Vous êtes sur la page 1sur 14

BORANG PORTOFOLIO KASUS MEDIK

Topik :
Kejang Demam Komplek + Faringitis
Tanggal MRS :
23 Maret 2015
Presenter :
Tanggal Periksa :
23 Maret 2015
Tanggal Presentasi :

23 April 2015

Pendamping :

dr. Istatin Nafiah


dr. Erika Widayanti Lestari

MMR.
Ruang Pertemuan RSM Ahmad Dahlan Kediri

Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Laki-laki, usia 2 tahun 8 bulan, dengan keluhan: kejang, panas dan batuk, pilek
Tujuan :
Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Nama :An. I, laki-laki, 2 tahun 8
Data Pasien :
No. Registrasi : 0474xx
bulan, BB : 11 kg,TB : 85 cm
Nama RS : RSM Ahmad Dahlan Kediri
Telp :
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien anak laki-laki usia 2 tahun 8 bulan datang ke rumah
sakit diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan utama kejang. Pasien kejang 2 kali saat
dirumah. Kejang pertama berlangsung sekitar 5 menit yaitu mata melirik-lirik ke atas
(kejang fokal). Setelah kejang kondisi pasien sadar dan menangis. Kejang kedua berlangsung
+ 2 menit. Keluhan penyerta pasien berupa panas, batuk , dan dan pilek. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan suhu yang meningkat yaitu 39 oC dan pemeriksaan neurologis dalam batas
normal (dBN).
2. Riwayat Pengobatan :Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit. Ketika sakit pasien hanya
berobat ke bidan setempat.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya. Pasien juga tidak memiliki riwayat kejang
tanpa demam.
4. Riwayat Keluarga :Ayah dan paman pasien memiliki riwayat yang sama seperti pasien saat
ini, riwayat TBC (-), riwayat asma (-), riwayat alergi ; ibu(-), bapak(-), kakak (-).
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien belum berkerja.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada kondisi yang berhubungan dengan penyakit
7. Riwayat Imunisasi :Ibu pasien menyatakan bahwa telah membawa anaknya untuk di

imunisasi sesuai dengan buku KIA.


1

8. Lain-lain : Hasil labolatorium menunjukkan adanya infeksi terlihat dari peningkatan leukosit,

sedangkan hasil urinalisis, imunologi igM salmonella menunjukkan negatif.


Daftar Pustaka :
1. Children and Infants with Seizures-Acute Management Clinical Guidelines. NSW
Department of Health. 2009.
2. Convulsions in Children. Pediatric Guidelines. 2006. October;1-3
3. Deliana M. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri. 2002:2(4);59-62.
4. Febrile Seizures: Guideline for the Neurodiagnostic Evaluation of the Child With a Simple
Febrile Seizure. Pediatrics. 2011 Feb:2(127);390-394
5. Febrile Convulsions in Children. Victoria Departement of Health. December 2010.
6. Guidelines and Protocols Advisory Committe. Febrile Seizure. British Columbia Medical
Association. 2010.
7. Hegar, B. Dkk., Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, IDAI, 2009
8. Rudolph C, Rudolph A, Lister G, First L, Gershon A. Rudolphs Pediatrics 22nd Edition. San
Fransisco:McGraw-Hill. 2012.
Hasil Pembelajaran :
1. Kejang Demam
2. Penegakan diagnosis Kejang Demam
3. Tatalaksana Kejang Demam

1. LAPORAN KASUS
Identitas pasien:

Nama pasien
Usia
Tanggal lahir
Jenis Kelamin
No. RM

: An. I
: 2 tahun 8 bulan
: 20 Juli 2012
: Laki-laki
: 0474xx
2

Alamat
Agama
Suku
Warga Negara
Bahasa Ibu
Pekerjaan
Status pernikahan
Identitas Orang tua:
Nama Ayah
Usia
Pekerjaan
Nama Ibu
Usia
Pekerjaan

: Ds.Tiron, Dsn. Kali Gayam, Kec. Banyakan, Kab. Kediri


: Islam
: Jawa
: Warga Negara Indonesia (WNI)
: Jawa, Indonesia
: Belum Bekerja
: Belum Menikah
: Pak S
: 50 tahun
: Buruh Tani
: Bu S
: 42 tahun
: Ibu Rumah Tangga

Subjective:

Keluhan Utama: Kejang


RPS: Pasien anak laki-laki usia 2 tahun 8 bulan datang ke rumah sakit diantar oleh
kedua orang tuanya dengan keluhan utama kejang. Menurut keterangan ibu
pasien, pasien kejang 2 kali saat dirumah. Kejang pertama sekitar pukul 13.00
wib, kejang berlangsung sekitar 5 menit yaitu mata melirik-lirik ke atas (kejang
fokal). Setelah kejang kondisi pasien sadar dan menangis. Kejang kedua sekitar
pukul 14.00 wib, kejang berlangsung + 2 menit dengan tipe kejang yang sama saat
kejang pertama yaitu mata melirik-lirik ke atas (kejang fokal). Setelah kejang
kedua pasien tetap sadar. Selain kejang, pasien juga panas. Panas mulai tadi pagi
sekitar habis subuh, semakin siang panas bertambah tinggi. Dua hari sebelum
masuk rumah sakit, pasien batuk dan pilek. Batuk tidak terlalu sering, dahak tidak
bisa keluar. Pasien tidak muntah, BAK dan BAB pasien menurut keterangan ibu
pasien tidak ada kelainan. Namun, semenjak batuk pilek nafsu makan pasien
berkurang dibanding hari biasanya. Keluhan batuk pilek ataupun demam belum
diperiksakan atau diobati oleh orang tua.

RPD: riwayat sakit seperti ini (-), riwayat kejang tanpa demam (-), riwayat asma
(-)
Riwayat alergi :
o Bahan injektan : disangkal
o Bahan kontaktan : disangkal
o Bahan ingestan : disangkal
o Bahan inhalan
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga: riwayat sakit seperti ini (+) yaitu ayah dan paman
pasien, riwayat TBC (-), riwayat asma (-), riwayat alergi ; ibu(-), bapak(-), kakak

(-).
Riwayat Imunisasi: Lengkap
Riwayat Pemberian Nutrisi:
o Pasien mendapatkan Asi sejak lahir sampai 2 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Sekitar Usia 5 bulan, selain ASI juga diberi makanan tambahan
berupa SUN. Usia 2 tahun sampai sekarang sudah diberi nasi yang

dilembutkan.
Riwayat Kelahiran Pasien :
o Anak ke-I : Laki-laki 20 tahun, lahir spontan bidan, 2700 gram
o Anak ke-II : Laki-laki 13 tahun, lahir spontan bidan, 2600 gram
o Anak ke-III : Laki-laki 13 tahun, lahir spontan bidan, 2500 gram
o Anak ke-IV : Laki-laki 2 tahun 8 bulan, lahir spontan bidan, 3000 gram
(pasien)
Riwayat Tumbuh Kembang :
o Pasien mulai merangkak saat usia 8 bulan
o Pasien mulai berjalan saat usia 14 bulan

Objective:
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum: lemah

BB: 11 kg
TB: 85 cm
Status gizi BB/PB : -1 SD ; gizi cukup
Vital sign
o Nadi: 112x/menit
o RR: 24x/menit
o Temp: 39 C
4

Kepala leher:
o AICD -/-/-/o Faring hiperemis (+)
o Coated tongue (-)
o NCH (-)
o pembesaran KGB (-)
Thorax:
o Pulmo:
Inspeksi : simetris, retraksi Palpasi : ekspansi dinding dada simetris,
Perkusi : son/son
Auskultasi: ves +/+, rh -/-, wh-/o Cor:
Inspeksi: hemithorax bulging
Palpasi: fremisment
Perkusi: ukuran jantung normal
Auskultasi: s1 s2 tunggal m- gAbdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: Bu + normal
o Palpasi: soefl, H/L/R ttb, Turgor normal
o Perkusi: tympani, shifting dullness
Ekstrimitas : hangat kering merah, CRT<2 detik
Status Neurologis :
GCS : 456
Pupil: 3/3 mm
Meningeal sign : (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium
o Darah lengkap
Hb
Leukosit
PCV
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit

12,8
21.590
37,6
324.000
80,7
27,5
34
0
0
84
7
9
5

o Urin Lengkap
Ph
7
Protein
Negatif/ Reduksi
Negatif/ Urobilin
Negatif/ Bilirubin
Negatif/ Spesifik Gravity
1,015
Blood
Negatif/ Keton
Negatif/ Nitrit
Negatif/ Sedimen Eritrosit
Negatif/ Sedimen Leukosit
Negatif/ Sedimen Ephitel
Negatif/ Sedimen Kristal
Negatif/ Sedimen Bakteri
Negatif/ Lain-lain
o IMUNOLOGI
IgM Salmonela
-Negatif
-Low positif: 4
-Strong positif>=6
-Strong positif>=8
--Strong positif>=10
Planning:

Planning therapy:
o MRS
o IVFD D5 1/4NS 1050cc/ 24 jam14 tpm makro
o Inj intravena metamizole 3 x 125 mg (kp)
o Inj intravena diazepam 3,5 mg bolus pelan bila kejang
o Inj amoxicilin 4 x 300 mg
o PO:
Sanmol syrup 4-6x cth I (kp)
Puyer batukcodein/ketricin/heptasan 3x pulv I
o

Pengobatan rumatan post MRS : asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3
dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian
dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

Planning monitoring :
o Keluhan subyektif
o Tanda vital

Edukasi: mengenai kondisi terkini pasien, tatalaksana apa yang akan dilakukan, komplikasi
yang mungkin terjadi, dan pencegahan kejang demam pada anak.

2. PEMBAHASAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari 38C) akibat suatu proses ekstra kranial.
Setiap serangan kejang pada anak harus mendapat penanganan yang cepat dan
tepat apalagi pada kasus kejang yang berlangsung lama dan berulang. Karena
keterlambatan dan kesalahan prosedur akan mengakibatkan gejala sisa pada anak atau
bahkan menyebabkan kematian.
Di Asia dilaporkan penderita kejang demam lebih tinggi daripada di AS,
Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami
kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis
kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.
Saing B (1999), menemukan 62,2%, kemungkinan kejang demam berulang
pada 90 anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun, dan 45% pada
100 anak yang mengalami kejang setelah usia 12 tahun. Kejang demam kompleks dan
khususnya kejang demam fokal merupakan prediksi untuk terjadinya epilepsi.
Sebagian besar peneliti melaporkan angka kejadian epilepsi kemudian hari sekitar 2
5 %.
Sedangkan

faktor

yang

mempengaruhi

kejang

demam

adalah

1. Umur

a. 3% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.


b. Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun,
jarang terjadi pada anak di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
c. Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian
menurun dengan bertambahnya umur.
2.Jenis kelamin
Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan
dengan perbandingan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral
yang lebih cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
3. Suhu badan
Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi
suhu tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang.
Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3C
41,4C. Adanya perbedaan ambang kejang ini menerangkan mengapa pada
seorang anak baru timbul kejang setelah suhu tubuhnya meningkat sangat
tinggi sedangkan pada anak yang lain kejang sudah timbul walaupun suhu
meningkat tidak terlalu tinggi. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa
berulangnya kejang demam akan lebih sering pada anak dengan nilai ambang
kejang yang rendah.
4. Faktor keturunan
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.
Beberapa penulis mendapatkan bahwa 25 50% anak yang mengalami kejang
demam memiliki anggota keluarga ( orang tua, saudara kandung ) yang pernah
mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali.

Hingga kini etiologi kejang demam belum diketahui dengan pasti. Demam
sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang dengan suhu badan yang tinggi
dapat terjadi karena faktor lain, seperti meningitis atau ensefalitis.

Kasifikasi

1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)


2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan
80% di antara seluruh kejang demam.
Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi untuk mencari penyebab
atau sumber infeksi, seperti pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah dan elektrolit.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis

meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh sebab itu pemeriksaan cairan
serebrospinal diindikasikan pada anak pasien kejang demam berusia kurang dari 2
tahun, karena gejala rangsang selaput otak lebih sulit ditemukan pada kelompok umur
tersebut. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan pada anak dengan kejang yang tidak
diprovokasi oleh demam dan pertama kali terjadi, terutama jika kejang atau
pemeriksaan post iktal menunjukkan abnormalitas fokal.
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat dirumah sakit apabila :
o Kejang demam kompleks
o Hiperpireksia
o Kejang demam pertama
o Usia dibawah 6 bulan
o Dijumpai kelainan neurologis
Hal yang perlu dalam terapi kejang demam yaitu pengobatan saat kejang,
mencari dan mengobati penyebab, pengobatan rumatan untuk mencegah terjadinya
kejang demam berikutnya dan epilepsi di kemudian hari.
Pemberian Antipiretik
Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan dalam 4
kali pemberian per hari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen adalah 5-10
mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Asam asetilsalisilat tidak dianjurkan karena kadang dapat
menyebabkan sindrom Reye pada anak kurang dari 18 bulan.

10

Indikasi pemberian obat rumat (salah satu):


1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
11

kejang demam > 4 kali per tahun


Pengobatan rumatan
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
risiko berulangnya. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan
perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam
valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam
valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40
mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.

Kemungkinan berulangnya kejang demam


Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam
adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling
besar pada tahun pertama.

Faktor risiko terjadinya epilepsi


Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari.
12

Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :


1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi
sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan
epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah
dengan pemberian obat rumat pada kejang demam

3. FOLLOW UP

tanggal
24
Maret

Subyektif
Kejang-,
batuk +
Pilek+
Makan mau

Obyektif
Temp 37,1RR 20 HR
100
KU: cukup

Assesment
KDK+Faringitis

Planning (Tx
DPJP)
Tx tetap

K/L: AICD -/-/-/pKGB


Tho: (P) sim, ret
subcostae -/-, ves/ves,
wh-/-, ronchi basah
kasar -/(C) S1S2 tunggal m- gAbd : soefl, timpani,
BU + normal
13

Ext : HKM, CRT< 2


detik
Temp 36,6 RR 22 HR
110
KU: baik
K/L: AICD -/-/-/pKGB
Tho: (P) sim, ret
subcostae -/-, ves/ves,
wh-/-, ronchi basah
kasar -/(C) S1S2 tunggal m- g-

25
Maret

batuk +
berkurang
pilek+
makan
sudah
banyak

Abd : soefl, timpani,


BU + normal
Ext : HKM, CRT< 2
detik

Post
KDK+ faringitis

KRS:
Amoxan drop
4x1cc
Sanmol drop 46x1cc
Puyer batuk
3xpulv I
Diazepam 3x
pulv I

14

Vous aimerez peut-être aussi