Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Ratna Dewi Lailatul Almufida ( P27833113002 )
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIII KAMPUS SURABAYA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Tidak hanya rasanya enak,bentuknya
menarik, dan harus memenuhi gizi,makanan yang kita
konsumsi juga harus aman dalam arti tidak mengandung
mikroorganisme dan bahan bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Menurut Departemen
Kesehatan
RI,
makanan
dan
minuman
adalah
semua
salah
satu
cara
bahan
makanan harus
disesuaikan
dengan
Pengawetan
secara
fisik
dengan
cara
pemanasan,pendinginan,
pengasapan,pengalengan,pengentalan,pengeringan,dan
iradiasi.
2. Pengawetan secara biologis dengan cara fermentasi dan
penambahan enzim.
3. Pengawetan secara kimia menggunakan bahan-bahan
kimia
yang
ditambahkan
kedalam
makanan
untuk
1 | Page
menghambat
berkembangbiaknya
mikroorganisme
ini,pengawetan
secara
kimia
lebih
banyak
kuning
yang
diambil
dari
Pasar
Bantul
positif
mengandung formalin.
Kabid Humas Pimpinan Pemprop Sumatera Utara Eddy
Syofian (2005) juga menyatakan bahwa dari 29 mie basah
yang diuji oleh Balai POM Medan, 10 positif mengandung
formalin dan 3 positif mengandung boraks (Waspada On Line,
30/12/2005). Balai Besar POM Yogyakarta selama tahun 2005
telah melakukan pengujian terhadap 40 sampel mie basah
dan sebanyak 38 sampel mengandung formalin (Republika
On Line, 29/12/2005). Selain itu,Kepala BPOM Sampurno
(2006)juga
menyatakan
bahwa
berdasarkan
hasil
uji
sampel
mengandung
formalin
(www.kedaulatan-
rakyat.com).
Formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya
dilarang untuk produk makanan (Nuryasin,2006). Formalin
adalah nama dagang larutan formaldehyd dalam air dengan
kandungan 30-40%. Di pasaran,formalin dapat diperoleh
2 | Page
dan
resin,
pembersih
lantai,
kapal,
gudang,
Permenkes
RI
Nomor
Hal tersebut
dapat
pernapasan,
mengakibatkan
gangguan
pada
gangguan
ginjal
dan
pada
sistem
hati,
sistem
tentang
formalin.
Annisa
fadhilah,dkk
(2013)
3 | Page
karena
itu,peneliti
ingin
meneliti
efektivitas
Kini,banyak
makanan
terakumulasi
dalam
tubuh
(yang
berlangsung
gangguan
pada
ginjal
dan
hati,
sistem
koma
dan
kematian.
Pembuatan
perundang-
dan
tidak
merusak
organoleptik
makanan
4 | Page
mie
kuning
sebagai
makanan
percobaan.
b. Bahan yang digunakan sebagai penurun kandungan
formalin dalam makanan pada penelitian ini yaitu :
lidah buaya (Aloe vera) dan lidah mertua (Sansievera)
C. Rumusan Masalah
Apakah perendaman menggunakan larutan lidah buaya
(Aloe vera) dan larutan lidah mertua (Sansievera) efektif
untuk menurunkan kandungan formalin pada mie kuning?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
1. Mengetahui efektivitas penurunan kandungan formalin
pada mie kuning yang direndam menggunakan larutan
lidah buaya dan larutan lidah mertua.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui
kandungan formalin pada makanan
sebelum dan sesudah direndam menggunakan larutan
lidah buaya dan larutan lidah mertua dengan dosis
150 gr/L ; 200 gr/L ; dan 250 gr/L
2. Menganalisis kandungan formalin
pada
makanan
sesuai dengan
sampel
sebelum
dan
sesudah
direndam
menggunakan
larutan
lidah
buaya
dan
5 | Page
sehat
makanan
melalui
yang
penghilangan
terindikasi
formalin
mengandung
dalam
formalin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Formalin
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam
air dengan kandungan 30-40 persen. Di pasaran, formalin
dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu
dengan kandungan formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen
serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing
6 | Page
poly-oxymethylene
glycols,
superlysoform,
membunuh
bakteri
dengan
membuat
7 | Page
Formalin
bagi
Kesehatan
Kasus pemakaian formalin pada tahu, ikan segar, ikan asin, dan produk
makanan lainnya menunjukkan kurangnya pengetahuan produsen serta
minimnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan bahaya bahan
aditif. Formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan maupun minuman,
karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanker.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, tertelan atau mengenai kulit karena
dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan, reaksi alergi serta luka
bakar.
8 | Page
9 | Page
2. Bila terkena kulit akan terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta
memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan
pada kulit, dan radang kulit yang menimbulkan gelembung.
3. Bila terkena mata dapat menyebabkan radang selaput mata.
4. Bila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan,
muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan,
penurunan suhu badan, dan rasa gatal di dada.
Hidung : Mimisan.
10 | P a g e
Liliaceae
bersap-sap
melingkar
(roset).
Daun
lidah
buaya
berupa
pelepah
dengan
panjang
mencapai
11 | P a g e
tanaman
ini
termasuk
jenis
tanaman
CAM
bertahan
hidup
dalam
kondisi
bagaimanapun
keringnya.
Ada lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk
dalam suku Liliaceae dan tidak sedikit yang merupakan hasil
persilangan. Ada tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan
secara
komersial
di
dunia
yaitu
Aloe
vera
atau
Aloe
Memiliki kemampuan
penyerapan yang tinggi yang
memudahkan peresapan gel
12 | P a g e
kulit.
Memiliki kemampuan
membersihkan (aspetik)
Sebagai bahan pencuci
Memelihara kekencangan
muka dan otot tubuh
Regulasi dan metabolisme
tubuh dan penting dalam
pengaturan impuls saraf
13 | P a g e
Kalsium
Seng (Zn)
regenerasi tulang
Bermanfaat bagi kesehatan
Asam Folat
Vitamin A
dan kuku
Berfungsi untuk menjalankan
dan sehat.
Mengatur berbagai proses
dan luar
Penghilang rasa nyeri saat
dengan glukomannan
Asam krisofan
luka
Mendorong penyembuhan kulit
yang mengalami kerusakan
-Memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh.
- Berfungsi untuk
dan aldopentosa)
memproduksi
mukopolisakarida
14 | P a g e
Salisilat
Mukopolysakarida,Tennin,
Aloctin A
imonomodulasi
- Sebagai anti inflamasi
Mengurangi edema
- Untuk pertumbuhan dan
Indometasin
Asam amino
perbaikan sertasebagai
sumber energi. Aloe vera
menyediakan 20 dari 22 asam
amino yang dibutuhkan tubuh.
Memberikan ketahanan tubuh
Mineral
Sansevieria
daun
yang
air.
Adapun
berdaging
tebal
klasifikasinya
dan
banyak
adalah
sebagai
berikut:
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Subkelas: Lilidae
Ordo: Liliales
Famili: Agavaceae
Genus: Sansevieria
Spesies: Sansevieria
Sansevieria memiliki akar serabut berwarna putih
kekuningan sampai kemerahan. Pada tanaman yang sehat,
akarnya banyak dan berserabut. Akar tumbuh dari rimpang
(rhizome) yang dapat menghasilkan tunas anakan. Namun
pada beberapa jenis seperti S. tom grumbly dan S.ballyii
tunas anakan keluar dari ketiak daun melalui stolon. Pada
dasarnya batang tidak tampak pada tanaman ini sehingga
15 | P a g e
dan
banyak
digunakan
sebagai
bahan
yang
menyerupai
mahkota
dengan
atau
tanpa
16 | P a g e
hewan
berdarah
dingin
dan
banyak
diantaranya
17 | P a g e
saraponin.
Tipe
(Prihatman,
saponin
2001).
penghambatan
ini
memiliki
Pada
aktifitas
efek
binatang
otot
polos.
antijamur
menunjukkan
Saponin
steroid
steroid
(Asparagus
Diosgenin
diantaranya
officinalis),
(Dioscorea
adalah:
Avenocosides
floribunda
Asparagosides
(Avena
dan
sativa),
Trigonella
foenum
suatu
aglikon
yang
disebut
sapogenin
dikristalkan
lewat
asetilasi
sehingga
dapat
senyawa
triterpen
steroid
adalah:
Asiaticoside
pembentukan
zat
sabun)
surfaktan.
Zat
dimana
surfaktan
sabun
termasuk
memiliki
daya
18 | P a g e
E. Kerangka Konsep
Pengetahuan
pedagang
Sikap
pedagang
Kemudahan
mendapatkan
formalin di
pasaran
Kurangnya
sosialisasi
kepada
masyarakat
mengenai
manfaat dan
Dosis larutan
lidah buaya
dan lidah
mertua
Makanan
berformalin
beredar di
Mie kuning
Tahu
Ikan
Ayam
potong
Bakso
Lontong
Dll.
Dampak
negatif
formalin
pada
kesehatan :
1. Bahay
a
jangka
pendek
2. Bahay
Kandungan
formalin
dalam
makanan
menurun
setelah
melalui
19 | P a g e
Lama
perenda
man
suhu
Keterangan :
- - - - - - - : Diteliti
: Tidak Diteliti
formalin
kepada
formalin
berformalin
di
pasaran
masyarakat
mengenai
mengakibatkan
beredar
di
serta
manfaat
banyaknya
pasaran.
kurangnya
dan
makanan
Formalin
dapat
jangka
pendek
dan
bahaya
jangka
panjang.
dosis,penurunan
kandungan
formalin
dengan
20 | P a g e
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian analitik
yang
berupa
eksperimen
murni
yang
bertujuan
untuk
dari
21 | P a g e
Jenis Kegiatan
Minggu Ke1
Pembuatan larutan
lidah buaya dan
22 | P a g e
N
C. o
2
Jenis Kegiatan
Pengumpulan
sampel mie kuning
Minggu Ke2
3
4
5
S
a
Perendaman mie
kuning dengan
menggunakan
perendaman
menggunakan
larutan lidah mertua
4
(L2)
Pengujian
kandungan formalin
pada mie kuning
yang sudah
direndam
menggunakan
larutan lidah buaya
(L2)
Pengolahan data
dan analisis data
Pengumpulan Karya
Tulis Ilmiah
X
X
23 | P a g e
buaya
dan
masing-masing
larutan
lidah
mertua
yakni
250 gram/liter.
Variabel terikat
Variabel
terikat
adalah
variabel
yang
Variabel terikat
Kandungan formalin
dalam mie kuning yang
sudah direndam
24 | P a g e
mertua
Variabel
Definisi
Kandungan Banyaknya
formalin
formalin
didalam
kuning
Skala
an
Kandungan
Interv
yang formalin
Pengukur
al
dalam mie
mie kuning
sebelum diukur
tersebut kan
direndam
metode
menggunakan
spektrofoto
larutan
lidah metri.
dan
dinyatakan
dalam
ppm
2
satuan
(part
per
Variasi
million).
Banyaknya lidah Diukur
dosis
larutan
mertua
lidah
Rasio
yang kan
formalin
dan diblender
25 | P a g e
mertua
dinyatakan
dalam 1
Dalam aquadest
penelitian
ini,
variasi
yang
dosis
digunakan
E. Sumber Data
Sumber data dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Data primer
Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi atau
pengamatan langsung di lokasi penelitian tanpa
melibatkan
lembaga
atau
instansi
lain
dalam
data
diperoleh
lembaga
penelitian
dari
atau
tidak
penelitian
instansi
dilakukan
lain
secara
langsung.
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Alat yang digunakan antara lain :
1) Kotak plastik bertutup untuk merendam
2) Gelas ukur
26 | P a g e
3) Timbangan
4) Blender
5) Corong
6) Wadah
7) Spatula
8) Stopwatch
9) Saringan
10)
Pisau
11)
Botol kaca
12)
Kamera
13)
ATK
14)
Etiket
15)
Alat pengukur formalin
b. Bahan yang digunakan antara lain :
1) Aquadest sebanyak 1 Liter per kotak
2) Bahan pereduksi formalin adalah larutan lidah
buaya dan larutan lidah mertua dengan variasi
dosis 150 gr/L; 200 gr/L;dan 250 gr/L.
3) Jadi untuk 4 replikasi diperlukan masing-masing 4
buah lidah buaya dan 4 buah lidah mertua dengan
berat 150 gr; 200 gr; dan 250 gr per yang
dilarutkan dalam 1 L air per kotak. Dengan
kelompok kontrol adalah kotak berisi mie kuning
tanpa direndam menggunakan larutan sebagai
pembanding.
4) Mie kuning sebagai sampel sebanyak 500 gram per
kotak sehingga total keseluruhannya sebanyak
15000 gram (15 kg) mie kuning dengan besar
sampel penelitian sebanyak 30.
c. Prosedur Kerja
1) Persiapkan mie kuning lalu
rendam
dengan
formalin 2%
2) Ukur kandungan formalin pada mie kuning yang
sudah direndam dengan formalin
3) Catat hasilnya sebagai L0
4) Persiapkan lidah buaya dan lidah mertua yang
telah dicuci bersih dengan aquadest.
5) Potong kecil-kecil lidah buaya dan lidah mertua dan
timbang masing-masing seberat 150gram; 200
27 | P a g e
dan homogenkan
menggunakan spatula
9) Saring larutan tersebut dan masukkan kedalam
botol kaca secara terpisah dan beri etiket untuk
setiap botol.
10)
Timbang
mie
kuning
sebanyak
500
gram
kedalam kotak
12)
Beri etiket pada kotak : Lb (lidah buaya) 150
sebanyak 4 kotak; Lb 200 sebanyak 4 kotak; Lb
250 sebanyak 4 kotak; Lm (lidah mertua)150
sebanyak 4 kotak; Lm 200 sebanyak 4 kotak; Lm
250 sebanyak 4 kotak; kontrol sebanyak 6 kotak.
13)
Tambahkan larutan lidah mertua dan larutan
lidah
buaya
kedalam
kotak
sesuai
dengan
etiketnya.
14)
Tutup kotak dan tunggu hingga 1 jam / 60
menit.
15)
Ukur kandungan formalin dalam mie kuning
yang sudah direndam menggunakan larutan lidah
buaya dan lidah mertua.
16)
Catat hasilnya.
2. Tahap percobaan
a. Masukkan mie kuning yang sudah direndam formalin
dan sudah diukur kandungan formalinnya kedalam tiap
kotak
b. Masukkan larutan lidah buaya dan lidah mertua pada
masing-masing kotak yang sudah diberi etiket
28 | P a g e
setelah
pengulangan
perendaman
dengan
pada
melakukan
masing-masing
uji
analisis
zat
Tabel III.2.1
Hasil observasi kandungan formalin pada makanan
sebelum perendaman
Kode
Dosis/1
L
-
K
Lb 150
Lb 200
Lb 250
Lm 150
Lm 200
Lm 250
150
gram
200
gram
250
gram
150
gram
200
gram
250
gram
Tabel III.2.2.
Hasil Observasi kandungan formalin pada
makanan sesudah perendaman
29 | P a g e
Kode
Dosis/ 1
L
K
Lb 150
Lb 200
Lb 250
Lm 150
Lm 200
Lm 250
150
gram
200
gram
250
gram
150
gram
200
gram
250
gram
data
kuantitatif
yang
diolah
dalam
bentuk
kandungan
formalin
pada
makanan
kandungan
formalin
pada
makanan
30 | P a g e
P
2
sampel
menggunakan
sebelum
larutan
dan
lidah
sesudah
buaya
direndam
maupun
lidah
P
2
menggunakan
larutan
lidah
buaya
efektivitas
penurunan
kandungan
Hal
ini
untuk
menurunkan
kandungan
formalin
).
BAB IV
ANALISIS DATA
31 | P a g e
H1
distribusi normal
: Ada perbedaan distribusi sampel dengan distribusi
normal
H0 ditolak jika nilai P < (0,05)
Tabel IV. 1.
Uji Normalitas Distribusi Sampel Sebelum
Perendaman menggunakan Larutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua
No
Kelompok Sampel
Nilai P
Kontrol
0,862
0,713
0,972
Tabel IV. 2.
Uji Normalitas Distribusi Sampel Sesudah
Perendaman menggunakan Larutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua
32 | P a g e
No
Kelompok Sampel
Nilai P
Kontrol
0,862
0,805
0,379
Kelompok
Sampel
Ratarata
Standar
Deviasi
Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum
Kontrol
6,00
2,51
2,00
8,50
33 | P a g e
No.
Kelompok
Sampel
Ratarata
Standar
Deviasi
Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum
Sampel
untuk
perendaman
menggunakan larutan
lidah buaya
3,75
2,83
1,00
10,00
Sampel
untuk
perendaman
menggunakan larutan
lidah
mertua
3,79
2,04
1,00
8,50
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata kandungan formalin
pada kelompok kontrol sebelum perendaman yaitu 6,00 ; standar
deviasi sebesar 2,51 dengan nilai minimum 2,00 dan nilai maksimum
8,50. Rata-rata kandungan formalin pada sampel sebelum perendaman
menggunakan larutan lidah buaya yaitu 3,75 ; standar deviasi sebesar
2,83 dengan nilai minimum 1,00 dan nilai maksimum 10,00. Dan ratarata
kandungan
formalin
pada
sampel
sebelum
perendaman
34 | P a g e
Tabel IV. 4.
Deskripsi Sampel Sesudah Perendaman menggunakan
Larutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua
Kelompok
Sampel
Ratarata
Standar
Deviasi
Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum
Kontrol
6,00
2,51
2,00
8,50
Sampel
dengan
perendaman
menggunakan larutan
lidah buaya
0,025
0,024
0,00
0,07
Sampel
dengan
perendaman
menggunakan larutan
lidah
mertua
0,008
3
0,009
4
0,00
0,03
No.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata kandungan formalin
pada kelompok kontrol sesudah perendaman yaitu 6,00 ; standar deviasi
sebesar 2,51 dengan nilai minimum 2,00 dan nilai maksimum 8,50.
Rata-rata kandungan formalin pada sampel sesudah perendaman
menggunakan larutan lidah buaya yaitu 0,025 ; standar deviasi sebesar
0,024 dengan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,07. Sedangkan
rata-rata kandungan formalin pada sampel sesudah perendaman
menggunakan larutan lidah mertua yaitu 0,0083 ; standar deviasi
sebesar 0,0094 dengan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,03.
35 | P a g e
P
2
> (0,05).
Tabel IV.5.
Uji Beda Rata-rata Kandungan Formalin pada Makanan
Sebelum Perendaman dengan standar ( 0/gram contoh makanan)
No
Kelompok Sampel
Nilai P
Kontrol
0,002
0,001
0,000
36 | P a g e
Tabel IV.6.
Uji Beda Rata-rata Kandungan Formalin pada Makanan
Sesudah Perendaman dengan standar ( 0/gram contoh makanan)
No
Kelompok Sampel
Nilai P
Kontrol
0,002
0,004
0,010
( 0).
H1
37 | P a g e
P
2
> (0,05).
Tabel IV.7.
Uji Beda Rata-rata Kandungan Formalin pada Sampel
Sebelum dan Sesudah direndam Menggunakan
Larutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua
No
Kelompok Sampel
Nilai P
1.
0,001
2.
0,000
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata kandungan formalin
pada sampel makanan sebelum direndam menggunakan larutan lidah
buaya lebih besar dari sesudah perendaman ( A B ). Dan rata-rata
kandungan formalin pada sampel makanan
sebelum
P
2
> (0,05).
Tabel IV. 8.
Uji Beda Rata-rata Kandungan Formalin
pada Makanan yang Sudah direndam Menggunakan
Larutan Lidah Buaya dan Larutan Lidah
No
Variabel
Nilai P
untuk Uji
Homogenitas
Nilai P
Untuk Uji
Efektivitas
0,002
0,041
Kandungan Formalin
pada sampel makanan
sesudah perendaman
formalin
pada
makanan
dibandingkan
39 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Rata- rata kandungan formalin pada kelompok kontrol sebelum dan
sesudah perendaman yaitu 6,00 ; standar deviasi sebesar 2,51 dengan nilai
minimum 2,00 dan nilai maksimum 8,50. Rata-rata kandungan formalin
pada sampel sebelum perendaman menggunakan larutan lidah buaya yaitu
3,75 ; standar deviasi sebesar 2,83 dengan nilai minimum 1,00 dan nilai
maksimum 10,00. Sedangkan rata-rata kandungan formalin pada sampel
sesudah perendaman menggunakan larutan lidah buaya yaitu 0,025 ;
standar deviasi sebesar 0,024 dengan nilai minimum 0,00 dan nilai
maksimum 0,07. Dan rata-rata kandungan formalin pada sampel sebelum
perendaman menggunakan larutan lidah mertua yaitu 3,79 ; standar deviasi
sebesar 2,04 dengan nilai minimum 1,00 dan nilai maksimum 8,50.
Sedangkan rata-rata kandungan formalin pada sampel sesudah perendaman
menggunakan larutan lidah mertua yaitu 0,0083 ; standar deviasi sebesar
0,0094 dengan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,03.
2. Rata - rata kandungan formalin pada semua kontrol serta sampel baik
sebelum dan sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya maupun
3.
40 | P a g e
4.
B. SARAN
1. Sebaiknya dilakukan sosialisasi pada ibu ibu rumah
tangga
temtang
penggunaan
lidah
buaya
untuk
saat
dilakukan
penelitian
yang
41 | P a g e
42 | P a g e