Riwkomplikasi selama
hamil, persalinan,
maupun masa nifas.

Saat Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah sampai SMA dan dilanjutkan ke
Secaba. Tidak ada permasalahan pada bidang
pendidikan. Pasien mengikuti Secaba di
Kalimantan dan berpisah dengan orangtuanya.
Riwayat Pekerjaan
Setelah mengikuti Secaba pasien bekerja di POLDA
Kalimantan. Lalu pinda ke POLDA Magelang,
POLRES Purworejo dan terakhir bekerja di POLSEK
Banyuurip. Pasien cenderung terintimidasi di
tempat kerja karena mengalami gangguan jiwa.

Riwayat Pernikahan
Menikah pada tahun 2006 dan memiliki satu orang anak.
Lelu bercerai pada tahun 2011. Pasien mengalami tekanan
dalam pernikahan pertama karena ambisi istrinya tentang
status sosial. Kemudian pasien menikah untuk kedua
kalinya pada tahun 2012. Hubungan dengan istri baik dan
harmonis. Istri memahami kondisi pasien. Tidak ada
masalah berat yang dialami pada pernikahan kedua.
Pemberi keputusan dan yang merawat menjadi tanggung
jawab istri. Tapi pasien masih memegang peranan pencari
nafkah.
Aktivitas Keagamaan
Pasien beragama islam dan taat beribadah.

Aktivitas Sosial
Pasien mengikuti kegiatan organisasi selama di
sekolah. Setelah bekerja pasien aktif dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan rumah maupun kantor.
Namun 5 tahun terakhir hanya pada acara-acara
tertentu saja pasien ikut bersosialisasi dan
berinteraksi. Satu tahun terakhir pasien sama sekali
tidak mau keluar rumah dan berinteraksi dengan
orang lain.
Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum dengan
siapapun.

Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien saat ini tinggal bersama istrinya di asrama polisi.
Hubungan dengan semua anggota keluarganya dekat
dan harmonis, kecuali dengan kakak pertamanya. Sudah
baik tapi masih ada jarak. Anak pasien tinggal bersama
mantan istrinya di Kalimantan. Setelah kembali ke Jawa
pasien belum bertemu lagi dengan anaknya. Sumber
keuangan berasal dari gaji suami sebagai polisi, dibantu
dengan penghasilan istri sebagai guru. Keadaan ekonomi
saat ini cukup. Keadaan ekonomi keluarga saat ini sedang
menurun. Pasien merasa nyaman tinggal di rumahnya,
dan cenderung tidak betah bila mengunjungi rumah
kerabatnya.

Riwayat Perkembangan Seksual


Pasien mulai memiliki ketertarikan dengan

lawan jenis sejak berumur 10 tahun.

Persepsi Pasien tentang Diri


dan Kehidupan
Pasien merupakan orang yang tertutup, bila ada

masalah cenderung menyimpan sendiri.


Pasien merasa bingung dan malu akan kondisinya.
Pasien merasa khawatir dan malu orang lain tau
tentang kondisinya yang rutin kontrol ke RSUD
Purworejo. Pasien merasa tertekan bila ada temannya
atau kenalannya yang bertemu ketika pasien kontrol.
Pasien tidak merasa sakit. Pasien hanya mau minum
suplemen bukan obat karena pasien tidak merasa
sakit. Pasien merasa lebih baik diam dan tinggal di
rumah. Pasien tidak mau berinteraksi dengan
tetangga sekitar maupun pergi bekerja.

Kesimpulan Anamnesa
Seorang perempuan laki-laki 31 tahun, menikah,

seorang polisim tinggal berasama istrinya. Pasien


adalah anak bungsu dari delapan bersaudara. Datang
ke RS dengan keluhan utama takut dan malu.
Keluhan berawal pada tahun 2010 karena masalah
kejiwaan, berupa merasa tidak bisa tidur, emosinya
tidak stabil dan cenderung tidak bisa mengontrol diri.
Pasien menjadi cenderung pendiam, bingung dan
suka melamun. Pasien selalu merasa minder, malu,
merasa dibicarakan oleh orang sekitarnya, orangorang seakan-akan ingin mencelakakan dan menyakiti
dia. Pasien mengaku sering melihat pocong.

Pasien berobat ke psikolog dan dirujuk ke dokter

spesialis jiwa. Pasien pernah mondok di RSJ 2x


selama 5 tahun terakhir.
Gejala pasien pernah membaik namun dengan
adanya hal yang membuat pasien tertekan
gejalanya akan muncul dan bisa sampai lebih berat.
Faktor predisposisi : pola asuh yang permisif, baik
dan tidak tegas. Konflik dengan kakak pertama.
Faktor presipitasi : konflik dengan istri pertama,
dipisahkan dari anak dan konflik dengan ayah pasca
perceraian.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tenang, Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu
: Afebris

Pemeriksaan Status
Mental
Subjektif

takut, pendiam

Objektif

Sindrom yang didapat


Sindrom skizofrenia :
Waham curiga
Halusinasi auditori
Pikiran paranoid,
Motivasi rendah
Menarik diri

Sindrom paranoid :
Kecurigaan dan kecenderungan

pervasif untuk menyalah-artikan


tindakan orang lain yang netral
atau bersahabat sebagai suatu
sikap permusuhan atau
penghinaan.
Kecurigaan yang berulang,
tanpa dasar.
Kecenderungan untuk merasa
dirinya penting secara
berlebihan.
Selalu waspada dan hati-hati
yang berlebihan bila berurusan
dengan orang lain.
Selalu menghindari hubungan
interpersonal.

Diagnosis Banding
Skizofrenia paranoid (F20.0)
Episode depresi berat dengan gejala psikotik

(F32.3)
Episode afektif bipolar, episode kini depresi
berat dengan gejala psikotik (F.31.5)

Skizofrenia paranoid
(F20.0)

Gangguan waham (F.22.0)

Episode afektif bipolar, episode kini


depresi berat dengan gejala
psikotik (F.31.5)

Diagnosis Multiaksial
Axis
Axis
Axis
Axis

I: Skizofrenia paranoid (F20.0)


II : Tipe kepribadian introvert
III : Tidak ditemukan
IV : Masalah primary support group (keluarga)
(dipisahkan dari anak, konflik dengan kakak)
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
(tidak mau bersosialisasi)
Masalah pekerjaan (tidak mau bekerja)
Axis V : GAF 40-31 : beberapa disabilitas dalam
hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

Terapi
Farmakologi
R/ Fluoxetin mg 20 no XXX
/ 1dd1 (Pagi)
R/ Clozapin mg 25 no XXX
/ 1dd1
R/ Heximer mg 2 no XXX
/ 1dd1

Psikoterapi
Psikoventilasi :Pasien dibimbing untuk menceritakan

segala permasalahannya, apa yang menjadi


kekhawatiran pasien kepada therapis, sehingga therapist
dapat memberikan problem solving yang baik dan
mengetahui antisipasi pasien dari faktor faktor pencetus.
Persuasi: Membujuk pasien agar memastikan diri untuk
selalu kontrol dan minum obat dengan rutin.
Sugesti :Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa
dia dapat sembuh (penyakit terkontrol).
Desensitisasi :Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada
di dalam lingkungan kerja untuk meningkatkan
kepercayaan diri.

Edukasi
Penjelasan tentang skizofrenia.
Perlu ditekankan kepada keluarga pasien

untuk; memahamkan kepada keluarga bahwa


kerja sama mereka sangat dibutuhkan untuk
memastikan kepatuhan kontrol dan minum
obat.
Juga diberi pengertian kepada keluarga tetap
menghargai pasien seperti orang sehat dan
juga membesarkan hati pasien, memberi
pertimbangan-pertimbangan rasional
terhadap berbagai keinginannya.

Prognosis

Terimakasih

Vous aimerez peut-être aussi