Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Teruslah Berprestasi,
Wahai Guru Tercinta
Syahdan, beberapa hari setelah Hiroshima dibom atom pada 6 Agustus,
kemudian menyusul Nagasaki pada 9 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mendapat
laporan dari menteri dan jenderalnya bahwa banyak prajurit dan rakyat yang
gugur akibat bom atom tersebut. Beberapa saat setelah menerima laporan itu,
Hirohito bertanya: Berapa guru yang hidup?
Pertanyaan yang tak kalah mengguncang daripada bom atom itu, lantas
memancing seorang jenderal militer mengajukan pertanyaan bernada protes:
Mengapa justru guru yang Yang Mulia tanyakan, dan bukan tentara? Banyak
sekali tentara kita yang meninggal di Laut Cina Selatan, di Borneo, Celebes,
Papua, Burma, dan lain-lain. Mereka gugur untuk membela Tanah Air dan
Kaisar.
Mendengar bombardir pertanyaan demikian, konon Sang Kaisar berkata,
Saya tahu, banyak tentara kita yang gugur. Mengapa saya justru menanyakan
berapa guru yang masih hidup di Jepang? Melalui para guru, Jepang akan cepat
bangkit kembali.
Dengan nada sedih namun tegas, Hirohito melanjutkan, Sekarang negeri
ini hancur dan lumpuh. Kita harus kembali mulai membangun negeri ini dari nol.
Dan, hanya melalui gurulah kita dapat membangun kembali negeri ini. Mari kita
benahi pendidikan melalui guru-guru yang kita punyai dan masih hidup. Melalui
kerja keras kita, terutama guru-guru, saya yakin Jepang akan bangkit kembali,
bahkan akan lebih hebat dari kemampuan kita sebelum perang terjadi. Selama
masih banyak guru yang hidup, saya yakin masih ada kesempatan bagi bangsa
kita untuk bangkit dari kekalahan dan mengejar ketertinggalan.
Begitulah dialog Hirohito dengan para pembantu pemerintahan Kekaisaran
Jepang dalam situasi yang amat genting ketika itu. Cerita tersebut sangat
terkenal dan menjadi inspirasi para pemimpin di seluruh dunia, karena fakta
membuktikan bahwa ucapan Hirohito pada akhirnya benar adanya. Jepang,
bukan hanya bangkit, melainkan juga mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, jauh melebihi banyak negara lain di dunia.
Kiranya, seperti Hirohito, seluruh pemimpin dunia meyakini bahwa guru
adalah garda terdepan dalam pembangunan manusia menuju ke kehidupan
yang lebih baik. Maka, tidak berlebihan jika guru mendapat penghargaan
setimpal atas jasa-jasanya dalam mencerdaskan anak-anak bangsa.
Di Indonesia, penghargaan terhadap guru sudah dapat dirasakan oleh yang
bersangkutan. Lebih-lebih pada masa Kabinet Indonesia Bersatu II, dimana guru
mendapat berbagai macam apresiasi, mulai dari peningkatan kesejahteraan
melalui tunjangan profesi dan lain sebagainya hingga penghargaan melalui
pemberiaan piagam sebagai pengakuan pemerintah atas kerja keras serta
dedikasinya. Setiap tahun di bulan Agustus, guru berprestasi dan berdedikasi
diundang ke Istana Negara untuk mengikuti acara-acara kenegaaran dan
bertemu dengan presiden dan ibu negara.
Kita berharap, penghargaan yang diberikan oleh pemerintah tersebut dapat
memantik semangat guru dalam memberikan layanan pendidikan kepada
peserta didik dimana pun berada. Sebagai imbal balik, sudah sepantasnya
jika guru terus berusaha meningkatkan kompetesinya melalui pendidikan,
baik formal maupun nonformal, atas biaya pemerintah atau mandiri. Dengan
peningkatan kompetensi, guru akan semakin berkualitas dalam membagi
ilmu kepada peserta didiknya. Output yang dihasilkannya pun akan semakin
berkualitas. Bagaimana pun, kualitas guru berbanding lurus dengan kualitas
lulusan. Makin baik kualitas gurunya, makin baik pula kualitas lulusannya.
Peningkatan kompetensi itu semata-mata demi kemajuan bangsa Indonesia,
yang dalam waktu dekat akan menghadapi tantangan global cukup dahsyat.
Pada 2015 mendatang, Indonesia akan memasuki era baru, yaitu pasar bebas
ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA). Kemudian pada 2020, pasar bebas
dunia diberlakukan.
Dalam era tersebut, SDM asing diberi kekebabasan bekerja di Indonesia
dan sebaliknya. Yang mungkin akan menjadi masalah adalah kemampuan SDM
dalam negeri bersaing dengan SDM asing di rumah sendiri.
Kita berharap menjadi tuan di negeri sendiri. Hal ini dapat kita capai jika
SDM lokal memiliki daya saing tinggi, yang tentu bergantung pada proses
pendidikan yang didapatkannya di bangku sekolah. Hanya saja, pendidikan
yang baik hanya didapat dari guru-guru berdedikasi dan berprestasi. Singkat
kata, kepada gurulah semua kemajuan bangsa bermuara. Maka, pantaslah jika
kita berkata kepada guru: Teruslah berprestasi, wahai para guru tercinta. (*)
Segitiga Pengembangan
Guru dan K13
Pendidikan bukan hanya menyelesaikan
atau menjawab persoalan-persoalan yang
bersifat teknis dan kekinian, tapi lebih dari itu,
bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah,
memanusiakan manusia untuk membangun
peradaban yang unggul.
Terkait dengan kata unggul, maka kualitas menjadi kata kunci.
Kualitas sedikitnya dipengaruhi oleh tiga hal yaitu ketersediaan dan
kualitas guru; kurikulum; dan sarana prasarana.
Sejalan dengan kebijakan guru pada implementasi Kurikulum
2013 (K13), beberapa kebijakan dan program telah ditetapkan antara
lain: pendidikan dan pelatihan guru berkelanjutan. Melalui penerapan
Kurikulum 2013 inilah, momentum untuk meningkatkan kapasitas dan
profesionalitas guru, kepala sekolah, dan pengawas, menemukan titik
temu.
Dalam pengembangan guru, kini dikembangkan konsep segitiga
sama sisi, di mana alasnya adalah kapasitas dan profesionalitas guru,
sedang dua sisi lainnya masing-masing berkait dengan pengukuran
kinerja, dan peningkatan karir dan kesejahteraan. Sebagai sebuah
bentuk segitiga yang kokoh, maka tidak ada pilihan lain untuk dijalankan
dalam satu kesatuan utuh yang satu sama lain saling berhubungan.
Dalam konsep segitiga itu, maka yang menjadi dasar (alasnya)
adalah pada upaya pengembangan kapasitas dan prefseionalitas
guru. Sisi ini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan dalam bentuk
pendidikan berkelanjutan dan pengembangan secara mandiri.
Pada sisi inilah, maka momentum implementasi K13 menjadi
pengikat. Karena guru dalam berbagai jenjang dan kedudukan wajib
mendapatkan pelatihan. Bukan hanya itu, Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pabrik guru, juga harus dapat
melakukan penyesuaian dari apa yang selama ini disiapkan untuk
menghasilkan tenaga pendidik dan kependidikan.
Di sinilah letak penting K13, yang sering kami sebut sebagai pintu
masuk untuk melakukan perbaikan secara menyeluruh pola pendidikan
kita. Karena bukan hanya guru yang harus berubah pola pikirnya, sistem
perbukuan pun harus dilakukan perubahan. Ini sudah terbukti satu di
antaranya dengan menekan harga buku dan mengontrol kualitas isi
buku.
Siapa pun mengakui, bahwa guru menjadi salah satu kunci untuk
menghasilkan peserta didik yang unggul. Guru pulalah yang dapat
mentransformasi ilmu dan pengetahuannya agar siswa menjadi lebih
berperadaban.
Dengan telah dimilikinya kemampuan kapasitas dan profesionalitas
guru, diikuti dengan penilaian atau pengukuran kinerja pada sisi yang
lain, maka upaya untuk memenuhi hak-hak guru berkait dengan jenjang
karier dan kesejahteraan, di sisi yang lain, dengan sendirinya dapat
dilakukan dengan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. Pada
titik inilah juga kemudian guru dapat lebih meningkatkan kompetensi dan
kinerja yang lebih baik.
Penilaian kinerja menjadi salah satu komponen yang sangat penting
dalam pengukuran profesionalitas guru. Menurut Permennegpan
16/2009, jenjang karir guru dinilai atas kinerja mereka.
Di sinilah pendekatan segitiga itu berjalan. Guru yang memiliki
sertifikat pendidik, harus profesional dan berkinerja bagus, sehingga
pada akhirnya berujung pada peningkatan kesejahteraan melalui
tunjangan profesi guru. (***)
yaitu pendidikan,
kesehatan, dan
pendapatan per
kapita, katanya.
Namun, dari
ketiga hal itu,
penggerak paling
utama adalah
pendidikan.
Berdasarkan
hasil studi
yang dilakukan
bank dunia
dan UNESCO
disebutkan bahwa
memang ada hubungan antara pendidikan dan
pendapatan per kapita. Hubungan itu dinyatakan
dengan koefisien korelasi yang menunjukkan nilai
0,93.
Jadi, tidak jarang orang yang tadinya berasal
dari keluarga miskin, tetapi karena pendidikannya
bagus, ia akhirnya mampu memotong mata
rantai kemiskinan itu, ujar Mantan Rektor Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini.
Pendidikan terbukti dapat mengubah
kesejahteraan, masa depan, dan harga diri
seseorang ke arah yang lebih baik. Tidak ada
cara lain bagi bangsa ini untuk meningkatkan
kualitas SDM-nya, kecuali melalui pendidikan.
Persoalannya adalah pendidikan seperti apa yang
kita perlukan agar bisa mengantarkan anak-anak
kita ke depan yang jelas tantangannya lebih rumit?
Kita butuh anak-anak yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang mumpuni, serta sikap yang
mulia. Tiga hal ini yang kita harapkan, jelasnya.
Di akhir sambutannya yang juga disimak oleh
siswa-siswi SMA Negeri 1 Praya ini, Mendikbud
mengajak semua pihak untuk bersama-sama
mencetak generasi penerus bangsa yang hebat.
Pada kesempatan itu, ia menceritakan kisah Abu
Hanifah dan Ibnu Sina yang sejak kecil sudah
memiliki kemampuan berpikir yang sangat baik.
Kita ingin membangun anak-anak muda yang
memiliki kemampuan berpikir dan keterampilan
yang luar biasa, serta
memiliki sikap jujur
seperti Syekh Abdul
Qodir Al Jaelani,
tuturnya.
Akses dan
Mutu Pendidikan
Pada kesempatan
sama, Direktur Jenderal
Pendidikan Menengah,
Kemdikbud, Achmad
Jazidie, mengatakan
bahwa program
revitalisasi gedung
sekolah dan unit
sekolah baru se-Nusa
Tenggara Barat ini
merupakan bagian dari
program pemerintah
pusat dalam rangka
meningkatkan akses
Mendikbud:
Sebagai Model
PTK berprestasi
sebagai pelopor
pengimplementasian
Kurikulum 2013.
Foto: WJ PIH
Tiada rotan, akarpun jadi. Sengaja atau tidak, pepatah ini rupanya menginspirasi
beberapa pendidik di daerah. Bagi pendidik yang kreatif, ketiadaan media pembelajaran
modern tidak menjadi penghalang untuk menjelaskan konsep sebuah tema pelajaran
tertentu. Memanfaatkan sumber alam di sekitarnya menjadi solusi jitu.
Kurikulum 2013, yang mulai diterapkan sejak
tahun pelajaran 2013/2014 pada sebagian sekolah
di Indonesia, menjadi bagian dari materi karya
tulis para finalis Pemilihan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PTK) Berprestasi dan Berdedikasi
Tingkat Nasional tahun 2014. Meski Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tidak
menetapkan Kurikulum 2013 sebagai materi
bahasan yang harus diambil para finalis dalam
karya tulisnya, namun kurikulum tersebut rupanya
menarik untuk dibahas para PTK dalam kompetisi
tahunan tersebut.
Kepala Subdirektorat Kelembagaan dan
Peserta Didik Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar, Kemdikbud, Elvira, mengatakan, tahun ini
sebagian besar karya tulis yang dipresentasikan
mengambil Kurikulum 2013 sebagai materi
bahasan. Berdasarkan pengamatannya saat lomba
berlangsung, para finalis menyampaikan hasil
penelitiannya dengan menggunakan implementasi
Kurikulum 2013. Karya tulis mereka sudah mulai
Terkadang guru-guru
dari daerah itu lebih
inovatif, karena biasanya
mereka memiliki
keterbatasan akses
media pembelajaran
tertentu.
Sosialisasi Intensif
Implementasi Kurikulum 2013
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bertekad
menyukseskan pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013.
Sejak diterapkan secara terbatas-bertahap pada tahun pelajaran
2013/2014, sosialisasi intensif terus dilakukan agar semakin
banyak pihak yang memahami esensi dan pentingnya Kurikulum
2013. Selain memberikan pemahaman tentang apa itu Kurikulum
2013, sosialisasi yang juga mengunjungi sejumlah sekolah di
daerah juga untuk mengetahui sejauh mana kurikulum tersebut
dijalankan oleh para guru dan kepala sekolah. (Ratih)
Butuh Dukungan
Yudas
Sabaggalet
Asiano
Gemmy Kawatu
Bupati
Kepulauan
Mentawai
Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi
Sulawesi Utara
Adnan Muchsin
Ketua
Dewan Pendidikan
Kota Mataram
Meskipun dewan pendidikan
tidak mendapatkan pelatihan
sebagaimana pengawas, kepala
sekolah, dan guru, namun kami
tahu bahwa Kurikulum 2013 ini
sangat luar biasa. Anak-anak
kita tidak hanya menerima
pembelajaran dari guru, tetapi bisa
aktif mencari dari berbagai sumber
Foto: Ratih PIH
pengetahuan. Ini sangat bagus.
Meskipun saya sudah tidak punya anak yang masih sekolah, tetapi saya
punya cucu yang sekarang sudah duduk di tingkat SMP. Dari obrolan saya
dengan orang tuanya, saya jadi tahu bahwa Kurikulum 2013 ini sangat baik,
karena tidak hanya aspek pengetahuan yang nilai, tetapi sikap dan perilaku,
serta keterampilan dan kompetensi Si Anak. Semuanya dinilai.
Eliya
Kepala SD Negeri 6
Kota Pekanbaru
Kurikulum 2013 mendorong peserta
didik untuk mampu melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan
apa yang mereka peroleh dari guru. Melalui
Kurikulum 2013, peserta didik diharapkan
memiliki sikap, kompetensi, keterampilan,
dan pengetahuan yang lebih baik.
Menurut saya, Kurikulum 2013 lebih
Foto: Istimewa
baik dan menyenangkan, baik untuk siswa
maupun guru. Kurikulum 2013 sebagai program nasional harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, kami
bertekad untuk menyukseskan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah kami,
bersama dengan guru-guru lainnya.
SD kami termasuk sekolah yang sudah menerima buku Kurikulum 2013.
Selain itu, seluruh guru kelas di sekolah ini juga telah mendapatkan pelatihan.
Tidak ada kesulitan dalam penerapan Kurikulum 2013 di sekolah kami.
Saya berharap, ke depan, Kurikulum 2013 tetap harus dikawal oleh seluruh
pihak yang terkait, agar pelaksanaanya dapat berjalan lancar. Saya juga
berharap, pemerintah dapat memberikan pelatihan bagi guru secara rutin agar
dapat memenuhi kebutuhan guru dan siswa tentang pembelajaran Kurikulum
2013 yang seharusnya.(Mangara)
Agus
Setyabudi
SMALB Negeri
Curup,
Kabupaten
Rejang Lebong,
Bengkulu
Pemenang I
Lomba
Kreativitas
Guru SMALB
Meskipun sebagai
pendidik di SMALB
Negeri Curup yang
berada jauh di pelosok
sebuah kabupaten di
Provinsi Bengkulu,
Foto: Aline PIH
saya selalu berpikir
bagaimana membantu
anak-anak agar lebih
mudah dalam mengikuti pembelajaran. Lalu saya mencoba melakukan
inovasi dengan gelombang radio untuk mengembalikan pendengaran anakanak. Pengetahuan tentang gelombang radio ini saya
peroleh secara otodidak, secara teknis saya merakit
sebuah alat elektronik untuk membantu interaksi
dengan anak-anak.
Dengan alat yang saya ciptakan itu, anak-anak
tidak lagi harus membaca gerak bibir untuk menangkap
Dengan alat
materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
yang saya
Harga alat tersebut tidak mahal, cukup bermodal
ciptakan
headset dan radio yang bisa dipakai bersama-sama.
Sekarang suasana belajar di kelas yang saya ampu
itu, anakberjalan seperti kelas normal. Saat saya mengajar,
anak tidak
walaupun berada agak jauh dari anak-anak, mereka
tetap bisa mendengar apa yang saya sampaikan.
lagi harus
Saya menghadap ke depan pun, anak-anak tetap bisa
membaca
mendengar.
gerak bibir
Ide awal keinginan merakit alat bantu dengar
ini
dimulai
dari hobi saya yang suka mengutak-atik
untuk
alat-alat elektronika. Meski telah 27 tahun mengabdi
menangkap
di Curup, dalam beberapa kesempatan saya masih
sering mudik di Yogyakarta. Di kota Gudeg itu, saya
materi
mencari peralatan elektronika untuk sekadar
pembelajaran berkeliling
hobi.
Awalnya, dari utak-atik itu, saya hanya
yang
menghasilkan pengeras suara. Lalu, saya berpikir
disampaikan
untuk menciptakan alat bantu sederhana dengan alatguru.
alat elektronika yang ada di sekitar. Saya kemudian
Slamet
Sularto
Kepala Sanggar
Kegiatan Belajar
Purwokerto,
Kabupaten
Banyumas,
Jawa Tengah
Peserta Terbaik I
Kategori
Kepala Sanggar
Kegiatan Belajar
Seorang pemimpin
harus mampu memenuhi
segala kebutuhan
dasar oraganisasinya.
Kebutuhan tersebut
Foto: Seno PIH
melingkupi kelembagaan,
ketenagaan, sarana
dan prasarana, layanan
informasi, kerja sama, hingga pembiayaan. Ini merupakan konsep Bawor
Kekepan, yang sangat sederhana.
Saya sudah menerapkannya sejak tahun 2000,
sebagai strategi pengelolaan SKB yang efektif untuk
mendukung optimalisasi program pendidikan usia dini,
nonformal dan informal (PAUDNI).
Saya memulai karir di SKB pada Desember 1998.
Penerapan
Penerapan Bawor Kekepan setelah dua tahun saya
berkarir ternyata berdampak pada eksistensi SKB
Bawor
Purwokerto. Dengan menggunakan Bawor Kekepan,
Kekepan
arah dan dinamika kerja semakin jelas dan terarah.
Selain itu juga tercipta keamaan dan kenyamanan
setelah dua
bekerja, serta proses pembelajaran program lancar.
tahun saya
Animo masyarakat untuk datang dan belajar di SKB
juga meningkat, serta tercipta lingkungan yang aman
berkarir
dan bersih. Hal ini menjadikan kami memperoleh
ternyata
apresiasi dari masyarakat, dinas dan instansi terkait.
Kenapa menggunakan nama Bawor Kekepan?
berdampak
Perlu saya jelaskan, Bawor merupakan Maskot
pada
Kabupaten Banyumas. Oleh sebab itu, saya
eksistensi SKB menggunakannya sebagai konsep kerja yang saya
terapkan sebagai kepala SKB.
Purwokerto.
Tindak lanjut strategi Bowor Kekepan untuk SKB
Dengan
adalah meningkatkan dan menjaga komitmen kerja
mencapai tujuan lembaga, mempercepat
menggunakan untuk
pemenuhan kesenjangan, meningkatkan kualitas
Bawor
dan mengembangkan program kreatif dan inovatif,
Kekepan, arah meningkatkan kerja sama dengan masyarakat
lingkungan, serta organisasi mitra.
dan dinamika
Sedangkan tujuan utama SKB yang saya pimpin
kerja semakin adalah menjadikan SKB Purwokerto sebagai rumah
belajar masyarakat dan rumah teknis bagi PTK
jelas dan
PAUDNI. Semoga semua program berjalan lancar.
(Seno)
terarah.
Yustina Sedik
Susmiyati
Kepala SD Negeri
Sendangmulyo 04,
Semarang,
Jawa Tengah
Guru
Sekolah Dasar
Daerah Khusus
Foto: Dina PIH
menjadi bagian dari Guru Sekolah Dasar Khusus (Gurdasus) tahun 2014
yang diundang ke Jakarta. Lebih dari satu minggu kami berada di Jakarta
dengan berbagai agenda penting, di antaranya bertatap muka dengan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan pada Sabtu (16/8) pagi, kami
berkesempatan bersilaturahim bersama Ibu Ani Yudhoyono, di Istana Negara.
Hal itu membuat saya bangga. Ibu Ani berpesan, agar kami terus semangat
dan tidak menyerah dalam melaksanakan tugas pada situasi sesulit apapun.
(Ratih)
Mengajar di daerah
terpencil tidak membuat saya
patah semangat, apalagi saya lahir, tumbuh, dan besar di Papua Barat.
Saya pantang menyerah. Sudah 17 tahun saya menjadi seorang guru,
mendedikasikan hidup saya untuk mengajar siswa-siswi di daerah yang
memiliki sarana dan prasarana seadanya. Meski harus bersusah payah
mengajar di daerah terpencil, saya bangga
menjadi guru. Manis-pahit telah saya alami. Saya
putra daerah, harus bisa mendidik anak-anak,
apalagi di daerah sendiri.
Saya mengajar untuk pertama kali di daerah
transmigrasi, Distrik Moswaren di Kabupaten
Tidak mudah
Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Di situ
hidup di daerah
saya mengajar dari 1997 sampai dengan 2005.
Dari sana, lalu saya ditugaskan mengajar di SD
terpencil. Belum
YPPK Aifam, sebuah sekolah swasta di bawah
ada listrik yang
dinas pendidikan yang terletak di Desa Aifam,
mengalir ke
Kecamatan Aifat Timur Tengah, Kabupaten
kampung tempat Maybrat, Papua Barat.
Untuk mencapai lokasi mengajar, saya hanya
saya tinggal.
dapat menempuh dengan jalur darat yang
Demikian pula
medannya sangat berat. Dari Kota Sorong ke
Kabupaten Maybrat hanya dapat ditempuh dengan
dengan sinyal
mobil jenis L-200 selama satu hari penuh. Saya
telepon selular.
sewa mobil jenis itu Rp 2 juta untuk sekali jalan.
Sampai di kabupaten tujuan, saya juga masih
harus menembus hutan sejauh lima kilometer. Jika hari terlalu malam, saya
terpaksa menginap. Bukan di rumah, tetapi di gua. Inilah risiko yang memang
harus saya jalani.
Memang tidak mudah hidup di daerah terpencil. Belum ada listrik yang
mengalir di kampung tempatnya tinggal. Demikian pula dengan sinyal telepon
selular. Bahkan karena jauh dari perkotaan dan jalan raya, saya terpaksa
meminta bantuan pada dua tenaga relawan di sekolah untuk mencari bahan
makanan. Saya bebaskan mereka untuk tebang sagu, pergi ke kebun, nanti
saya dan yang lain mengolahnya menjadi makanan yang kemudian, kami
makan bersama-sama.
Meski harus berhadapan dengan kondisi geografis seperti itu, saya tetap
mencintai profesi guru. Selain mengajar, saya juga diberi tugas tambahan
sebagai kepala sekolah. Kini siswa kami sebanyak 78 orang, terbagi dari
kelas 1 hingga kelas 5. Saya dibantu oleh empat tenaga lain, dua di antaranya
adalah tenaga kontrak dengan swadaya masyarakat. Dua lainnya adalah
relawan berijazah SMA dan SMP yang saya bina untuk membantu mengajar
siswa-siswi di sekolahnya.
Di sekolah kami memang kekurangan tenaga guru. Maka, ketika bertemu
dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, saya mengusulkan
agar di tempatnya mengajar juga tersentuh bantuan program Sarjana
Mendidik di Daerah 3T (SM3T). Di sekolah kami memang kekurangan tenaga
guru. Saya berharap bisa dibantu dengan tenaga SM3T.
Sungguh tak menyangka, perjuangan saya dan teman-teman sesama
guru ternyata mendapat perhaian pemerintah. Saya bersama 67 guru lain
Pemenang I
PTK Berprestasi
Kategori Kepala SD
Kecintaan saya terhadap
profesi guru tidak lepas dari
dukungan ibu. Sewaktu masih
Foto: Istimewa
kecil, saya menjalani keseharian
sebagai seorang anak yatim.
Waktu itu, ibu tidak bekerja tapi harus menghidupi sembilan anak, termasuk
saya. Kondisi itu mendorong saya berjuang untuk tidak menambah beban ibu,
terutama dalam hal biaya sekolah.
Maka, saya sangat rajin belajar. Perjuangan saya itu akhirnya
membuahkan hasil, saya mendapatkan bea siswa prestasi. Demikian pula di
tingkat SMP, saya menempuh pendidikan tanpa mengeluarkan biaya dari ibu.
Beasiswa itu sangat membantu saya melanjutkan pendidikan lebih tinggi.
Lulus SMP, saya memilih masuk ke SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Sejak
mendapat nasihat dari ibu, saya memang ingin menjadi guru. Waktu itu ibu
mengatakan: Jika ingin menjadi guru, Insya Allah akan mendapat berkah.
Seperti kata Nabi Muhammad, jadilah seorang pendidik.
Pada saat menjadi guru, saya total menjadi guru. Bagi saya, yang telah
30 tahun mengajar, tugas guru bukan sekadar mentransfer ilmu semata,
melainkan harus lebih dari itu. Guru, menurut saya, adalah seorang abdi
masyarakat, pendidik, pembimbing, serta pengajar. Maka dari itu, guru tidak
boleh hanya menyampaikan ilmu, melainkan juga
harus membentuk karakter dan budaya, serta
menyampaikan nilai-nilai luhur nenek moyang
maupun pemimpin-pemimpin bangsa kepada
peserta didik. Dalam hal ini, guru tidak boleh
Guru adalah
menyerah, apalagi mengeluh. Guru justru harus
abdi masyarakat, rela berpeluh.
Dalam lingkungan sekolah, guru sebaiknya
pendidik,
menciptakan suasana yang menyenangkan.
pembimbing,
Jadilah teman, bahkan sahabat yang baik untuk
murid-muridnya. Kedekatan guru ini supaya
serta pengajar.
tidak ada jarak dengan anak, sehingga mereka
Maka, guru tidak menikmati keseharian selama di sekolah.
boleh hanya
Konsep pembelajaran yang menyenangkan
inilah
yang saya terapkan di SD Negeri
menyampaikan
Sendangmulyo 04 Semarang, Jawa Tengah.
ilmu, melainkan
Setiap hari anak saya bebaskan untuk
juga harus
mengungkapkan apa yang ingin ia ceritakan di
hadapan guru dan teman-teman kelasnya. Cara
membantuk
ini sama dengan yang dimaksud dalam Kurikulum
karakter dan
2013, di mana anak dibimbing untuk mampu
budaya.
mengomunikasikan hasil pembelajaran.
Sedangkan untuk membangun komunikasi
sesama guru, sebagai kepala sekolah, saya menyusun strategi agar setiap
guru memiliki kemampuan yang memadai dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2013. Setiap Sabtu, usai anak-anak pulang sekolah, guru kelas
berkumpul dalam satu ruangan. Forum ini kami sebut lesson plan.
Lesson plan adalah rencana pembelajaran dalam satu minggu yang akan
datang. Guru saling tukar pengetahuan tentang apa yang ia ketahui lebih
kepada rekan guru lainnya. Karena Kurikulum 2013 tematik terpadu, jadi
guru kelas harus tahu seluruh pelajaran yang diajarkan di dalam kelas. Maka,
luaslah wawasan setiap guru. (Ratih)
Huzaifah
Tutor pada Kelompok Bermain Kenanga,
Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau
Petrus Pe Mano
Kepala SMA Negeri 1 Sabu Tengah,
Nusa Tenggara Timur
Finalis PTK Berprestasi dan Berdedikasi
Tingkat Nasional 2014
Kepala sekolah memiliki tugas manajerial di lingkup sekolah. Sebagai
seorang guru dengan tugas tambahan, kepala sekolah memiliki tanggung
jawab mengatur dan mengawasi agar proses pembelajaran dapat terjadi
secara efektif dan menyenangkan.
Dalam implementasinya, para guru kerap menemui hambatan dalam
penguasaan materi pembelajaran dan ketika berhadapan dengan peserta
didik. Salah satu best practice yang saya terapkan di Kepala SMA Negeri
1 Sabu Tengah, Nusa Tenggara Timur, untuk merangkul para pendidik dan
tenaga kependidikan adalah dengan supervisi akademik. Tidak hanya kepala
sekolah, supervisi akademik juga dilakukan oleh guru senior kepada guru
muda, maupun dari guru ahli.
Model supervisi akademik ini paling cocok diterapkan di sekolah yang
saya kepalai itu. Ketika para guru mengalami kesulitan, saya membimbing
mereka pada waktu pulang sekolah. Upaya ini saya lakukan untuk perbaikan
pembelajaran di kelas. Selain bimbingan langsung, saya juga menekankan
pada guru agar menyusun rencana pembelajaran sedini mungkin. Saya juga
terkadang membantu guru menyiapkan pembelajaran.
Bila dihubungkan dengan implementasi Kurikulum 2013, model supervisi
akademik ini sangat membantu implementasinya di SMA Negeri 1 Sabu
Tengah. Guru yang telah lebih dulu mendapatkan pelatihan, akan membagi
ilmu dan pengetahuannya tentang kurikulum ini kepada rekan-rekan yang
belum mendapat pelatihan. Sarana dan prasarana memang masih kurang,
tapi dalam perubahan struktur kurikulum, supervisi akademik tersebut sangat
membantu para guru dalam penyusunan pembelajaran.
Model supervisi akademik inilah yang kemudian saya jadikan karya ilmiah
ketika mengikuti pemilihan PTK Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2014
Yogyakarta, D.I. Yogyakarta (meraih medali emas, dalam nomor Kata Putra);
Dina Sintia dari SMPN 1 Baleendah Kabupaten Bandung, Jawa Barat (medali
emas, Kata Putri); Rayani Safitri dari SMPN 6 Muara Teweh, Kabupaten Barito
Kuala, Kalimantan Tengah (medali emas, Kumite Anak Putri U-14/39 kg); Allifa
Milanisty dari SMPN 1 Girimarto Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, (medali
emas, Kata Anak Putri U-14); Made Krisnanta Gustisa dari SMPN 1 Denpasar,
Bali (dua emas, Kumite Anak Putra U-14/47 kg dan Kata Anak Putra U-14); dan
Muhammad Arsyal dari SMPN 7 Makassar, Sulawesi Selatan, (medali perak,
Kumite Anak Putra U-14/47 kg).
Alhamdulilah, anak kita bisa mengukir prestasi lebih baik dibandingkan
tahun lalu, kata
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah
Pertama Direktorat
Jenderal Pendidikan
Dasar (Direktur
Pembinaan SMP Dirjen
Dikdas), Didik Suhardi,
saat menjemput tim
karate tersebut di
Bandara Soekarno
Hatta, Selasa (9/9).
Sebagaimana
disebutkan dalam
Kemdikbud.go.id, 25
Oktober 2013, tim
karate Indonesia SMA
dan SMP berhasil
membawa pulang
lima medali emas,
tiga medali perak, dan
lima medali perunggu
pada The 4th Basel
Open Masters 2013, di
Swiss, 19-20 Oktober
Foto: Gloria PIH
2013. (Arifah, Gloria)
Fahmi Rosyadi
Foto: WJ PIH