Vous êtes sur la page 1sur 15

PANCASILA

OLEH :
KELOMPOK V
Roma Borunami Olivia

1506718585

Raihan Ananda Khita

1506718591

Hafizh Mahendra Fikri

1506718641

Assyifa Fuad

1506718692

Nasha Nabila Razak

1506718704

Hariyo Hanindary Dhurandhara

1506718755

Makalah untuk Mata Kuliah


Manusia dan Masyarakat Indonesia

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA


DEPOK
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberikan kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur1.
Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian
dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan, dan kesaktiannya,
sehingga tak ada satu kekuatan maupun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu,
perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
luhur yang terkandung didalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap
penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,
baik di pusat maupun di daerah.
Pancasila, sebagai dasar negara maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga
Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pancasila itu? Nama sebuah ideology, seperangkat nilai moral, atau apa?
2. Apakah fungsi Pancasila? Apakah ia suatu pandangan hidup, (weltanschauung)
norma dasar, (grundorm) ideologi, atau apa?
3. Apakah arti Pancasila bagi Anda? Seberapa pentingnyakah?

BAB II
ISI
1 Research.amikom.ac.id (diakses pada Rabu 21 Oktober 2015 pukul 14.40 WIB)

A. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


1. Sejarah Terbentuknya BPUPKI
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) didirikan oleh penjajah Jepang.
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diumumkan berdiri
pada tanggal 1 Maret 1945 oleh Panglima Tentara Jepang, Kumakichi Harada
Kedua badan itu diresmikan masing-masing pada tanggal 29 April 1945 dan 12
Agustus 1945. BPUPKI baru mengadakan siding pertama kali pada 28 Mei 1945
yang merupakan sidang resmi, sedangkan beberapa sidang tidak resmi BPUPKI
dilaksanakan pada beberapa tanggal, seperti 29 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945, dan 10,
11, 13, 14, 15, 16 Juli 1945. Dalam persidangan BPUPKI, negara Indonesia masih
pada status terjajah dan kepada para pemimpin rakyat jajahan, penjajah Jepang
mengatakan bahwa pembentukkan BPUPKI merupakan realisasi janji Jepang
memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia sebab mereka berpendapat bahwa
kemerdekaan harus dilaksanakan secara saksama. Oleh karena itu, BPUPKI
diharapkan bisa menjadi sarana memperoleh gambaran tentang bentuk negara, sistem
pemerintahan, dan dasar hukum yang merdeka.
Introduksi fakta historis menunjukkan

satu

garis

historis-linier

yang

menghubungkan antara BPUPKI , PPKI, dan Proklamasi Kemerdekaan Republik


Indonesia. BPUPKI menjalankan tugas dengan sangat baik, menyelidiki segala hal
yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia agar cita-cita bangsa dapat terpenuhi.
2. Sidang BPUPKI I
Hari Senin, 28 Mei 1945, BPUPKI mengadakan sidang pertama bertempat di
Gedung Tyoo Sangi-In (sekarang Departemen Luar Negeri, Pejambon) dengan
mengibarkan bendera Hinomaru dan bendera Merah Putih. Pada sidang pertama
BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945, ternyata ada tiga pembicara yang
mencoba secara khusus membicarakan mengenai dasar negara. Ketiga pembicara
tersebut adalah Mr. Mohammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang
pertama ini dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer
jepang,

yaitu:

Panglima

Tentara

Wilayah

ke-7, Jenderal

Izagaki,

yang

menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal Yuichiro Nagano.
Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri, yang berlangsung
selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai
bentuk negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik
Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus
merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai isi
dari Undang-Undang

Dasar Negara

Kesatuan Republik

Indonesia itu

sendiri,

sebab Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik


Indonesia.
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar
tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah
mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yang
mengajukan pendapatnya tentang dasar negara Republik Indonesia itu adalah sebagai
berikut :
Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia,
yaitu: 1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan;
dan 5. Kesejahteraan Rakyat.
Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang dia
namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu: 1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3.
Mufakat dan Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial.
Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan
"Pancasila", yaitu: 1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri
Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang
dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila",
masih menurut dia bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan Pancasila ini dapat
diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu: 1. Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi;

dan

3.

Ketuhanan

Yang

Berkebudayaan.

Bahkan

masih

menurut Ir.

Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai
"Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila: Gotong-Royong, ini adalah merupakan
upaya dari Bung Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan
dasar negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam
kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Masa persidangan
BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan
tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKI yang
pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses persidangan (periode jeda atau
istirahat) selama satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses persidangan,
dibentuklah suatu panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, yang dinamakan "Panitia
Sembilan" dengan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang bertugas untuk mengolah usul dari
konsep para anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia.
3. Sidang BPUPKI II
Masa

persidangan

BPUPKI

yang

kedua

berlangsung

sejak

tanggal 10 Juli 1945 hingga tanggal 14 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini
membahas

tentang

wilayah

Negara

Kesatuan Republik

Indonesia,

kewarganegaraan Indonesia, rancanganUndang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,


pembelaan negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini,
anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang
terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai
oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai olehRaden Abikusno
Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad
Hatta).
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang
diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang
tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7
orang yaitu sebagai berikut :

Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)


Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
Haji Agus Salim (anggota)
Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)
Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang

diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang
tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7
orang tersebut.
Pada

tanggal 14

Juli 1945,

sidang

pleno

BPUPKI

menerima

laporan

panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya


sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut membahas mengenai rancangan UndangUndang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu :

Pernyataan tentang Indonesia Merdeka


Pembukaan Undang-Undang Dasar
Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang

kemudian

dinamakan

sebagai

"Undang-Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi :


o Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah HindiaBelanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah
wilayah Sabahdan wilayah Serawak di negara Malaysia, serta wilayah
negara Brunei
o
o
o
o

Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang

adalah

wilayah negara Timor Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya,


Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.

Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan disusun


dengan mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan konsep Undang-Undang
Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta". Sementara itu,
perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan

aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru. "Piagam Jakarta" atau "Jakarta
Charter" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksion yang sedikit berbeda.1
B. Bersetia Bela Pancasila, Demi Jaya Indonesia
1. Mengapa Pancasila Perlu Dibela?
Mengapa Pancasila perlu dibela? Menurut Bapak Bono Priambodo, ada dua cara
untuk menjawab pertanyaan ini. Yang pertama, secara positif, karena Pancasila
merupakan adalah pesan orang tua kita tentang apa yang harus dijadikan pegangan dalam
menuntun negara Indonesia ke tujuannya. Untuk mencapai tujuan-tujuannya, yaitu
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan, ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
Bangsa Indonesia membentuk suatu Negara Republik Indonesia.
Bangsa Indonesia memiliki kepentingan bersama, yang secara umum adalah
tujuan-tujuan tersebut. Sehingga negara merupakan alat kekuasaan rakyat sepanjang
untuk

menyelenggarakan

kepentingan

bersama.

Bagaimana

caranya

agar

penyelenggaraan kekuasaan negara terus berjalan menuju tujuan? Jawabannya adalah


Pancasila.

Konflik di balik proklamasi: BPUPKI, PPKI, dan kemerdekaan By St Sularto,


Dorothea Rini Yunarti

Cara kedua untuk menjawab pertanyaan mengapa Pancasila harus dibela adalah
secara negatif karena klaim kebangsaan kita pada kenyataannya sangat rapuh. Ketika mendengar
kata bangsa, biasanya orang mengharapkan suatu kesamaan ciri-ciri fisik antropologis di
antara orang-orang yang disebut satu bangsa, atau sekurang-kurangnya kesamaan linguistik,
yaitu bahasa, dialek atau aksen yang digunakan.
Pancasila merupakan solusi untuk mendamaikan berbagai perbedaan itu agar
terbentuk suatu definisi kebangsaan Indonesia yang satu. Jika kebangsaan Indonesia
memang penting, maka Pancasila layak dan harus dibela dan dipertahankan.
Bagaimanakah caranya? Sejarah mengajarkan setidaknya dua cara yang harus kita telaah
dengan kritis. Pertama, yang dilakukan oleh rezim Demokrasi Terpimpin antara 19571966. Pancasila dibela dan diperjuangkan dalam mandala politik baik dalam maupun luar
negeri.

Tujuan-tujuan berbangsa-bernegara di atas dipahami sebagai tujuan-tujuan yang


revolusioner, yang akan dicapai secepat-cepatnya dengan mengerahkan semua kekuatan
revolusioner yang ada dalam Bangsa Indonesia, yang pada saat itu dipahami berhimpun
ke dalam tiga kubu :
1.
2.
3.

Nasionalis
Agama
Komunis

Melalui strategi ini, rezim Demokrasi Terpimpin cukup berhasil dalam merintis
jalan menuju tujuan pertama, dalam bentuk kesatuan wilayah kedaulatan Negara
Indonesia. Selain itu, upaya-upaya ke arah terwujudnya tata dunia berlandasan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Akan tetapi, pengerahan kekuatan
revolusioner yang mengotak-ngotakkan rakyat Indonesia ke dalam kubu-kubu
perseteruan politik membebani kebangsaan Indonesia yang masih rapuh. Revolusi, pada
saat itu, masih terlalu cepat bagi Bangsa Indonesia.
Rezim Orde Baru menawarkan cara kedua sebagai koreksi terhadap cara yang
pertama. Jika Orde Lama memilih jalur cepat yang berdampak tinggi, Orde Baru
memperjuangkannya dalam mandala ekonomi, yang lebih lambat dan berdampak rendah.
Orde Baru berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, Orde Baru
menciptakan hantu-hantu politik yang dianggap sebagai musuh pembangunan, yang
dihimpun dalam jargon suku, agama, ras dan antar-golongan. (SARA) Tidak dapat
dipungkiri, meski didasari atas teror dan ketakutan, hal ini tampaknya juga menyumbang
pada terbentuknya kohesi nasional yang lebih rekat. Kemudian Orde Baru menciptakan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, (P4) yang menjadikan Pancasila
sebagai suatu ideologi resmi negara.
2. Pancasila, Dasar (Falsafah) Negara
Pancasila selain ditetapkan sebagai dasar Negara, juga sebagai pandangan hidup,
landasan ideology dan sebagai falsafah atau filsafat bangsa.
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-

norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling
sesuai bagi bangsa Indonesia.
Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu, Filasafat
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia, dan Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sebenarnya Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan zaman Majapahit
dalam satu kesatuan. Namun, dengan datangnya bangsa-bangsa barat persatuan dan
kesatuan itu dipecah oleh mereka dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang kaya
raya ini. Berkat perjuangan yang gigih dari seluruh rakyat Indonesia pada zaman
penjajahan Jepang dibentuk suatu badan yang diberi nama BPUPKI. Badan ini
diresmikan tanggal 28 Mei 1945 oleh pemerintah Jepang. Tanggal 29 Mei 1945 Mr.
Muhammad Yamin mengutarakan prinsip dasar negara yang sekaligus sesudah berpidato
menyerahkan teks pidatonya beserta rancangan undang-undang dasar.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato membahas dasar negara. Dan pada
tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan undang-undang dasar yang diberi nama UndangUndang Dasar 1945. Sekaligus dalam pembukaan Undang-Undang Dasar sila-sila
Pancasila ditetapkan. Jadi, Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan
bersamaan dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945, dan menjadi ideologi
bangsa Indonesia. Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak
bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia
yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi
tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar
dimana setaip silanya berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang
utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar
kepada sila yang lainnya. Tujuan negara akan selalu kita temukan dalam setiap konstitusi
negara bersangkutan. Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada kecenderungan
perbedaan yang jauh sekali antara tujuan disatu negara dengan negara lain. Bagi
Indonesia secara fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi dasar
berdirinya negara ini.

Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu
dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas,
kalau di negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing
silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam
Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia
dengan lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada
eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila
merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi
tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.2

http://research.amikom.ac.id/index.php/DMI/article/view/6043
http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-sebagai-filsafat-bangsa-indonesia/

C. Pancasila Sebagai Ideologi Politik


Pancasila sebagai ideology politik adalah suatu system yang mnegharuskan
pelaku politik ataupun aturan politik yang berlandaskan pancasila. Pancasila memiliki
nilai-nilai luhur yang di tetapkan pendahulu kita sebagai landasan ideology negara.
Begitu juga dengan politik, politik harus memiliki aturan sebagai acuan dasar kegiatan
perilaku dan pemikiran yang akan di laksanakan.
Politik adalah suatu system pemerintahan yang mengatur segala structural di
dalamnya. Dalam membuat kebijakan politik haarus ada aturan yang mengatur hal
tersebut supaya selalu dalam jalur yang telah di tentukan.
Landasan aturan politik atupun yang sering kita sebut dengan sebagai ideology
berpolitik sebenarnya sudah jelas, yaitu pancasila. Tergantung sekarang bagaimana
pelaku poltik menanggapi dan menjalankan kegiatan mereka dengan berlandaskan
pancasila. Seorang pelaku politik harus bias mengartikan da memahami nilai-nilai
pancasila sebagai ideology yang baku bagi kegiatan berpoltik di Indonesia
Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang
memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon

politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah
politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan
politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari
manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat,
ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi
orang lain agar menerima pandangannya.
Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki.
Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan
kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara.
Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik
politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Demikianlah
politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan
tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik menyangkut kegiatan berbagai
kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan (individu).
Jadi pancasila sebagai ideology politik bertujuan untuk mengingatkan kembali
pentingnya landasan dasar yang jelas dan baik guna menuntun kegiatan politik agar selalu
pada jalan yang berkepentingan untuk rakyat. Seluruh kegiatan yang di lakukan di
Negara Indonesia harus memiliki landasan sebagai acuan awal yang harus di ketahui. 3
D. Pancasila pada Masa Orde Baru
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarahdari
pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi
kepentingan kekuasaan. Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda
dengan apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya
sebagai alat pembenar rezim otoritarian baru di bawah Soeharto.
Kebijakan pada Era Orde Baru
a. Asas Tunggal
Menurut M Rusli Karim, dalam buku Nuansa Gerak Politik Era 80-an di
Indonesia(1992), penyeragaman asas ini yang dikenal dengan sebutan asas tunggal

Pancasila -- merupakan keampuhan Orde Baru dalam menghadapi kekuatan politik,


terutama yang beraspirasikan Islam.
Pencanangan Pancasila sebagai satu-satunya azas organisasi politik, menurut
Nazarudin Syamsudin (1989), merupakan langkah pemerintah Orba untuk
menghindari perpecahan di kalangan elit politik.
b. Dwifungsi ABRI
Kebijakan Dwi fungsi ini membuat TNI berada di berbagai bidang, Sebutlah:
hamper semua pejabat daerah dikuasai oleh perwira TNI, adanya kursi TNI di DPR
3

www.academia.edu diakses pada Selasa, 20 Oktober 2015 pk. 22:00

hingga di kursi menteri, serta di perusahaan-perusahaan. Menurut mantan Gubernur


Lembaganas Letjen (purnawirawan) Hasnan Habib, dalam wawancara dengan harian
NUSA (20 September 1999), pelaksanaan konsep Dwi Fungsi ABRI dalam
perjalanannya mengalami pelencengan.
Karena ada rekayasa politik, partai-partai tidak punya pembina di tingkat bawah.
Tapi Golkar sampai memiliki anggota yang jadi kepala desa. ABRI sampai ke Babinsa.
Ini namanya permainan, kata Hasnan Habib, saat itu.
E. Makna Pancasila bagi Indonesia
1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara Indonesia
Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, dengan
kata lain Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup
di segala bidang. Tingkah laku dan tindakan perbuatan setiap warga negara Indonesia
harus dilandasi dari semua sila Pancasila, karena Pancasila adalah satu kesatuan dan tidak
dapat dilepas-pisahkan dari yang satu dengan yang lain.
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia
Pancasila dalam hal ini sering disebut dengan Dasar Filsafat Negara.Pancasila
digunakan dasar dalam mengatur pemerintah negara atau sebagai dasar mengatur
penyelenggaraan Negara. Pengetian Pancasila sebagai dasar negara ini sesuai dengan
bunyi pembukaan UUD 1945, yang berbunyi ...maka disusunlah Kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara

Indonesia,yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan


rakyat dengan berdasar kepada:..
3. Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia
Yang dimaksud dengan istilah Ideologi Negara adalah kesatuan gagasangagasan
dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya baik individual
maupun sosial dalam kehidupan kenegaraan.Ideologi negaramenyatakan suatu cita-cita
yang ingin dicapai sebagai titik tekanannya dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar
serta pedoman negara dan kehidupannya.
4. Pancasila sebagai Pemersatuan Bangsa Indonesia
Dalam kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam adat dan budaya, pada
dasarnya setiap adat budaya telah mengamalkan juga kelima unsur Pancasila sehingga
dapat dinyatakan berpancasila dalam adat budaya.Di samping itu, di dalam kehidupan
beragamapun telah mengamalkan juga kelima unsur Pancasila dalam kehidupan seharihari.Setiap agama di Indonesia pada dasarnya mengajarkan berketuhanan, mengajarkan
juga tentang kemanusiaan dan menumbuhkan rasa persatuan dan keadilan.Jadi semua
bentuk agama apapun di Indonesia telah mengamalkan Pancasila sehingga dalam
kehidupan beragama ada rasa persatuan dan saling menghormati antar umat beragama.
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam-macam suku pun bukan menjadi
suatu pembeda bagi warga negara Indonesia, justru ini dijadikan nilai positif bagi
Indonesia sebagai negara yang beragam suku dan budaya. Semboyan Bhineka Tunggal
Ika yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua adalah prinsip kuat bangsa
Indonesia walaupun Indonesia adalah bangsa majemuk yang multi agama, multi bahasa,
multi budaya dan multi ras. 4

http://research.amikom.ac.id diakses pada Selasa, 20 Oktober 2015 pk

21:00

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
falsafah negara kita Republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan
sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Pancasila
adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila merupakan
sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia
menjadikan pemgamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan
dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik
dipusat maupun di daerah.

Daftar Pustaka

Research.amikom.ac.id (diakses pada Rabu 21 Oktober 2015 pukul 14.40 WIB)

Konflik di balik proklamasi: BPUPKI, PPKI, dan kemerdekaan By St Sularto, Dorothea Rini Yunarti

http://research.amikom.ac.id/index.php/DMI/article/view/6043
http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-sebagai-filsafat-bangsa-indonesia/

Vous aimerez peut-être aussi