Vous êtes sur la page 1sur 32

Arali2008.

Opini dari Fakta Empiris


Epidemiologi Gizi dan Kesehatan di Polewali Mandar Sulawesi Barat Indonesia

Beranda

Arali2008

Ke Polewali Mandar

Pengantar Blog

Downloads

Pos Komentar

Status Pelayanan Kesehatan

Serba-Serbi Kesehatan

Status Kelangsungan Hidup

Status Kesehatan

Indeks Komposit MDGs (IKMDGs) Kesehatan Ibu adalah Prioritas


Pelatihan Asuhan Persalinan Normal II, P2KP Polewali Mandar

Membaca Undang-Undang RI No. 36 th


2009 tentang Kesehatan
Januari 19, 2010 33 Komentar

Penulis : Arsad Rahim Ali Seorang Pemerhati Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan Di
Polewali Mandar
Polewali Mandar Sulawesi Barat.@arali2008 Membaca Undang-Undang RI No. 36 th
2009 tentang Kesehatan yang dimulai dari menimbang,terdiri dari 5 dasar pertimbangan
perlunya dibentuk undang-undang kesehatan yaitu pertama; kesehatan adalah hak asasi dan
salah satu unsur kesejahteraan, kedua; prinsip kegiatan kesehatan yang nondiskriminatif,
partisipatif dan berkelanjutan. Ketiga; kesehatan adalah investasi. Keempat; pembangunan
kesehatan adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, dan yang Kelima adalah
bahwa undang-undang kesehatan no 23 tahun 1992 sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan, tuntutan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat Kemudian
mengingat ; Undang-Undang Dasar tahun 1945 Negara Republik Indonesiadan
menetapkan undang-undang kesehatan yang terbaru ini, yang terdiri dari 22 bab dan pasal-ke
pasal sejumlah 205 pasal, serta penjelasannya.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa Indonesia
yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut
adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh
terarah dan terpadu, termasuk di antaranya pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakan
hak asasi manusia dan salah satu unsure kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Saya hanya mendapatkan satu pokok pikiran setelah membacanya yaitu telah ada niat
ingin melakukan perubahan paradigma upaya pembangunan kesehatan yaitu dari paradigma
sakit yang begitu kental pada Undang-Undang Kesehatan sebelumnya (no 23 tahun 1992)
bergeser menjadi paradigma sehat.
Untuk itu, sudah saatnya kita melihat persoalan kesehatan sebagai suatu faktor utama dan
investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru yang
biasa dikenal dengan paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Dalam rangka
implementasi paradigma sehat tersebut, dibutuhkan sebuah undang-undang yang
berwawasan sehat, bukan undang-undang yang berwawasan sakit. Pada sisi lain,
perkembangan ketatanegaraan bergeser dari sentralisasi menuju desentralisasi yang
ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2008
tentang Pemerintahan Daerah.
Ada niat karena setelah membaca undang-undang kesehatan terbaru ini jelas mampu
menjawab komplesitas pembangunan kesehatan yang tidak terdapat (tertampung lagi) dalam
undang-undang kesehatan yang lama.
Undang-Undang tersebut memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan
sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi

kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan. Sebagai


tindak lanjut dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan PemerintahNomor 38 Tahun 2007 yang mengatur tentang
pembagian urusan antara Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Berdasarkan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan perlu
disesuaikan dengan semangat otonomi daerah. Oleh karena itu, perlu dibentuk kebijakan
umum kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh semua pihak dan sekaligus dapat menjawab
tantangan era globalisasi dan dengan semakin kompleksnya permasalahan kesehatan dalam
suatu Undang-Undang Kesehatan yang baru untuk menggantikan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Hanya saja Undang-Undang Kesehatan yang baru ini (no. 36 tahun 2009) tidak memuat
konsep yang jelas tentang kesehatan masyarakat mungkin karena undang-undang
ini hanya menyangkut tentang kesehatan saja Sebagaimana inti dari paradigma sehat,
yaitu pendekatan promotif dan preventif yang tentunya sasaran utamanya adalah
masyarakat, kemudian masuk kepada induvidu-induvidu atau perorangan, tapi biasanya
membatasi diri pada induvidu atau perorangan- bukan kuratif dan rehabilitative yang
sasarannya adalah dari induvidu-induvidu kemudian meluas pada masyarakat, yang
seharusnya tidak bisa diklaim sebagai kesehatan masyarakat karena sifatnya yang homogen,
menyangkut individumasyarakat itu sendiri sifat heterogen Bahkan masyarakat
ini sendiri tidak dicantumkan dalam ketentuan umum dalam undang-undang
kesehatan terbaru ini, sehingga undang-undang kesehatan ini kalau boleh saya
katakan- hanya di peruntukkan untuk pemerintah pusat dan daerah termasuk
petugas kesehatan sebagai payung hukum untuk menyelenggarakan pembangunan
kesehatan. Tetapi tidak diperuntukkan untuk masyarakat sebagai pemilik kesehatan,
pemilik partisipatif, pemilik investasi kesehatan, pemilik hak asasi kesehatan dan
sebagai subjek pembangunan kesehatan, SANGAT IRONIS !!!
Masyarakat walaupun dalam undang-undang ini disebutkan seperti pada Bab 1 Ketentuan
umum pasal 1 ayat 2 menyebutkan Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk
dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Penjelasan dari ketentuan umum seperti yang ada pada bab V tentang sumber daya bidang
kesehatan, bahkan keterangan lainnya pada pasal-pasal berikutnya tentang masyarakat tidak
ditemukan sama sekali, padahal sangat jelas di atas, ada tiga penyelenggara upaya
kesehatan yaitu pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, Apakah mereka
(Anggota DPR RI) lupa atau tidak tahu sama sekali, bahwa masyarakat salah salah satu
unsur dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Wallahu alam!?
Undang-Undang Kesehatan terbaru ini (no. 36 tahun 2009) akan semakin kurang jelas bila
dikaitkan dengan mereka yang bekerja dalam lingkup kesehatan masyarakat karena
pengertian kesehatan Masyarakat, pengertian tentang kesehatan memang ada dalam
undang-undang ini ( Bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1 ) yaitu Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Namun pengertian
tentang kesehatan masyarakat sebagai kunci dari paradigma sehat sama sekali tidak
ditemukan.

Saya seorang yang berkecimpung dalam kegiatan epidemiologi kesehatan -Ilmu


yang mempelajari kesehatan masyarakat bukan kesehatan induvidusebagai ibu
dari kesehatan masyarakat, hanya bisa menulis bahwa Pendekatan promotif dan
preventif yang tentunya sasaran utamanya adalah masyarakat, kegiatannya dimulai
dari penggerakan pelayanan kesehatan masyarakat kemudian masuk atau membatasi
diri kepada kegiatan kesehatan induvidu-induvidu atau perorangan. Sementara kuratif
dan rehabilitative yang sasaran kegiatannya dimulai dari kegiatan atau pelayanan
kesehatan induvidu-induvidu kemudian meluas dan tidak membatasi diri kepada
lingkup masyarakat dan mengklaim sebagai kegiatan yang mencakup masyarakat luas
alias kesehatan masyarakat. Yang jelas kuratif dan rehabilitatif adalah pendekatan
paradigma sakit yang sudah terbukti gagal dalam proses pembangunan kesehatan
Nasional.
Pada penjelasan pasal 3, sedikit dijelaskan tentang kesehatan masyarakat, namun kalau
dicermati, pasal 3 dan penjelasannya tersebut hanya merupakan penjabaran dari pengertian
tentang kesehatan sebagaimana disebutkan dalam undang-undang kesehatan terbaru ini.
Pasal 3. tersebut menyatakan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Penjelasannya dari Undang-undang ini adalah Mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari
sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggi-tingginya mungkin dapat dicapai pada suatu
saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau
masyarakat. Upaya kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus
menerus agar masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam pembangunan dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Dalam penjelasan tersebut Pengertian atau definisi tentang kesehatan masyarakat sama sekali
tidak ditemukan, padahal dalam Pasal 33 ayat 1 Setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan
masyarakat yang dibutuhkan. Namun Apakah Kesehatan Masyarakat itu?, tidak jelas
atau belum jelas dalam undang-undang kesehatan ini.
Sehingga ketika masuk pada bab II asas dan tujuan, sebenarnya undang-undang kesehatan ini
ditujukan kepada siapa, Apakah untuk masyarakat?, yang jelas tidak mungkin secara
tersirat ditujukan kepada masyarakat tetapi karena tidak tersurat, sehingga undang-undang
hanya ditujukkan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan.
Bab-bab lainnya dan pasal-pasal selanjutnya misalnya bab III tentang Hak dan Kewajiban,
pada bagian pertama tentang hak hanya berisi hak-hak perorangan tentang kesehatan, nanti
pada bagian kedua tentang kewajiban berisikan kewajiban kesehatan terhadap diri sendiri,
masyarakat dan wawasan lingkungan sehat.
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan
perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.

Namun demikian Kewajiban atau tanggung jawab masyarakat itu sendiri tidak
ditemukan, sekali lagi tidak ditemukan yang ada hanyalah tanggung jawab
pemerintah, seperti yang diuraikan dalam bab IV. Di Bab lain juga hanya ada peran serta
masyarakat seperti yang diuraikan pada Pasal 174 dan pasal 175 Bab XVI tentang peran serta
masyarakat, berbunyi Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun
terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka
membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, secara aktif dan kreatif
Namun sekali lagi kesehatan masyarakat, dan atau masyarakat dalam undang-undang
kesehatan terbaru ini sepertinya masih perlu dijabarkan lagi atau diatur lebih lanjut dengan
peraturan menteri kesehatan, atau telah dijabarkan sebagaimana dicantumkan dalam Pasal
203 Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Selamat Tinggal Undang-Undang Kesehatan Yang Lama dan Selamat Atas Berlakunya
Undang-Undang Kesehatan Yang Baru. Sebagaimana ditunjukkan Pasal 204. Pada saat
Undang-Undang ini berlaku, tanggal 30 Oktober 2009 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Secara Keseluruhan Sistimatika dari Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan adalah:
Bab I Ketentuan Umum
yang menurut pembacaan penulis kurang sistemetik
dan tidak tuntas penjelasannya misalnya saja pengertian
dari Kesehatan masyarakat dan pengertian dari masyarakat itu sendiri
Bab II Maksud dan Tujuan
Bab III Hak dan Kewajiban
Bab IV Tanggung Jawab Pemerintah
Bab V Sumber daya Bidang Kesehatan,
yang berisi tentang tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
Bab VI Upaya Kesehatan,
yang berisi upaya pelayanan kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat :
pelayanan kesehatan;, perbekalan kesehatan,Tehnologi dan produk tehnologi
pelayanan kesehatan tradisional;
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit;
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;
kesehatan reproduksi;
keluarga berencana;
kesehatan sekolah;
kesehatan olahraga;
pelayanan kesehatan pada bencana;
pelayanan darah;
kesehatan gigi dan mulut;
penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran;
kesehatan matra;

pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan;


pengamanan makanan dan minuman;
pengamanan zat adiktif; dan/atau
bedah mayat.
Bab VII Kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, Lanjut Usia dan Penyandang Cacat
Bab VIII Gizi
Bab IX Kesehatan Jiwa
Bab X Penyakit Menular dan tidak menular
Bab XI Kesehatan lingkungan
yang bersisi tentang lingkungan yang berwawasan kesehatan (lingkungan sehat) meliputi
limbah cair;
limbah padat;
limbah gas;
sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah;
binatang pembawa penyakit;
zat kimia yang berbahaya;
kebisingan yang melebihi ambang batas;
radiasi sinar pengion dan non pengion;
air yang tercemar;
udara yang tercemar; dan
makanan yang terkontaminasi.
Bab XII Kesehatan Kerja
Bab XIII Pengelolaan Kesehatan.
yang berisi tentang :
pengelolaan administrasi kesehatan,
informasi kesehatan,
sumber daya kesehatan,
upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan,
peran serta dan pemberdayaan masyarakat,
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan
Bab XIV Informasi Kesehatan
Bab XV Pembiayaan Kesehatan
Yang berisi pembiayaan kesehatan 5 % APBN, 10 % APBD dimana 2/3 untuk kegiatan
preventif dan promotif
Bab XVI Peran serta Masyarakat
disini berisi peran serta masyarakat tetapi masih tersirat masyarakat
masih sebagai objek dalam pembangunan kesehatan
Bab XVII Badan Pertimbangan Kesehatan
Bab XVIII Pembinaan dan Pengawasan
Bab XIX Penyidikan
Bab XX Ketentuan Pidana
Yang berisi ketentuan pidana penjara dan denda bagi pelanggaran pelaksanaan sumber
daya kesehatan dan upaya kesehatan, yang menarik dari bab ini adalah pada Pasal 200
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) Menarik bagi

penulis karena ASI eksklusf adalah penentu status kelangsungan dan perkembangan Sumber
Daya Manusia yang handal. Dan juga presentase penggunaan ASI Eksklusif yang baru
mencapai 25-50%.
Bab XXI Ketentuan peralihan
Bab XXII Penutup

Catatan : Anda bisa mendownload Undang-Undang Kesehatan no 36


tahun 2009 pada halaman download pada web @arali2008.wordpress.com ini. Pada
halaman download ini juga Anda bisa mendownload beberapa hasil penelitian penulis
dan beberapa tulisan-tulisan dan laporan kajian tentang pembangunan kesehatan serta
pedoman tentang pelaksanan kegiatan kesehatan di Polewali Mandar Propinsi Sulawesi
Barat. Anda juga bisa membaca artikel terkait tulisan ini yaitu Sinergiskah UU
Kesehatan dengan Rencana Pembangunan Jangka Pangan Nasional (RPJPN)

Blogger @arali2008
Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan
di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat.

Beri peringkat:

30 orang penilai
Perhatian ! Pertama: Komentar spam akan dihapus, Kedua : ditulis untuk
saling berbagi

Cetak

Surat elektronik

Reddit

Twitter

Facebook1

LinkedIn

Google

Terkait
Pengertian Ilmu Kesehatan Keluarga dan Penerapan Pendidikan Gizidalam "Serba-Serbi
Kesehatan"
Tentang Kesehatan Masyarakatdalam "Serba-Serbi Kesehatan"
Peraturan Bupati Polewali Mandar No 16 tahun 2008dalam "Status Pelayanan Kesehatan"
Filed under Serba-Serbi Kesehatan Tagged with Sarana Kesehatan

Perihal Arsad Rahim Ali


Adalah pemilik dan penulis blog situs @arali2008. Seorang pemerhati -----OPINI DARI
FAKTA EMPIRIS----seputar masalah epidemiologi gizi dan kesehatan di wilayah kabupaten
Polewali Mandar. Dapat memberikan gambaran hasil juga sebagai pedoman pelaksanaan
Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Indonesia.
Tertulis dalam blog situs @arali2008 sejak 29 Februari 2008.

33 Responses to Membaca Undang-Undang RI No. 36 th 2009


tentang Kesehatan
1.

Roni mengatakan:
Oktober 7, 2013 pukul 9:42 am
mantap artikelnya

Rate This

2.

teguh mengatakan:
Oktober 7, 2013 pukul 9:40 am
Trims atas share informasinya.. sangat membantu

Rate This

3.

Juliansyar Amir mengatakan:


Januari 10, 2013 pukul 3:01 pm
analisis donk Pak, tentang UU Kesehatan No.36 tahun 2009 Pasal 128 dan Pasal
129
arali2008 menjawab
Pasal 128 (ayat 1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
merupakan pernyataan secara resmi negara bahwa ASI saja harus diberikan
kepada bayi selama 6 bulan
Ayat (2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh
dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
ayat dua ini adalah penegasan dari ayat pertama bahwa tidak ada alasan untuk
tidak mendukung pemberian ASI Eksklusif (kecuali alasan medik) semua

pihak harus memberi kesempatan (waktu) ibu untuk menyusui terutama pihak
keluarga.
dan kemudian Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus
menyediakan fasilitas sebagaimana diuraikan di ayat 3
ayat (3)Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.
pasal 129 bisa baca tulisan saya ini :
https://arali2008.wordpress.com/2012/06/17/sudah-ada-pp-pemberian-asieksklusif/

Rate This

4.

Valentina mengatakan:
November 20, 2012 pukul 8:21 am
TANYa: 1. Apa komentar / tanggapan bapa menggenai Peraturan uu kesehatan
2. apa nilai positif pd peraturan tersebut
3. apa yg di maksud dgn komentar empiris
arali2008 menjawab
jawaban pertanyaan pertama adalah komentar dan tanggapan saya adalah
tulisan saya diatas.
Jawaban pertanyaaan kedua adalah nilai positifnya kita telah punyai uu
kesehatan baru pengganti uu kesehatan sebelumnya yang memang sudah
kadaluarsa
dan jawaban dari pertanyataan ketiga adalah komentar empiris adalah
komenter berdasarkan pengalaman atau hasil observasi atau hasil dari uji coba

Rate This

5.

haris mengatakan:
Agustus 15, 2012 pukul 9:35 am
mohon info tentang PP atau UU yang membahas jasa medis?

Rate This

6.

mahmud mengatakan:
Juni 17, 2012 pukul 1:13 pm
terima kasih pak jawabanya. ini sangat membantu tugas kampus saya.

Rate This

7.

mahmud mengatakan:
Juni 13, 2012 pukul 1:41 pm

apa perbedaan dan persamaan uu yang baru dengan yang lama. ?


arali2008 menjawab
bedanya : yang lama lebih menekankan paradigma sakit dari pada paradigma
sehat
samanya : selalu berusaha mewujudkan keadaan sehat fisik-jasmani, rohanispritual dan sosial untuk setiap induvidi agar dapat hidup produktif secara
sosial dan ekonomis

Rate This

8.

andi mengatakan:
Mei 15, 2012 pukul 12:54 pm
boleh di copy ga bhan UUD nya pak..buat ngerjain tgas..

Rate This

9.

Tetty SEly Utami mengatakan:


Januari 16, 2012 pukul 9:42 am
Dalam Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009, dijelaskan BAB III,
Hak dan Kewajiban bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. MOHON bantuan dan
ARAHAN bapak untuk di Jelakan dan berikan contoh dengan tepat. mksh.. :D

arali2008 menjawab
dalam UU kesehatan ini tidak dijelaskan lebih jauh hak dan kewajiban setiap
orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.. Yang ada hanya hak dan
kewajiban pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan. Karena tidak
ada penjelasannya maka pemerintah dalam hal ini kementerian kesehatan
sudah harus menjabarkan dalam peraturan pemerintah atau peraturan menteri
kesehatan.
Dalam penjabaran operasionalnya hak dan kewajiban setiap warga dalam
pelayanan kesehatan. kalau dilihat secara utuh (hak dan kewajiban) maka
setiap warga negara diharuskan masuk dalam asuransi kesehatan
kewajibannya adalah membayar premi sesuai kemampuan dan haknya adalah
mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatannya. contoh
adalah warga miskin kewajiban membayar preme Rp.1000 per anggota per
bulan yang mana ini telah dibayarkan oleh pemerintah tiap tahunnya. sehingga
ketika ia sakit ia mempunyai hak untuk dilayani kesehatannya. Contoh lainnya
misalnya PNS, pegawai BUMN, yang telah di kelola PT ASKES. Swasta ada
jamsosteknya. Masyarakat umum lainnya akan ada badan penyantunnya
pendiriannya akan difasilitasi oleh pemerintah.

Rate This

10.

edy mengatakan:
November 23, 2011 pukul 3:25 am
Saya cukup respon dg argumen parali dlm membedah uu kes yg baru namun
sprti yang trmaktud dlm 5 dsr prtmbngn dibentuk undang-undang kesehatan yg bru
yaitu point ke 5 adalah bahwa undang-undang kesehatan no 23 tahun 1992 sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat.Pd dsrnya zaman tlah brubh,kumn pnykit tlh mnyesuaikn dg keaadn
( Membentuk andibody bru resistensi ), kt hrus mulai berfkr kedpan bhw keshatn
prbdi /klurga adalh mdal darsr mencptkan sdm yg brmutu tnp mngbaikn kesmsy scr
mnylurh,mri kita mulai dri dirisndri u brpkir sht & brpya mewjdnya (pmrinth hny
mmpsilitasi), msyrkrt hrus bljr sht scr mndiri.slm knal.
mhsiswa Magister Kes.Mas.jrs.Epid-UNPAD
arali2008 menjawab

..bhw keshatn prbdi /klurga adalh mdal darsr mencptkan sdm yg brmutu tnp
mngbaikn kesmsy scr mnylurh,. dilihat dari sudut keilmuan sangatlah beda
kesehatan pribadi dan kesehatan keluarga serta kesehatan masyarakat yang
sama hanyalah mereka sama-sama cabang dari ilmu kesehatan

Rate This

11.

egha mengatakan:
September 26, 2011 pukul 12:09 pm
menurut anda apakah ada orang indonesia yang sehat menurut UU kesehatan?
arali2008 menjawab
kalau dengan menggunakan definisi sehat dalam UU kesehatan yaitu setiap
orang mempunyai keadaaan sehat fisik-jasmani, mental dn spritual serta sosial
yang memungkinkannya dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
yaaa ada tetapi jumlah sangat terbatas masih banyak orang miskin yang
tidak masuk dalam pengertian ini, juga orang-orang kaya yang penuh
dengan penderita penyakit, dan walaupun mereka tidak berpenyakit tetapi
secara sosial mereka tidak peduli.

Rate This

12.

Prayitno mengatakan:
September 10, 2011 pukul 11:23 pm

salam kenal..
masukan yg sangat bermanfaat. mohon ijin apa bila ada tulisan yg baru tentang
kesehatan kami di kabari karena salah satu bidang dalam pengawasan kami adalah
bidang kesehatan.
LPKSM-YKM Pemalang.
salam

Rate This

13.

edy@theambon mengatakan:
September 9, 2011 pukul 2:21 am
mohon ijin saran dan masukan kenapa pada pasal 109 di cantumkan tentang makanan
tapi pada ketentuan pidana tidak ada memasukkan pasal 109 tersebut, sedangkan pada
undang2 kesehatan yg lama uu no 23 tahun 1992 ada pasalnya dan ada pasal tentang
ketentuan pidana
arali2008 menjawab
dalam uu kesehatan yang lama dicantumkan pidananya karena belum ada uu
pendukung dalam hal pidananya semisal uu ketahanan pangan yang belum
terbit waktu itu. dalam UU kesehatan tahun 2009 ini, sudah jelas disebut akan
dipidani sesuai dengan undang-undang yang berlaku artinya sudah adanya
pidananya yang berada pada perundang-undangan yang lainnya. Lihat pasal
112 pemerintah hanya berwewenang dan bertanggung jawab untuk mengatur
dan mengawasi..namun demikian bila melanggar dapat dilaporkan kepada
penegak hukum untuk diproses lebih lanjut..

Rate This

14.

agus priyanto mengatakan:


Maret 27, 2011 pukul 1:47 pm
saya kasihan klien saya yang tak memiliki jamkesmas, ternyata mudah membohongi
pemda hanya kolusi dengan petuggas dari Rt Rw kelurahan dan puskesmas jadilah
surat sktm dari sudin

Rate This

15.

ayimass mengatakan:
Maret 21, 2011 pukul 2:41 pm
Apa di UU Kesehatan tsb dibahas mengenati JAMKESMAS atau GAKINDA alias
berobat Gratis???
arali2008 menjawanb
Hai PaAyimass ada di pasal 20 ayat 1 : Pemerintah bertanggung jawab
atas pelaksanaan jaminan
kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial
nasional bagi upaya kesehatan perorangan

Rate This

16.

heruzlam mengatakan:
Maret 1, 2011 pukul 3:30 pm
saya mau tanya,,,, apakah semua rumah sakit dapat dijadikan sebagai lahan praktek
mahasiswa sebagai implementasi dan tempat belajar mahasiswa
arali2008 menjawab
bagi mahasiswa kesehatan terutama dokter perawat bidan dan juga apoteker
rumah sakit merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari study mereka.
Saya sekarang justru heran banyak perguruan tinggi (terutama swasta) yang
membuka study kesehatan (dokter, perawat, bidan dan apoteker) yang telah
memisahkan rumah sakit dari bagian proses pendidikan mahasiswanya,
sehingga kemudian muncullah pertanyaan Anda. apakah semua rumah sakit
dapat dijadikan sebagai lahan praktek mahasiswa sebagai implementasi dan
tempat belajar mahasiswa?jawabnya adalah harus (wajib) walaupun sekarang
sudah ada persyaratan-persyaratan misalnya rumah sakit dengan type B, tidak
berarti rumah sakit selain type B ditiadakan, itu adalah kesalahan besar.
Normalnya 1 :1 (baca 1 banding 1) ketika anda kuliah diruang kelas hari itu
juga anda harus berada di rumah sakit. Contoh sederhana Anda kuliah tentang
diare maka kasusnya juga anda bisa melihat dirumah sakit. Kasus Penderita
diare di negara Indonesia dirumah sakit manapun pasti ada.
Catatan : kata praktek saya coret karena tidak tepat digunakan yang tepat ada
adalah megang.

Rate This

17.

amy mengatakan:
Februari 2, 2011 pukul 4:05 am
assalamualaikumwrwb
cara berfikir yang luar biasa, semoga Allah swt berkenan memberikan kita
keberlimpahan rizki, ilmu, iman dan amal sholih, amin.
sulit nampaknya dinegeri ini untuk kembali mempositivekan image negatif sistem
pemerintahan kita sekarang ini, apapaun dan bagaimanapun, kenapa harus begitu?,

sekedar tuk mengingat pemerintahan bangsa kita saja, rasanya saya sudah lelah, selalu
saja menyediakan zona ketidak nyamanan dan insting negative thingking
harus mengadu pada siapa ketika aku melihat, mendengar bahkan merasakan
bagaimana sekelompok orang dalam keterbatasan hidupnya ditolak oleh lembaga
pelayan kesehatan?
harus mengadu pada siapa, jika aku menemui sekelompok orang yang mendapatkn
fasilitas kesehatan gratis sedangkan sawah dimana-mana?
harus minta penjelasan siapakan ketika aku bertanya, bagaimana menjamin
pengendalian efektifitas perwujudan UUD pasal 34 fakir miskin dan anak2 terlantar
dipelihara oleh pemerintah?
apakah aku harus berteriak, kalau ketika aku baru saja mengernyitkan dahiku, maka
ancaman bermula?
apakah aku musti diam, meskipun aku melihat, masih ada masyarakat dibunuh sadis
di belahan bumi pertiwi dalam rumah mereka sendiri?
seperti apakah kesejahteraan rakyat indonesia yang dimaksudkan oleh pihak
berwajib penentu kebijakan?
maaf dan terimakasih untuk setiap sesi dialog dan sharingnya
Wallahualam..
wasalamualaikumwrwb

Rate This

18.

Where To Take Senior Pictures mengatakan:


November 25, 2010 pukul 12:25 pm
I love quotations because it is a joy to find thoughts one might have, beautifully
expressed with much authority by someone recognized wiser than oneself.

Rate This

19.

ikha mengatakan:
September 29, 2010 pukul 1:34 pm
keren llah ..

Rate This

20.

katrina?? mengatakan:
September 4, 2010 pukul 7:38 pm
mungkinkah ini representasi dari program jamkesmas yang seolah menjadi program
besar bidang kesehatan? rakyat disokong dengan biaya pelayanan kesehatan dan
efektivitas programnya lebih dilihat dari para implementor khususnya para pemberi
pelayanan kesehatan?? menurut Bapak efektif ga program Jamkesmas ini??
arali2008 menjawab
program jamkesmas salah satu amanat UUD RI, tetapi sayang pelaksanaannya
(pemberi pelayanan Kesehatan) ditingkat masyarakat tidak
mengefektifkannya. anggaran jamkesmas yang sebenarnya uang orang miskin
tetapi mereka tidak tahu berapa uangnya pada setiap kali mendapatkan
pelayanan, hasil supervisi saya menunjukkan demikian coba baca di tulisan
saya de:ngan judul Anggaran Jamkesmas adalah Uangnya Orang Miskin
diklik saja langsung

Rate This

21.

doris mengatakan:
Juli 16, 2010 pukul 12:27 pm
Luar biasa

Rate This

22.

ariefz mengatakan:
April 14, 2010 pukul 3:29 pm
SALLLLUUUUT

Rate This

23.

MULYANTO. SH. mengatakan:


April 12, 2010 pukul 2:08 am
aplouss.. buat bro arali di polewali mandar, orang macem gene yang dibutuhkan
negara, sayang pada saat RUU-kes dikonsolidasikan alias hearing bro arali tidak
dilibatkan atau melibatkan diri, kini nasi telah jadi bubur, UUkes telah diuandangkan

dan telah memiliki kekuatan hukum mengikat bagi segenap bangsa Indonesia, sebagai
putra bangsa yang consent thd kesehatan masyarakat sebaiknya bro arali kasih
masukanlah kepada bu menteri kesehatan kita yang pengangkatannya kontroveraial
itu, agar mengeluarkan permenkes sebagai turunan UUkes yang mengakomodir
terminologi kesehatan masyarakat sebagaimana kritik anda thd UUkes dimaksud,
succes selalu buat bro arali, luar biasaaaa..

Rate This

24.

poerwonjoto mengatakan:
Maret 26, 2010 pukul 5:58 pm
Luar biasaharus dikembangkan agar menjadi perhatian banyak orang, semoga
sukses dan sejahtera
wasallam
http://poerwonjoto.wordpress.com

Rate This

25.

seli mengatakan:
Maret 19, 2010 pukul 2:18 pm
Persepsi Pemerintah tentang masyarakat sebagai subjek dalam pelayanan kesehatan
memang kurang baik.
Saya pernah ikut seminar yang membedah RUU Keperawatan, BPPSDM Depkes

memberi komentar tentang pasal kewajiban perawat melakukan kontrak/kesepakatan


dengan pasien sebagai berikut : Bahwa apa yang dilakukan tenaga kesehatan adalah
sebuah kewajiban, sehingga tidak perlu ada kontrak.
Padahal dengan kontrak, kita menjunjung tinggi hak pasien, hak sehat, hak atas
dirinya sendiri.
Jika pemerintah masih memiliki persepsi seperti komentar BPPSDM, tidak heran jika
UUKes masih belum menyentuh hak hak pasien secara hakiki.
Definisi Kesehatan Masyarakat yang buram, tidak terlepas dari sikap superioritas
profesi tertentu, tampak sekali dalam UU RS.
Tanpa bermaksud mendiskreditkan profesi lain, selama pemerintah tidak open
minded terhadap profesi tenaga kesehatan lain yang notabene akan sangat membentu
peningkatan Kesehatan Masyarakat secara menyeluruh, dan Paradigma Sehat bisa
diwujudkan.
TQ

Rate This

26.

wiwi mengatakan:
Maret 11, 2010 pukul 12:12 pm
Kalau dilihat dari dasar pertimbangan, sepertinya betul uukes ini tidak diperuntukkan
untuk masyarakat sebagai pemilik kesehatan, pemilik partisipatif, pemilik investasi
kesehatan, pemilik hak asasi kesehatan dan sebagai subjek pembangunan kesehatan,
betul bro SANGAT IRONIS !!!
DPR wakil rakyat.DPR LUPA RAKYAT begitulah Hak inisiatif yang penuh dengan
kepentingan pribadi dan partai, diperuntukan untuk pemerintah tapi bukan untuk
rakyat.
Semoga tidak salah komentarku
arali2008 menjawab
TIDAK SALAH..

Rate This

27.

hamidah mengatakan:
Maret 4, 2010 pukul 2:41 pm
bagaimana penjelasan tentang pengendalian resiko lingkungan pada kantor kesehatan
pelabuhan terhadap undang-undang kesehatan yang baru,,bagaimana upaya
peningkatannya terhadap pengawasan vektor nyamuk aedes yang termasuk bagian
program PRL pada KKP
arali2008 menjawab
waoesebaiknya anda download saja UU Kesehatan terbaru, kemudian
bandingkan dengan indikator-indiktor pengendalian resiko lingkungan, itu
pasti lebih bagus karena keluar dari pemikiran Anda. Mengenai pengawasan
vektor nyamuk Aedes, tepatnya masih menggunakan Kawasan bebas jentik
dengan indikator 95 % bebas jentik dari 100 titik (Bisa KK=Rumah Tangga,
bisa juga titik tertentu) yang diamati secara periodik.

Rate This

28.

BabaliciouS mengatakan:
Februari 15, 2010 pukul 6:59 pm
Kesehatan diundangkan sedemikian rupa supaya masyarakat Indonesia mendapat
jaminan akan harapan hidup yang jauh lebih baik secara merata serta diharapkan
mampu menjalin hubungan sinergis-proaktif dengan lembaga2 kesehatan binaan

pemerintah. Atau dengan kata lainpada tingkat penerapan UU, masyarakat miskin
dilarang sakit.

Rate This

29.

AHMAD MASHUDI mengatakan:


Februari 12, 2010 pukul 8:14 am
TANYA : Bagaimana pembentukan P2KP-KR untuk kabupaten,dan apa saja syaratsyaratnya dan dasar undang-undangnya ,terimakasih
ditunggu
arali2008 menjawab
pembentukan P2KP-KR Polewali Mandar merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi
(JNPK-KR), ditingkat Pusat untuk bagian Barat Indonesia berada di Jakarta
dengan nama P2KT dan bagian timur Indonesia berada di Surabaya, pada
tingkat Propinsi berada pada ibu kotanya (kalau sudah memenuhi syarat)
dengan nama P2KS-KR dan di Kabupaten bernama P2KP-KR (kalau sudah
memenuhi syarat).
Syaratnya di tingakt Kabupaten adalah
PERTAMA; memiliki tenaga dr. Spesialis Kandungan, dokter spesialis anak,
dokter umum, beberapa bidan dari (IBI) dan telah dilatih oleh P2KS atau
P2KT sebagai pelatih P2KP-KR Kabupaten. KEDUA, P2KP-KR dibentuk
dalam suatu organisasi mandiri dengan Pimpinannya sebagai direktur dan
dijabat oleh Dokter Spesialis Kandungan terdiri dari dua unit yaitu unit pelatih
dan unit/bagian sekretariat(pengelola). KETIGA. mempunyai lahan Praktek
Rumah Sakit atau klinik persalinan standar PONEK dan beberapa Puskesmas
dengan standar PONED.
Dasarnya (UU)dapat disesuaikan dengan standar JNPK-KR dan amanat SK
786/MENKES/SK/VII/1999 tentang pelatihan-pelatihan kesehatan.
Sebagai tahap awal pembentukan P2KP-KR Kabupaten dapat bekerja sama
P2KS-KR, dengan Pemda setempat termasuk lembaga donor (misalnya
melalui UNICEF) dalam hal penyediaan anggaran dan sarana-prasarana
termasuk pelatihan pelatih dan pelatihan peserta.

Rate This

30.

Ruang Hati mengatakan:


Februari 4, 2010 pukul 4:22 am
kunjungan perdana, salam hangat dan salam persahabatan selalu
arali2008 menjawab
Ok, salam hangat kembali dan semoga ada manfaat persahabatan yang tercipta

Rate This

31.

sarjoni mengatakan:
Februari 3, 2010 pukul 2:48 am
itu sich KUHP mas tau kan hukum yang Kasih Uang Habis Perkara (KUHP)
karena hukum sekarang cendrung membela yang bayar bukan membela yang benar
arali2008 menjawab
benar bro seperti nya memang KUHP, UU Kesehatan seperti yang saya
jelaskan diatas, yang katanya diselenggarakan oleh masyarakat, tetapi
didalamnya tidak didevinisikan dengan jelas masyarakat yang mana,
sepertinya telag diganti dengan devinisi diselenggarakan oleh menteri
kesehatan, -kalau menteri kesehatan semuanya juga tahu, tetapi
masyarakat, yang mana itu masyarakat..

Rate This

32.

Duto Sri Cahyono mengatakan:


Januari 26, 2010 pukul 9:05 pm
@Summer lock:
Jangan menyinggung perasaan ah, hehehe.
Selamat pagi Om Arali
arali2008 menjawab
hee tersinggung sedikit kan tidak apa-apa.

Rate This

33.

summer lock mengatakan:


Januari 19, 2010 pukul 2:59 pm
Undang-Undang RI itu byk,tapi nggak ad yang beres..penerapannya.
arali2008 menjawab
Yach betul, kasihan orang seperti saya yang bekerja ditingkat
penerapan.

Rate This

Berikan Balasan

TERIMA KASIH Bro !

Penulis Blog Situs @arali2008

Arsad Rahim Ali


o Isu Pembangunan Kesehatan dalam Renja Kesehatan Kab. Polewali Mandar
Tahun 2016.
o Capaian Angka Harapan Hidup Polewali Mandar tahun 2014
o Botting Langi-Negeri Kayangan-Negeri diatas Angin
o Membeda KUA-PPAS tahun 2015 Provinsi Sulawesi Barat Urusan Kesehatan.
o Rencana Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar tahun 20142019
o Disanggah di ULP Polewali Mandar Ada Panitia Tandingan (bagian 2)

o Disanggah di ULP Polewali Mandar (bagian 1)


o Analisa Regresi Data Profil Kesehatan
o Ini adalah Tanggung Jawab Pekerjaan
o Di Wawancarai YASMIB : Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Gender
12 Tulisan @Arali2008 dengan Akses Terbanyak

Mendeteksi Gizi Buruk dengan Berat Badan Ideal Anak Balita

Cakupan Pelayanan ANC (K1 dan K4) Salah dan Tak Terkendali

Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Membaca Undang-Undang RI No. 36 th 2009 tentang Kesehatan

Menghitung Berat Badan Ideal Ibu Hamil.

Apakah Berat Badan Balita BGM-KMS adalah Gizi Buruk?

Kadar Hemoglobin untuk penentuan Status Anemia Gizi Besi.

Nafsu Makan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Faktor Resiko dan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Masalah Gizi Buruk dan Tanda-Tanda Klinisnya

Sajian Grafik dan Gambar dari @arali2008 di Mesin Pencari Google

My Book, Produk @arali2008

Saya ucapkan terima kasih kepada Anda yang telah memiliki buku ini, Anda telah
berkontribusi terhadap Pengembangan Kesehatan Masyarakat dan juga terhadap Web Blog ini
Kategori My Posts of @arali2008

Serba-Serbi Kesehatan (128)

Status Kelangsungan Hidup (65)

Status Kesehatan (52)

Status Pelayanan Kesehatan (130)

Tag

Kesakitan Kegiatan Kesehatan


Sakit dan Mati Sarana Kesehatan Serba Serbi Indonesia
Anggaran Kesehatan Cegah
Your Comments to My Posts
Pipit di Cakupan Pelayanan ANC (K1 dan
fatma di Program Perbaikan Gizi Masyara
rian di MITOS GIZI BURUK yang dibuat o
Marsya di Program Perbaikan Gizi Masyara
Firaun di Ns. Budiyanto : Program Study

Arsip artikel per bulan


Arsip artikel per bulan
Arsad Rahim Ali likes

Jaringan Epidemiologi Nasional


Create your Like Badge

My grade RSS Feed of @arali2008

Blogroll

Blognya ahli gizi NTB

bootingskoBlog

Dapatkan Widgetbox

Epidemiology For The Uninitiated

Indonesia Nutrition Network

Lintas Berita

MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

MGDs Polewali Mandar

PELITA

Polewali Mandar

STIKES BIGES POLEWALI

Sulawesi Barat

Thumbshots

Wolio, Sejarah Yang terlupakan

Ping list

Anda Pengunjung ke..

1,507,019 pengunjung

Administator

Blog di WordPress.com.
The Enterprise Theme.
Ikuti

Ikuti Arali2008. Opini dari Fakta Empiris


Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Bergabunglah dengan 1.397 pengikut lainnya.
Buat situs dengan WordPress.com

Vous aimerez peut-être aussi