Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Nn. G / Perempuan / 23 tahun
b. Pekerjaan
: Mahasiswi
c. Alamat
: RT 22 Simpang IV Sipin
II.

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan
: beleum menikah
b. Status ekonomi keluarga
1) Mampu
: +
2) Miskin
: c. Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal di rumah dengan ukuran 10x7 meter. Berdinding beton
permanen dan berlantai keramik. Terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 ruang makan, dapur serta 3 kamar tidur. Ventilasi terdapat pada
ruang tamu dan setiap kamar tidur. Pencahayaan dalam rumah baik. WC
yang digunakan wc duduk. Sumber air yang digunakan berasal dari PDAM
dan sumur bor.
d. Kondisi Lingkungan Keluarga

III.
IV.

: baik

Aspek Psikologis di Keluarga : baik


Keluhan Utama
:
Keluar cairan kental berwarna putih kekuningan dari vagina 2 hari sebelum
datang ke Puskesmas .

V.

Riwayat Penyakit Sekarang


: (autoanamnesa)
Pasien datang berobat ke Puskesmas dengan keluhan keluar cairan
kental berwarna putih kekuningan yang terasa gatal dan berbau dari vagina 2
hari yang lalu. Menurut pengakuan pasien cairan yang keluar berjumlah cukup

banyak sehingga pasien harus mengganti pakaian dalam hingga 3 kali dalam
satu hari. Keluar cairan ini tidak ada hubungan dengan mensturasi. Tidak ada
keluhan seperti iritasi pada vagina atau sekitarnya. Pasien menyangkal adanya
nyeri atau panas saat buang air kecil. Pasien mengganti pakaian dalam 2 kali
dalam satu hari setelah mandi pagi hari dan sore hari. Pasien mengaku tidak
pernah memakai sabun pembersih vagina yang di beli dipasaran, pasien suka
memakai celana jins yang ketat dan menggunakan pantiliner untuk hari-hari saat
banyak kegiatan kuliah.
VI.

Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


- Riwayat mengalami serangan sakit seperti ini sebelumnya disangkal.
- Riwayat penyakit kelamin disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. Suhu
4. Tekanan darah
5. Nadi
6. Pernafasan
- Frekuensi
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk
2. Mata

3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut

6. Leher

:
: baik
: compos mentis
: 36,8C
: 110/80 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: normocephal

Exopthalmus/enophtal
Kelopak
Conjungtiva
Sklera
: tak ada kelainan
: tak ada kelainan
Bibir
Bau pernafasan
Gigi geligi
Palatum
Lidah
KGB
Kel.tiroid
JVP

: (-)
: normal
: anemis (-)
: ikterik (-)
: lembab
: normal
: lengkap
: deviasi (-)
: putih kotor, ulkus (-)
: tak ada pembengkakan
: tak ada pembesaran
: 5 - 2 cmH2O

7. Thorax

Bentuk
Pergerakan dinding dada

: simetris
: tidak ada yang tertinggal

Pulmo
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi

Kanan
Kiri
Simetris
Stem fremitus normal
Stem fremitus normal
Sonor
Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
Inspeksi

Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

Palpasi

Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi

Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Auskultasi

Abdomen
Inspeksi

Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi

Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer (-),


hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)

Perkusi

Timpani

Auskultasi

Bising usus (+) normal

Ekstremitas Atas
Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 5
Ekstremitas bawah
Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 - 5
VII.

Diagnosis : Fluor Albus e.c dd/ - vaginosis bakterialis


- kandidosis vaginalis

VIII. Pemeriksaan Anjuran


- Darah rutin
- Pemeriksaan pH vagina
- Kultur sekret vagina
IX.

Manajemen
a. Preventif :
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup.
b. Promotif :
-

Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap


kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan

bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.


Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.

c.

Kuratif :
Non Medikamentosa
Istirahat
Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar tiap kali buang air
yaitu dari arah depan ke belakang
Medikamentosa

Nystatin 1 x 100.000 IU
Clindamicyn 3 x 150 mg

b. Rehabilitatif
Menjalankan pengobatan secara teratur
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi dan selalu menjaga kebersihan tubuh.

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas : Simp. IV Sipin
Dokter

: Desy Natalia

Tanggal

: 22-08-2015

R/ Nystatin 100.000 IU

no. V

s 1 d d tab I
R/ Clindamycin tab 150 mg

no. X

s 3 d d tab I

Pro

: Nn. G

Alamat

: RT 22 Simp IV Sipin

Umur : 23 tahun

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa
darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih
yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari
kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri
yang hidup pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan
suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan
pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut
tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian.
Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,54,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus,
Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH
asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.1-5
Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita
ginekologik, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat
dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea fisiologik
terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak
epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada leukorea patologik terdapat banyak
leukosit.1-5
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri
dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula
timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila

tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen
saluran alat-alat genital.6-9
3.2 Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada
daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina.6-8
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini
hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh
1. Infeksi :
-

Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae,

dan Gonococcus
Jamur : Candida albicans
Protozoa : Trichomonas vaginalis
Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus

2. Iritasi :
-

Sperma, pelicin, kondom


Sabun cuci dan pelembut pakaian
Deodorant dan sabun
Cairan antiseptic untuk mandi.
Pembersih vagina.
Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
7

Kertas tisu toilet yang berwarna.

3. Tumor atau jaringan abnormal lain


4. Fistula
5. Benda asing
6. Radiasi
7. Penyebab lain :
-

Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik


Tidak dikatehui : Desquamative inflammatory vaginitis

3.3 Epidemiologi
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan
yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya
memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit
dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu
vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya
muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis,
Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis
meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan
oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti
karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali
asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.5-7
3.4 Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa
perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal,
cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang
terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi,
kehamilan, penggunaan pil KB.3-9
8

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang


dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,
glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan
endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen
pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam
laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.3-9
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh
Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi
vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis.
Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang
berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan,
diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan
frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan
produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan
progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada
sel epitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan jamur. Candida albicans
berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis
atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan
juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.7-9
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga
berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.3-7
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena
pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga
bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual,
stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu
pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor
itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus
acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella
9

vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat.


Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH
vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab
timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.2-7
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita
tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada
perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada
perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.2-9
3.5 Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali
muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan
beberapa gejala fluor albus:3-9
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual.5-9
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan
berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga
berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada
komplikasi yang serius.2-9
Infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
3.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
-

Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.


Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
10

Sitologi vagina
Kultur sekret vagina
Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
Ultrasonografi (USG) abdomen
Vaginoskopi
Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
Pemeriksaan PH vagina.
Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan

KOH 10 % .
Pulasan dengan pewarnaan gram .
Pap smear.
Biopsi.
Test biru metilen.

3.7 Diagnosis
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor
KB kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit
yang diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan
lain.2-7
- Pemeriksaan Fisis dan Genital
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus.
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan
serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.4-7
- Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur
pH dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup
spesifik. Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes
larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam
KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi
atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun
kultur T. vaginalis lebih sensitive disbanding pemeriksaan mikroskopik.3-9
11

Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari
empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan
mikroskopik sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada
cairan vagina, (3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH
vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.4-9
3.8 Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus),
sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga
memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.4-7
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol
untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal
seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang
vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga
diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual
selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah
berulangnya keputihan yaitu dengan :4-9
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang

12

menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti
pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.(8)
Tujuan pengobatan
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabrnya
- Mencegah terjadinya infeksi ulang
- Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologi : Tergantung penyebabnya
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans (3)
Topikal
-

Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu


Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 14 hari

Sistemik
-

Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari


Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
13

2. Chlamidia trachomatis
-

Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari


Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
hari

3. Gardnerella vaginalis
-

Metronidazole 2 x 500 mg
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae
-

Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau


Amoksisiklin 3 gr im
Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :
-

Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau


Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Kanamisin 2 gram im
Ofloksasin 400 mg/oral

Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase


-

cefrtiaxone 250 mg im atau


Spektinomisin 2 mg im atau
Ciprofloksasin 500 mg oral

14

Ditambah
-

Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau


Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

5. Virus herpeks simpleks


Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
-

Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari


Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi
sekunder

6. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative
inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
PROGNOSIS
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon
terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang.
Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif

15

BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang pasien perempuan 23 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan keluar cairan kental berwarna putih kekuningan yang terasa gatal dan
berbau dari vagina 2 hari yang lalu. Keluarnya cairaan ini tidak ada
hubungannya dengan mensturasi. Menurut pengakuan pasien cairan yang keluar
berjumlah cukup banyak sehingga pasien harus mengganti pakaian dalam
hingga lebih dari 3 kali dalam satu hari. Tidak ada keluhan seperti iritasi pada
vagina atau sekitarnya. Pasien menyangkal adanya nyeri atau panas saat buang
air kecil.

Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini dan pasien juga

menyangkal suami pasien sedang mengalami penyakit kelamin. Dari anamnesa


bisa didiagnosa menderita Fluor albus, namun untuk penyebab pastinya perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan sekret vagina dan
pemeriksaan pH vagina.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah nystatin dan clindamycin.
Alasan pemberian terapi ini adalah dari anamnesa dijumpai gejala klinis cairan
yang keluar dari vagina berwarna putih kekuningan dimana gejala seperti ini
sering dijumpai pada fluor albus yang disebabkan oleh golongan jamur yaitu
candida albikans, sedangkan disatu sisi pasien juga mengeluhkan keputihan
berbau amis, dimana gejala tersebut dijumpai pada fluor albus yang disebabkan
16

oleh bakteri.

Karena keterbatasan sarana dan prasarana Puskesmas dalam

melakukan pemeriksaan sekret vagina untuk mengetahui secara pasti penyebab


fluor albus tersebut maka kedua terapi tersebut dipilih.

Pengamatan Rumah :
Pasien tinggal di rumah dengan ukuran 10x7 meter. Berdinding beton permanen
dan berlantai keramik. Terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan,
dapur serta 3 kamar tidur. Ventilasi terdapat pada ruang tamu dan setiap kamar tidur.
Pencahayaan dalam rumah baik. WC yang digunakan wc duduk. Sumber air yang
digunakan berasal dari PDAM dan sumur bor. Rumah pasien cukup bersih dan juga
tertata rapi.
Pengamatan Lingkungan:
Pasien tinggal dilingkungan yang bersih dan tertata dengan rapi. Keadaan
disekitar rumah bersih. Pembuangan sampah dan limbah di nilai cukup baik.
Berdasarkan Hasil wawancara /pengamatan Keluarga /hubungan keluarga:
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan adiknya. Hubungan dalam
keluarga ini harmonis.
Hasil wawancara /pengamatan perilaku kesehatan:
Dari hasil anamnesis di dapatkan bahwa pasien sering menggunakan celana jins yang
ketat dan menggunakan pantiliner. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pH vagina
dan pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan terjadinya leukhorea yang
patologis.

17

Analisis pasien secara holistik


Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah
Dari anamnesis tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah pasien.
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit
Kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyebab dari penyakit pasien yaitu
kebiasaan pasien yang sering menggunakan celana jins yang ketat dan menggunakan
pantiliner.
Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada
keluarga:

Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap

kering dan tidak lembab.


Tidak menggunakan celana jins yang terlalu ketat
Tidak menggunakan pantiliner terlalu sering

Rencana Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga:


-

Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap


kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan

bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.


Biasakan untuk mengganti pembalut, pantiliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan


In. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta
2. Cunningham G, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, Spong C. Obstetri
Williams. Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.
3. Robbins SL, Kumar V. Buku ajar Patologi II. Edisi Ke-4. Jakarta : EGC, 1995.
386-387.
4. Merrill, J.A., Gusberg, S.B., Deppe, G., Lession of The Corpus Uteri,
Obstetrik and Gynecologic, 4th ed. Harper & Row Publisher, Philadelphia,
1982, p : 1081-91.
5. Victory R, Romano W, Bennett J, Diamond M. Clinical Gynecology.
Churchill Livingstone, an imprint of Elsevier Inc. 2006. 179-205.
6. Ran Ok L, Gyung Il P, Jong Chul K, et-al. Clinic Statistical Observation of
Uterine. Korean Medical Database. Diunduh dari: Http://www.Medric.or.kr,
diakses tanggal 25 Maret 2013
7. Sutoto, M.S.J. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kandungan, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1994, p : 328-65.
8. Joedosapoetro MS. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2005. 338345.
9. Manuaba IBG. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi
2. Jakarta : EGC, 2003. 309-312.

19

20

Vous aimerez peut-être aussi