Vous êtes sur la page 1sur 6

BAB IV

DISKUSI KASUS

A. Anestesia Umum
a.

TRIAS ANESTESI :
Analgesia
Hipnosis
Arefleksia / relaksasi

b. Teori Anestesi
1. Teori Koloid
Obat anestesi penggumpalan sel koloid anestesi yang reversibel
Bukti : eter, halotan hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi
penggumpalan protoplasma)
2. Teori Lipid
- Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya
anestesi.
- Kelarutan anestesi makin kuat
- Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat
- Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD
3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan
Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan
proses metabolisme dan transmisi neural terganggu menyebabkan anestesi.
4. Teori biokimia
Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi oksidatif).
5. Teori Neurofisiologi
Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan menghambat
fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi mempertahankan kesadaran.
6. Teori Fisika
Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan
menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air

sehingga menyebabkan

gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh karena terbentuk
mikrokristal di SSP.
B. Kondisi Pasien

30

Pada kasus ini pasien dirujuk dari dokter kandungan ke dokter bedah urologi karena
terpasang DJ stent sejak 1 tahun yang lalu. Pasien dirujuk dari dokter kandung dan kepada
dokter bedah urologi karena pernah dipasang DJ Stent 1 tahun yang lalu.. Pasien memiliki
riwayat operasi sebanyak 3x pada tahun 2013 , operasi pertama debulking massa ovarium
dengan anestesi umum, operasi Re-debulking massa pasca kemoterapi dengan anestesi umum
dan operasi pemasangan DJ Stent dengan anestesi spinal. Setelah dilakukan pemeriksaan
fisik lengkap, pemeriksaan laboratorium, dan pemriksaan penunjang thorax foto dengan teliti
dan lengkap diketahui bahwa pasien memiliki riwayat karsinoma ovarium dengan riwayat
operasi 3x dan saat ini pasien mengalami trombositopenia yakni kadar trombosit dibawah
normal yakni 102.000, oleh karena itu pasien memenuhi persayaratan operasi, dengan status
fisik pra anestesi, masuk dalam kategori ASA II karena adanya keadaan trombositopenia.
ASA II diinterpreasikan bahwa pasien dengan kelainan sistemik ringan yang tidak
berhubungan dengan pembedahan, dan pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan status fisik pasien tersebut, jenis anestesi yang baik digunakan dalam
tindakan penggantian DJ Stent Bilateral adalah anestesi umum. Teknik anestesi umum dengan
LMA dengan napas kendali. Anestesi umum adalah tindakan anestesi yang dilakukan dengan
cara menghilangkan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih
kembali dan reversible. Pada anestesi umum harus memenuhi beberapa hal ini yaitu hipnotik,
analgesi, relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus otot sehingga akan
mempermudah tindakan pembedahan, stabilisasi otonom. Untuk menjamin jalan nafas pasien
selama pasien tidak sadar, maka dilakukan pemasangan LMA, karena dinilai lebih aman dan
lebih tidak invansive disbanding dengan pemasangan endotracheal tube (ETT). Dipilih
manajemen jalan nafas dengan LMA karena pertimbangan lama operasi yang tidak begitu
lama, karena LMA tidak dapat digunakan pada pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi
dalam jangka waktu lama. LMA juga tidak dapat dilakukan pada pasien dengan reflek jalan
nafas yang intack, karena insersi LMA akan mengakibatkan laryngospasme. LMA sebagai
alternative dari ventilasi sungkup muka atau intubasi ET untuk airway manajemen. LMA
bukanlah suatu penggantian ET, ketika pemakaian ET menjadi suatu indikasi. Keuntungan
penggunaan LMA disbanding ET adalah kurang invasive, mudah penggunaannya, minimal
trauma pada gigi dan laring, efek laringospasme dan bronkospasme minimal, dan tidak
membutuhkan agen relaksasi otot untuk pemasangannya.
31

Untuk megurangi mual dan muntah pasca bedah sering diberikan sintikan anti emetic
seperti ethiperan 8mg. pada pasien ini diberikan premedikasi midazolam 2,5mg dan fentanyl
75mcg. Induksi anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi. Obat-obatan untuk induksi anestesi
diantaranya adalah propofol, thiopental, dan ketamin. Rumatan anestesi biasanya mengacu
pada trias anestesi yaitu tdiur ringan, analgesia cukup, dan relaksasi otot lurik yang cukup.
Pada pasien ini diberikan maintenance oksigen, N2O dan isoflurane. Oksigen diberikan untuk
mencukupi oksigenasi jaringan. N2O sebagai analgetik dan isoflurane untuk efek hipnotik.
Anestesi umum adalah tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara menghilangkan
nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.
Komponen dalam anestesi umum antara lain :
Hipnotik
Analgesi
Relaksasi Otot (ringan) : Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus
otot sehingga akan mempermudah tindakan intubasi.
Fase Tindakan Anestesi Umum
Premedikasi
: Sedasi, analgesi
Induksi
: Fase dimana terjadi proses perubahan dari sadar (awake) menjadi
tidak sadar. Merupakan fase paling berbahaya karena pada proses ini disertai dengan
hilangnya kontrol fungsi vital (respirasi, kardiovaskular, SSP) akibat dari efek obat

obat induksi anestesi.


Pemeliharaan
: Mempertahankan stadium anestesi, sehingga pembedahan dapat
berlangsung dengan aman dan optimal.

C. OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN


1. Midazolam
Diberikan 2,5 mg, konsentrasi 5 mg/ml, netto 3 ml.
Digunakan sebagai premedikasi.
Dosis: 0,05-0,1 mg/kgBB IV
Dosis yang diperlukan: 0,025-0,1 mg x 48 kg = 2,4 4,8 mg
Pada pasien diberikan Midazolam sebanyak 2,5 mg melalui IV line sebagai premedikasi
dengan tujuan untuk menenangkan pasien sebelum operasi dan juga memberikan efek
amnesia kepada pasien.

32

Mempunyai khasiat sedasi dan anti cemas yang bekerja pada sistem limbik dan pada
ARAS serta bisa menimbulkan amnesia anterograd. Pada dosis kecil bersifat sedatif,
sedangkan dosis tinggi sebagai hipnotik.
Pada dosis kecil yang diberikan secara IV, menimbulkan depresi ringan yang tidak serius.
Bila dikombinasikan dengan narkotik menimbulkan depresi napas yang lebih berat.
Pada dosis kecil, pengaruhnya kecil sekali pada kontraksi maupun denyut jantung, akan
tetapi pada dosis besar menimbulkan hipotensi yang disebabkan oleh efek dilatasi
pembuluh darah.
2. Fentanyl
Diberikan 75 mcg, ampul 100mcg/2mL, 50mcg/mL
Dosis 1-2mcg/KgBB, sediaan : ampul, 100mcg/2mL, 50mcg/mL)
Dosis yang diperlukan : 48-96 mcg 75 mcg
Merupakan analgesik opioid
Pada pasien diberikan fentanyl sebanyak 75 mg melalui intravena sebagai pramedikasi
3.

dengan tujuan memberikan rasa nyaman dengan memberikan efek analgetik.


Propofol
Isi 20 ml
Konsentasi 10 mg/ml, netto 1 ampul 20 ml
Dosis : 2,5 3 mg/kgbb
Dosis yang diperlukan : 120-144 mg 120 mg
Pada pasien diberikan 120 mg. Propofol merupakan obat induksi sedative dan
menimbulkan anastesia secepat thiopental, tetapi dengan pemulihan yang lebih cepat dan
pasien ssegera merasa lebih baik. Oleh sebab itu dapat digunakan dalam day surgery .
Nyeri kadang terasa tejadi di tempat suntikan tetapi jarang disertai flebitis atau
thrombosis.
Propofol menurunkan arteri sistemik kira-kira 30% tetapi efek ini lebih
disebabkan oleh vasodilatasi perifer ketimbang penurunan curah jantung. Tekanan darah
sistemikkembali normal dengan intibasi trakea. Propofol tidak menimbulkan aritmia
maupun iskemia otot jantung, tetapi terjadi sensitisasi jantung terhadap katekolamin. Efek
propofol terhadap pernafasan sama dengan efek thiopental sesudah pemberian IV yakni
terjadi depresi nafas sampai apnea selama 30 detik. Hal ini diperkuat bila digunakan
opioid sebagai medikasi pra anastetik.
Propofol segera di metabolisme di dalam hati (lebih cepat daripada eliminasi
thiopental) tetpi klirens totalnya ternyata lebih besar dari aliran darah hati yang
menunjukkan bahwa ada eiminasi eksrahepatik. Sifat ini menguntungkan untuk pasien
dengan ganguan metabolism hati.

33

Dilaporkan adanya kejang atau gerakan involunter selama induksi. Kelebihan


propofol ialah bekerja lebih cepat daripada thiopental, konfusi pasca bedah minimal da
kurang menyebabkan mual-muntah pasca bedah. Penggunaan propofol harus
diperhatikan pada pasien-pasien yang memiliki riwayat alergi.
4. Atrakurium Besilat
Dosis 0,5 0,6 mg/kgBB
Dosis yang diberikan 0,5-0,6 mg x 48 kg = 24 28,8 mg
Notrixum. Dosis 25 mg karena relaksasi diperlukan untuk pelaksanaan intubasi.
Sediaan 1 ampul 3 atau 5 ml mengandung 5 mg/ml.
Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi intermediate acting. Onset 2-3 menit dan
durasinya bekisar 15-35 menit. Metabolisme terjadi dalam darah ataupun dalam plasma
sehinga aman pada pasien penderita penyakit hati ataupun ginjal. Tidak mempunyai efek
akumulasi pada pemberian berulang sehingga masa kerjanya singkat. Pemulihan fungsi
saraf otot dapat terjadi secara spontan sesudah masa kerja berakhir, atau apabila
diperlukan dapat diberikan obat antikolinesterase.
C. INHALASI MAINTANENCE

a. Nitrogen Oksida (N2O)


gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif

tidak larut dalam darah.


Efek:
Analgesik sangat kuat setara morfin
Hipnotik sangat lemah
Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Bila murni N2O
= depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain

seperti halotan dan sebagainya.


b. Isofluran
cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan

sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.


Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran

D. Kebutuhan Cairan
Berat badan
: 48 kg
Lama Puasa
: 8 jam
34

Maintenance : 1,5 2 ml/lgBB = 1,5 2 (48)


24 - 96 cc/jam
kebutuhan 80 cc/jam
Untuk mengganti lama puasa = lama puasa x maintenance
= 8 x 80 cc
= 640 cc
Stress operasi
: operasi kecil-sedang ( 4-6cc/kgBB)
: 4 - 6 x 48
: 192 - 288 cc/jam
Kebutuhan cairan jam I
= maintenance + stress operasi + puasa
= 80 + 250 + 300
= 630 cc
Kebutuhan cairan jam II = Maintenance + stress operasi + puasa
= 80 + 250 + 150 480 cc

35

Vous aimerez peut-être aussi