Vous êtes sur la page 1sur 3

Yang Sering Kita Dapati Di Dalam Shalat Berjama'ah

Rabu, 07 April 04
Di dalam shalat berjamaah, kita sering menjumpai berbagai pemandangan dan perilaku yang beraneka ragam. Di antaranya, ada yang terkesan
mengganggu dan kurang membuat enak di antara para jamaah. Tulisan di bawah merupakan kumpulan dari berbagai hal yang sering dijumpai di
dalam shalat berjamaah. Disusun berdasarkan pengalaman yang dialami sendiri oleh penulis dan dari hasil tanya jawab dengan beberapa orang
jamaah.
Di antara yang pokok dan perlu untuk diketengahkan adalah sebagai berikut:

Ada sebagian orang yang berdiri di dalam shaf secara tidak tegak lurus, meliuk-liuk ke kanan dan ke kiri (gontai), kadang kaki kanan
maju dan kadang kaki kiri layaknya orang yang tidak kuat berdiri. Jika ia orang yang sudah tua mungkin bisa dimaklumi, akan tetapi jika
yang melakukan hal itu seorang yang masih gagah dan kedua kakinya pun kokoh, maka hal itu tidak sepantasnya. Biasanya orang yang
demikian karena merasa malas dan berat dalam menunaikan shalat.

Ada di antara sebagian orang yang ketika shalat dimulai, langsung menerobos ke shaf awal atau mencari tempat tepat di belakang imam.
Padahal shaf depan telah penuh dan ia datang belakangan sehingga menjadi saling berhimpitan dan membuat orang lain terganggu. Jika
ia memang menginginkan shaf depan atau di belakang imam, maka seharusnya ia datang lebih awal.

Dan sebaliknya ada juga sebagian orang yang datang ke masjid lebih awal, namun ia tidak segera menempati shaf depan tetapi malah
mengam-bil tempat di bagian tengah atau belakang, ia biarkan shaf depan atau posisi belakang imam diambil orang lain, padahal ia
merupakan tempat yang utama. Ini adalah kerugian, karena telah membiarkan sesuatu yang berharga lewat begitu saja tanpa
mengambilnya serta menghalangi dirinya dari memperoleh kebaikan.

Sebagian orang juga ada yang berlebih-lebihan di dalam merapatkan shaf, yakni terus mendorongkan kakinya dengan kuat, padahal
antara dia dan sebelahnya sudah saling merapat-kan kaki. Sehingga menjadikan orang yang berada di sebelahnya terganggu, tidak
tenang dan tidak khusyu di dalam shalatnya. Sebaliknya, ada orang yang meremehkan masalah ini, sehingga membiarkan antara dia
dengan orang di sebelahnya ada celah untuk syetan.

Ada sebagian juga yang bersemangat dalam menerapkan sunnah di dalam shalat, namun terkadang dengan cara terlarang yaitu
mengganggu sesama muslim. Dan sudah maklum, bahwa menjauhi sesuatu yang terlarang lebih didahulukan daripada menjalankan
yang mustahab (sunnah). Sebagai contoh adalah seseorang yang merenggangkan kedua tangannya ketika sujud, sehingga sikunya
mendorong bagian dada orang yang di sampingnya, atau duduk tawaruk (tahiyat akhir) dalam shaf yang sempit dan membiarkan
badannya mendorong kepada orang yang di sebelahnya sehingga mengganggunya.

Ada juga di antara mereka yang tatkala berdiri dalam shalat dan bersedekap, sikunya di dada orang lain yang ada di sampingnya,
apalagi dalam kondisi shaf yang rapat, tempat yang sempit dan berdesakan. Seharusnya ia bersikap lemah-lembut terhadap sesama
muslim, sebisa mungkin merubah posisi dengan menyelaraskan kedua tangan yang bersedekap terhadap orang yang berada di
sampingnya.

Ada pula di antara jamaah yang ketika mendapati imam sedang sujud atau duduk, ia tidak segera mengikuti apa yang sedang dilakukan
imam tersebut. Akan tetapi, ia menunggu hingga imam berdiri untuk rakaat selanjutnya. Kesalahan ini sering sekali terjadi, padahal yang
benar adalah hendaknya ia bersegera mengi-kuti imam masuk ke dalam jamaah shalat, tanpa memandang apa yang sedang dilakukan
imam. Mengenai hal ini, Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda,
"Apabila kalian mendatangi shalat sedangkan kami sedang sujud, maka ikutlah sujud, dan janganlah kalian memperhitungkannya
dengan sesuatu.
Walaupun ia tidak mendapatkan rakaat tersebut (kecuali jika mendapatkan rukuk), namun ia mendapatkan pahala atas apa yang telah ia
kerjakan itu.

Ada pula sebagian jamaah yang ketika datang dan mendapati imam sedang rukuk, ia lalu berdehem, pura-pura batuk, atau berbicara
dengan suara agak keras supaya imam mendengar lalu menunggunya (memanjangkan rukuknya). Hal ini jelas mengganggu orangorang yang sedang shalat, dan membuat mereka tidak tenang (gelisah). Yang diperintahkan syariat adalah hendaknya ia masuk shaf
dalam keadaan tenang dan tidak terburu-buru, jika mendapatkan rukuk, maka alhamdulillah dan kalau ketinggalan, maka hendaknya ia
menyempurnakan.

Di antara sebagian orang ada pula yang terburu-buru masuk shaf untuk mengejar rukuk, ia bertakbir dengan tujuan untuk rukuk, padahal
seharusnya takbir itu adalah takbiratul ihram yang memang hanya dilakukan dalam posisi berdiri. Yang disyariatkan adalah hendaknya ia
bertakbir dua kali, pertama takbiratul ihram dan ini merupakan rukun, sedang takbir kedua untuk rukuk yang dalam hal ini adalah
mustahab (sunnah).

Ada juga orang yang bertakbir untuk mengejar rukuk, namun imam keburu mengangkat kepala. Maka berarti ia memulai rukuk ketika
imam telah selesai mengerjakannya, dan ia menganggap, bahwa dirinya telah mendapatkan satu rakaat. Ini merupakan kesalahan dan
ia tidak terhitung mendapatkan satu rakaat, sebab untuk mendapatkan satu rakaat seseorang harus mengucapkan minimalnya satu
bacaan tasbih (subhana rabbiyal adzim) secara tumaninah bersama rukuknya imam.

Terkadang pula kita mendapati orang (makmum) yang mengeraskan bacaan shalat dalam shalat sirriyah, sehingga mengganggu orang
yang berada di sebelahnya. Selayaknya dalam shalat jamaah, seseorang jangan mengangkat suaranya hingga terdengar orang lain,
cukuplah bacaan itu terdengar oleh dirinya sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah seseorang yang membaca al-Fatihah dengan suara
agak keras dalam shalat jahar setelah imam selesai membacanya. Sebaiknya, ia diam untuk mendengarkan bacaan imam atau
membaca Al-Fatihah sekedar yang terdengar oleh dirinya sendiri. Juga orang yang melafalkan niat dengan suara yang terdengar orang
lain, bahkan hal ini merupakan perkara bidah, karena niat itu tempatnya di hati dan Nabi serta para shahabat tidak pernah melafalkan
niat.

Sebagian orang ada yang shalat di masjid dengan mengenakan pakaian kumal seadanya, pakaian kotor atau pakaian tidur. Padahal
Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman dalam surat al-Araf : 31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. (QS. 7:31)
Jika seseorang akan masuk ke rumah seorang pejabat, atau mau berangkat ke kantor, maka tentu ia akan memilih pakaian yang bagus
bahkan yang paling bagus. Maka ketika akan ke masjid tentu lebih utama lagi. Sebagian orang memang ada yang bekerja di tempattempat yang mengharuskan pakaian mereka kotor (seperti bengkel, buruh, tani dan lain-lain, red), sehingga ketika shalat dengan baju
kotor mereka beralasan karena kondisi pekerjaan yang mengharuskan demikian. Maka penulis menyarankan agar orang tersebut
mengkhususkan satu pakaian yang bersih dan hanya dipakai waktu shalat saja.

Ada pula sebagian orang yang mendatangi masjid, padahal baru saja makan bawang merah atau bawang putih (dan yang semisalnya
seperti petai, jengkol dan lain-lain, red), sehingga menebarkan aroma yang tidak sedap. Dalam sebuah hadits, Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam telah bersabda, Barang siapa yang makan bawang merah atau bawang putih, maka janganlah sekali-kali mendekati masjid
kami.
Sama halnya dengan orang yang menghisap rokok yang juga menebarkan bau tidak sedap sebagaimana bawang dan yang semisalnya.
Para ulama sepakat bahwa rokok itu merusak dan berbahaya, serta menghisapnya adalah haram pada setiap waktu, bukan ketika mau
shalat saja.

Ada pula di antara sebagian jamaah yang tidak perhatian terhadap lurusnya shaf dalam shalat. Maka kita melihat di antara mereka ada
yang agak lebih maju atau lebih mundur di dalam shaf, dan tidak lurus dengan para jamaah yang lain, padahal masjid-masjid sekarang
pada umumnya telah membuat garis shaf atau tanda-tanda lain. Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam telah memperingatkan hal itu dengan
sabdanya, Janganlah kalian berbeda (berselisih) di dalam shaf, sebab hati kalian akan menjadi berselisih juga.
Seharusnya setiap makmum berusaha meluruskan diri dengan melihat kanan kirinya, kemudian merapatkan pundak dan telapak kaki
antara satu dengan yang lain.

KLASIFIKASI ORANG DI DALAM MELAKSANAKAN SHALAT


1. Orang yang selalu Menjaga Shalatnya.
Yaitu dengan menunaikannya secara baik dan benar serta berjamaah di masjid. Ia segera memenuhi panggilan shalat ketika mendengar adzan,
selalu berusaha berada di shaf terdepan di belakang imam. Di sela-sela menunggu imam, ia gunakan waktu untuk berdzikir, membaca Al-Quran
hingga didirikan shalat. Orang yang melakukan ini akan mendapatkan pahala yang besar dan terbebas dari dua hal, yaitu dari api neraka dan dari
nifaq, sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat Imam at-Tirmidzi dari Anasz.
2. Orang yang Melakukan Shalat dengan Berjamaah namun Sering atau selalu Terlambat.
Ia selalu ketinggalan takbiratul ihram, satu atau dua rakaat dan bahkan sering datang pada waktu tahiyat akhir. Bagi para salaf ketinggalan
takbiratul ihram bukanlah masalah kecil, sehingga mereka sangat perhatian agar tidak ketinggalan di dalamnya.
3. Orang Melakukan Shalat Secara Berjamaah karena Takut Orang Tua.
Mereka melakukan shalat dengan berjamaah karena mencari ridha orang tuanya, sehingga tatkala orang tuanya tidak ada di rumah atau sedang
bepergian, maka ia tidak lagi mau berjamaah, lebih-lebih dalam shalat Shubuh.
4. Orang yang Tidak Pernah Shalat Berjamaah di Masjid.
Ia mendatangi masjid hanya sekali dua kali saja atau ketika Hari Jumat saja, mereka berdalil dengan pendapat sebagian orang yang mengatakan,
bahwa shalat berjamaah itu bukan sesuatu yang wajib. Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam tidak memberikan rukhshah kepada seorang
yang buta untuk shalat di rumah, maka selayaknya seorang muslim mendahulukan ucapan Nabinya.
5. Orang Melakukan Shalat Secara Asal-asalan.
Yaitu tidak menyempurnakan rukuk, sujud serta rukun-rukun dan kewajiban yang lain. Dalam shalatnya ia tidak mengingat Allah kecuali sedikit
sekali, bahkan mungkin hanya sekedar ikut-ikutan shalat dan gerak saja.
6. Orang yang Melakukan Shalat sesuai Syarat dan Rukunnya, namun Ia Tidak Menghayati dan Mengerti.
Ia melakukan shalat dengan raga-nya secara baik, akan tetapi pikirannya mengembara dalam urusan dunia, hatinya pun tidak tertuju pada apa
yang sedang ia kerjakan saat itu.
Sumber, Ashnafunnas Fish Shalah Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnid.

Vous aimerez peut-être aussi