Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK V
Roma Borunami Olivia
1506718585
1506718591
1506718641
Assyifa Fuad
1506718692
1506718704
1506718755
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberikan kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur1.
Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian
dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan, dan kesaktiannya,
sehingga tak ada satu kekuatan maupun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu,
perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
luhur yang terkandung didalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap
penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,
baik di pusat maupun di daerah.
Pancasila, sebagai dasar negara maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga
Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pancasila itu? Nama sebuah ideology, seperangkat nilai moral, atau apa?
2. Apakah fungsi Pancasila? Apakah ia suatu pandangan hidup, (weltanschauung)
norma dasar, (grundorm) ideologi, atau apa?
3. Apakah arti Pancasila bagi Anda? Seberapa pentingnyakah?
BAB II
ISI
1 Research.amikom.ac.id (diakses pada Rabu 21 Oktober 2015 pukul 14.40 WIB)
satu
garis
historis-linier
yang
yaitu:
Panglima
Tentara
Wilayah
ke-7, Jenderal
Izagaki,
yang
menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal Yuichiro Nagano.
Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri, yang berlangsung
selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai
bentuk negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik
Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus
merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai isi
dari Undang-Undang
Dasar Negara
Kesatuan Republik
Indonesia itu
sendiri,
dan
3.
Ketuhanan
Yang
Berkebudayaan.
Bahkan
masih
menurut Ir.
Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai
"Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila: Gotong-Royong, ini adalah merupakan
upaya dari Bung Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan
dasar negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam
kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Masa persidangan
BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan
tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKI yang
pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses persidangan (periode jeda atau
istirahat) selama satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses persidangan,
dibentuklah suatu panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, yang dinamakan "Panitia
Sembilan" dengan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang bertugas untuk mengolah usul dari
konsep para anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia.
3. Sidang BPUPKI II
Masa
persidangan
BPUPKI
yang
kedua
berlangsung
sejak
tanggal 10 Juli 1945 hingga tanggal 14 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini
membahas
tentang
wilayah
Negara
Kesatuan Republik
Indonesia,
diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang
tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7
orang tersebut.
Pada
tanggal 14
Juli 1945,
sidang
pleno
BPUPKI
menerima
laporan
kemudian
dinamakan
sebagai
adalah
aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru. "Piagam Jakarta" atau "Jakarta
Charter" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksion yang sedikit berbeda.1
B. Bersetia Bela Pancasila, Demi Jaya Indonesia
1. Mengapa Pancasila Perlu Dibela?
Mengapa Pancasila perlu dibela? Menurut Bapak Bono Priambodo, ada dua cara
untuk menjawab pertanyaan ini. Yang pertama, secara positif, karena Pancasila
merupakan adalah pesan orang tua kita tentang apa yang harus dijadikan pegangan dalam
menuntun negara Indonesia ke tujuannya. Untuk mencapai tujuan-tujuannya, yaitu
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan, ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
Bangsa Indonesia membentuk suatu Negara Republik Indonesia.
Bangsa Indonesia memiliki kepentingan bersama, yang secara umum adalah
tujuan-tujuan tersebut. Sehingga negara merupakan alat kekuasaan rakyat sepanjang
untuk
menyelenggarakan
kepentingan
bersama.
Bagaimana
caranya
agar
Cara kedua untuk menjawab pertanyaan mengapa Pancasila harus dibela adalah
secara negatif karena klaim kebangsaan kita pada kenyataannya sangat rapuh. Ketika mendengar
kata bangsa, biasanya orang mengharapkan suatu kesamaan ciri-ciri fisik antropologis di
antara orang-orang yang disebut satu bangsa, atau sekurang-kurangnya kesamaan linguistik,
yaitu bahasa, dialek atau aksen yang digunakan.
Pancasila merupakan solusi untuk mendamaikan berbagai perbedaan itu agar
terbentuk suatu definisi kebangsaan Indonesia yang satu. Jika kebangsaan Indonesia
memang penting, maka Pancasila layak dan harus dibela dan dipertahankan.
Bagaimanakah caranya? Sejarah mengajarkan setidaknya dua cara yang harus kita telaah
dengan kritis. Pertama, yang dilakukan oleh rezim Demokrasi Terpimpin antara 19571966. Pancasila dibela dan diperjuangkan dalam mandala politik baik dalam maupun luar
negeri.
Nasionalis
Agama
Komunis
Melalui strategi ini, rezim Demokrasi Terpimpin cukup berhasil dalam merintis
jalan menuju tujuan pertama, dalam bentuk kesatuan wilayah kedaulatan Negara
Indonesia. Selain itu, upaya-upaya ke arah terwujudnya tata dunia berlandasan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Akan tetapi, pengerahan kekuatan
revolusioner yang mengotak-ngotakkan rakyat Indonesia ke dalam kubu-kubu
perseteruan politik membebani kebangsaan Indonesia yang masih rapuh. Revolusi, pada
saat itu, masih terlalu cepat bagi Bangsa Indonesia.
Rezim Orde Baru menawarkan cara kedua sebagai koreksi terhadap cara yang
pertama. Jika Orde Lama memilih jalur cepat yang berdampak tinggi, Orde Baru
memperjuangkannya dalam mandala ekonomi, yang lebih lambat dan berdampak rendah.
Orde Baru berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, Orde Baru
menciptakan hantu-hantu politik yang dianggap sebagai musuh pembangunan, yang
dihimpun dalam jargon suku, agama, ras dan antar-golongan. (SARA) Tidak dapat
dipungkiri, meski didasari atas teror dan ketakutan, hal ini tampaknya juga menyumbang
pada terbentuknya kohesi nasional yang lebih rekat. Kemudian Orde Baru menciptakan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, (P4) yang menjadikan Pancasila
sebagai suatu ideologi resmi negara.
2. Pancasila, Dasar (Falsafah) Negara
Pancasila selain ditetapkan sebagai dasar Negara, juga sebagai pandangan hidup,
landasan ideology dan sebagai falsafah atau filsafat bangsa.
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling
sesuai bagi bangsa Indonesia.
Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu, Filasafat
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia, dan Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sebenarnya Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan zaman Majapahit
dalam satu kesatuan. Namun, dengan datangnya bangsa-bangsa barat persatuan dan
kesatuan itu dipecah oleh mereka dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang kaya
raya ini. Berkat perjuangan yang gigih dari seluruh rakyat Indonesia pada zaman
penjajahan Jepang dibentuk suatu badan yang diberi nama BPUPKI. Badan ini
diresmikan tanggal 28 Mei 1945 oleh pemerintah Jepang. Tanggal 29 Mei 1945 Mr.
Muhammad Yamin mengutarakan prinsip dasar negara yang sekaligus sesudah berpidato
menyerahkan teks pidatonya beserta rancangan undang-undang dasar.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato membahas dasar negara. Dan pada
tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan undang-undang dasar yang diberi nama UndangUndang Dasar 1945. Sekaligus dalam pembukaan Undang-Undang Dasar sila-sila
Pancasila ditetapkan. Jadi, Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan
bersamaan dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945, dan menjadi ideologi
bangsa Indonesia. Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak
bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia
yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi
tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar
dimana setaip silanya berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang
utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar
kepada sila yang lainnya. Tujuan negara akan selalu kita temukan dalam setiap konstitusi
negara bersangkutan. Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada kecenderungan
perbedaan yang jauh sekali antara tujuan disatu negara dengan negara lain. Bagi
Indonesia secara fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi dasar
berdirinya negara ini.
Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu
dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas,
kalau di negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing
silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam
Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia
dengan lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada
eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila
merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi
tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.2
http://research.amikom.ac.id/index.php/DMI/article/view/6043
http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-sebagai-filsafat-bangsa-indonesia/
politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah
politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan
politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari
manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat,
ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi
orang lain agar menerima pandangannya.
Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki.
Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan
kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara.
Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik
politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Demikianlah
politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan
tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik menyangkut kegiatan berbagai
kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan (individu).
Jadi pancasila sebagai ideology politik bertujuan untuk mengingatkan kembali
pentingnya landasan dasar yang jelas dan baik guna menuntun kegiatan politik agar selalu
pada jalan yang berkepentingan untuk rakyat. Seluruh kegiatan yang di lakukan di
Negara Indonesia harus memiliki landasan sebagai acuan awal yang harus di ketahui. 3
D. Pancasila pada Masa Orde Baru
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarahdari
pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi
kepentingan kekuasaan. Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda
dengan apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya
sebagai alat pembenar rezim otoritarian baru di bawah Soeharto.
Kebijakan pada Era Orde Baru
a. Asas Tunggal
Menurut M Rusli Karim, dalam buku Nuansa Gerak Politik Era 80-an di
Indonesia(1992), penyeragaman asas ini yang dikenal dengan sebutan asas tunggal
21:00
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
falsafah negara kita Republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan
sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Pancasila
adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila merupakan
sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia
menjadikan pemgamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan
dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik
dipusat maupun di daerah.
Daftar Pustaka
Konflik di balik proklamasi: BPUPKI, PPKI, dan kemerdekaan By St Sularto, Dorothea Rini Yunarti
http://research.amikom.ac.id/index.php/DMI/article/view/6043
http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-sebagai-filsafat-bangsa-indonesia/