Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK II
030.06.121
030.08.055
AYU RIZKYAH
030.09.039
030.09.176
VANIA PARAMITHA W.
030.09.263
ALBERTUS BERFAN
030.10.017
030.10.032
030.10.047
030.10.060
DESIRA ANGGITANIA
030.10.075
DISA EDRALYN
030.10.086
FARDHIAN ZAENAL
030.10.101
030.10.112
030.10.130
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2 OKTOBER 2011
PENDAHULUAN
Penyakit cacing tambang lebih banyak disebabkan oleh cacing Necator americanus
daripada cacing Ancylostoma duodenale. Penyakitnya disebut juga ankilostomiasis,
nekatoriasis, unseriasis.1 Insidens tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di
1
dengan pilek. Kemudian untuk keluhan demam, perlu ditanyakan sifat demam, apakah naik
turun atau stabil, dan suhu tubuh saat demam. Kemudian untuk keluhan nafsu makan yang
menurun, perlu ditanyakan kira-kira apa yang menyebabkan pasien berkurang nafsu
makannya, apakah mungkin ada makanan yang tidak disukai oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan papul pada telapak kaki kanan.
Eritema merupakan warna kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh
darah kapiler yang reversible. Sedangkan papul adalah penonjolan diatas permukaan kulit,
sirkumskrip, berukuran diameter lebih kecil dari 1/2 cm, dan berisikan zat padat. 2 Kedua
keluhan ini mungkin diderita pasien, yang berumur 5 tahun, karena sering bermain diluar
rumah tanpa memakai alas kaki dan kurang higienis dalam menjaga kebersihan kakinya. Jadi
perlu ditanyakan apakah pasien suka bermain di luar tanpa alas kaki.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Hemoglobin pasien 4 gr/dL, sedangkan
nilai normalnya adalah 12-14 gr/dL untuk wanita. Artinya kadar hemoglobin pasien ini
rendah, kemungkinan pasien ini mengalami anemia, namun sebabnya belum diketahui. Kadar
eritrosit 1,2 juta/mmk: rendah. Kadar leukosit 15400/mmk, nilai normalnya adalah 500010000/mmk, artinya lebih tinggi dari normal, kemungkinan pasien ini mengalami infeksi.
Dari hitung jenis didapatkan kadar basofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan
monosit yang normal, sedangkan kadar eosinofil meningkat, yaitu 10%, kemungkinan pasien
ini terinfeksi oleh cacing. Sedangkan kadar trombosit pasien ini dalam batas normal. Selain
itu pada pemeriksaan tinja ditemukan gambaran berupa telur cacing, artinya pasien sudah
terinfeksi oleh cacing. Hal ini menjelaskan mengapa pasien mengalami beberapa keluhan
seperti batuk, demam, lemah, letih, lesu, mengalami gangguan perkembangan, nafsu makan
menurun, kadar hemoglobin yang menurun, serta kadar eosinofil yang meningkat di dalam
darah.
Perlawanan tubuh terhadap infeksi cacing diperankan oleh degranulasi sel.
Degranulasi sel tersebut ialah sel mast, basofil, dan eosinofil. Sel mast sama seperti makrofag
yang diproduksi secara konstan pada jaringan. Sel mast memiliki keterkaitan yang kuat
dengan sel mast walaupun perannya belum diketahui secara jelas. Eosinofil sama seperti
neutrofil yang secara normal tidak terdapat pada jaringan. Namun akan direkrut untuk
melawan infeksi cacing.4
Kemungkinan mast sel diaktifkan saat molekul dari cacing berikatan dengan TLR.
Saat aktif, mast sel akan merubah substansi pada permukaan patogen, bukan memfagositnya
(karena ukurannya yang besar). Substansi tersebut ialah histamin, dan proteolitic enzim.
Prostagladin dan leukotrien juga akan secara cepat diproduksi, dari hasil metabolisme asam
arakidonat.4
3
Duodenale,
Necator
Americanus,
Srongyloides
Stercolaris
dan
Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknik ini memungkinkan telur
cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih
4
7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung kantong
plastik. Kelebihan pemeriksaan ini adalah lebih mudah dilakukan karena hanya untuk
mengidentifikasi larva infektif mengingat bentuk larva jauh lebih besar dibandingkan dengan
telur. Sedangkan kekurangan dari pemeriksaan ini adalah bahwa pemeriksaan ini dilakukan
hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu yang dibutuhkan lama dan
memerlukan peralatan yang banyak.
Pemeriksaan kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kato atau
disebut juga dengan teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear technique).
Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong cellahane tape. Teknik ini lebih
banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan
untuk pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Selain itu morfologi
telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa. Kelebihan pemeriksaan ini adalah dapat
mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah telur dan cacing, baik di
kerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk pemeriksaan tinja masal karena murah dan
sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi sehingga dapat di diagnosis. Sedangkan
kekurangan dari pemeriksaan ini adalah bahan feses yang digunakan banyak.
Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah dengan memberikan perawatan umum dan
pengobatan spesifik.1 Perawatan umum dilakukan denan memberikan nutrisi yang baik,
suplemen, preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila
ditemukan keadaan anemia. Pengobatan spesifik dapat dilakukan dengan memberikan
befanium hidroksinaftat yang merupakan obat pilihan utama, diberikan untuk 3 hari,
albendazol dengan dosis tunggal 400 mg, mebendazol dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari
selama 3 hari, pirantel pamoat 10 mg/kgBB.1 Pemberian pirantel pamoat akan menunjukkan
hasil yang cukup baik, bilamana digunakan beberapa hari berturut-turut.3
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini adalah terjadi dermatitis yang berat
terlebih bila pasien sensitif, anemia berat yang terjadi sering menyebabkan gangguan
pertumbuhan, perkembangan mental dan payah jantung.
Prognosis untuk pasien ini adalah ad bonam untuk ad vitam, ad bonam untuk ad
fungsionam apabila diobati dengan baik dan dubia ad malam untuk ad fungsionam, karena
penyakitnya dapat kambuh bila pasien kurang menjaga kebersihan sehingga pasien terinfeksi
cacing tambang lagi.
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan agar pasien tidak terinfeksi cacing tambang
adalah mulai membiasakan diri untuk mengenakan alas kaki terutama saat sedang berjalan di
luar rumah, untuk menghindari masuknya larva filariform melalui kulit yang tidak
berpelindung.
5
DAFTAR PUSTAKA
1. Pohan HT. Penyakit Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah. In: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009. p.2940-1.
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p.35.
3. Supali T, Margono SS, Abidin SAN. Nematoda Usus. In: Sutanto I, Ismid IS,
Sjarifuddin PK, Sungkar S, Editors. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. 4th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.12-5.
4. Helbert M. Flesh and Bones of Immunology. 1st ed. London: Elsevier; 2006. p.22.