Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran rata-rata
partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin
baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa,
sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT
adalah adsorpsi dan partisi(Gandjar & Rohman, 2007).
2.
Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang
paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran
kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan
dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih
dan mengoptimasi fase gerak :
1.
Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
2.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3.
Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel,
polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga
menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti
dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan
harga Rf secara signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
Tabel 2.1. Beberapa Sistem Pemisahan dengan KLT dari Bahan Alam (Gibbons,
2006)
3.
Eluen
Fase
Diam
Keterangan
Heksan : Etil
asetat
Silika
Gel
Petrol :
Dietileter
Silika
Gel
Petrol :
Kloroform
Silika
Gel
Toluen : Etil
asetat : Asam
asetat (TEA)
Silika
Gel
Kloroform :
Aseton
Silika
Gel
n-Butanol :
Asam Asetat :
Air
Silika
Gel
Metanol : Air
C18
Asetonitril : Air
C18
Metanol : Air
Selulosa
Penotolan Sampel
Pengembangan
5.
Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia
yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi
melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang
dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan cara pencacahan
radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama
untuk senyawa yang dapat berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat jelas
(Gandjar & Rohman, 2007).
Deteksi senyawa dilakukan dengan menggunakan detektor UV di bawah sinar UV
254 nm, indikator pada plat KLT akan memancarkan warna hijau dan pada UV
366 nm akan memancarkan warna ungu. Komponen yang menyerap cahaya
pada 254 atau 366 nm akan tampak sebagai bercak gelap pada plat yang
bercahaya (Gibbons, 2006). Metode deteksi lain adalah dengan menggunakan
pereaksi semprot. Pereaksi semprot yang umum digunakan dapat dilihat pada
tabel 2.2.
Tabel 2.2. Beberapa Jenis Pereaksi Semprot untuk KLT (Gibbons, 2006)
Pereaksi
semprot
Komposisi
Perlakuan
Keterangan
Vanilin
asam sulfat
1 gram vanilin
dalam asam sulfat
pekat
Disemprot
dan
dipanaskan
hingga
muncul warna
Pereaksi umum
yang digunakan.
Terpen akan
menghasilkan
warna merah
atau biru
Asam
fosfomolibd
at
Asam
fosfomolibdat 5%
b/v dalam etanol
Disemprot
dan
dipanaskan
hingga
muncul warna
Untuk
mendeteksi
terpen dengan
bercak biru
berlatar kuning
Reagen
Dragendorf
10 mL larutan KI
40% ditambahkan
dengan 10 mL
larutan 0,85 gram
bismuth subnitrat
dalam 10 mL asam
asetat dan 50 mL
air. Larutan
tersebut
diencerkan dalam
10 mL asam asetat
dan 50 mL air
Jika reaksi
tidak spontan
maka
diperlukan
pemanasan
Deteksi alkaloid
menghasilkan
warna oranye
pekat hingga
merah
BAB I
PENDAHULUAN
Apa saja fase diam dan fase gerak dalam kromatografi lapis tipis?
BAB II
PEMBAHASAN
Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu
Rf juga disebut factor referensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis
yang juga mempengaruhi harga Rf adalah :
Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari
penyerap. Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar
terhadap harga Rf meskipun menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang
sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama, jika
menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat
(kalau ada) dicampur hingga homogen.
Pada prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu
diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran
pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya
diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran
penurunan dan mendatar juga digunakan).
Suhu.
Kesetimbangan.
Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen
secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluentdan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak
polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara
senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip like dissolved like.
Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya,
sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa plat yang biasanya disi
dengansilica gel. Sebuah garis pensil di gambar dekat bagian bawah fase diam
dan setetes larutan campuran ditempatkan di atasnya. Garis pada fase diam
berguna untuk menunjukkan posisi asli campuran. Pembuatan garis harus
menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari
tinta juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik
campuran kering, fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah
berisi fasa gerak dengan posisi fase gerak di bawah garis. Digunakan gelas
tertutup untuk memastikan bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap
pelarut.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi
cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang
berbeda.
Fase Diam
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika gel
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik
yang keras. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan
adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga
memiliki gugus -OH.
Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent).
Interaksi antaraadsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya
pemisahan komponen.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau
campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak
digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut.
Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang
relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada:
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika.
2.5. Kelebihan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini adalah sebagai berikut :
Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)
yang dengan metode kertas tidak bisa
Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ) adalah suatu cara pemisahan yang berdasar pada
pembagian campuran dua senyawa dalam dua fasa dimana fasa gerak bergerak
terhadap fasa diam. Fasa diam berupa suatu bidang datar.
Kerugiannya :
Teori Kromatografi Lapis Tipis umumnya sama dengan teori dari kromatografi
kolom. Pada Kromatografi Lapis tipis derajad retensi dinyatakan sebagai faktor
penghambatan (Retardation factor = Rf)
Jarak lintasan yang ditempuh rata-rata molekul zat terlarut = kecepatan pelarut
x waktu yang dihabiskan dalam fasa gerak. Faktor penghambatan (Rf) dapat
dinyatakan sebagai perbandingan jumlah molekul dalam masing-masing fasa
atau sebagai pembagian zat terlarut antara dua fasa.
Harga Rf merupakan bentuk modifikasi dari tetapan keseimbangan dan
bergantung pada ukuran-ukuran retensi seperti halnya pada kromatografi kolom.
Nilai Rf dipengaruhi oleh beberapa variable seperti : penyerap, cara
pengembangan, ukuran dan kadar cuplikan, jarak perjalanan bercak serta
macam eluen yang dipakai. Oleh karena itu akan lebih baik jika digunakan nilai
Rf relatif terhadap Rf baku yaitu perbandingan jarak perjalanan yang ditempuh
bercak sampel dengan jarak perjalanan yang ditempuh zat baku dalam
pengembangan yang sama.
2. Teknis Eksperimental
a.
Dibuat dahulu lapisan tipis dari bahan penyerap pada fasa pendukung yang inert
(kaca). Serbuk bahan penyerap yang halus dibuat bubur dengan air atau pelarut
organik yang mudah menguap. Bubur tersebut kemudian diratakan pada
lempeng pendukung dengan suatu alat dan dengan ketebalan yang dapat diatur.
Sesudah kering lempeng lapis tipis tersebut diaktifkan dengan cara dipanaskan
pada suhu 100 oC selama paling sedikit 30 menit. Jika aktivasi telah dijalankan
lempeng disimpan dalam eksikator, atau tempat lain yang bebas dari
kelembaban. Setiap kali akan digunakan lempeng sebaiknya diaktifkan lagi.
Sampel dilarutkan dalam pelarut organik yang mudah menguap dan sesuai.
Dengan pipet kapiler atau pipet micrometer, larutan sampel ditotolkan sedikitsedikit dengan bercak sekecil mungkin. Dibiarkan kering sebentar, kemudian
dimasukkan ke dalam bejana pengembangan yang telah dibuat jenuh dengan
uap pelarut pengembang/solvent. Fasa gerak dibiarkan mengembang dan
sedudah mencapai batas yang diinginkan lapisan tipis diambil dan dibiarkan
kering, kemudian dilakukan penentuan lokasi dan identifikasi bercak dengan cara
kimia, fisika atau biologi.
b.
Fasa Diam
Fasa diam yang digunakan dalam Kromatografi Lapis Tipis adalah bahan
penyerap (adsorbent). Sifat umum dari bahan penyerap untuk Kromatografi
Lapis Tipis sama dengan yang digunakan untuk Kromatografi Kolom. Dua sifat
penting yang harus diperhatikan untuk Kromatografi Lapis Tipis adalah
besar/kecilnya (ukuran) serta homogenitasnya, sebab daya lekat pada
pendukung sangat ditentukan oleh kedua sifat tersebut. Partikel yang kasar tidak
dapat memberikan pemisahan yang baik dan untuk memperbaikinya dapat
digunakan butiran yang halus. Besar partikel yang biasa digunakan adalah 1 25
mikron. Berbeda dengan tujuan untuk kromatografi kolom, dimana partikel yang
kecil dan halus dapat memperlambat aliran pelarut, sedang pada Kromatografi
Lapis Tipis malahan akan mempercepat aliran pelarut.
Beberapa macam bahan penyerap yang digunakan dalam Kromatografi Lapis
Tipis :
1)
Silika gel
Paling banyak dipakai dan bersifat asam, zat pengikatnya untuk memberikan
kekutan pada lapisan dan menambah adisi pada gelas penyokong, biasanya
dalah Kalsium sulfat (CaSO4 ) = Plaster of Paris = Gypsum.
Dalam perdagangan biasanya silica gel telah diberi zat pengikat misalnya Silica
gel G Merck. Suspensi silica gel yang G telah dicampur dengan air harus
dipakai paling lambat 3 4 menit sesudah dibuat. Disamping Kalsium sulfat
(CaSO4) semihidrat dapat pula dipakai tepung beras sebagai pengikatnya, tetapi
kurang baik. Jika zat yang dipisahkan basa-basa, maka pelarut sebaiknya
mengandung sedikit Amonium hidroksida atau dietilamin ( 1 % ). Jika asamasam yang akan dipisahkan perlu ditambah asam asetat ( 1 % ). Asam dan
basa ini bersifat pertolongan aditif sebagai bufer untuk zat yang akan
dipisahkan akan tetap dalam bentuk non ionik, sehingga dapat memberikan
noda yang kompak. Disamping air dapat pula dipakai pelarut organik misalnya
aseton, atau kloroform dan metanol ( 2 : 1) untuk membuat pastanya. Untuk
memudahkan identifikasi ditambah lagi dengan zat yang berfluoresensi sehingga
dikenal Silica gel GF.
Beberapa tipe silica gel :
a) Silika gel G : Silika gel dengan zat pengikat, yang biasa digunakan adalah
CaSO4 dengan kadar antara 5 15 %.
b) Silika gel S : Silika gel yang menggunakan zat tepung (pati) sebagai zat
pengikat. Tetapi penggunaan pati sebagai pengikat mempunyai kelemahan,
terutama jika penentuan lokasi bercak dengan asam sulfat dan atau Iodium.
c) Silika gel GF 254 : Silika gel dengan pengikat dan indikator fluoresensi. Jenis
silica gel ini biasanya berfluoresensi kehijauan jika dilihat pada sinar ultra violet
panjang gelombang pendek. Sebagai indikator biasanya digunakan Timah
Kadmium Sulfida atau Mangan Timah Silika aktif.
d) Silika gel H / N : Silika gel tanpa pengikat. LApisan ini dibandingkan dengan
yang mengandung CaSO4, menunjukkan hasil yang lebih stabil.
e) Silika gel HF254 : Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indikator
fluoresensi.
f)
Silika gel PF 254 = 366 : Silika gel untuk keperluan preparatif yang
mengandung campuran dua indikator untuk cahaya ultra violet panjang
gelombang panjang dan pendek.
g) Silika gel modifikasi Silika gel yang ditambah dengan polisiloxane biasanya
disebut silika gel Silanised dan digunakan untuk Kromatografi Lapis Tipis fasa
terbalik.
2)
Alumina
Alumina atau aluminium oksida ( Al2O3 ) suatu adsorban yang sedikit bersifat
basis. Tetapi kini dalam perdagangan ada juga yang bersifat asam dan netral
a)
b)
c)
Daya menyerapnya tidak sekuat silika gel. Tidak baik untuk memisahkan asamasam karena akan diikat lebih kuat pada adsorben dan sangat susah bergerak.
Edge efect disebabkan penyerapan yang tidak rata dari pelarut. Komponen
yang mudah menguap,pada sisi keping lapis lebih mudah daripada di
tengah karena itu harga Rf makin ke pinggir (sisi) makin besar perlu
penjenuhan, dipakai kertas saring pada sisi bejana. Terutama dipakai untuk
memisahkan basa-basa.
3)
Selulosa
Penyerap jenis ini dapat digunakan dengan atau tanpa bahan pengikat. Pada
Kromatografi Lapis Tipis, penyerap ini terdapat sebagai butiran-butiran yang
halus dan ukurannya sama, berbeda seperti pada Kromatografi kertas dimana
selulosa berupa serabut. Lapisan tipis yang dibuat dari sellulosa mempunyai
ruang antara yang lebih kecil,akan tetapi lebih teratur sehingga aliran pelarut
lebih cepat dan peristiwa difusi lebih sedikit.
4)
Sephadex
Jenis penyerap ini yang digunakan pada Kromatografi Lapis Tipis mempunyai
ukuran 10 40 mm dan digunakan untuk pemisahan zat atas dasar perbedaan
besar molekul seperti protein, hormon, enzim, asam amino dan lain lain.
5)
Adalah suatu adsorben yang netral, tetapi daya adsorpsinya lebih lemah
daripada silika gel atau alumina dan mempunyai daya pemisahan lebih kecil.
Dapat ditambahkan pada silika gel untuk mendapatkan bentuk yang kurang
aktif, untuk memisahkan zat-zat yang sangat polar misalnya : karbohidrat, asamasam amino.
6)
Magnesium silikat
c.
Bahan penyerap
Silika gel
Alumina
Keisulguhr
Serbuk selulosa
Pati ( Amylum )
Asam amino
Sephadex
Poliamida
Fasa Gerak
Pemilihan fasa gerak untuk Kromatografi Lapis Tipis tergantung pada faktor yang
sama pada pemilihan fasa gerak untuk keperluan Kromatografi Kolom
penyerapan. Sebaiknya digunakan pelarut yang polaritasnya rendah sebab
pelarut dengan polaritas yang tinggi sifat kromatografi berubah menjadi
kromatografi pembagian, disamping itu pelarut tersebut dapat mempermudah
lepasnya/rusaknya lapisan tipis. Selain pelarut tunggal dapat juga digunakan
campuran pelarut tetapi sebaiknya jangan lebih dari 3 jenis pelarut sebab
campuran yang lebih kompleks akan cepat mengalami perubahan-perubahan
fasa terhadap perubahan suhu.Kemurnian pelarut penting karena dalam hal ini
digunakan untuk pemisahan sampel dengan jumlah sedikit.
Skema hubungan antara fasa diam, gerak dan senyawa yang dipisahkan
Untuk memisahkan senyawa hidrokarbon dengan cara kromatografi penyerapan,
maka hidokarbon yang jenuh akan sukar diadsorpsi hingga perjalanannya paling
cepat. Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap akan lebih kuat diserap dan
banyak ikatan rangkapnya makin kuat penyerapannya. Adanya gugus fungsional
akan menaikkan afinitas adsorpsi, dimana akan bertambah menurut urutan
berikut : CH3, OR ( Alkali ), C=O ( Karbonil ), NH2 ( Amina ), OH ( Hidroksil ) dan
COOH ( Karboksil ). Maka untuk memisahkan hidrokarbon yang banyak
mempunyai ikatan rangkap diperlukan yang aktif dan pelarut yang polar. Untuk
penentuan fasa gerak dan diam pada pemisahan suatu senyawa maka dapat
dilakukan pergerakan dari segitiga ke tengah. Misalnya unrtuk pemisahan
senyawa non polar (lipida), pertama-tama ujung segitiga digerakkan ke kata non
polar dari senyawa yang dipisahkan. Dua ujung segitiga lain akan menuju angka
I pada aktivitas fasa diam dan kata non polar pada deret Eluotropik pada fasa
gerak. Artinya untuk memisahkan senyawa yang non polar ( misal lipida atau
hidrokarbon ) harus digunakan bahan penyerap yang aktif dan pelarut yang
kurang polar.
d.
Pendukung yang biasa digunakan adalah kaca dengan ukuran 20 x20 cm atau 20
x 10 cm. Permukaan pendukung harus rata dan bebas noda lemak. Kadangkadang untuk pemisahan secara cepat dan untuk keperluan kualitatif dapat
digunakan obyek gelas yang digunakan pada mikroskop.
Bahan penyerap dibuat bubur dengan air dengan perbandingan 1 bagian
penyerap dengan 2 bagian air. Bila dipakai bahan penyerap yang mengandung
bahan pengikat, maka pembuatan bubur sampai lapisannya harus selesai dalam
waktu 4 menit, sebab setelah itu akan terjadi pengerasan. Kadang-kadang dapat
ditambahkan pula suatu zat yang berfluoresensi.
Pada kromatografi lapis tipis, tebal lapisan merupakan faktor penting pada pola
pemisahan komponen, biasanya tebal lapisan 0,25 mm tetapi untuk keperluan
preparatif tebal lapisan dapat lebih tebal ( 0,5 2,0 mm ).
Pada waktu pemanasan, lapisan yang amat tipis memberikan hasil pemisahan
yang tidak tetap.
Pembuatan lapisan tipis dapat dilakukan dengan 4 cara :
1)
Pembentangan
Cara yang biasa dilakukan adalah wadah tempat bubur, bahan penyerap
digerakkan pada kaca yang berkedudukan tetap. Ada juga cara pembentangan
dimana kaca yang bergerak.
2)
Penuangan
Bahan penyerap yang sangat halus, homogen dan tidak mengandung bahan
pengikat dituangkan pada pendukung dan dibiarkan mengalir sampai rata. Cara
penuangan ini biasanya dilaksanakan untuk alumina sebagai bahan penyerap
dan sebagai cairan adalah pelarut yang mudah menguap
3)
Penyemprotan
Dengan cara ini sukar didapat lapisan yang rata dan ketebalannya sukar
diketahui.
4)
Pencelupan
Cara ini terutama untuk pembuatan lapisan dengan ukuran kecil seperti sebesar
gelas mikroskop. Dapat dilakukan dengan mencelupkan pendukung ke dalam
bubur bahan penyerap dalam pelarut yang mudah menguap. Tebal lapisan yang
pasti tidak diketahui dan kadang-kadang kurang rata. Untuk kualitatif cara ini
cukup memadai.
Lapisan tipis yang sudah jadi dan kering kemudian diaktifkan dengan jalan
dipanaskan pada 100 oC selama 30 menit dan kemudian disimpan dalam
eksikator. Pada saat ini telah banyak diperdagangkan lapisan tipis yang
kebanyakan lebih baik, kompak, rata dan memberikan pemisahan yang
sempurna.
e.
Pengembangan
Menaik
Menurun
Mendatar
dengan sumbu atau pompa melalui pipa kapiler di tengah lapisan, senyawa
terlarut bergerak cepat dari tengah totolan lingkaran.
f.
Cara kimia
Yang biasa digunakan adalah direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga noda
jadi tampak terlihat. Pada Kromatografi Lapis Tipis tidak dilakukan dengan cara
pencelupan tetapi penyemprotan. Untuk senyawa organik dapat dilakukan
dengan disemprot dengan asam sulfat pekat dan kemudian dipanaskan pada
200 oC selama 10 menit. Bercak dari senyawa organik akan berwarna hitam.
Pereaksi lain untuk senyawa organik adalah Iod. Lapisan yang berisi hasil
pemisahan diletakkan dalam bejana tertutup yang telah diisi dengan kristal Iod.
Dibiarkan beberapa saat untuk memberi kesempatan terjadinya uap Iod. Warna
bejana ungu, sedang bercak berwarna coklat, senyawa organik tidak jenuh akan
tidak berwarna. Jika dikeluarkan, warna bercak akan cepat hilang, sehingga perlu
cepat-cepat menandai bercak. Keuntungan Iod sebagai penampak bercak adalah
tidak merusak senyawa. Untuk senyawa-senyawa lain, kadang-kadang dapat
digunakan pereaksi yang spesifik untuk senyawa tersebut.
2)
Cara fisika
Cara biologi
g.
Identifikasi Harga Rf
2)
Ketidakrataan lapisan menyebabkan aliran fasa gerak tidak sama sehingga harga
Rf juga tidak sama. Tebal baku yang biasa digunakan adalah 0,25 mm
3)
Pelarut yang tidak murni akan memberikan pemisahan yang kurang baik.
Demikian juga jika digunakan fasa gerak yang berupa campuran, maka
perbandingan yang dipakai harus diperhatikan dan ditepati.
4)
Pemisahan yang dilakukan dalam dua bejana yang mempunyai kejenuhan tidak
sama juga memberikan harga Rf yang tidak sama.
5)
Suhu
Jumlah cuplikan yang dianalisis jika terlalu banyak maka ada dianalisis jika
terlalu banyak maka ada kecenderungan terjadi penyebaran-penyebaran bercak
atau terjadinya ekor sehingga akan memperbesar kesalahan harga Rf. cuplikan
1020 mg
7)
Kesetimbangan
Faktor kesetimbangan ini terlihat lebih nyata pada Kromatografi Lapis Tipis
dibanding pada Kromatografi kertas,sehingga sangat perlu untuk kromatografi
Lapis Tipis diusahakan ruangan di dalan bejana jenuh dengan uap pelarut.
Ketidakseimbangan di dalam bejana akan terlihat dari permukaan fasa gerak
yang berbentuk cekung atau fasa gerak lebih cepat pada bagian tepi dibanding
bagian tengah.
8)
Sifat kimia seperti mudah larut, tekanan uap dan kepolaran dapat
mempengaruhi harga Rf dari suatu senyawa dibanding senyawa yang lain.
9)
Mutu pelarut
Harus dipakai pereaksi yang pro analisa jika diperlukan pelarut campur, maka
harus diperbaharui pada waktu-waktu tertentu,karena menguapnya pelarut yang
mudah menguap akan mengubah susunan pelarut.
10)
Teknik
Sudut yang dibentuk waktu meletakkan plat/keping dalam bejana tidak begitu
mempengaruhi harga Rf, tetapi bila dipakai metoda menurun atau
mendatar/horisontal (tidak menaik) akan mempengaruhi
Pada pendukung dari kaca, serbuk kering bahan penyerap dibentangkan dan
diratakan. Cuplikan ditempatkan dan dilakukan pengembangan mendatar. Untuk
penentuan lokasi dapat dilakukan penyemprotan
b.
Cara ini mempunyai daya adsorpsi yang berbeda sepanjang lapisan. Dapat
dibuat dengan alat khusus yang disebut gradient spreader dimana diisi dengan
dua macam bubur bahan penyerap misalnya A dan B. Lapisan berubah dari 100
% A ke 100 % B. Cara ini dapat digunakan untuk menemukan campuran bahan
penyerap yang terbaik.
c.
Pengembangan dilakukan pada arah yang sama dan dilakukan berkali-kali baik
dengan pelarut yang sama atau yang divariasi.
e.
Pendukung yang berasal dari kaca gelas yang diberi garis-garis, maka setelah
bahan penyerap dibentangkan akan terjadi lapisan yang beralur. Pada tiap jalur
ditempatkan bercak cuplikan.
f.
Lapisan tipis yang sudah jadi dicelupkan dalam pelarut yang non polar tetapi
mudah menguap atau pelarut tersebut dibiarkan mengalir melewati lapisan tadi.
Dengan cara itu maka fasa diam bersifat non polar. Sebagai fasa gerak
digunakan pelarut polar seperti air, metanol atau asetonitril. Hasil pemisahan
berbeda dengan kromatografi normal dimana pada cara ini komponen yang
paling polar terelusi lebih dahulu.
Perkembangan dari kromatograf lapis tipis (TLC) adalah kromatografi lapis tipis
penampilan tinggi (HPTLC), perbandingan TLC dan HPTLC sebagai berikut
Parameter
TLC
HPTLC
Ukuran partikel
12 50 mm
5 6 mm
Tebal layer
0,1 0,3 mm
Jarak
pengembangan
10 ~ 15 ~ 20 cm
3 6 cm
Jarak pemisahan
100 120 mm
50 mm
Volume penotolan
0.5 5 mL
0,1 1 mL
Ukuran sampel
3 4 mm
1 1,5 mm
Keuntungan HPTLC :
Memperkecil difusi sehingga meningkatkan efisiensi pemisahan
LOD menurun 1/10 hingga 1/15 x lebih kecil
Lebih ekonomis (plate / solven per sampel lebih kecil)